Anda di halaman 1dari 9

WORKSHOP TRANSMISI DAN GARDU INDUK

“CARA UJI BAHAN ISOLASI TEGANGAN TINGGI”

Dosen Pengampu :
Bpk. Yahya Chusna Arif

Dibuat oleh :
Dian Ulfaturrohidah
1303181040
D3 Teknik Elektro Industri B

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO


POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA
TAHUN AJARAN 2019/2020
UJI TEGANGAN TEMBUS (BREAKDOWN TEST)
1. Zat Cair (Minyak)
Sebagai cairan isolasi minyak trafo harus mempunyai tegangan tembus minimal 120 kV
/cm, disamping itu karena minyak tersebut sebagai pendingin maka nilai viskositas untuk
minyak trafo maksimal 18,50 milipoises. Minyak Transformator dapat digolongkan dalam
4 kelompok berdasarkan tingkat keasaman dan tegangan tembusnya, yaitu :
1. Minyak trafo kadar asam rendah ( <1 mgKOH/gr) dan tegangan tembus tinggi (>80
kV/cm).
2. Minyak trafo kadar asam rendah ( <1 mgKOH/gr) dan tegangan tembus rendah(<80
kV/cm).
3. Minyak trafo kadar asam tinggi ( >1 mgKOH/gr) dan tegangan tembus tinggi (>80
kV/cm).
4. Minyak trafo kadar asam tinggi ( >1 mgKOH/gr) dan tegangan tembus rendah(<80
kV/cm).
Ketahanan isolasi minyak dapat dipengaruhi oleh kondisi iklim, yaitu berupa suhu dan
kelembaban udara disekitarnya. Oksigen yang terdapat di udara dan suhu minyak yang
tinggi dapat menyebabkan
oksidasi pada permukaan minyak yang cenderung meningkatkan keasaman minyak.
Prosedur pengujian yang harus diperhatikan sebelum melakukan pengujian tegangan
tembus isolasi cair menurut IEC 156 antara :
(1) Persiapan Sampling.
Sesegera mungkin sebelum mengisi kotak uji, sampling harus dikocok berulang kali
secara lembut untuk memastikan adanya homogenisasi kontaminan cairan tanpa
menimbulkan gelembung udara pada cairan.
(2) Pengisian Kotak Uji: Sebelum melaksanakan pengujian, bersihkan kotak uji, dinding-
dindingnya, elektroda dan komponen lainnya. Kemudian tuang kedalam kotak uji
secara perlahan dan hindari terjadinya gelembung-gelembung udara.
(3) Pemberian Tegangan: Berikan tegangan pada elektroda dengan kenaikan yang
seragam (konstan) dimulai dari 0 V sampai sekitar 2,0 kV/dt ± 0.2 kV/dt sampai
timbul tegangan tembus.
(4) Pencatatan data. Melakukan 6 kali percobaan tembus pada kotak uji yang sama
dengan jeda sekurang-kurangnya 2 menit dari setiap pengujian baru kemudian diulang
kembali. Pastikan tidak muncul gelembung udara diantara jarak sela. Kecuali jika
menggunakan pengaduk maka percobaan dapat dilakukan secara terus-menerus.
Dalam penelitian ini percobaan diulangi sebanyak 3 kali menjadi 18 kali percobaan
untuk memastikan hasil.
(5) Laporan. Data yang dimasukkan dalam laporan adalah hasil dari nilai rata-rata dari 18
kali percobaan yang sudah dilakukan.

2. SF6
Gas SF6 adalah suatu bahan isolasi pada peralatan tegangan tinggi seperti switch atau
circuit
breaker, memiliki berat molekul 146 dan tersusun atas 22% berat belerang dan 78% berat
Fluor. Molekul SF6 terbentuk sedemikian hingga atom belerang berada pada pusat
Oktahedron yang beraturan dengan masingmasing sebuah atom fluor pada setiap ujung
Oktahedron. Gas ini tidak berwarna, tidak berbau, tidak beracun, serta merupakan
senyawa kimia yang sangat tidak aktif.Pengujian tegangan tembus dengan isolasi gas
menggunakan beberapa macam elektroda, salah satunya elektroda bola-bola. Elektroda
bola standar terdiri dari dua elektroda bola yang disusun pada satu sumbu dengan jarak
kedua elektroda yang dapat diatur. Nilai tegangan tembus tetap untuk tegangan ac,
tegangan dc maupun tegangan impuls dengan syarat kondisi udara tidak berubah. Sifat
dielektrik udara ini menjadi dasar pengukuran tegangan tinggi dengan elektroda bola
standar.
Adapun langkah-langkah pengujian yang dilakukan, antara lain:
1. Mengatur sela elektroda
2. Memasukkan gas nitrogen (N2) ke dalam tabung uji.
3. Mengatur tekanan gas nitrogen (N2) pada tabung uji.
4. Pengujian tegangan tembus pada isolasi gas nitrogen (N2).
Data hasil pengujian dianalisa menggunakan microsoft excel dengan metode distribusi
Weibull. Selanjutnya akan dihasilkan kurva karakteristik yang menggambarkan
probabilitas Weibull terhadap tegangan tembus jenis elektroda bola-bola dan elektroda
jarum-jarum dengan jarak dan tekanan yang berbeda-beda.

3. Gas / Udara
Udara dan gas termasuk bahan isolasi yang banyak digunakan untuk mengisolasi peralatan
listrik tegangan tinggi. Isolasi dimaksudkan untuk memisahkan dua atau lebih penghantar
listrik yang bertegangan, sehingga antara penghantar-penghantar yang bertegangan tidak
terjadi lompatan listrik (flashover) atau percikan (sparkover). Pada tegangan yang semakin
tinggi sudah barang tentu diperlukan bakan isolasi yang mempunyai kuat isolasi yang
lebih tinggi pula. Jika tegangan yang diterapkan pada penghantar telah mencapai tingkat
ketinggian tertentu, maka bahan isolasi tersebuat akan mengalami pelepasan muatan
(lucutan, discharge), yang merupakan suatu bentuk kegagalan listrik. Kegagalan ini
menyebabkan hilangnya tegangan dan mengalirnya arus dalam bahan isolasi.

Peralatan dan Bahan


Adapun peralatan yang digunakan adalah : sumber tegangan ac 220 Volt, kit pembangkit
tegangan tinggi ac, thermometer, elemen pemanas 250 watt yang digunakan untuk
memanaskan temperatur ruang hingga temperatur 40oC, es batu digunakan untuk
mendinginkan temperatur ruang hingga temperatur 20oC, boxs, kipas angin (fan),
elektroda bola (alumunium), elektroda jarum (alumunium), elektroda bidang (stainles
steel), konektor, dudukan elektroda, akrilik (dengan ketebalan 2 mm, 3 mm, 5 mm, 10
mm) untuk mengukur jarak sela antar kedua elektroda, regulator tegangan, resistor 20
Mohm, kapasitor 100 pF 100 kV.
1. Boxs yang digunakan adalah terbuat bari bahan kayu yang mepunyai dimensi panjang
60cm, lebar 20 cm dan tinggi 30 cm dan dilengkapi kipas angin, elemen pemanas serta
es batu. Boxs, es batu, elemen pemanas dan kipas angin digunakan untuk
mengkondisikan temperatur udara pada kondisi di bawah temperatur ruang dan kondisi
diatas temperatur ruang. Untuk memperoleh temperatur dibawah temperatur ruang (
kondisi basah ) maka diperlukan es batu yang dimasukkan kedalam box dan
menghidupkan kipas angin yang ada didalamnya agar temperatur ruang dapat merata
diseluruh ruangan boxs tersebut. Begitu pula halnya untuk memperoleh temperatur di
atas temperatur ruang ( kondisi kering ) dengan cara meletakkan elemen pemanas di
dalam boxs dan mengatur tegangan yang diterapkan pada elemen pemanas tersebut
dengan menggunakan regulator tegangan untuk memperoleh temperatur yang
diinginkan.
2. Adapun elektroda jarum digunakan untuk pengukuran tegangan tembus dielektik udara
pada elektoda jarum-plat ( bidang ). Elektroda jarum dibuat dengan menggunakan
bahan Alumunium dengan panjang 5 mm dan mempunyai sudut 30 .
3. Adapun elektroda bidang digunakan untuk pengukuran tegangan tembus dielektik udara
pada elektoda jarum-plat (bidang) dan elektroda bola-plat (bidang). Elektroda plat
(bidang) dibuat dengan menggunakan bahan stainlis steel dengan diameter 50 mm dan
mempunyai ketebalan 10 mm.
4. Pengukuran tegangan tembus bertujuan untuk mengamati karakteristik tegangan
tembus dielektri udara pada berbagai temperatur dan jarak sela yang berbeda dengan
menggunakan elektroda bola-bidang dan elektroda jarum-bidang. Pengukuran
dilakukan dengan langkah-langkah sebagaimana diuraikan dalam flowchart sebagai
berikut :

4. Zat Padat

Pengukuran partial discharge pada peralatan tegangan tinggi merupakan hal yang sangat
penting karena dari data data yang diperoleh dan interpretasinya dapat ditentukan reability
suatu peralatan yang disebabkan oleh penuaan (agging) dan resiko kegagalan dapat dianalisa.
Spesifikasi pengujian partial discharge tergantung pada tipe peralatan tes dan bahan isolasi
yang digunakan pada proses konstruksi suatu peralatan.

Adanya partial discharge di dalam bahan isolasi dapat ditentukan dengan tiga metode yaitu :
dengan pengukuran tegangan pada objek, dengan pengukuran arus di dalam rangkain luar dan
mengukur intensitas radiasi gelombang elektromagnetik yang disebabkan karena adanya
partial discharge.
Dalam teknik tegangan tinggi, fungsi yang paling utama dari suatu bahan isolasi adalah untuk
mengisolasi konduktor yang membawa tegangan terhadap yang lainnya sama baiknya
terhadap tanah. Dan sebagai tambahannya, harus sering melakukan fungsi mekanis dan harus
mampu menahan penekanan termal dan kimia. Serta juga memiliki daya tahan yang lama
atau usia daya tahannya di bawah jenis-jenis penekanan yang bervariasi yang dihadapi dalam
praktek sebagai pertimbangan penentuan aplikasi ekonomis.
Contoh bahan yang digunakan sebagai isolasi zat padat adalah campuran resin dan alumina.
Prosedeur pengujiannya adalah sebagai berikut :

Data yang tercatat pada alat ukur pada panel regulator adalah tegangan regulator, arus
regulator dan temperatur. Untuk mendapatkan tegangan keluaran pada sisi tegangan tinggi
kita menggunakan perbandingan belitan transformator tegangan tinggi 450 : 1 sesuai dengan
data pada buku panduan modul TERCO HV 9000.

UJI KETAHANAN ISOLASI (ENDURANCE TEST)


Faktor-faktor yang mempengaruhi pengukuran tahanan isolasi antara lain : arus absorbsi,
suhu dan tegangan yang diterapkan. Berhubung dengan adanya arus absorbsi maka
pengukuran tahanan perlu memperhatikan lamanya tegangan yang diterapkan dan sebelum
pengukuran dimulai, bahan yang diuji sudah dibebaskan dari muatan yang melekat (waktu
pelepasan biasanya 5 – 10 menit). Selanjutnya untuk menilai suatu kondisi suatu bahan
isolasi kabel dipakai indek polarisasi ( p).
Jika p = 1; maka dalam bahan isolasi terdapat kebocoran, ini berarti kabel tersebut tidak
baik.
Untuk isolasi murni dan kering di Jepang berlaku syarat syarat sbb :
p > 1,5 untuk isoalsi kelas A
p > 2,5 untuk isoalsi kelas B.
Pengujian yang dilakukan pada isolator :
e. Pengujian Flashover AC Kering.
f. Pengujian Flashover AC Basah.
g. Pengujian Flashover tegangan Impuls.
h. Pengujian Frekuensi tinggi.
Flashover adalah peristiwa gagalnya udara disepanjang permukaan isolator melaksanakan
fungsinya sebagai isolasi atau dengan kata lain mengalirnya arus pada permukaan bahan
isolator. Tegangan Flashover pengujian sangat dipengaruhi oleh bentuk elektoda dan benda
yang ada disekelilingnya. Oleh sebab itu pada waktu pengujian elektroda dan benda yang
disekelilingnya harus diatur sedemikian rupa sehingga kedaan yang sebenarnya dapat
ditirukan

Gambar 5.8 Jenis jenis isolator yang telah mengalami flashover


Tegangan pengujian dapat dinaikkan secara bebas sampai 75 % dari tegangan flashover yang
diharapkan, sesudah itu tegangan dinaikkan sampai flashover terjadi dengan kecepatan 1
kV/detik. Tegangan flashover didefinisikan sebagai harga ratarata dari lima harga lompatan
kering (flashover)
dipergunakan dalam perhitungan tegangan flashover kering. Pengujian Flashover AC basah
dimaksudkan untuk menirukan keadaan udara pada waktu hujan. Cara pengujian flashover
basah sama seperti flashover kering. Pengujian flashover impuls dilakukan sebanyak tiga kali
dengan mempergunakan impuls positif dan impuls negatif. Polaritas yang dipakai ialah
polaritas yang memberikan tegangan flashover yang lebih rendah. Selang waktu pengujian
pertama dengan berikutnya 15 detik sampai 5 menit. Pada pengujian ini Faktor koreksi udara
harus diperhitungan.

Gambar 5.9 Rangkaian pengujian Flashover isolator


Dalam keadaan isolator dibebani dengan tegangan , maka akan timbul medan listrik diantara
elektroda penghubung dengan tanah (menara), dan antara elektroda penghubung dengan
kawat
penghantar yang digantung pada isolator tersebut. Medan listrik yang terjadi dapat
dianalogikan dengan kapasitansi. Isolator rantai yang mengunakan tegangan AC distribusi
tegangan pada setiap isolator :
a. Kapasitansi antara sambungan isolator disimbolkan C.
b. Kapasitansi antara tanah (menara) dengan isolator disimbolkan Ce.
c. Kapasitansi antara isolator dengan line disimbolkan Ch.
Sebagai pengganti dari rangkaian isolator rantai dapat digambarkan :

Gambar 5.10 Rangkaian equivalent isolator rantai dengan tegangan AC

Jika isolator rantai dipasang pada tegangan searah (DC) maka pengaruh kapasitansi Ce dan
Ch
diabaikan sehingga distribusi tegangan pada isolator tersebut merata. Dengan demikian
distribusi tegangan pada setiap elemen akan sama. Sehingga :
U1 = U2 = U3 …= Un atau Un = U/n
Dengan U = tegangan total pada isolator rantai.
Un = tegangan pada setiap elemen.
n = jumlah elemen isolator rantai.
Untuk perencanaan distribusi tegangan AC pada isolator rantai cara yang paling praktis
adalah
sbb : kita ambil sela bola antara elektroda, jarak sela bola tersebut dijaga tetap dan tegangan
tembusnya dijadikan referensi untuk mengukur distribusi tegangan pada isolator rantai
tersebut.

Gambar 5.15, Pengujian Distribusi Tegangan Isolator rantai

Kesimpulan :
Dari setiap jenis bahan isolasi seperti gas (udara), SF6, zat cair (minyak), zat padat tentu harus
melalu suatu pengujian dimana pengujian tersebut berguna untuk mengetahui kelayakan dari
bahan isolasi tersebut. Dalam hal ini terdapat dua jenis tes yaitu breakdown test atau biasa
disebut dengan tes tegangan tembus dan endurance test atau tes ketahanan. Breakdown test
bertujuan untuk mengetahui kemampuan isolasi suatu bahan isolator terhadap tegangan yang
diberikan. Selain itu, faktor-faktor yang dapat menyebabkan pengujian ketahanan yaitu arus
absorbsi, suhu dan tegangan yang diterapkan. Selain itu pengujian ketahanan juga dapat
dilakukan yaitu salah satunya pengujian flashover sesuai dengan standart IEC, yaitu apabila
tegangan dibebani dengan 2 sampai 3 kali tegangan kerja selama 15 menit dan tidak terjadi
terjadi tegangan tembus berarti bahan layak untuk digunakan.

Anda mungkin juga menyukai