Anda di halaman 1dari 7

Workshop Transmisi dan Gardu Induk

Kegagalan Isolasi pada Zat Cair (Minyak)

Dosen :
Bapak Ir. Yahya Chusna Arif, M.T

Dibuat oleh :
Dian Ulfaturrohidah
1303181040
2 D3 Elektro Industri B

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO


POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA
Tahun Ajaran 2019/2020
I. Kegagalan pada Isolasi Cair (Minyak)
Karakteristik pada isolasi minyak transformator akan berubah jika terjadi
ketidakmurnian di dalamnya. Hal ini akan mempercepat terjadinya proses kegagalan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kegagalan isolasi antara lain adanya partikel padat,
uap air dan gelembung gas. Selain itu minyak transformator juga sebagai bahan dielektrik
cair yang memiliki kecenderungan untuk memperbaiki diri sendiri jika terjadi pelepasan
muatan sebagian. Pelepasan tersebut terjadi akibat dari ketidaksempurnaan isolasi minyak
berupa kontaminan seperti berada diantara dua konduktor. Hal tersebut menyebabkan
pelepasan muatan di sebagian isolasi dan menjembatani ruang antara dua konduktor
secara tidak sempurna.
Permasalahan yang terjadi pada transformator diakibatkan oleh kegagalan minyak
transformator disebabkan karena penurunan nilai tegangan tembus. Terdapat beberapa
faktor-faktor yang mempengaruhi penurunan tegangan tembus seperti perubahan suhuh
dan kontaminasi air. Perubahan suhu yang terjadi selama transformator dapat
mengakibatkan timbulnya kontaminan pada minyak transformator. Sedangkan
kontaminan yang timbul dapat berupa partikel padat, uap air, ataupun gelembung gas.
Sehingga jika faktor-faktor tersebut terjadi dalam jangka waktu yang lama maka minyak
transformator tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya.

II. Kegagalan Isolasi pada Zat Cair (Minyak)


Teori mengenai kegagalan dalam zat cair kurang banyak diketahui dibandingkan
dengan teori kegagalan gas atau zat padat. Hal tersebut disebabkan karena sampai saat
ini belum didapatkan teori yang dapat menjelaskan proses kegagalan dalam zat cair yang
benat-benar sesuai antara keadaan secara teoritis dengan keadaan sebenarnya. Teori
kegagalan zat isolasi cair dapat dibagi menjadi empat jenis antara lain :
a) Teori kegagalan elektronik dimana perluasan teori kegagalan dalam gas, artinya proses
kegagalan yang terjadi dalam zat cair dianggap serupa dengan yang terjadi dalam gas.
Oleh karena itu supaya terjadi kegagalan diperlukan elektron awal yang dimasukkan
ke dalam zat cair. Elektron awal inilah yang akan memulai proses kegagalan.
b) Teori kegagalan gelembung (kavitasi) merupakan bentuk kegagalan zat cair yang
disebabkan oleh adanya gelembung-gelembung gas di dalamnya.
c) Teori kegagalan bola cair dimana jika suatu zat isolasi mengandung sebuah bola cair
dari jenis cairan lain, maka dapat terjadi kegagalan akibat ketidakstabilan bola cair
tersebut dalam medan listrik akan menyebabkan tetesan bola cair yang tertahan di
dalam minya yang memanjang searah medan dan pada medan yang kritis tetesan ini
menjadi tidak stabil. Kanal kegagalan akan menjalar dari ujung tetesan yang
memanjang sehingga menghasilkan kegagalan total.
d) Teori kegagalan tak murnian padat merupakan kegagalan yang disebabkan oleh
adanya butiran zat padat (partikel) di dalam isolasi cair yang akan memulai terjadi
kegagalan.

III. Tegangan Tembus


Tegangan tembus merupakan tegangan ketika isolator sudah tidak sanggup
menghadapi tekanan berupa medan listrik yang berada diantara elektroda yang
mempunyai beda potensial sehingga isolator berubah menjadi konduktor. Terdapat
banyak faktor yang mempengaruhi proses tembus listrik pada minyak transformator.
Salah satunya dapat diakibatkan oleh kontaminan yang bergerak ke daerah yang
bertekanan listrik diantara kedua elektroda. Tegangan tembus pada isolator cair juga
dapat dipengaruhi oleh sifat alami tegangan, sistem tegangan, serta durasi waktu
tegangan diterapkan. Selain itu besar tegangan tembus bergantung pada kuat dielektrik
masing-masing bahan dan kehadiran unsur lain.

IV. Kandungan Air


Kandungan air dapat menurunkan ketahanan listrik minyak transformator dan
dapat memicu terjadinya ionisasi sehingga menyebabkan kerusakan isolasi padat dan
cair. Jika terjadi hubung singkat antar lilitan maka isolasi kertas dari lilitan bisa terbakar
dan menghasilkan karbon. Hal ini dikarenakan minyak transformator dan kertas lilitan
adalah bahan organic yang mengandung atom karbon. Ionisasi pada isolasi kertas akan
memunculkan atom-atom bebas berupa atom hydrogen dan oksigen yang nantinya dua
atom tersebut menghasilkan senyawa baru yaitu air (H2O). kandungan air dan oksigen
yang terbentuk dapat menghasilkan asam, menyebabkan korosi, menimbulkan endapan
dan dapat mempercepat penurunan usia transformator.
V. Mekanisme Kegagalan Isolasi Zat Cair
Isolasi cair sering digunakan karena ada beberapa alas an seperti isolasi cair
mempunyai kerapatan 1000 kali atau lebih dibandingkan dengan isolasi gas, sehingga
memiliki kekuatan dielektrik yang lebih tinggi (Hukum Paschen). Kedua isolasi cair akan
mengisi celah atau ruang yang akan diisolasi dan secara serentak melalui proses konversi
menghilangkan panas yang timbul akibat rugi energi. Ketiga isolasi cair cenderung dapat
memperbaiki diri sendiri (self healing) jika terjadi pelepasan muatan (discharge). Namun
kekurangan utama isolasi cair adalah mudah terkontaminasi. Beberapa macam faktor
yang diperkirakan mempengaruhi kegagalan minyak transformator seperti luas daerah
elektroda, jarak celah (gap spacing), pendinginan, perawatan sebelum pemakaian
(elektroda dan minyak ), pengaruh kekuatan dielektrik dari minyak transformator yang
diukur serta kondisi pengujian atau minyak transformator itu sendiri juga mempengaruhi
kekuatan dielektrik minyak transformator.
Kegagalan isolasi (insulation breakdown, insulation failure) disebabkan karena
beberapa hal antara lain isolasi tersebut sudah lama dipakai, berkurangnya kekuatan
dielektrik dan karena isolasi tersebut dikenakan tegangan lebih. Pada perinsipnya
tegangan pada isolator merupakan suatu tarikan atau tekanan (stress) yang harus dilawan
oleh gaya dalam isolator itu sendiri agar supaya isolator tidak gagal. Dalam struktur
molekul material isolasi, elektron-elektron terikat erat pada molekulnya, dan ikatan ini
mengadakan perlawanan terhadap tekanan yang disebabkan oleh adanya tegangan. Bila
ikatan ini putus pada suatu tempat maka sifat isolasi pada tempat itu hilang. Bila pada
bahan isolasi tersebut diberikan tegangan akan terjadi perpindahan elektron-elektron dari
suatu molekul ke molekul lainnya sehingga timbul arus konduksi atau arus bocor.
Karakteristik isolator akan berubah bila material tersebut kemasukan suatu
ketidakmurnian (impurity) seperti adanya arang atau kelembaban dalam isolasi yang
dapat menurunkan tegangan gagal.

Gradien tegangan yang melalui sebuah isolator tidak konstan walaupun

elektrodanua adalah pelat-pelat sejajar, gradient tegangan paling curam terjadi dekat
kepingan-kepingan. Bila dimensinya besar dibandingkan dengan jarak antara kedua pelat
maka pada bagian tengah antara kedua pelat gradiennya seragam. Berikut beberapa faktor
yang mempengaruhi mekanisme kegagalan antara lain :
 Partikel
Ketidakmurnian memegang peranan penting dalam kegagalan isolasi. Partikel debu
atau serat selulosa dari sekeliling dielektrik padat selalu tertinggal dalam cairan.
Apabila diberikan suatu medan listrik maka partikal ini akan terpolarisasi. Jika partikel
ini memiliki permitivitas e2 yang lebih besar dari permitivitas carian e1, suatu gaya
akan terjadi pada partikel yang mengarahkannya ke daerah yang memiliki tekanan
elektris maksimum diantara elektroda elektroda. Untuk partikel berbentuk bola
(sphere) dengan jari jari r maka besar gaya F adalah :

Jika partikel tersebut lembab atau basah maka gaya ini makin kuat karena permitivitas
air tinggi. Partikel yang lain akan tertarik ke daerah yang bertekanan tinggi hingga
partikel partikel tersebut bertautan satu dengan lainnya karena adanya medan. Hal ini
menyebabkan terbentuknya jembatan hubung singkat antara elektroda. Arus yang
mengalir sepanjang jembatan ini menghasilkan pemanasan lokal dan menyebabkan
kegagalan.
 Air
Air yang dimaksud adalah berbeda dengan partikel yang lembab. Air sendiri akan ada
dalam minyak yang sedang beroperasi/dipakai. Namun demikian pada kondisi operasi
normal, peralatan cenderung untuk mambatasi kelembaban hingga nilainya kurang
dari 10 %. Medan listrik akan menyebabkan tetesan air yang tertahan didalam minyak
yang memanjang searah medan dan pada medan yang kritis, tetesan itu menjadi tidak
stabil. Kanal kegagalan akan menjalar dari ujung tetesan yang memanjang sehingga
menghasilkan kegagalan total.
 Gelembung
Pada gelembung dapat terbentuk kantung kantung gas yang terdapat dalam lubang atau
retakan permukaan elektroda, yang dengan penguraian molekul molekul cairan
menghasilkan gas atau dengan penguatan cairan lokal melalui emisi elektron dari
ujung tajam katoda. Gaya elektrostatis sepanjang gelembung segera terbentuk dan
ketika kekuatan kegagalan gas lebih rendah dari cairan, medan yang ada dalam
gelembung melebihi kekuatan uap yang menghasilakn lebih banyak uap dan
gelembung sehingga membentuk jembatan pada seluruh celah yang menyebabkan
terjadinya pelepasan secara sempurna.
VI. Sifat-Sifat Listrik Cairan Isolasi
 Withstand Breakdown merupakan kemampuan untuk tidak mengalami kegagalan
dalam kondisi tekanan listrik (electric stress) yang tinggi
 Kapasitansi Listrik per unit volume yang menentukan permitivitas relatifnya. Minyak
petroleum merupakan subtansi nonpolar yang efektif karena merupakan campuran
cairan hidrokarbon. Minyak ini memiliki permitivitas kira-kira 2 atau 2.5 . Ketidak
bergantungan permitivitas subtansi nonpolar pada frekuensi membuat bahan ini lebih
banyak dipakai dibandingkan dengan bahan yang bersifat polar. Misalnya air memiliki
permitivitas 78 untuk frekuensi 50 Hz, namun hanya memiliki permitivitas 5 untuk
gelombang mikro.
 Faktor daya merupakan faktor dissipasi daya dari minyak dibawah tekanan bolak balik
dan tinggi akan menentukan unjuk kerjanya karena dalam kondisi berbeban terdapat
sejumlah rugi rugi dielektrik. Faktor dissipasi sebagai ukuran rugi rugi daya
merupakan parameter yang penting bagi kabel dan kapasitor. Minyak transformator
murni memiliki faktor dissipasi yang bervariasi antara 10-4 pada 20oC dan 10-3 pada
90oC pada frekuensi 50 Hz.
 Resistivitas merupakan suatu cairan dapat digolongkan sebagai isolasi cair bila
resitivitasnya lebih besar dari109 W-m. Pada sistem tegangan tinggi resistivitas yang
diperlukan untuk material isolasi adalah 1016 W-m atau lebih. (W=ohm) Berdasarkan
standar yang dikeluarkan oleh ASTM yakni dalam standar D-877 disebutkan bahwa
suatu bahan isolasi harus memiliki tegangan tembus sebesar kurang lebih 30 kV untuk
lebar sela elektroda 1 mm, dengan kata lain kekuatan dielektrik bahan isolasi kurang
lebih 30 kV/mm. Sedangkan menurut standar ASTM D-1816 suatu bahan isolasi harus
mampu menahan tegangan sebesar 28 kV untuk suatu lebar sela elektroda sebesar 1,2
mm. Standar ini merupakan standar yang diterima secara internasional dan harus
dipenuhi oleh suatu bahan yang dikategorikan sebagai suatu bahan isolasi.
VII. Kesimpulan
Isolasi cair memiliki kerapatan 1000 kali atau lebih disbanding dengan isolasi gas
sehingga memiliki keuatan elektrik yang lebih besar. Kedua isolasi cair akan mengisi
celah atau ruang yang akan diisolasi dan secara serentak melalui proses konversi
menghilangkan panas yang timbul akibat rugi energi. Ketiga isolasi cair cenderung dapat
memperbaiki diri sendiri (self healing) jika terjadi pelepasan muatan (discharge). Namun
kekurangan utama isolasi cair adalah mudah terkontaminasi.

Anda mungkin juga menyukai