Anda di halaman 1dari 13

Laporan Pendahuluan Diabetes Mellitus (DM)

Pengertian

Diabetes Mellitus adalah keadaan hiperglikemi kronik disertai berbagai kelainan


metabolik akibat gangguan hormonal yang menimbulkan komplikasi kronik pada
mata, ginjal, syaraf, dan pembuluh darah, disertai lesi pada pembuluh basalis dalam
pemeriksaan dengan mikroskop elektron.(Arif Mansyoer, 1997 : 580)

Diabetes Mellitus merupakan suatu penyakit kronik yang kompleks yang melibatkan
kelainan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak dan berkembangnya komplikasi
makrovaskuler, mikrovaskuler dan neurologis.

Diabetes Mellitus digolongkan sebagai penyakit endokrin atau hormonal karena


gambaran produksi atau penggunaan insulin (Barbara C. Long, 1996:4)

Diabetes Mellitus adalah sindrom yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara


tuntutan dan suplai insulin. Sindrom ini ditandai oleh hiperglikemia dan berkaitan
dengan abnormalitas, metabolisme karbohidrat, lemak dan protein. Abmormalitas
metabolik ini mengarah pada perkembangan bentuk spesifik komplikasi ginjal, okular,
neurogenik dan kardiovaskuler (Hotma Rumoharba, Skp, 1997).

Diabetes Mellitus adalah penyakit herediter (diturunkan) secara genetis resesi berupa
gangguan metabolisme KH yang disebabkan kekurangan insulin relatif atau absolut
yang dapat timbul pada berbagai usia dengan gejala hiperglikemia, glikosuria,
poliuria, polidipsi, kelemahan umum dan penurunan berat badan.

Klasifikasi

Klasifikasi etiologis DM American Diabetes Association (1997) sesuai anjuran


Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) adalah:

1. Diabetes tipe 1 (destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin


absolut):

a. Autoimun
b. Idiopatik
2. Diabetes tipe 2 (bervariasi mulai terutama dominan resistensi insulin disertai
defisiensi insulin relatif sampai terutama defek sekresi insulin disertai resistensi
insulin).

3. Diabetes tipe lain

a. Defek genetik fungsi sel beta:


Maturity Onset Diabetes of the Young (MODY) 1,2,3 2) DNA mitokondria

b. Defek genetik kerja insulin

c. Penyakit eksokrin pankreas

 Pankreatitis 
 Tumor / pankreatektomi 
 Pankreatopati fibrotakalkus 

d. Endokrinopati: akromegali, sindrom cushing, feokromositoma, dan hipertiroidism.

e. Karena obat / zat kimia

 Vacor, pentamidin, asam nikotinat 


 Glukokortikoid, hormon tiroid 
 Tiazid, dilantin, interferona, dll. 

f. Infeksi: rubela kongenital, sitomegalovirus

g. Penyebab imunologi yanng jarang : antibodi antiinsullin

h. Sindrom genetik lain yanng berkaitan dengan DM: sindrom down, sindrom
kllinefelter, sindrom turner, dll.

4. Diabetes Mellitus Gestasional

Etiologi

Insulin Dependent Diabetes Mellitus ( IDDM ) atau Diabetes Melitus Tergantung


Insulin ( DMTI ) di sebabkan oleh destruksi sel beta pulau lengerhands akibat proses
autoimun. Sedangkan Non Insulin Dependent Diabetes Melitus ( NIDDM ) atau
Diabetes Melitus Tidak Tergantung Insulin ( DMTTI ) disebabkan kegagalan relatif
sel beta dan resistensi insulin.

Patofisiologi

Karena proses penuaan, gaya hidup, infeksi, keturunan, obesitas dan kehamilan akan
menyebabkan kekurangan insulin atau tidak efektifnya insulin sehingga sehinga
terjadi gangguan permeabilitas glukosa di dalam sel.

Di samping itu juga dapat di sebabkan oleh karena keadaan akut kelebihan hormon
tiroid, prolaktin dan hormon pertumbuhan dapat menyebabkan peningkatan glukosa
darah.peningkatan kadar hormon – hoormon tersebut dalam jangka panjang terutama
hormon pertumbuhan di anggap diabetogenik ( menimbulkan diabet ). Hormon –
hormon tersebut merangsang pengeluaran insulin secara berlebihan oleh sel-sel beta
pulau lengerhans paankreas, sehingga akhirnya terjadi penurunan respon sel terhadap
innsulin dan apabila hati mengalami gangguan dalam mengolah glukoosa menjadi
glikogen atau proses glikogenesis maka kadar gula dalam darah akan meningkat.

Dan apabila ambang ginjal dilalui timbullah glukosuria yang menybebkan


peningkatan volume urine, rasa haus tersimulasi dan pasien akan minum air dalam
jumlah yang banyak ( polidipsi )karena glukosa hilang bersama urine, maka terjadi
ekhilangan kalori dan starvasi seeluler, slera makan dan orang menjadi sering makan (
polifagi ).

Hiperglikemia menyebabkan kadar gula dalam keringat meningkat, keringat menguap,


gula tertimbun di dalam kulit dan menyebabkan iritasi dan gatal – gatal. Akibat
hiperglikemia terjadi penumpukan glukosa dalam sel yang yang merusak kapiler dan
menyebabkan peningkaatan sarbitol yang akan menyebabkann gangguan fungsi
endotel. Kebocoran sklerosis yang menyebabkan gangguan – ganguan pada arteri dan
kepiler.

Akibat hiperglikemia terjadi penimbunan glikoprotein dan penebalan membran dasar


sehingga kapiler terganggu yang akan menyebebkan gangguan perfusi jaringan turun
yang mempengaruhi organ ginjal, mata, tungkai bawah, saraf. ( Elizabeth J. Corwin,
2001 )
Pathway DM

Manifestasi Klinis

1. Poliuria 
2. Polidipsia 
3. Polifagia 
4. Penurunan berat badan 
5. pruritus vulvular, kelelahan, gangguan penglihatan, peka rangsang dan kram
otot, ( gangguan elektrolit dan terjadinya komplikasi aterosklerosis ). Gejala
lain yangmungkin di dikeluhkan pada pasien adalah kesemutan, gatal-gatal,
mata kabur dan impotaansi pada pria. ( Mansjoer, 1999 )

Gejala Kronik

Gejala Kronik Diabetes Mellitus Kadang-kadng pasien yang menderita penyakit


Diabetes Mellitus tidak menunjukkan gejala akut ( mendadak ), tapi pasien tersebut
menunjukkan gajala sesudah beberapa bulan atau beberapa bulan mengiap penyakit
DM. gejala ini disebut gejala kronik atau menahun, adapun gejala kronik yang sering
timbul adalah :

 Kesemutan 
 Kulit terasa panas ( medangen ) atau seperti terusuk jarum 
 Rasa tebal di kulit sehingga seeehingga kalau berrjalan seperti di atas bantal
atau kasur 
 Kram 
 Mudah mengntuk 
 Capai 
 Mata kabur, biasanya sering ganti kaca mata 
 Gatal sekitar kemaluan, terrutama pda wanita 
 Gigi mudah lepas dan mudah goyah 
 kemempuan seksual menurun atau bahkan impoten 
 terjadi hambatan dalam pertumbuhan dalam anak-anak ( Tjokro Prawito, 1997 )

Adapun kelompok resiko tinggi yang memudahkan terkena penyakit diabetes melitus
adalah:

 kelompok usia dewasa tua (lebih dari 40 tahun) 


 kegemukan 
 tekanan darah tinggi 
 riwayat keluarga DM 
 riwayat DM pada kehamilan 
 riwayat kehamilan dengan BB lahir bayi 4 kg 
 riwayat terkena penyakit infeksi virus, misal virus morbili 
 riwayat lama mengkonsumsi obat-obatan atau suntikan golongan
kortikosteroid. ( Tjokro Prawito, 1997 )
Pemeriksaan Penunjang

 Glukosa darah: meningkat 200 – 100 mg/dl, atau lebih 


 Aseton plasma (keton): positif secara menyolok 
 Asam lemak bebas: kadar lipid dan kolesterol meningkat 
 Osmolalitas serum: menngkat tetapi biasanya kurang dari 330 m Osm/l 
 Natrium: mungkin normal, meningkat atau menurun Kalium: normal atau
peningkatan semu (perpindahan seluler), selanjutnya akan menurun Fosfor:
lebih sering menurun. 
 Hemoglobin glikosilat: kadarnya menngkat 2 – 4 kali lipat 
 Gas darah arteri: biasanya menunjukkan PH rendah dan penurunan pada HCO3
(Asidosis metabolik) dengan kompensasi alkalosis respiratorik. 
 Trombosit darah: Ht mungkin meningkat (dehidrasi), leukositosis,
hemokonsentraasi merupakan respon terhadap stress atau infeksi. 
 Ureum/Kreatinin: mungkin meningkat atau normal (dehidrasi/penurunan fungsi
ginjal) 
 Amilase darah: mungkin meningkat yang mengindikasikan adanya pankreatitis
akut sebagai penyebab dari Diaabetes melitus (Diabetik ketoasidosis) 
 Pemeriksaan fungsi ttiroid: peningkatan aktifitas hormon tiroid dapat
menongkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan insulin 
 Urin: gula dan asetan positif, berat jenis dan osmolalitas mungkin meningkat. 
 Kultur dan sensitivitas: kemungkinan adanya infeksi saaluran kemih, infeksi
pernafasan, dan infeksi pada luka.

Penatalaksanaan Medis

Tujuan utama untuk mengatur glukosa darah dan mencegah timbulnya komplikasi
akut dan kronis. Jika pasien berhasil mengatasi diabetesnya,ia akan terhindar dari
hiperglikemia dan hipoglikemia.

Penatalaksanaan medis pada pasien diabetes mellitus tergantung pada ketepatan


interaksi tiga faktor:

1. Aktivitas fisik 
2. Diet 
3. Intervensi farmakologi dengan preparat hipoglikemik oral atau insulin. 

Intervensi yang direncanakan untuk diabetes harus individual, harus berdasarkan pada
tujuan, usia, gaya hidup, kebutuhan nutrisi, maturasi, tingkat aktivitas, pekerjaan, tipe
diabetes pasien dan kemampuan untuk secara mandiri melakukan ketrampilan yang
dibutuhkan oleh rencana penatalaksanaan.

Tujuan awal untuk pasien yang baru didiagnosa diabetes atau pasien dengan kontrol
buruk diabetes harus difokuskan pada yang berikut ini:

1. Elminasi ketosis, jika terdapat 


2. Pencapaian berat badan yang diinginkan 
3. Pencegahan manifestasi hiperglikemia 
4. Pemeliharaan kesejahteraan psikososial 
5. Pemeliharaan toleransi latihan 
6. Pencegahan hipoglikemia

Pengelolaan Hipoglikemia:

a. Stadium permulaan (sadar):

 Berikan gula murni 30 gram (2 sendok makan) atau sirop/ permen gulamurni
(bukan pemanis pengganti gula atau gula diet/ gula diabetes) dan makanan
yang pengandung hidrat arang 
 Stop obat hipoglikemik sementara, periksa glukosa darah sewaktu 

b. Stadium lanjut (koma hipoglikemia):

 Penanganan harus cepat 


 Berikan larutan dekstrosa 40% sebanyak 2 flakon melalui vena setiap glukosa
darah dalam nilai normal atau di atas normal disertai pemantauan glukosa
darah 
 Bila hipoglikemia belum teratasi, berikan anatagonis insulin seperti: adrenalin,
kortison dosis tinggi, atau glukagon 1 mg intravena/ intramuskular 
 Pemantauan kadar glukosa darah.

Komplikasi

a. Akut

 Koma hipoglikemia 
 Ketoasidosis 
 Koma hiperosmolar nonketotik 
b. Kronik

 Makroangiopati, menegnai pembuluh darah besar, pembuluh darah jantung,


pembuluh darah tepi, pembuluh darah otak 
 Mikroangiopati, mengenaipembuluh darah kecil, retino diabetik, nefropati
diabetik 
 Neuropati diabetik 
 Rentan infeksi, seperti tuberculosis paru, gingivitas, dan infeksi saluran kemih 
 Kaki diabetik.

Konsep Asuhan Keperawatan Diabetes Mellitus

 Pengkajian

a. Riwayat

1. Informasi Umum:

 Umur 
 Sex 
 BB sebelum dan sesudah sakit 
 TB 

2. Jika klien telah terdiagnosa

 Gejala spesifik 
 Kapan gejalan tersebut muncul 
 Obat-obat diabetes: nama, berapa lama, cara penyuntikan RX. Obat 
 Jenis stressor: pekerjaan, rumah atau keluarga,penyaakit lain 
 Jenis monitoring: darah, urin 
 Program latihan: jenis 

3. Riwayat kesehatan dan masa lalu

4. Riwayat keluarga: DM, penyakit jantung, stroke, obesitas, riwayat lahhir mati,
kelahiran, dengan bayi 9 bulan

5. Riwayat kesehatan saat ini:

 Pandangan double kabur 


 “Cramp” kaki pada saat jalan dan saat istirahat tidak nyaman 
 Pada extrimitas terasa: baal, perubahan warna, dingin, kesemutan, nyeri. 
 Jika terdapat diare: fekol inkontinensia, kapan terjadinya 
 Adakah masalah pemasukan 
 Adakah masalah pemasukan: urin tersisa di vesicaurinaria menyebabkan rasa
penuh yang aba 
 Concern klien dan keluarga: harapan dan kebutuhhan khusus

b. Pemeriksaan Fisik

 Tingkat kesadaran → orientasi klien respon terhadap stimulasi 


 Tanda vital: N, S, TD, P, nafas bau aseton 
 Manifestasi komplikasi: tanda retinopati → ophtamoncopic 
 Suhu kulit, nadi lemah (posterior tibial dan dorsalis pedia) 
 Sensasi: tumpul dan tajam 
 Reflex 

c. Psikososia

 Gambaran klien tentang dirinya sebelum terdiagnosa dan persepsi saat ini. 
 Kapan klien terhadap kemampuan untuk melakukan tugas dan fungsi 
 Interaksi klien dengan anggota keluarga yang lain dan orang dalam pekerjaan
dan sekolah 
 Kapan kien merasa lebih stress 
 Suport dan pelayanan orang di sekitarnya 
 Depresi merasa kehilangan fungsi, kebebasan dan kontrol. 

d. Laboratorium

 Serum elektrolit (k dan Na) 


 Glukosa darah 
 BUN dan serum cretinin 
 Microalbuminuria 
 Glycosylated hemoglobin (HbA1c) 
 Nilai PH dan PCO2

Diagnosa Keperawatan, Kriteria Hasil dan Intervensi


1. Kekurangan volume cairan Dapat berhubungan dengan : Diuresis osmotik (dari
hiperglikemia), kehilangan gastrik berlebihan, diare, muntah, masukan dibatasi, mual,
kacau mental.

Kemungkinan dibuktikan oleh : Peningkatan keluaran urine, urine encer. Kelemahan,


haus, penurunan BB tiba-tiba, kulit /membran mukosa kering, turgor kulit buruk,
hipotensi, takikardi, pelambatan pengisian kapiler.

Hasil yang diharapkan/ Kriteria evaluasi pasien akan : Mendemonstrasikan hidrasi


adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil, nadi perifer dapat diraba, turgor kulit dan
pengisian kapiler baik,keluaran urine tepat secara individu, dan kadar elektrolit dalam
batas normal.

Intervensi

 Pantau TTV, catat adanya perubahan tekanan darah ortostatik. Rasional :


Hipovolemia dapat dimanifestasikan oleh hipotensi dan takikardia. 
 pantau Suhu, warna kulit, atau kelembabannya. Rasional : Meskipun demam,
menggigil dan diaforesis merupakan hal yang umum terjadi pada proses
infeksi, demam dengan kulit yang kemerahan, kering mungkin sebagai
cerminan dari dehidrasi. 
 Kaji adanya perubahan mental/ sensori Rasional : Perubahan mental dapat
berhubungan dengan glukosa yang tinggi atau yang rendah (hiperglikemia),
elektrolit yang abnormal, asidosis, penurunan perfusi serebral dan
berkembangnya hipoksia.

2. Kelelahan Dapat dihubungkan dengan : penurunan produksi energi metabolik,


perubahan kimia darah : insufisiensi insulin, peningkatan kebutuhan energi : status
hieper metabolik / infeksi.

Kemungkinan di buktikan oleh : kurang energi yang berlebihan, ketidakmampuan


untuk mempertahakan rutinitas biasanya, penutunan kinerja, kecenderungan untuk
kecelakaan.

Hasil yang di harapkan / kriteria Evaluasi pasien akan : mengungkapkan peeningkatan


tingkat energi, menunjukkan perbaikan kemampuan untuk berpartisipasi dalam
aktifitas yang di inginkan.

Intervensi
 Diskusikan dengan pasien kebutuhan akan aktivitas Rasional : pendidikan apat
memberikan motivasi untuk meninkatkan tingkat aktivitas meskipun passien
mungkin sangat lelah. 
 Berikan aktivitas alternatif dengan periode istirahat yang cukup / tanpa di
ganggu. Rasional : mencegah kelelahan yang berlebihan. 
 Pantau nadi, frekuensi pernapsan dan tekanan darah sebelum atua sesudah
melakukan aktivitas. Rasional : mengindikasikan tingkat aktivitass yang dapat
di toleransi secara fisiologis. 
 Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai
degnan yang dapat di toleransi Rasional : meningkatkan kepercayaan diri /
harga diri yang positif sesuai tingkat aktifitas yang dapat di toleransi pasien.

3. Kurang Pengetahuan ( Kebutuhan Beljar ) Mengenal Penyakit, Proknosis, dan


Kebutuhan Pengobatan. Dapat di hubungkan dengan : kurang pemajanan / mengingat
kesalahan interpretasi informasi.

Kemungkinan di buktikan oleh : pertanyaan atau meminta informasi, mengungkapkan


masalah.ketidakakuratan mengikuti instruksi terjadinya komplikasi yang dapat di
cegah.

Hasil yang di harapkan / kriteria Evaluasi pasien akan : mengungkapkan pemahaman


tentang penyakit. Mengidentifikasi hubungan tanda atau gejala degnan proses
penyakit dn menghubungkan gejala dengan faktor penyebab. Dengan benar
melakukan prosedur yang perlu dan menjelaskan rasional tindakan. Melakukan
perubahan gaya hidup dan beraprtisipassi dalaam program pengobatan.

Intervensi

 Ciptakan lingkungan saling percaya dengan mendengarkan penuh perhatian dan


selalu ada untuk pasien. Rasional : memperhatikan dan menanggapi perlu perlu
diciptakan sebelum pasien bersedia mengambil bagian dalam proses belajar. 
 Bekerja dengan pasien dalam menata tujuan belajar yang diharapkan Rasional :
pertisipasi dalaam perencanaan meningkatkan antusias dan bekerja sama
dengan pasien dengan prinsip-prinsip yang di pelajari. 
 Diskusikan tentang rencana diit, penggunaan makanan tinggi serta dan cara
untuk melakukan makan di luar rumah. Rasional : kesadaran tentang
pentingnya kontrrol diit akan membantu pasien dalam emrancanakan makan
atau menaati program. 
 Tinjau ulang pengaruh rokok pada penggunaan insulin, anjurkan pasien untuk
menghentikan merokok. Rasional : nikotin mengkonstriksi pembuluh darah
kecil daan absorbsi insulin di perlambat selama pembuluh darah ini mengalami
konstriksi.
 Identifikasi sumber – sumber yang ada di masyarakat, bila ada. Rasional :
dukungan kontinue biassanya penting untuk menumpang perubahan gaya hidup
dan meningkatkan penerimaan atas diri sendiri.

4. Risiko hipovolemia b.d. kehilangan cairan secara aktif

Kriteria Hasil :

• Status cairan meningkat

• Keseimbangan cairan meningkat

• Keseimbangan elektrolit meningkat

Intervensi

• Periksa tanda dan gejala hipovolemia

• Monitor intake dan output cairan

• Anjurkan memperbanyak cairan oral

• Pemberian cairan IV isotonic ( Nacl 0,9% )

5. Resiko ketidakseimbang elektrolit b.d Muntah

Kriteria hasil :

• Keseimbangan cairan meningkat

• Keseimbangan cairan elektrolit

• Status cairan baik

• Tingkat pengetahuan baik

Intervensi

• Identifikasi tanda dan gejala ketidakseimbang kadar elektrolit


• Identifikasi penyebab ketidakseimbangan elektrolit

• Jelaskan jenis,penyebab,penangan ketidakseimbangan elektrolit

• Kolaborasi

Daftar Pustaka 

 Petunjuk Praktis Pengelolaan Diabetes Mellsitus tipe 2. PB Perkeni, 2002. 


 Diabetes Mellitus klasifikasi, diagnosis, dan terapi. Askandar Tjokroprawito.
PT Gramedia Pustaka Utama, 1989. 
 Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Barbara Engram. Penerbit Buku
Kedokteran EGC, 1994.

Anda mungkin juga menyukai