Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Judul Praktikum : Mikrometer Sekrup


1.2 Tanggal Praktikum : 26 November 2019
1.3 Pelaksana Praktikum : 1. Amanda Fitria NIM. 180140124
2. Susiyanti NIM. 180140135
3. Tiara Rozah NIM. 180140141
4. Andrie Kurniawan NIM. 180140143
1.4 Tujuan Praktikum : Dapat dan mahir menggunakan mikrometer
untuk mengukur diameter atau ketebalan plat/
lempengan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Mikrometer sekrup adalah alat ukur panjang yang memiliki tingkat
ketelitian tertinggi. Tingkat ketelitian mikrometer sekrup mencapai 0,01 mm atau
0,001 cm. Dengan ketelitiannya yang sangat tinggi mikrometer sekrup dapat
digunakan untuk mengukur dimensi luar dari benda yang sangat kecil maupun
tipis seperti kertas, pisau silet, maupun kawat. Secara luas, mikrometer sekrup
digunakan sebagai alat ukur dalam teknik mesin elektro untuk mengukur
ketebalan secara tepat dari blok-blok luar dan garis tengah kerendahan dan
batang-batang slot (Bambang, 2006).
2.1 Mikrometer Luar
Alat ukur yang dapat mengukur dimensi luar dengan cara membaca jarak
antara dua muka ukur sejajar yang berhadapan, yaitu sebuah muka ukur lainnya
yang terpasang pada satu sisi rangkap berbentuk U, dan sebuah muka ukur lainnya
yang terletak pada ujung spindle yang dapat bergerak tegak lurus terhadap muka
ukur dan dilengkapi dengan sleeve dan thimble yang mempunyai graduasi yang
sesuai dengan pergerakan spindle. Mikrometer luar digunakan untuk dalam
memasang kawat, lapisan-lapisan, blok-blok dan batang-batang. (Dudi,2007)
2.2 Mikrometer Dalam
Alat ukur yang dapat mengukur dimensi dalam dengan cara membaca
jarak antara dua muka ukur sferis yang saling membelakangi, yaitu sebuah muka
ukur tetap yang terpasang pada batang utama dan sebuah muka ukur lainnya yang
terletak pada ujung spindle yang dapat bergerak searah dengan sumbunya, dan
dilengkapi dengan sleeve dan thimble yang mempunya graduasi yang sesuai
dengan pergerakan spindle. Mikrometer sekrup dalam digunakan untuk mengukur
garis tengah dari lubang suatu benda.
2.3 Mikrometer Kedalaman

Mikrometer kedalaman digunakan untuk mengukur kerendahan dari


langkah-langkah dan slot-slot, skala pada mikrometer sekrup ada dua cara yaitu :
1. Skala Utama (SU), yaitu skala pada pegangan yang diam (tidak berputar)
ditunjuk oleh bagian kiri pegangan putar dari mikrometer sekrup.
2. Skala Nonius (SN), yaitu skala pada pegangan putar yang membentuk garis
lurus dengan garis utama mendatar skala diam dikalikan 0,01 mm. Bagian
utama mikrometer sekrup ialah sebuah poros yang berulir dan terpasang pada
sebuah silinder pemutar yang disebut bidal. Poros berulir masuk mengulir
pada silinder berskala 0,01 mm atau 0,5 mm. Dengan demikian skala pada
silinder pemutar menunjukkan ukuran dalam persatuan milimeter.
Mikrometer sekrup memiliki batas ukur maksimal 25 mm. Tanpa skala
nonius maka skala utama alat utama ini adalah 0,5 mm. Karena pada jarak 25 mm
skala utama terbagi dalam 50 skala. Sehingga skala terdekat 0,5 mm. Seperti
halnya jangka sorong, mikrometer sekrup juga memiliki dua skala utama dan
skala nonius. (Pristiadi,2007)
Mikrometer sekrup terdiri atas :
1. Rahang tetap, yang berisi skala utama yang dinyatakan dalam satuan mm.
2. Poros berulir, yang dipasang pada silinder pemutar (bidle).
3. Rahang geser, yang dihubungkan dengan bidal yang digunakan untuk
memegang benda yang akan diukur bersama dengan rahang tetap.
Untuk mengukur dengan menggunakan mikrometer sekrup dapat
dilakukan dengan langkah berikut :
1. Putar bidal (pemutar) berlawanan arah dengan arah jarum jam sehingga
ruang antara kedua rahang cukup besar untuk ditempati benda yang akan
diukur.
2. Letakkan benda diantara kedua rahang.
3. Putar bidal (pemutar) searah jarum jam sehingga saat poros hampir
menyentuh benda, pemutar dilakukan dengan menggunakan roda bergigi
ini agar poros tidak menekan benda. Dengan memutar benda dibagian roda
bergerigi, putaran akan berhenti segera setelah poros menyentuh benda.
Jika sampai menyentuh benda yang diukur, pengukuran menjadi tidak
teliti.
4. Putar sekrup penggeser sehingga terdengar bunyi klik satu kali.
5. Baca hasil pengukuran pada skala utama dan skala nonius dengan rumus :
H= ( Skala utama × 0,5 mm ) + (Skala nonius × 0,01 mm)……………
(2.1)
Berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika menggunakan
mikrometer sekrup :
1. Permukaan benda diukur, mulut ukur dari mikrometer sekrup harus
dibersihkan dahulu dari adanya kotoran, terutama bekas proses
pengukuran dapat menyebabkan kesalahan ukur maupun merusak
permukaan mulut ukur.
2. Sebelum dipakai kedudukan nol mikrometer sekrup harus diperiksa.
Kedudukan nol diatur dengan cara mendapatkan muka ukur dengan
ketelitian silinder tetap diputar dengan memakai kunci pengatur sampai
garis referensi dari skala tetap bertemu dengan garis nol dari skala putar.
3. Bukalah mulut ukur sampai sedikit melebihi dimensi objek ukur. Apabila
dimensi tersebut cukup satu bar maka proses ukur dapat digerakkan
dengan cepat dan cara menggelindingkan silinder putar pada telapak
tangan. Jangan sekali-kali memutar rangkanya dengan memegang silinder
putar seolah-olah memegang mainan kanak-kanak.
4. Benda ukur dipegang dengan tangan kiri dan mikrometer sekrup ditelapak
tangan kanan, dan ditahan oleh kelingking, jari manis, serta jari tangan.
Telunjuk dan ibu jari digunakan untuk memutar silinder pusat (Dudi,
2007).
Setelah digunakan dalam jangka waktu yang lama, mikrometer perlu
dikalibrasi untuk mendapatkan tingkat kecermatan sesuai dengan standarnya. Hal-
hal yang perlu diperhatikan dalam mengkalibrasi mikrometer adalah :
1. Gerakan silinder putar/poros ukur harus dapat berputar dengan baik dan
tidak terjadi goyangan karena ulir utama.
2. Kedudukan nol. Apabila mulut ukur dirapatkan maka garis referensi harus
menunjukkan nol.
3. Kerataan dan kesejajaran muka ukur (permukaan sensor).
4. Kebenaran dari hasil pengukuran. Hasil pengukuran dibandingkan dengan
dengan standar yang benar.
5. Bagian-bagian seperti gigi gerigi dan pengunci poros ukur harus berfungsi
dengan baik.
3. Persyaratan Kalibrasi
Adapun syarat-syarat kalibrasi dalam mikrometer sekrup adalah :
1. Kalibrasi dilakukan dalam kelembaman relatif 55 %.
2. Untuk pemeriksaan digunakan optical float atau optical paralel dengan
kerataan kurang dari 0,1 μm.
3. Untuk pemeriksaan kesejajaran digunakan optical paralel dengan kerataan
kurang dari 0,1 μm dan kesejajaran kurang dari 0,2 μm atau gaya block.
4. Untuk pengukuran kesalahan penunjukan digunakan balok kelas nol.
Pengukuran merupakan suatu aktifitas atau tindakan membandingkan
suatu besaran yang belum diketahui nilainya atau harganya terhadap besaran lain
yang sudah diketahui nilainya, misalnya dengan besaran standard. Pekerjaan
yang membandingkan ialah pekerjaan pengukuran atau mengukur. Sedangkan
pembandingnya yang disebut alat ukur. Pengukuran banyak sekali dialakukan
dalam bidang teknik atau industri, misalnya objek yang diukur serta hasil yang
diinginkan. Pengukuran semua besaran sebenarnya atau satuan tertentu, dan
satuan ini dipastikan disamping nilai numeriknya. Saat melakukan pengukuran,
kita tidak lepas dari kesalahan, kesalahan dalam pengukuran terbagi menjadi dua
macam yaitu kesalahan sistematik dan kesalahan acak. Kesalahan sistematik
diantaranya kesalahan kalibrasi, kesalahan titik nol, dan kesalahan alat lainnya,
gesekan, kesalahan paralaks dan keadaan saat kerja. Kesalahan-kesalahan tersebut
akan menyebabkan penyeimbangkan hasil pengukuran. Namun pada prinsipnya
kesalahan tersebut dapat dikoreksi dan diperhitungkan. Selain kesalahan, ada
kepastian pengukuran terulang. Sedangkan kesalahan acak ditimbulkan oleh
kondisi lingkungan yang tidak menentu yang mengganggu alat ukur, misalnya
gerak brown, fluktualisasi, tegangan listrik (Pristiadi, 2007).
Pengukuran sebanarnya merupakan proses perbandingan nilai besaran
yang belum diketahui dengan nilai standar yang sudah ditetapkan. Dalam fisika
dan teknik, pengukuran merupakan aktifitas yang membandingkan kualitas dan
kauntitas fisika dari objek dan kejadian dunia nyata. Alat pengukur adalah alat

yang digunakan untuk mengukur benda. Seluruh alat pengukuran terkena


errorperalatan yang bervariasi. Bidang ilmu yang mempelajari cara-cara
pengukuran yang dinamakan metrologi. Alat ukur yang paling sering digunakan
untuk mengukur panjang ialah mistar, jangka sorong, dan mikrometer sekrup.
Mikrometer sekrup memiliki batas ukur maksimal 25 mm, skala utama alat ini
adalah 0,5 mm (Osa, 2005).
4. Penyajian Data pada Hasil Pembacaan Mikrometer Sekrup
Ketelitian mikrometer sekrup atau skala terkecil mikrometer sekrup adalah
seperseribu centimeter atau 0,001 cm atau 0,01 mm. Misalkan dari sebuah
pengukuran yang dilakukan diperoleh nilai hasil sebuah keeping uang logam
adalah (3,25 ± 0,005) mm, ini dalam millimeter bukan centimeter, jadi cara
pelampiran data hasil pengeluaran alat ini mengikuti pola berikut :
L = X + ∆x atau L = X- ∆………………………………….
(2.2)
Dimana :
X = Hasil yang pada mikrometer
Δx = Ketidakpastiannya
Sebagai contoh jika mikrometer sekrup yang kita gunakan untuk
mengukur ketebalan benda–benda yang sangat tipis atau benda yang kecil.
Mikrometer Sekrup memiliki dua skala tetap dan skala putar. Adapun aplikasi
mikrometer sekrup dalam kehidupan sehari–hari mikrometer sekrup sangat
penting. Karena alat inilah yang mempunyai tingkatan ketelitian paling tinggi
dalam mengukur panjang. Kerapkali alat ini digunakan untuk mengukur panjang,
tebal kertas, diameter kawat, tebal plat tipis yang memerlukan tingkat ketelitian
yang tinggi. Alat ini biasanya difungsikan untuk mengukur diameter benda–benda
berukuran millimeter atau beberapa centimeter saja.
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan


Adapun beberapa alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini
yaitu :
3.1.1 Alat
1. Mikrometer Sekrup
3.1.2 Bahan
1. Kelereng
2. Asbes
3. Triplek
3.2 Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Sebelum dilakukan pengukuran terlebih dahulu dilihat apakah mikrometer
berada pada posisi nol atau tidak. Sekrup S diputar hingga ujung A dan B
bertemu dan didengar bunyi krik-krik lalu dilihat lingkaran nonius telah
berimpit dengan garis nol.
2. Diletakkan benda yang akan diukur diantara ujung A dan B, diputar sekrup
S sehingga ujung A dan B tepat menyentuh kedua sisi benda, pemutar
sekrup S diputar lagi sampai didengar suara krip-krip, penahan K digeser
kearah anak panah agar skala tidak berubah ketika mikrometer diletakkan
sembarang.
3. Dilakukan percobaan pengukuran dengan mencatat skala utama yang
terlihat, kemudian ditambahkan dengan angka skala nonius setelah
dikalikan dengan ketelitian mikrometer yaitu 0,01 mm.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Adapun hasil yang didapat pada percobaan micrometer sekrup, yaitu :
4.1.1 Kelereng

Tabel 4.1 Hasil pengukuran kelereng


Ulangan Skala Utama Skala Nonius Hasil
(mm) (mm) (mm)
1 15,5 21 15,71
2 15,5 24 15,74
3 15,5 20 15,70
4 15,5 23 15,73
5 15,5 22 15,72
Rata-rata 15,72
Sumber : (Praktikum Mikrometer Sekrup, 2019)

4.1.2 Asbes

Tabel 4.2 Hasil pengukuran Asbes


Ulangan Skala Utama Skala Nonius Hasil
(mm) (mm) (mm)
1 6,5 29 6,79
2 6,5 22 6,72
3 6,5 20 6,47
4 6,5 26 6,76
5 6,5 27 6,71
Rata-rata 6,702
Sumber : (Praktikum Mikrometer Sekrup, 2019)

4.1.3 Triplek
Tabel 4.3 Hasil pengukuran triplek
Ulangan Skala Utama Skala Nonius Hasil
(mm) (mm) (mm)
1 3,5 38 3,88
2 3,5 32 3,82
3 3,5 30 3,80
4 3,5 37 3,87
5 3,5 36 3,86
Rata-rata 3,846
Sumber : (Praktikum Mikrometer Sekrup, 2019)

4.1.4 Kardus

Tabel 4.4 Hasil pengukuran kardus


Ulangan Skala Utama Skala Nonius Hasil
(mm) (mm) (mm)
1 0,5 45 0,95
2 0,5 42 0,92
3 0,5 42 0,92
4 0,5 41 0,91
5 0,5 42 0,92
Rata-rata 0,924
Sumber : (Praktikum Mikrometer Sekrup, 2019)

4.2 Pembahasan
Pada percobaan mikrometer sekrup ini bahan yang digunakan adalah
kelereng, triplek, pelat besi, dan kaca. Untuk kelereng yang akan diukur adalah
diameternya sedangkan untuk triplek, pelat besi, dan kaca yang diukur adalah
ketebalannya. Masing-masing dilakukan pengukuran sebanyak 5 kali
pengulangan. Untuk kelereng dari 5 kali pengulangan diperoleh diameternya
adalah 16,04 mm; 16,21 mm; 16,06 mm; 16,43 mm; 16,01 mm. Dan diperoleh
hasil rata-ratanya adalah 16,15 mm. Untuk triplek dari 5 kali pengulangan
diperoleh ketebalannya yaitu 3,63 mm; 3,64 mm; 3,68 mm; 3,59 mm; 3,53 mm;
3,53 mm. Dan diperoleh hasil rata-ratanya adalah 3,61 mm. Untuk pelat besi dari
5 kali pengulangan diperoleh ketebalannya adalah 2,21 mm; 2,21 mm; 2,22 mm;
2,22 mm; 2,21 mm. Dan diperoleh hasil rata-ratanya adalah adalah 2,21 mm.
Untuk kaca dari 5 kali pengulangan diperoleh ketebalannya adalah 5,44 mm; 5,43
mm; 5,46 mm; 5,46 mm; 5,44 mm. Dan diperoleh rata-ratanya adalah 5,44 mm.
Untuk setiap kali ulangan pengukuran didapatkan hasil yang berbeda-beda, hal ini
disebabkan karena adanya kesalahan pengamatan yaitu kurangnya ketelitian pada
saat pembacaan skala baik skala utama maupun skala noniusnya
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Untuk kelereng diperoleh rata-rata diameternya adalah 16,15 mm.
2. Untuk triplek diperoleh rata-rata ketebalannya adalah 3,61 mm.
3. Untuk pelat besi diperoleh rata-rata ketebalannya adalah 2,21 mm.
4. Untuk kaca diperoleh rata-rata ketebalannya adalah 5,44 mm.
5. Perbedaan hasil yang diperoleh pada setiap kali ulangan pengukuran
disebabkan karena perbedaan titik permukaan yang diambil saat
pengukuran. Bisa juga disebabkan karena kurangnya ketelitian pada saat
pembacaan skala.

5.2 Saran
Sebaiknya untuk setiap pengukuran dilakukan secara teliti, pastikan
mikrometer berada pada posisi nol. Dan sebelum digunakan sebaiknya
mikrometer dikalibrasi terlebih dahulu.

Anda mungkin juga menyukai