BAB I
PENDAHULUAN
2. Uji impact
Jenis-jenis logam tertentu dapat menahan beban statis yang berat tetapi
mudah patah walaupun berada dibawah tekanan beban dinamis yang ringan
sekalipun.
3. Uji kekerasan
Kemampuan material logam menerima gaya berupa penetrasi, pengikisan,
ataupun penggoresan sebelum terjadi perubahan bentuk. Ada beberapa metode
dalam uji kekerasan, yaitu metode pantulan, indentasi, dan goresan.
b. Pengujian Non-Destruktif
Pengujian non-destruktif adalah salah satu teknik pengujian material tanpa
merusak benda ujinya atau menghilangkan fungsi utama dari benda tersebut.
Pengujian bertujuan untuk mendeteksi secara dini timbulnya crack atau flaw pada
material secara dini. Dari tipe keberadaan crack pada material uji dapat dibedakan
menjadi 2 macam, yaitu inside crack dan surface crack. Pengujian non-destruktif
antara lain adalah:
1. Pengujian Visual
Metode ini bertujuan untuk menemukan cacat atau retak serta melihat korosi
pada permukaan. Digunakan alat bantu optikal untuk dapat melihat cacat atau
retakan pada permukaan secara jelas.
11. Keausan
Yaitu hilangnya sejumlah lapisan permukaan material karena adanya gesekan
antara permukaan dengan benda lain.
3. Normalizing
Normalizing adalah perlakuan panas yang digunakan untuk menghaluskan
struktur butiran yang mengalami pemanasan berlebihan, menghilangkan tegangan
dalam, meningkatkan permesinan, dan memperbaiki sifat mekanik material.
Prosesnya pada baja hipoeutektoid adalah dengan pemanasan sampai 30-40°C di
atas garis A3 dan didinginkan pada udara temperatur ruang. Pada baja
hipereutektoid, pemanasan dilakukan pada suhu 30-40°C di atas garis ACM.
4. Tempering
Tempering digunakan untuk mengurangi tegangan dalam dan melunakkan
bahan setelah di hardening dan meningkatkan keuletan. Hal itu karena baja yang
dikeraskan dengan pembentukan martensit biasanya sangat getas sehingga tidak
cukup baik untuk berbagai pemakaian.
Adapun macam-macam tempering adalah:
a. Martempering
Martempering adalah perbaikan dari prosedur quenching dan digunakan
untuk mengurangi distorsi selama pendinginan. Pada proses pendinginan, baja
di-quenching hingga sedikit di atas garis Ms, lalu ditahan hingga suhu pada inti
sama dengan suhu pada permukaan, kemudian didinginkan dalam suhu kamar.
Struktur yang terbentuk adalah martensit → bainit.
b. Austempering
Austempering bertujuan untuk meningkatkan keuletan, ketahanan impact,
dan mengurangi distorsi. Struktur yang dihasilkan adalah bainit. Pada proses
pendinginan, baja didinginkan dalam media garam pada suhu di atas garis Ms.
Struktur yang terbentuk adalah austenit → bainit.
b. Paste Carburizing
Medium kimia yang digunakkan berupa pasta, prosesnya yaitu bagian
yang dikeraskan akan ditutup dengan pasta setebal 3-4 mm dan kemudian
dikeringkan serta dimasukkan dalam kotak, prosesnya pada temperatur 920-
930˚C.
c. Gas Carburizing
Disini logam dilepaskan atmosfir yang mengandung karbon yaitu gas alam
maupun gas buatan dan dipanaskan hingga temperatur 850-900˚C.
d. Liquid Carburizing
Proses carburizing dilakukan pada media kimia aktif cair, komposisi
medium kimianya adalah soda abu, NaCl, SiC dan kadang kadang ikut
dilengkapi NH4Cl, lalu diberikan pemanasan pada suhu 850-900˚C.
2. Nitriding
Proses ini merupakan proses penjenuhan permukaan baja dengan nitrogen,
yaitu dengan cara melakukan holding dalam waktu yang agak lama pada
temperatur 480˚C - 650˚C dalam lingkungan amoniak ( NH 3 ). Nitriding
digunakan untuk meningkatkan kekerasan, ketahanan gesek dan fatigue. Ada 2
macam nitriding, yaitu:
a. Straight nitriding, digunakan media untuk besi paduan, besi tuang
(meningkatkan kekerasan, ketahanan gesek dan fatigue) melapisi hingga
bagian permukaan.
b. Anti-corrosion nitriding, bahan yang digunakan biasanya besi tuang dan baja
paduan. derajat dari kelarutan yang dicapai adalah 30% - 70%. Melapisi bagian
ujung untuk mencegah terjadinya suatu proses korosi pada benda.
3. Cyaniding
Proses ini merupakan proses penjenuhan permukaan baja dengan unsur
karbon dan nitrogen, bertujuan untuk meningkatkan kekerasan, ketahanan gesek,
dan kelelahan. Bila proses ini dilakukan diudara disebut carbon nitriding.
4. Sulphating
Perlakuan panas yang digunakan untuk meningkatkan ketahanan gesek dari
bagian bagian mesin maupun alat-alat tertentu dari bahan HSS dengan cara
penjenuhan permukaan dengan sulfur.
Dari gambar 1.6, dapat kita lihat pada proses pendinginan perubahan struktur kristal
dan struktur makro sangat bergantung pada komposisi kimia. Pada Kandungan karbon
0,83% sampai 6,67% terbentuk struktur makro yang dinamakan cementite Fe3C. Angka
6,67 berasal dari:
ArC 12
= x 100 %=6,67 %
Mr Fe 3 C 180
Diagram fase Fe-Fe3C dibuat mengacu kadar karbon dalam Fe (0%-6.67%) dan
suhu (sebelah kiri berdasarkan Fahrenheit dan sebelah kanan berdasarkan Celsius). Fe
yang mengandung karbon kurang dari 2% adalah baja, sedangkan yang lebih dari 2%
adalah besi cor. Baja yang mengandung karbon sebanyak 0,8% merupakan baja
eutectoid. Yang dibawah 0,8% merupakan baja hypoeutectoid, sedangkan yang lebih
dari 0,8% merupakan hypereutectoid. Pada diagram fase Fe-Fe3C diatas, baja yang
kadar karbonnya kurang dari 0,025%, merupakan fase ferit 100%. Baja hypoeutectoid
pada suhu tertentu mempunyai fase campuran antara pearlite dan ferrite. Pada baja
hypereutectoid, dimana pada suhu tertentu mempunyai fase campuran antara perlit dan
sementit. Pada baja eutectoid fase yang terjadi adalah 100% pearlite.
Semua Fe yang mengandung karbon atau logam lain harus dijadikan fase austenite
terlebih dahulu, supaya bisa dibentuk. Karena pada fase austenite unit cellnya
merupakan FCC, yang mudah dibentuk dan ulet. Setelah menjadi fase austenite, bisa
dibentuk menjadi besi apa saja tergantung cara pendinginannya, cepat atau lambat, yang
masing-masing menghasilkan besi/baja yang berbeda.
A. Reaksi Eutectoid
Transformasi yang dibahas adalah Transformasi yang terjadi pada Kondisi
equilibrium. Untuk pembahasan ini lihatlah diagram fase Fe-Fe3C.
Baja eutectoid, paduan besi-karbon dengan kadar karbon C=0,8% adalah paduan
dengan komposisi eutectoid. Pada temperatur diatas garis liquidus berupa larutan cair
(liquid). Bila temperatur diturunkan saecara perlahan pada saat mencapai garis
liquidus (di titik 1) akan mulai terbantuk inti austenite. Pembekuan selesai di titik 2
(pada garis solidus), seluruhnya sudah menjadi austenite. Pada pendinginan
selanjutnya tidak terjadi perubahan hingga temperatur mencapai titik 3, di garis A1,
temperatur kritis bawah, disini austenit yang mempunyai komposisi eutectoid ini
akan mengalami reaksi eutectoid
Austenite ↔ Ferrite + Cementite (Pearlite)
Terbentuknya Pearlite ini dimulai dengan terbentuknya inti Cementite (biasanya
pada batas butir austenite). Inti ini akan bertumbuh dengan mengambil sejumlah
karbon dari asutenite disekitarnya. (Cementite, Fe3C mengandung 6,67%C sedang
austenite mengandung 0,8%C). Karenanya austenite dengan kadar karbon yang
sangat rendah ini pada temperatur ini akan berubah jadi ferrite (transformasi
allotropik). ferrite ini juga akan bertumbuh, yaitu dengan mengambil besi dari
austenite disekitarnya, sehingga austenite disekitar ferrite itu akan kelebihan karbon
dan mulai membentuk Cementite disebelah ferrite yang ada. demikian selanjutnya
sampai seluruh austenite habis, dan yang terjadi adalah suatu struktur yang berlapis
lapis (lamellar) yang terdiri dari lamela-lamela Cementite-ferrite-Cementite. Struktur
ini dinamakan Pearlite.
Baja hypereutectoid yang memiliki kadar karbon lebih dari 0,8-2% dengan
struktur mikro terdiri dari pearlite yang terbungkus cementite. Apabila dipanaskan
secara ekulibrium akan mengalami perubahan struktur pada titik A 1 (723 o C). Mulai
titik ini jaringan cementite akan larut ke dalam austenite dan struktur seluruhnya
akan berubah menjadi austenite pada titik Acm.
Pada gambar 1.10 menjelaskan transformasi pada diagram TTT dimana area
sebelah kiri kurva transformasi menunjukkan daerah austenite. Austenite stabil pada
suhu diatas suhu kritis, tapi tidak stabil dibawah suhu kritis. Kurva disebelah kiri
menandakan dimulainya transformasi dan kurva sebelah kanan berakhirnya
transformasi. Area diantara kurva tersebut menandakan austenite bertransformasi ke
jenis struktur material berbeda (austenite ke pearlite, austenite ke martensite, austenite
ke bainite).
Terlihat bahwa dengan menggeser nose, maka proses pendinginan relatif lebih
lambat dibanding TTT. Diagram untuk perbandingan lanjut seringkali disebabkan oleh
kelebihan diagram TTT yang memberikan perkiraan terhadap klasifikasi mikrostruktur
baja selama pendinginan lanjut.
Pada proses laju pendinginan perlahan akan menghasilkan pearlite, pada proses laju
pendinginan yang sedang akan dihasilkan pearlite dan martensite. Pada laju
pendinginan cepat akan menghasilkan yang seluruhnya martensite.
∑ TCx%C ∑ TCx %C
c=a
TC= ∞
%C = c=a ∞ ....................................................................(5-1)
∑ %C ∑ TC
c=a c=a
Dengan:
TC = Temperatur kritis (eutektoid)
%C = Persentase kandungan karbon
Contoh perhitungan:
Spesimen dengan komposisi kimia Cr = 1,2%, Mn = 0,3%, Si = 0,2%. tentukan
pergeseran titik eutectoidnya.
Penyelesaiannya:
Tabel 1.1
Persentase Unsur Paduan, Suhu Eutektoid, dan Kadar Karbon
Unsur Paduan % Paduan Suhu Eutectoid %C
Cr 1,2% 740˚C 0,65
Mn 0,3% 720˚C 0,76
Si 0,2% 730˚C 0,74
Sumber: Dokumentasi Pribadi (2017)
TC=729,49 ˚ C
∞
%C=0,76 %