Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Dwi Yuwono Puji Sugiharto, M.Pd., Kons.
Mulawarman., M. Pd., Ph. D
Disusun Oleh:
Burhanudin (0106519019)
3. Individu boleh memilih apapun yang menjadi kebutuhan dirinya asalkan ia dapat
memenuhi kebutuhan tersebut dengan melakukan tindakan-tindakan yang sesuai kriteria
sehingga dapat dikatakan memiliki identitas yang berhasil. Jelaskan kriteria-kriteria
tersebut!
Jawab
Dalam teori konseling realita individu akan dikatakan sebagai pribadi yang sukses ketika
ia bisa mencapai 5 kebutuhan dasar sesuai denga konsep yang dikemukakan oleh Glasser.
Namun, pencapaian kebutuhan-kebutuhan tersebut tetap harus sinkron dan sesuai dengan
kriteria 3 R yang dimana, 3 Kriteria ini akan menjadi penentu dalam keberhasilan
identitas individu dalam memenuhi kebutuhannya. 3R disini yakni tanggung jawab
(responsibility), realitas (reality), dan norma (right).
Responsibility
Merupakan kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhannya tanpa mengganggu
hak-hak orang lain.
Reality
Merupakan kesediaan individu untuk menerima konsekuensi logis dan alamiah dari suatu
perilaku. Merupakan kenyataan yang akan menjadi tantangan bagi individu untuk
memenuhi kebutuhannya. Setiap individu harus memahami bahwa ada dunia nyata,
dimana mereka harus memenuhi kebutuhan-kebutuhan dalam rangka mengatasi
masalahnya. Realita yang dimaksud adalah sesuatu yang tersusun dari kenyataan yang
ada dan apa adanya.
Right
merupakan nilai atau norma patokan sebagai pembanding untuk menentukan apakah
suatu perilaku benar atau salah. Individu memiliki pola identitas berhasil jika dalam
upaya memenuhi kebutuhan dasarnya senantiasa selaras dengan kriteria 3 R, tetapi jika
tindakan individu melanggar kriteria 3 R maka dia memiliki pola identitas gagal.
Identitas berhasil inilah yang biasanya berkembang pada individu yang adaptif.
Merupakan ukuran atau norma-norma yang diterima secara umum, sehingga tingkah laku
dapat diperbandingkan. Individu yang melakukan hal ini mampu mengevaluasi diri
sendiri bila melakukan sesuatu melalui perbandingan tersebut ia merasa nyaman bila
mampu bertingkah laku dalam tata cara yang diterima secara umum.
Tahapan-Tahapan Konseling
Komponen Konseling
(1) menciptakan lingkungan konseling dan
(2) menerapkan prosedur khusus yang mengarah pada
perubahan perilaku. Seni konseling adalah menenun
komponen-komponen ini bersama-sama dengan
cara yang mengarahkan klien untuk mengevaluasi
kehidupan mereka dan memutuskan untuk bergerak
ke arah yang lebih efektif.
Asumsi perubahan
(1) ketika konseli yakin bahwa perilakunya saat ini
tidak memenuhi kebutuhan
(2) ketika konseli percaya bahwa ia dapat memilih
perilaku lain yang akan membuat kita lebih dekat
untuk apa yang kita inginkan.
Tahapan-tahapan
Dalam menerapkan prosedur konseling realitas,
Wubbolding (dalam Corey, 2017) mengembangkan
sistem WDEP. WDEP adalah akronim dari: W = wants
and needs (keinginan-keinginan dan kebutuhan-
kebutuhan), D = direction and doing (arah dan
tindakan), E = self evaluation (evaluasi diri), dan P =
planning (perencanaan).
Di samping itu, perlu untuk diingat bahwa dalam
konseling realitas harus terlebih dulu diawali dengan
pengembangan keterlibatan. Oleh karenanya sebelum
melaksanakan tahapan dari sistem WDEP harus
didahului dengan tahapan keterlibatan (involvement)
(Rasjidan, 1994). Berikut ini bahasan mengenai
konseling realitas secara lebih mendetail.
Pengembangan Keterlibatan
Dalam tahap ini konselor mengembangkan kondisi
fasilitatif konseling, sehingga klien terlibat dan
mengungkapkan apa yang dirasakannya dalam proses
konseling.
A. W: Wants (Eksplorasi Keinginan, Kebutuhan
dan Persepsi)
Dalam tahap eksplorasi keinginan, kebutuhan dan
persepsi konselor berusaha mengungkapkan semua
kebutuhan klien beserta persepsi klien terhadap
kebutuhannya. Eksplorasi kebutuhan dan
keinginan dilakukan terhadap kebutuhan dan
keinginan dalam segala bidang, meliputi kebutuhan
dan keinginan terhadap keluarga, orang tua, guru,
teman-teman sebaya, sekolah, guru, kepala
sekolah, dan lain-lain. Konselor, ketika
mendengarkan kebutuhan dan keinginan klien,
bersifat menerima dan tidak mengkritik..
B. D: Directions and Doing (Eksplorasi Arah dan
Tindakan)
Eksplorasi tahap ini dilakukan untuk mengetahui
apa saja yang telah dilakukan klien guna mencapai
kebutuhannya. Tindakan yang dilakukan oleh klien
yang dieksplorasi berkaitan dengan masa sekarang.
Tindakan atau perilaku masa lalu juga boleh
dieksplorasi asalkan berkaitan dengan tindakan
masa sekarang dan membantu individu membuat
perencanaan yang lebih baik di masa mendatang.
Dalam melakukan eksplorasi arah dan tindakan,
konselor berperan sebagai cermin bagi klien.
Tahap ini difokuskan untuk mendapatkan
kesadaran akan total perilaku klien. Membicarakan
perasaan klien bisa dilakukan asalkan dikaitkan
dengan tindakan yang dilakukan oleh klien.
Beberapa bentuk pertanyaan yang dapat digunakan
dalam tahap ini: “Apa yang kamu lakukan?”, “Apa
yang membuatmu berhenti untuk melakukan yang
kamu inginkan?”, Apa yang akan kamu lakukan
besok?”
C. E: Evaluation (Self Evaluation)
Tahap ini dilakukan untuk mengevaluasi tindakan
yang dilakukan konselor dalam rangka memenuhi
kebutuhan dan keinginannya: keefektifan dalam
memenuhi kebutuhan. Beberapa pertanyaan yang
dapat digunakan untuk memandu tahapan ini:
- Apakah yang kamu lakukan menyakiti atau
membantumu memenuhi kebutuhan?
- Apakah yang kamu lakukan sekarang seperti
yang ingin kamu lakukan?
- Apa perilakumu sekarang bermanfaat bagi
kamu?
- Apakah ada kesesuaian antara yang kamu
lakukan dengan yang kamu inginkan?
- Apakah yang kamu lakukan melanggar aturan?
- Apakah yang kamu inginkan dapat dicapai atau
realistik?
- Apakah kamu menguji keinginanmu; appakah
keinginanmu benar-benar keinginan terbaikmu
dan orang lain?
Setelah proses evaluasi diri ini diharapkan klien
dapat malakukan evaluasi diri bagi dirinya secara
mandiri.
D. P: Planning (Rencana dan Tindakan)
Ini adalah tahap terakhir dalam konseling realitas.
Di tahap ini konselor bersama klien membuat
rencana tindakan guna membantu klien memenuhi
keinginan dan kebutuhannya.
Karakteristik perencanaan
- Rencana tersebut berada dalam batas motivasi
dan kapasitas klien. Konselor yang terampil
membantu klien mengidentifikasi rencana yang
melibatkan hasil pemenuhan kebutuhan yang
lebih besar. Klien mungkin ditanya, "Rencana
apa yang bisa Anda buat sekarang yang akan
menghasilkan kehidupan yang lebih
memuaskan?"
- Rencana yang baik sederhana dan mudah
dimengerti. Mereka secara realistis bisa
dilakukan, positif daripada negatif, tergantung
pada perencana, spesifik, segera, dan berulang.
Meskipun mereka harus spesifik, konkret, dan
terukur, rencana harus fleksibel dan terbuka
untuk revisi ketika klien mendapatkan
pemahaman yang lebih dalam tentang perilaku
spesifik yang ingin mereka ubah.
- Rencana tersebut melibatkan tindakan positif,
dan dinyatakan dalam hal apa yang klien mau
lakukan. Bahkan paket kecil dapat membantu
klien mengambil langkah signifikan menuju
perubahan yang diinginkan.
- Konselor mendorong klien untuk
mengembangkan rencana yang dapat mereka
lakukan secara independen dari apa yang
dilakukan orang lain. Rencana yang bergantung
pada orang lain membuat klien merasa bahwa
mereka tidak mengendalikan kapal mereka
sendiri tetapi berada di bawah lautan.
- Rencana yang efektif berulang dan, idealnya,
dilakukan setiap hari.
- Rencana dilaksanakan sesegera mungkin.
Konselor dapat mengajukan pertanyaan , “Apa
yang Anda bersedia lakukan hari ini untuk
mulai mengubah hidup Anda?”
- Rencana melibatkan kegiatan yang berpusat
pada proses. Misalnya, klien dapat
merencanakan untuk melakukan salah satu dari
yang berikut: melamar pekerjaan, menulis surat
kepada teman, mengikuti kelas yoga,
mengganti makanan bergizi dengan makanan
cepat saji, mencurahkan dua jam seminggu
untuk menjadi sukarelawan bekerja, atau
berlibur yang mereka inginkan.
- Sebelum klien melaksanakan rencana mereka,
adalah ide yang baik bagi mereka untuk
mengevaluasinya dengan terapis mereka untuk
menentukan apakah itu realistis dan dapat
dicapai dan apakah itu berkaitan dengan apa
yang mereka butuhkan dan inginkan. Setelah
rencana dilaksanakan dalam kehidupan nyata,
akan berguna untuk mengevaluasi kembali dan
membuat revisi apa pun yang mungkin
diperlukan.
- Untuk membantu klien berkomitmen pada
rencana mereka, akan berguna bagi mereka
untuk
5 Kajian Empirik Banyak penelitian yang membuktikan kemanjuran
Efikasi/efektivitas konseling realita dalam lingkup Pendidikan khususnya
Pendekatan di seting dalam memberikan bantuan terhadap masalah prilaku
Pendidikan yang muncul diantaranya:
1. Reni Susanti, Efektifitas Konseling Realitas Untuk
Peningkatan Regulasi Diri Mahasiswa Dalam
Menyelesaikan Skripsi
(Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Sultan
Syarif Kasim Riau)
Salah satu permasalahan yang dihadapi mahasiswa
tingkat akhir dalam menyelesaikanskripsinya adalah
rendahnya kemampuan untuk meregulasi diri,
sehingga sebagian mahasiswa cenderung menunda-
nunda proses penyelesaian tugas akhirnya. Oleh
karena itu, penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui efektifitas penggunaan konseling
realitas bagi peningkatan regulasi diri mahasiswa
yang sedang mengerjakan skripsi. Adapun disain
yang digunakan dalam penelitian ini adalah one
group pretest posttest design. Subjek penelitian
terdiri atas 5 orang mahasiswa yang dipilih dengan
teknik purposive sampling sesuai dengan kriteria
yang telah ditetapkan.
Hasil
Berdasarkan hasil analisis menggunakan statistic
non parametric Wilcoxon Sign RankTest
disimpulkan bahwa terdapat peningkatan yang
signifikan terhadap regulasi diri mahasiswa dengan
taraf signifikansi p=0.031, Z = -2.023, dan effect
size yang tergolong tinggi, yakni -0.90. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa konseling
realitas efektif untuk meningkatkan regulasi diri
mahasiswa dalam menyelesaikan skripsi.
Kritik
Argumentasi
Penelitian telah menunjukkan bahwa guru sekolah memainkan peran vital
dalam meningkatkan kesehatan mental, mengidentifikasi anak-anak yang
berisiko mengalami gangguan psikologis dan merujuk mereka untuk
menerima bantuan professional. Semua fakta yang disebutkan di atas
menunjukkan perlunya guru yang sehat secara mental, karena guru
berperan penting dalam menanamkan nilai-nilai dasar Pendidikan kepada
siswanya, oleh karena itu, pada dasarnya masyarakat yang sehat akan
dapat tercipta ketika kita memiliki guru yang optimis dan bahagia yang
memiliki tingkat kepuasan hidup yang tinggi. Telah ada penelitian tentang
manfaat berbagai jenis terapi atau perubahan gaya hidup untuk
meningkatkan kebahagiaan individu. Di Indonesia sendiri masih banyak
guru yang jauh dari kata bahagia, kebahagiaan guru di Indonesia bisa kita
ukur dari tingkat kesejahteraan hidupnya. Walau pemerintah sudah serius
memajukan kesejahteraan, namun tetap saja ada kalangan pendidik yang
luput dari upaya peningkatan kesejahteraan. Ini bisa dilihat dari adanya
kesenjangan antara kesejahteraan guru berstatus PNS yang berbeda
dengan guru swasta yang bergantung pada Yayasan, Belum lagi, guru
honorer yang kesejahteraannya tidak memiliki kepastian, lantaran
bergantung pada sekolah tempat penugasan. Juga masih terlihat
kesenjangan antara kesejahteraan guru di perkotaan dan di pelosok.
Namun, kembali lagi seperti pernyataan yang dikemukakan dalam
penelitian ini bahwa kebahagiaan bersifat relative dan adanya konseling
realitas paling tidak bisa menjadi alternatif dalam meningkatkan
kebahagiaan guru di Indonesia membantu setiap guru menghadapi
kenyataan dengan lapang dada. Karena pada dasarnya tujuan utama dari
konseling realita terhadap kesehatan mental adalah untuk membantu
orang hidup lebih bahagia, dan membantu mereka mendiagnosis dan
mencegah gangguan perilaku, emosi, psikologis, kepribadian, dan afektif.
Dan harapannya untuk pemerintah yang agar lebih memperhatikan
kesejahteraan guru, menciptakan masyarakat yang sehat , menciptakan
kondisi-kondisi kemakmuran dan kesejahteraan bagi guru harus secara
serius mempertimbangkan komponen-komponen kebahagiaan dan cara-
cara meningkatkannya.
D. ANALISISLAH KASUS ANDIEN DENGAN MENGGUNAKAN TEORI
KONSELING PENDEKATAN EKSISTENSIAL HUMANISTIK
ANALISA KASUS ANDIEN
Andien adalah siswi kelas XII SMA di salah satu sekolah favorit di Semarang.
Andien datang untuk konseling pertama kalinya tatkala ia mengalami kekecewaan
ketika hasil ujian semesternya tidak sesuai seperti yang ia harapkan. Berikut adalah
data ringkasan yang secara singkat diperoleh konselor selama proses wawancara
konseling dengan Andien.
a. Sejarah Psikososial
Andien merupakan anak tunggal dari keluarga yang kaya dan terpandang di
daerahnya. Ia tumbuh dan dibesarkan di keluarga yang sangat menyayanginya,
terutama ayahnya, yang bersifat permisif dan mengizinkan apapun yang dilakukan
olehnya. Ketika kecil Ayahnya selalu menuruti keinginan Andien. Sedangkan Ibu
Andien bersikap sebaliknya yang mempunyai sifat otoriter, kaku, dan over
protective dengan seringkali menuntut dan mengatur perilakunya. Andien
memandang Ibunya sebagai sosok dengan ekspektasi yang tinggi. Terkadang ia
merasa takut jika tidak dapat memenuhi semua tuntutan dan harapan Ibunya.
Walaupun demikian ia tetap menjadi anak yang patuh dan rajin, baik di rumah
maupun disekolah. Hal itu turut membentuk perilakunya yang selalu ingin menjadi
juara dan tampil menonjol di semua bidang. Dalam pikirannya, Andien meyakini
bahwa hidupnya tak akan sukses bila tidak memenuhi semua tuntutan dari Ibunya.
Menurutnya sempurnanya hidup adalah dengan mematuhi apa yang diinginkan
orang tuanya.
b. Identifikasi Masalah
Secara umum Andien merasa tidak puas dengan prestasinya yang ia capai di kelas
XII ini. Walaupun ia tetap memperoleh nilai yang tinggi di kelasnya, namun ia
kecewa karena tidak dapat menjadi yang terbaik di kelasnya, ia hanya
mendapatkan peringkat 2 dalam rangking ujian. Ia berpikir sudah melakukan yang
terbaik namun hasil yang ia dapatkan tidak sesuai dengan harapannya. Memang
dalam hal ini Andien cukup sulit untuk membagi waktu belajar nya dengan waktu
organisasi. Dimana sebenarnya pun dalam berorganisasi ia meyakini akan
mendukung preatasi dan yang bisa dibanggakannya kepada orang tua. Ia sangat
berharap menjadi juara kelas agar mendapat pujian dan pengakuan dari orang lain,
terkhusus orangtuanya. Ia tahu orangtuanya, terlebih Ibunya berharap tinggi
padanya. Setelah penerimaan nilai ujian itu, tidak henti-hentinya ia menyalahkan
diri sendiri, menyalahkan keadaan yang ia alami. Bahkan karenanya Andien
mengungkapkan pula beberapa keluhan psikosomatik, seperti tidak dapat tidur
nyenyak, kecemasan, pusing, dan sakit kepala. Ia mudah menangis jikalau
mengingat kegagalannya, sering merasa tertekan, dan tidak menyukai dirinya
sendiri. Ia merasa telah gagal dan telah mengecewakan kedua orang tuanya.
Andien juga kebingungan akan bagaimana masa depannya ketika semua hal
tersebut tidak berjalan secara efektif. Padahal beberapa kali Andien memiliki
kemampuan untuk menyelesaikan beberapa masalahnya sendiri dengan melihat
lebih fokus pada prioritas dan konsistensi mengerjakan tugas hingga selesai.
Namun lambat laun justru Andien membebani dirinya dengan hal-hal yang bukan
prioritasnya.
c. Data Lanjutan Proses Konseling
Melalui cerita dengan konselor sekolahnya, Andien menyadari bahwa ia telah
membatasi dan berlebihan menyalahkan dirinya sendiri. Sebagaimana keluarganya
yang mempunyai harapan yang tinggi, ia juga menyadari bahwa ia terlampau takut
apabila tidak mencapai harapannya, serta tidak dapat menerima kenyataan yang
ada. Ia juga merasa dengan ia bercerita dan mengungkapnya kepada konselor
membantunya dapat melihat lebih baik ke arah dirinya sendiri. Andien lebih jujur
melihat permasalahan yang ia hadapi. Pada titik ini Andien menyadari bahwa ada
hal yang dapat disyukuri. Ia menyadari bahwa ia tidak mempunyai pengertian yang
baik tentang apa yang dia inginkan untuk dirinya sendiri, dan juga bahwa ia biasa
hidup dari apa yang diinginkan oleh orang lain. Andien telah menerima kenyataan
dan berusaha meningkatkan prestasinya lagi. Hal itu membuatnya lebih tenang dan
optimis dalam belajar
a. Analisis Kasus Andien berdasarkan Konsep Dasar Hakikat Manusia
1) Kebutuhan (Love and Belonging) yang tidak terselesaikan
Seperti kebanyakan orang Andien juga memiliki kecenderungan untuk memenuhi
keinginan dan kebutuhannya. Melihat dari ceritanya maka yang dapat ditangkapap
bahwa kebutuhan tebesar Andien adalah Love and Belonging dan memang
kebutuhan ini sangat sulit dipenuhi karena untuk pemenuhannya kita harus
menemukan orang serta lingkungan yang tepat, yang memdukung, yang supportif
untuk mecapai kebutuhan tersebut. Seperti yang kita lihat bahwa prilaku yang
ditampilkan Andien alasan mengapa ia ingin menjadi yang terbaik, mengapa ia selalu
ingin menjadi juara dan pandai dalam bidang apapun. Semua itu dilatarbelakangi oleh
keinginan yang kuat untuk mememunuhi kebutuhan Love and Belonging terutama
dari sang ibu. Dan ini wajar karena kebutuhan utama setiap individu adalah Love and
Belonging seperti yang disampaikan oleh Glasser dalam Corey (2017) bahwa
“kebutuhan untuk mencintai dan menjadi bagian (diterima, diakui) adalah kebutuhan
utama karena kita membutuhkan orang untuk memenuhi kebutuhan lainnya”.
Dari kalimat terkahir pernyataan Glasser kita pahami bahwa, Love and Belonging
bukan hanya diartikan sebagai cinta kasih terhadap lawan jenis yang mengarah pada
aktivitas seksual. Love and Belonging juga diartikan sebagai hubungan cinta kasih,
penghargaan, penghormatan, penerimaan yang erat kaitannya dengan manusia
sebagai makhluk sosial. Love and belonging adalah sumber pemenuhan 4 kebutuhan
lainnya kita tidak akan bisa survive jika kita tidak membutuhkan hubungan dan rasa
cinta dengan orang lain. Kita tidak akan bisa bebas, tidak akan bisa berkuasa serta
bersenang-senang ketika kita tidak mendapatkan cinta dan tidak diterima oleh orang
lain. Begitupun Andien untuk memenuhi kebutuhan akan cinta, penghargaan hingga
penerimaan maka dia membutuhkan orang lain atau lingkungan yang menjadi sumber
dari kebutuhannya
2) Failure identity/ Kegagalan Identias
Baik terpenuhi dan tidak terpenuhinya setiap kebutuhan dasar tetap akan
mempengaruhi kondisi batin individu. Ketika individu dapat dengan tepat memenuhi
kebutuhannya maka identitas individu akan dikatakan sukses (success identity).
Sebaliknya, individu yang gagal memenuhi kebutuhan dasarnya akan mengalami
kegagalan identitas (failure identity).
Andien mengalami apa yang disebut Galsser sebagai Failure identity. Ketika
Andien gagal memenuhi kebutuhan Love and Belonging maka selanjutnya ia
mengalami kegagalan identitas. Dari ungkapan Glasser dalam (Sharf, 2012) Failure
identity Identitas gagal adalah persepsi citra diri negatif. Individu yang
mengembangkan identitas yang gagal akan kehilangan control atas kehidupannya,
kehilangan tanggung jawab atas prilakunya, terutama tanggung jawab pada dirinya
sendiri, tidak realistis, pengalaman belajar yang tidak memuaskan dan merasa tidak
layak secara moral sehingga ia merasa kurang mampu. Sama seperti kasus Andien
yang mulai merasa pesimistik, sensitive dengan dunia luar /menutup diri, dan merasa
tidak berharga sebagai manusia.
3) Quality world yang terbangun dalam diri Andien
Setiap informasi yang diterima Andien sejak kecil hingga saat ini akan tersimpan dan
tersusun di dalam pikiran sebagai seperangkat keinginan, yang disebut sebagai dunia
berkualitas atau seperangkat keinginan yang diidam-idamkan, yang merupakan
inti dari kehidupan dan perilaku Andien. Quality of world juga disebut sebagai
Shangri-la kepribadian yakni istilah yang digunakan untuk menggambarkan tempat
yang indah, angan-angan yang ia idam-idamkan oleh individu.
Picture Album adalah kumpulan dari segenap keinginan spesifik merupakan bagian
dari Quality world individu serta cara yang tepat untuk memuaskan keinginan
individu. Andien tentu memiliki gambaran-gambaran keinginan yang jelas namun
yang kabur adalah ia tidak memahami betul bagaimana seharusnya cara yang dapat
diambil dalam pencapaian keinginan tersebut.
Baik itu Quality World ataupun Picture Album adalah keinginan yang tidak bersifat
umum namun merupakan kebutuhan/keinginan yang bersifat spesifik bisa berupa
sosok spesifik orang (misalnya ada sosok ibu dalam benak Andien), kegiatan (belajar
yang giat), penghargaan dari lingkungan sekitar dll..
4) Andien yang Tidak bisa Berprilaku secara utuh sesuai kriteria 3R
Andien yang tidak dapat memenuhi kebutuhannya akan kabur dalam memahami
dunia kenyataan objektif, Andien tidak dapat mengamati segala sesuatu sebagaimana
sebagaimana semestinya. Secara sederhana, perbuatan yang tidak pas dalam kasus
Andien ini digambarkan sebagai perilaku yang kurang terlibat dengan orang lain
(menutup diri dari lingkungan), tidak pernah belajar untuk berbuat secara
bertanggung jawab atau tidak dapat berbuat atas landasan prinsip 3R (Right,
Responsibility, dan Reality).
5) Positive Addictions Kecanduan Positif
Satu hal yang menarik dalam diri Andien bahwa dia memiliki potensi untuk
mengembangkan Kecanduan positif. Glasser dalam Corey (2017) membahas
kekuatan potensial yang dimiliki individu. Kecanduan positif tidak mudah didapat
tetapi membutuhkan latihan dan pengulangan. Walau Glasser dalam beberapa sumber
tidak menjelaskan secara detail apa yang dimaksud dengan kecanduan positif. tapi dia
mencontohkan kecanduan positif seperti kegiatan jogging dna meditasi yang
memberikan ketenangan.
Artinya kecanduan positif bisa diartikan sebagai kegiatan yang merupakan cara sehat,
efektif, dan menyenangkan untuk menenangkan diri atau dalam kata lain cara
tradisional seseorang untuk mengahadapi kecemasannya. Hal tersebut memberikan
kenikmatan yang tidak dimiliki oleh kegiatan lain. Melihat dari kasus Andien
sebelumnya selain ia focus belajar ia juga sering ikut kegiatan Organisasi dan ini bisa
menjadi bahan bagi konselor untuk membantu Andien mengembangkan kecanduan
Positifnya. Bisa diarahkan agar lebih mengeksplorasi diri bukan hanya dalam
kegiatan belajar tetapi juga di kegiatan organisasi agar Andien mencapai
keseimbangan mental dan ketenangan.
Namun seperti yang dikatakan Glasser dalam Fall (2012) bahwa Seperti kecanduan
negatif, kecanduan positif juga bisa membawa ketidaknyamanan bagi individu. Maka,
untuk mengembangkan kecanduan positif, aktivitas itu haruslah tidak bersifat
kompetitif dicapai dengan upaya mental minimal; dilakukan sendiri; memiliki nilai
fisik, mental, atau spiritual; dan dilakukan tanpa mengkritik diri sendiri. Untuk
sebagian kecil klien, pilihan kecanduan positif mungkin menjadi bagian dari terapi
realitas.
b. Kemungkinan Langkah Intervensi dan treatment
TUJUAN KONSELING
Terapis realita membantu klien dalam membuat pilihan yang lebih efektif dan
bertanggung jawab terkait dengan keinginan dan kebutuhan mereka. Tujuan dari
konseling realitas adalah sama dengan tujuan dari kehidupan manusia yaitu membantu
individu untuk mencapai success identity. Untuk mencapai success identity diperlukan
suatu rasa tanggung jawab dari individu, untuk mencapinya individu harus mencapai
kepuasan terhadap kebutuhan personal. Untuk memenuhi kepuasan terhadap kebutuhan
tersebut perlu kita perlu mengarahkan Andie pada 3R yaitu Right (merupakan nilai atau
norma patokan sebagai pembanding untuk menentukan apakah suatu perilaku benar atau
salah), Responsibility (merupakan kemampuan seseorang untuk memenuhi
kebutuhannya tanpa mengganggu hak-hak orang lain), Reality (merupakan kesediaan
individu untuk menerima konsekuensi logis dan alamiah dari suatu perilaku). Selain itu
tujuan mendasar dari konseling realita adalah membantu konseli agar memiliki control
yang lebih besar terhadap kehidupannya sendiri dan mampu membuat pilihan yang baik.
2) D: Direction and Doing (Seperti apa tindakan konseli dan arah yang dipilih dalam
hidupnya)
Meskipun masalah mungkin berakar di masa lalu, klien perlu belajar bagaimana
menghadapinya di masa sekarang dengan mempelajari cara-cara yang lebih baik untuk
mendapatkan apa yang mereka inginkan. Masalah harus dipecahkan di masa sekarang
atau melalui rencana untuk masa depan. Maka tantangan konselor adalah membantu
Andien membuat lebih banyak pilihan yang memuaskan kebutuhan.
Pada tahap Doing ini, konselor membantu Andien mengidentifikasi apa yang dilakukan
Andien dalam mencapai tujuan yang diharapkan dengan mengajukan pertanyaan kunci
”Apa yang kamu lakukan?” dan mengidentifikasi arah hidupnya dengan mengajukan
pertanyaan ”Jika kamu terus menerus melakukan apa yang kamu lakukan sekarang, akan
ke mana kira-kira arah hidupmu?”
Formula ini bertujuan untuk mengembalikan kesadaran Andien sepenuhnya dalam
berprilaku. Kita juga bisa berdiskusi tentang perasaan Andien bisa asalkan dihubungkan
dengan tindakan yang dilakukan oleh Andien. Beberapa bentuk pertanyaan yang dapat
digunakan dalam tahap ini:
a) Apa yang kamu lakukan?
b) Apa yang membuatmu berhenti untuk melakukan yang kamu inginkan?
c) Apa yang akan kamu lakukan kedepannya?