Anda di halaman 1dari 15

Amnesia: Neuroanatomi dan Aspek Klinis

Sejarah Mengenai Lokasi Memori


Pendapat mengenai lokasi memori terdapat pada tiga zaman yang berbeda. Zaman pertama
terdapat pada periode di abad kedua. Selama zaman ini, perdebatan berfokus bukan pada masalah
eksplisit memori tetapi lokasinya, organ apa yang merupakan sumber dari memori. Sebagaimana
disebutkan di Bab 1, yaitu jantung dan otak. Pada zaman Galen, pada abad kedua, otak telah
ditetapkan sebagai organ dari pikiran. Sejak abad ke-dua sampai abad ke-delapan belas, masalahnya
adalah apakah fungsi kognitif terletak pada sistem ventrikular otak atau pada jaringan otak itu
sendiri. Hipotesis ventrikular mendapat dukungan dari gereja, dimana ruang kosong dari sistem
ventrikular dapat mengandung jiwa yang sangat halus, dan dualisme otak-pikiran dapat terjalin.
Namun, pengetahuan empiris menegakkan pandangan alternatif, berdasarkan jaringan otak mana
yang merupakan substrate material dari pikiran. Di zaman ketiga dan yang terakhir dari pendapat
mengenai lokasi dari fungsi otak dimulai sejak abad ke-sembilan belas sampai dengan saat ini.
Selama zaman ini, perdebatan fokus pada bagaimana aktivitas mental diatur di dalam otak.
Pendapat sebelumnya, yang dikenal dengan pandangan “localizationist”, adalah fungsi mental
spesifik diatur oleh bagian otak yang spesifik pula. Pendapat lainnya adalah bahwa semua bagian
otak terlibat sama rata dalam aktivitas mental dan tidak ada spesifisitas fungsi dari area otak.
Pendapat ini dikenal dengan pandangan “equipotential”.
Beberapa pendapat yang paling berpengaruh mengenai lokasi dari fungsi otak berasal dari
localizationist Franz Joseph Gall pada awal abad ke-19 (dengan pandangan terbaru dari kontribusi
Gall’s untuk memahami organisasi otak). Dua asumsi yang dibuat oleh Gall berhubungan dengan
diskusi yang terbaru, yaitu (1) otak adalah organ dari semua pancaindera, kecenderungan, dan
perasaan (“organ dari jiwa”) dan (2) otak terdiri dari banyak organ yang mengatur pancaindera,
kecenderungan, dan perasaan. Menurut Gall, untuk individu tertentu, regio spesifik dari otak yang
utamannya berhubungan dengan pembesaran regio tertentu, dan pembesaran otak ini dapat
dideteksi dari penonjolan dari cranium. Memori dan fungsi luhur lainnya, terletak pada porsi
anterior dari otak (Gambar 35-1). Ternyata, Gall salah mengenai hampir semua detail regio dari otak
yang berhubungan dengan fungsi kognitif. Tetapi, pendapat fundamentalnya bahwa bagian spesifik
otak mengatur fungsi spesifik adalah benar. Penelitian neurospesifik dan praktik neuropsikologikal
berlanjut dengan dasar pendapat ini.
Hampir 100 tahun setelah Gall menyatakan bahwa regio spesifik dari otak khusus untuk
memproses berbagai macam informasi, bukti mulai mengakumulasi bahwa berhubungan dengan

1
regio otak, lobus termporal medial, sampai fungsi memori. Von Bechterew (1900) menyajikan
penemuan neuropatologis postmortem dari otak seorang pria berusia 60 tahun yang mempunyai
masalah memori selama beberapa tahun terakhir usianya. Otak dari pria tersebut menunjukkan
bahwa perubahan patologis terdapat pada lobus temporal medial, termasuk formasi hipokampal.

Gambar 35-1
Sistem organologi Gall yang tampak dari sisi kiri kepala. Sebagian besar organ bersifat
bilateral. 27 organ Gall menunjukkan fungsi spesifik dari pikiran yang dibagi menjadi dua
grup. Terdapat 19 organ pada manusia yang mirip dengan hewan. Organ 11, bagian memori,
memori fakta, merupakan kemampuan mengingat detail spesifik dari sebuah kejadian atau
sesuatu yang berbeda dari lainnya. Secara keseluruhan, Gall menunjukkan memori tidaklah
berdiri terpisah, tetapi merupakan bagian sekunder dari 27 organ.

Mengikuti penemuan von Bechterew, beberapa penelitian kasus lainnya dipublikasikan,


bahwa gangguan memori berhubungan dengan kerusakan pada lobus temporal medial (Bab 9 dan
10). Satu dari kasus yang paling dikenal, dipublikasikan pada tahun 1950, seorang pasien dengan
gangguan berat dalam belajar hal baru yang telah dilakukan pengangkatan pada regio lobus
temporal medial dari otaknya karena kejang yang tidak dapat teratasi. Pasien ini telah diikuti selama
40 tahun. Selama interval ini, gangguan memori dari pasien tersebut tetap stabil, dan meneliti
pasien ini berkontribusi dalam pemahaman bagaimana memori diatur di dalam otak. Penemuan
terbaru dari MRI pasien ini (pada usia 66 tahun), menunjukkan bahwa lesi bilateral tidak meluas ke
posterior sebagaimana yang diduga; tetapi porsi substansial dari formasi hipokampal dengan korteks
perirhinal dan entorhinal rusak pada bagian bilateral.

Aspek Neuropsikologikal dari Amnesia

2
Gangguan dari mempelajari hal baru, atau amnesia anterograde, adalah definisi dari amnesia
organik. Amnesia anterograde yang berat akan mencegah pasien mengetahui fakta-fakta dari
penyakitnya. Nama dan wajah staff klinis, dan rute dari kamar rawat inap dan lokasi lainnya di dalam
rumah sakit. Namun pasien amnestik dapat mempunyai intelektual yang intak yang diukur
menggunakan tes psikometrik yang standard. Baru-baru ini, telah diketahui bahwa beberapa bentuk
dari proses belajar mungkin masih intak pada pasien dengan amnesia, walaupun sadar,
pengumpulan ulang eksplisitnya terganggu. Sebagai tambahan pada amnesia anterograde,
kebanyakan pasien amnesia memiliki beberapa derajat amnesia retrograde, yaitu, gangguan memori
terjadi sebelum adanya kerusakan otak. Komponen retrograde dari amnesia biasanya bertahap,
dengan memori yang baru berlangsung lebih riskan hilang daripada memori yang sudah lampau. Bab
berikutnya meliputi diskusi mengenai sumber gangguan ingatan pada amnesia, termasuk bagaimana
cara belajar hal baru pada komponen anterograde dari amnesia dan gradien temporal pada
komponen retrograde.
Penilaian gangguan memori biasanya melibatkan tes memori verbal dan non verbal, yang
mungkin akan mempunyai efek yang berbeda pada pasien dengan lesi unilateral. Beberapa tes
mempelajari informasi verbal biasanya mempunyai beberapa daftar yang harus diingat atau dikenali
kembali (contohnya, subtes memori logis dari Wechsler Memory Scale yang direvisi). Proses
pembelajaran visual biasanya diuji baik dengan mengingat (menggambar) atau pilihan multipel
desain abstract (misalnya Benton Visual Retention Test). Untuk diskusi lebih lengkap dari penilaian
neuropsikologis dari memori, lihat referensi 17

Perkembangan Model Hewan dari Amnesia pada Manusia


Pada tahun 1978, sebuah penelitian penting oleh Mishkin (1978) mempelajari mengenai
perkembangan dari contoh amnesia manusia pada primata. Bekerja dengan model hewan membuat
kami dapat mengidentifikasi beberapa struktur dalam lobus temporal medial yang penting sebagai
memori dan untuk menentukan bagaimana struktur dalam lobus temporal medial berkontribusi
dalam fungsi memori. Bersamaan dengan penelitian pada monyet, informasi neuropatologis yang
luas baru-baru ini didapatkan dari beberapa pasien amnesia yang memiliki kerusakan pada lobus
temporal medial. Bab ini menjelaskan penemuan dari penelitian pada moyet dan juga dari pasien
amnesia dengan kerusakan lobus temporal medial dan penelitian ini menunjukkan implikasi
organisasi memori pada lobus temporal medial. Peran memori pada regio lain (misalnya
diencephalon) baru-baru ini ditinjau tetapi tidak dibahas di bab ini. Sebagai tambahan, penemuan
dari penelitian pada hewan coba tikus juga baru-baru ini ditinjau tetapi tidak dibahas di bab ini.

3
Pada monyet, lesi bilateral dari lobus temporal medial cenderung membuat lesi surgikal yang
juga terdapat pada pasien amnesia, dimana lesi ini juga banyak membuat kerusakan memori pada
manusia. Seperti pada amnesia pada manusia, defisit memori pada monyet dengan kerusakan pada
lobus temporal medial yang muncul pada modalitas visual dan taktil, dan defisit ini dieksaserbasi
dengan mengalihkan hewan coba selama interval retensi. Seperti pada amnesia pada manusia,
monyet dengan lesi lobus temporal medial bilateral menunjukkan beberapa kemampuan
mempertahankan proses pembelajaran.

Percobaan Unik Delayed Nonmatching-to-Sample


Penelitian dengan monyet bergantung oleh beberapa tugas yang terkenal sensitif terhadap
amnesia pada manusia, termasuk retensi dari diskriminasi obyek sederhana dan pembelajaran
simultan dari beberapa pasang obyek (delapan pasang diskriminasi pembelajaran). Tugas memori
yang paling umum digunakan adalah unique delayed nonmatching to sample. Dalam tes rekognisi
memori, monyet pertama kali melihat sampel obyek. Lalu, setelah penundaan, obyek asli dan obyek
novel dipresentasikan bersamaan, dan monyet harus menggantikan obyek novel untuk
mendapatkan hadiah makanan. Setiap percobaan menggunakan pasangan obyek yang baru.
Validitas dari tugas yang sebagai tes rekognisi memori ini baru-baru ini dipertanyakan, lesi
temporal medial terlihat mempengaruhi performa pada keterlambatan pendek sebanyak
keterlambatan panjang (dimana gangguan memori seharusnya bermanifestasi primer pada
keterlambatan panjang). Namun, kesimpulan ini tidak berdasarkan penelitian yang didesain untuk
membandingkan interval retensi pendek dan panjang. Ketika digunakan desain eksperimental yang
sesuai, gangguan tentu dibatasi pada kondisi terlambat yang lama, konsisten dengan performa
memori dari pasien amnesia.

Identifikasi Sistem Memori dalam Lobus Temporal Medial


Kesulitan dalam bekerja baik dengan monyet-monyet dan manusia merupakan
ketidaktepatan dengan terminologi yang digunakan untuk menjelaskan komponen dari lobus
temporal medial. Pada hal tertentu, hippocampus biasanya digunakan untuk merujuk lapangan
hipokampus yang sesuai dan kadang-kadang pada regio yang lebih luas yang meliputi hipokampus
dan girus dentatum atau kompleks subicular. Pada bab ini, terminologi yang digunakan dalam
referensi terhadap komponen sistem memori lobus temporal medial baik pada monyet maupun
manusia: Hipokampus meliputi semua lapang hipokampus proper dan girus dentatum; terminologi
regio hippokampal meliputi hipokampus proper,girus dentatum, dan regio subicular; dan
terminologi formasi hipokampal meliputi regio hipokampal dan korteks entorhinal.

4
Penelitian pada monyet dan manusia telah mengidentifikasi sebuah sistem yang
berhubungan dalam lobus temporal medial yang penting untuk memori. Sistem lobus temporal
medial diperlukan untuk membuat memori deklaratif jangka panjang-yaitu, kapasitas untuk rekoleksi
kesadaran untuk fakta dan kejadian (terminologi lain untuk menjelaskan memori ini adalah memori
eksplisit). Sistem ini tidak dibutuhkan untuk memori jangka pendek atau untuk berbagai bentuk
nondeklaratif dari proses belajar, dimana informasi yang didapat melalui penampilan (lihat bab 36).
Sistem ini terdiri dari regio hipokampal dan area korteks yang berhubungan dengan regio
hipokampal (Gambar 35-2). Permukaan yang menempel dengan regio hipokampal meliputi
entorhinal, perirhinal, dan cortical hipocampal. Semua area korteks ini berhubungan dengan regio
hipokampal. Khususnya, korteks perirhinal dan parahippocampal hampir merupakan dua per tiga
dari input korteks pada korteks entorhinal. Korteks entorhinal, sebaliknya juga sebagai sumber
utama dari proyeksi korteks pada hipokampus dan girus dentatum.

RRR REGIO
HIPOKAMPAL

KORTEKS PROYEKSI
ENTORHINAL LANGSUNG LAINNYA

KORTEKS KORTEKS
PERIRHINAL PARAHIPOKAMPAL

AREA HUBUNGAN UNIMODAL DAN POLIMODAL


(frontal, temporal, dan lobus parietal)

Gambar 35-2
Sebuah gambaran skematik dari sistem memori lobus temporal medial. Korteks entorhinal
adalah sumber utama proyeksi menuju regio hipokampal. Hampir dua per tiga input korteks
pada korteks entorhinal berasal dari perirhinal sekitar dan korteks parahipokampal, yang
sebaliknya menerima proyeksi dari area unimodal dan polimodal pada lobus frontal, temporal,
dan parietal. Korteks entorhinal juga menerima input langsung lainnya dari korteks frontal
orbital, korteks cingulatum, korteks insular, dan girus temporal superior. Semua proyeksi ini
mempunyai hubungan timbal balik (dari Zola-Morgan et al, dengan izin.)

5
Bagian berikutnya meninjau temuan yang menunjukkan tiga ide penting mengenai peran
sistem lobus temporal medial pada fungsi memori: (1) beratnya gangguan memori bergantung lokus
dan perluasan kerusakan dalam sistem memori lobus temporal medial, (2) regio hipokampal itu
sendiri penting untuk memori dan (3) regio korteks dari sistem memori lobus temporal medial
(entorhinal, perirhinal, korteks parahipokampal) yang berperan penting dalam memori.
1. Hubungan antara beratnya gangguan memori dan lokus dan perluasan kerusakan dalam
lobus temporal medial.
Bekerja dengan monyet dan manusia memberikan ide bahwa beratnya gangguan memori
melibatkan lebih banyak komponen dari sistem memori lobus temporal medial yang rusak.
Pendapat ini didukung oleh penelitian pada monyet, bahwa telah dibandingkan performa tugas
memori oleh sekelompok monyet dengan kerusakan lobus temporal medial yang berbeda. Kami
baru-baru ini mengakumulasikan data lebih dari 10 tahun penelitian pada monyet untuk
memeriksa apa hubungan dari beratnya gangguan memori dan kerusakan lobus temporal medial
yang berkelanjutan. Performa memori pada beberapa grup monyet dengan kerusakan sistem
memori lobus temporal medial yang berbeda dibandingkan dengan performa memori pada
sekelompok monyet yang normal. (Gambar 35-3). Semua monyet telah diperiksa tes standard
kami yaitu tes baterai memori, dan semua monyet telah selesai dites baterai memori yang
standard, dan semua monyet telah diuji dengan tugas yang sama. Performa mengukur setiap 30
monyet yang digantikan dengan skor z, sehingga performa yang berbeda dapat diambil rata-
ratanya.
Temuan utama adalah beratnya gangguan memori bergantung oleh lokus dan perluasan
kerusakan dalam sistem memori lobus temporal medial (Gambar 35-3). Kerusakan terbatas pada
regio hipokampal (grup H) yang menyebabkan gangguan memori yang signifikan. Gangguan
memori yang lebih berat muncul mengikuti kerusakan H yang termasuk korteks entorhinal dan
parahipokampal (grup H-). Kerusakan semakin memberat dan masih mengikuti kerusakan H yang
meliputi semua regio korteks,yaitu entorhinal, parahipokampal korteks (grup H --).
Penemuan pada monyet dengan kerusakan pada regio hipokampal beserta regio korteks
disekitarnya (grup H- dan H--) menunjukkan bahwa manifestasi gangguan memori akan lebih
berat bila dibandingkan dengan monyet yang hanya dengan kerusakan pada regio hipokampal
saja. Pada monyet dan manusia, kerusakan pada regio korteks yang disebabkan oleh lesi pada
lobus temporal medial berkontribusi pada beratnya gangguan memori. Penting untuk mengingat
bahwa temuan ini tidak dapat diatribusikan pada prinsip aksi massal. Beratnya gangguan memori
pada monyet dengan lesi H -- tidaklah sederhana karena kerusakannya lebih berat bila

6
dibandingkan dengan monyet dengan lesi H -. Bila lesi H-meluas hingga melibatkan amygdala (lesi
H-A), gangguan memori yang berhubungan dengan lesi H - tidak bertambah berat. Tidak hanya
meluasnya kerusakan lobus temporal medial yang kritikal tetapi struktur spesifik apakah yang
mengalami kerusakan.

Gambar 35-3
Skor Mean z berdasarkan data dari pengukuran dari memori pada 10 monyet (grup N); 8 monyet
dengan kerusakan pada hipokampus proper, gyrus dentatum, dan kompleks subicular (grup H); 8
monyet dengan kerusakan yang juga meliputi sekitar entorhinal dan korteks parahipokampal
(grup H-); dan 4 monyet dimana lesi H- meluas ke depan meliputi korteks entorhinal anterior dan
korteks perirhinal (grup H--). Banyak komponen lobus temporal medial yang lesinya
meningkatkan beratnya gangguan memori. Kedua grup perbandingan cenderung signifikan.
Grup H terdiri dari monyet dari dua penelitian yang berbeda, monyet dengan kerusakan iskemia
pada regio hipokampal, dan monyet dengan lesi stereotaktik radiofrekuensi pada regio
hipokampal. Kedua grup menunjukkan gangguan memori signifikan dan berlangsung lama
ketika diamati dalam penelitian menggunakan uji memori standart; kedua grup lebih baik bila
dibandingkan grup H-, dan kedua grup H tidak berbeda secara statistik.

2. Peran memori pada regio hipokampal


Pada penelitian restrospektif yang baru disebutkan, temuan gangguan pada monyet pada
grup H mendukung bahwa hipokampus merupakan bagian kritikal untuk fungsi memori.
Temuan gangguan memori yang diakibatkan kerusakan bilateral pada regio hipokampal pada
monyet juga ditemukan pada amnesia pada manusia. Selama beberapa tahun, terdapat materi
post mortem dari beberapa penelitisn kasus amnesia pada manusia yang berhubungan dengan

7
kerusakan pada regio hipokampal atau kerusakan pada formasi hipokampal (regio hipokampal
dengan korteks entorhinal).
Masalah penting lain mengenai kerusakan iskemik atau anoksik adalah apakah kerusakannya
dapat diidentifikasi pada pemeriksaan histopatologis yang akurat untuk kerusakan neuralnya.
Kerusakan langsung lainnya mungkin dapat mengganggu fungsi neuronal pada area yang
penting pada memori dan dapat juga mengganggu perilaku tetapi tidak dapat menyebabkan
kematian. Pada pemeriksaan pada monyet, kami dapat memecahkan masalah ini dengan
mengembangkan model hewan coba dengan cerebral iskemia pada monyet yang menggunakan
teknik noninvasif yang melibatkan oklusi karotis selama 15 menit disertai dengan obat-obatan
farmakologis yang membuat hipotensi. Prosedur ini membuat kerusakan hanya pada sel CA1
dan CA2 dari hipokampus dan ujung dari girus dentatum. Tidak ada kerusakan lainnya di dalam
otak. Grup iskemik mempunyai kemiripan dengan grup dengan lesi surgikal pada regio
hipokampal (lesi H) dan lebih baik dibandingkan dengan grup H - dan grup lesi H-+. Data yang ada
tidak mendukung pernyataan bahwa kerusakan yang muncul setelah terjadinya iskemia global
berkontribusi dalam gangguan memori. Data mengenai beratnya gangguan memori pada
monyet dan manusia dengan kerusakan iskemik adalah apa yang akan diprediksikan dari
kerusakan yang bisa dideteksi secara histopatologis dan dapat dibandingkan dengan gangguan
yang disebabkan dari gangguan lesi histopatologis yang mirip.
Adanya gangguan memori yang diakibatkan kerusakan bilateral pada regio hipokampal dan
formasi hipokampal juga dilaporkan terjadi pada tikus. Temuan dari tikus, monyet, dan manusia
mempunyai korespondensi yang baik. Kerusakan pada regio hipokampal dan formasi
hipokampal pada ketiga spesies dapat membuat gangguan yang signifikan dan berlangsung
lama.
3. Memori dan korteks parahipokampal, entorhinal, perirhinal
Penelitian dengan monyet memberikan gambaran bahwa regio korteks dari lobus temporal
medial (perirhinal, entorhinal,dan korteks parahipokampal) baik secara terpisah maupun tidak,
berkontribusi pada fungsi memori, yaitu dengan koneksinya dengan neokorteks. Bukti peran dari
regio korteks berasal dari penelitian dengan kerusakan langsung pada korteks parahipokampal,
perirhinal, entorhinal, baik secara terpisah maupun terkombinasi. Sebagai contoh, monyet
dengan lesi kombinasi korteks parahipokampal dan perirhinal (lesi PRPH) menunjukkan gangguan
berat baik pada visual maupun taktil. Monyet dengan lesi PRPH terus menunjukkan gangguan
saat diuji visual setelah 2 tahun operasi.
Lesi lain dari regio korteks juga membuat gangguan memori. Monyet dengan lesi bilateral
pada korteks perirhinal menunjukkan gangguan memori. Kerusakan pada korteks perirhinal dapat

8
membuat gangguan substantial dibandingkan kerusakan pada komponen tunggal lain pada sistem
memori lobus temporal. Sebagai tambahan, gangguan memori pada lesi perirhinal ini berlangsung
lama.
Monyet dengan lesi bilateral pada korteks entorhinal menunjukkan gangguan memori, dan
gangguan yang muncul baik pada modalitas taktil dan visual. Namun, gangguan yang disebabkan
kerusakan entorhinal ini sedikit lebih ringan bila dibandingkan kerusakan perirhinal yang akan
terjadi. Gangguan yang menyebabkan kerusakan entorhinal hanya sementara. Monyet dengan lesi
entorhinal bilateral ketika diuji postoperatif, memiliki gangguan pada delayed nonmatching-to-
sample task, tetapi tidak didapatkan gangguan pada monyet-monyet tersebut ketika diuji ulang 9-14
bulan setelah operasi. Temuan ini menunjukkan bahwa korteks entorhinal mungkin berpartisipasi
pada uji yang bergantung pada sistem lobus temporal medial, mungkin bukan korteks entorhinal
yang penting dalam memori seperti pada penelitian yang baru disebutkan, yaitu delayed
nonmatching-to-sample task.
Efek pada monyet dengan kerusakan pada korteks parahipokampal belum dipelajari secara
sistematis. Monyet dengan lesi korteks parahipokampal bilateral menunjukkan bahwa korteks
parahipokampal mingkin tidak memegang peranan penting pada rekognisi memori sebagaimana
diukur oleh delayed nonmatching-to-sample task atau pada uji memori visual lainnya.
Penting untuk mencatat bahwa monyet dengan lesi pada regio korteks perlu dievaluasi dalam
konten koneksi neuroanatominya. Maka dari itu, patut diduga bahwa regio korteks yang berbeda
akan berkontribusi dalam hal yang berbeda pula dalam memori. Pendapat ini berasal dari fakta
bahwa informasi dari neokorteks memasuki sistem memori lobus temporal media pada poin yang
berbeda. Sebagai contoh, korteks perirhinal, tidak seperti korteks parahipokampal, menerima
proyeksi kuat dari visual area TE. Korteks parahipokampal, bukan korteks perirhinal menerima input
dari korteks parietal. Maka dari itu, dibandingkan korteks parahipokampal, korteks perirhinal
berperan lebih besar pada memori visual. Sedangkan korteks parahipokampal berperan lebih besar
pada memori spasial.
Dengan pandangan ini, temuan bahwa lesi korteks perirhinal akan mengganggu memori bila
dibandingkan lesi pada entorhinal maupun korteks parahipokampal akan ditunjang oleh fakta bahwa
sebagian besar peran dalam mengevaluasi efek kerusakan regio kortikal adalah peran dari memori
visual. Sementara temuan terakhir fokus pada pentingnya regio korteks yang berdekatan dengan
regio hipokampal, penting untuk mengevaluasi efek kerusakan terhadap regio korteks menggunakan
berbagai tes uji memori visual.
Dua regio tambahan yang berperan dalam fungsi memori yaitu amygdala dan stem temporal.
Poin utama selama beberapa dekade terakhir adalah baik formasi hipokampal dan amygdala pada

9
monyet maupun manusia harus terganggu bersamaan untuk dapat membuat gangguan memori
yang berat dan menetap. Selama dekade terakhir, kesimpulan yang berbeda telah didapat,
berdasarkan pemeriksaan eksperimental. Kuncinya adalah perkembangan prosedur yang membuat
lesi bilateral pada amygdala melalui pendekatan stereotaktik yang terpisah mengelilingi korteks
(korteks entorhinal dan perirhinal). Lesi bilateral komplit pada amygdala membuat metode ini tidak
mengganggu performa pada empat tugas memori yang berbeda, termasuk delayed nonmatching to
sample. Meluasnya lesi pada formasi hipokampal meliputi kerusakan pada amygdala yang tidak
mengeksaserbasi gangguan memori yang diakibatkan lesi dari formasi hipokampal itu sendiri.
Temuan ini menunjukkan bahwa gangguan memori berat, seperti amnesia pada manusia
bergantung pada formasi hipokampal dan anatomi di sekitarnya yang berhubungan dengan korteks,
perirhinal, entorhinal, dan korteks parahipokampal. Pada penelitian sebelumnya, satu regio korteks
atau lebih akan selalu terganggu selama pendekatan operasi yang biasa dilakukan untuk
menghilangkan amygdala. Telah dicari konsensus mengenai peran dari amygdala. (penting untuk
mencatat bahwa konsensus ini sesuai dengan pendapat bahwa amygdala berperan penting dalam
memori, termasuk rasa takut dan bentuk memori afektif lainnya, lihat bab 54).
Penelitian yang berbeda pada monyet juga mengevaluasi efek lesi terpisah pada “stem
temporal” pada memori, sebuah sistem yang terdapat pada bagian superfisial regio hipokampal.
Sistem ini menghubungkam neokorteks temporal dengan regio subkortikal,dan telah menjadi
struktur penting yang rusak pada amnesia lobus temporal. Namun, monyet dengan lesi stem
temporal tidak mengalami amnesia. Penelitian imaging yang terbaru pada pasien H.M. menunjukkan
bahwa stem temporal tidak rusak, seperti yang diduga sebelumnya.

Kasus Baru Mengenai Amnesia pada Manusia dengan Lesi yang Terbatas pada Formasi
Hipokampal
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, temuan dari uji memori formal pada pasien H.M,
seperti pada pasien lainnya dengan penghilangan lobus temporal medial yang sedikit lebih minim,
mengarah pada pandangan bahwa kerusakan pada lobus temporal medial, yaitu regio hipokampus,
bertanggungjawab terhadap amnesia. Kerusakan pada hipokampus juga berhubungan dengan
gangguan memori yang berhubungan dengan banyak kondisi neurologis, termasuk encephalitis viral,
sumbatan arteri serebral posterior, dan iskemia hipoksik. Penelitian mengenai fungsi memori
terkadang tidak dilakukan dengan sistematis, dan kerusakan pada hipokampus terkadang meluas.
Walaupun penelitian pada manusia membuktikan pentingnya fungsi memori pada lobus temporal
medial, juga terdapat beberapa keraguan seperti apakah lesi yang terbatas pada hipokampus saja

10
dapat menyebabkan amnesia. Pada bab berikutnya, beberapa penelitian akan menjelaskan dimana
kerusakan yang terjadi apakah pada regio hipokampal atau pada formasi hipokampal

Kerusakan yang Terbatas pada Regio Hipokampal


Pada tahun 1986, kami melaporkan kasus amnesia pada pasien (R.B.) yang mengalami
gangguan memori dengan episode iskemia yang berhubungan dengan operasi jantung. Pasien
menunjukkan gangguan memori anterograde yang bermakna yang menetap hingga kematiannya 5
tahun kemudian. Ia menunjukkan amnesia retrograde yang minimal dan tidak ada tanda gangguan
kognitif selain memori. Melalui pemeriksaan histologis, ditunjukkan bahwa hanya kerusakan yang
melibatkan lapang CA1 pada hipokampus yang dapat menyebabkan gangguan memori. Ini adalah
laporan kasus pertama mengenai amnesia yang terjadi pada lesi terbatas pada hipokampus, yang
informasi neuropatologis dan neurofisiologisnya tersedia.
Baru-baru ini, terdapat kasus tambahan dari amnesia dengan kerusakan terbatas pada lapang
CA1 dari hipokampus (Pasien G.D.). Pasien G.D menjadi amnesia pada tahun 1983 saat usia 43
tahun. Kejadian yang membuat amnesia adalah episode hipotensi yang muncul selama operasi.
Pasien G.D, seperti pasien R.B, mengalami kerusakan pada regio CA1 dari hipokampus (gambar 35-
4). Pasien G.D dipelajari selama 9.5 tahun sampai ia meninggal karena congestive heart failure.
Pasien R.B dan G.D menunjukkan derajat gangguan memori yang sama pada domain
anterograde. Skor mereka mirip dan melewati berbagai uji memori yang mirip, termasuk paired
associate learning, dimana subyek diberikan tiga percobaan konsekutif untuk mempelajari 10 pasang
kata yang tidak berhubungan (skor maksimum=30; R.B=1, G.D=5, dan kontrol subyek=22) dan
diagram mengingat dimana subyek pertama kali menyalin figur kompleks dan tanpa peringatan
sebelumnya, diminta untuk membuatnya 10-20 menit kemudian (skor maksimal tes delayed=36;
R.B=3;G.D=7, dan subyek kontrol=20.6)
Memori retrograde, memori untuk kejadian yang muncul sebelum terjadinya amnesia—juga
dievaluasi pada pasien. Deskripsi dari tes memori retrograde dan data untuk pasien yang dijelaskan
disini telah disebutkan sebelumnya. Secara keseluruhan, pasien R.B dan G.D membuktikan sedikit
retrograde amnesia.
Akhirnya, Victor dan Agamanolis melaporkan kasus lain dari amnesia yang terjadi setelah
beberapa seri kejang general, dan lesi melibatkan semua lapang dari hipokampus dan gyrus
dentatum. Sedikit data neuropsikologikal mengenai defisit anterograde dan retrograde pada
penelitian ini, tetapi beratnya gangguan memori yang dijelaskan dalam laporan tampak lebih berat
bila dibandingkan dengan pasien R.B dan G.D.

11
Gambar 35-4
(Panel kiri atas) Potongan koronal melewati regio hipokampal kiri dari otak manusia normal
yang dicat untuk badan Nissl. (Panel kanan atas) Potongan koronal melewati regio hipokampal kiri
dari pasien G.D. Lesi meliputi sebagian besar sel pada regio CA1 (ditandai tanda panah). Subiculum
terus kehilangan sel bilateral. (Panel kiri bawah) Potongan koronal melewati regio hipokampal dari
pasien L.M. (Panel kanan bawah) Potongan koronal melewati regio hipokampal pasien W.H.

Kerusakan Melibatkan Formasi Hipokampal


Pasien L.M menjadi amnesia pada 1984 saat berusia 54. Kejadian yang mencetuskan adalah
beberapa seri kejang general dan berhubungan dengan gagal nafas dan asidosis respiratori, Pasien
L.M, mengalami kerusakan regio hipokampal yang lebih berat dibandingkan pasien R.B atau pasien
G.D. Lesinya melibatkan semua lapang CA pada regio hipokampal dan juga gyrus dentatum (Gambar
35-4). Sebagai tambahan, pasien L.M kehilangan beberapa sel pada korteks entorhinal. Pasien L.M
dipelajari selama 6 tahun setelah onset terjadinya amnesia sampai ia meninggal karena kanker paru.
Performa pasien L.M pada tes individual memori anterograde mirip dengan performa pada
dua pasien lainnya (paired associate learning = 5; delay test for diagram recall = 6). Namun, karena
pasien G.D memiliki edukasi yang paling rendah dan IQ yang paling rendah, tidak mungkin
mengurutkan beratnya amnesia anterograde pada pasien R.B, G.D, dan L.M.

12
Pada tes amnesia retrograde, pasien L.M menunjukkan pola yang berbeda dalam performa
bila dibandingkan dua pasien lainnya. Pasien R.B dan G.D menunjukkan sedikit gangguan memori
retrograde, sedangkan pasien L.M menunjukkan amnesia retrograde yang berat. Sebagai contoh,
pada tes memori autobiografi dimana memori dibuat sebagau respon dari 75 kata, pasien G.D tidak
menunjukkan adanya retrograde amnesia. Pasien L.M mengalami amnesia retrograde (memorinya
lebih buruk pada kejadian yang mendekati onset terjadinya amnesia dan lebih baik pada kejadian
yang lebih jauh terjadi sebelum onset terjadinya amnesia), dan memori retrogradenya hingga 15
tahun sebelum terjadinya amnesia.
Pasien W.H menjadi amnesia selama beberapa hari pada Maret 1985 saat berusia 63 tahun.
Penyebab amnesianya tidak jelas. Kerusakan pada pasien W.H lebih luas dibandingkan pasien-pasien
yang telah disebutkan sebelumnya dan meliputi semua komponen regio hipokampal termasuk
kompleks subicular (Gambar 35-4). Sebagai tambahan, korteks entorhinal pada pasien W.H
mengalami kematian sel yang berkelanjutan. W.H dipelajari selama 7.5 tahun sampai ia mengalami
emphysema tahap akhir pada tahun 1993.
Gangguan memori anterograde pada pasien W.H lebih berat pada pasien lainnya. Pada
paired associate learning, skor pasien W.H hanya 0, pada delay test of diagram recall, skornya 1.
Pada tes memori retrograde, pasien W.H menunjukkan hasil yang sama dengan pasien L.M. Yaitu, ia
mengalami defisit memori retrograde yang berat, dan retrograde amnesianya berjalan 15 tahun
sebelum terjadinya amnesia.

Amnesia Anterograde: Hubungan antara Beratnya Gangguan dan Meluasnya Kerusakan pada
Lobus Temporal Medial
Gambar 35-5 menyimpulkan informasi neuropsikologikal dan neuropatologikal pada pasien
R.B, G.D, L.M, dan W.H. Temuan dari pasien ini memberikan dua poin penting pada amnesia
anterograde. Yang pertama, temuan dari pasien R.B, G.D, dan L.M menunjukkan bahwa kerusakan
yang utamanya pada regio hipokampal, cukup untuk membuat gangguan mempro anterograde yang
berlangsung lama dan signifikan. (L.M mengalami kematian sel pada korteks entorhinal). Seperti
yang telah dijelaskan sebelumnya, gangguan memori yang signifikan juga ditunjukkan pada monyet
dan tikus ketika terjadi kerusakan regio hipokampal. Penemuan ini mendukung pendapat bahwa
regio hipokampal penting untuk memori.
Kedua, pasien R.B, G.D, dan L.M dengan kerusakan pada regio hipokampal, menunjukkan
gangguan memori yang sedikit lebih ringan bila dibandingkan dengan pasien W.H, atau pasien H.M,
yang keduanya mengalami kerusakan tambahan. Pada kasus pasien W.H, kerusakan tambahan
melibatkan kompleks subicular; pada kasus pasien H.M, kerusakan tambahan melibatkan korteks

13
entorhinal dan perirhinal. Temuan dari penelitian pada pasien dengan amnesia, seperti temuan pada
monyet dengan lesi lobus temporal medial, mengindikasikan bahwa gangguan memori bisa
dieksaserbasi ketika kerusakan melibatkan regio korteks di sekitar regio hipokampal. Temuan pada
pasien dengan amnesia konsisten dengan pendapat yang ditemukan pada penelitian pada monyet,
bahwa beratnya gangguan memori bergantung lokus dan perluasan dari kerusakan pada lobus
temporal medial dan regio kortikal di sekitar regio hipokampal yang penting untuk memori.

Amnesia Retrograde: Hubungan antara Beratnya Gangguan dan Perluasan Kerusakan pada Lobus
Temporal Medial
Jarang untuk dapat mempelajari pasien amnesia retrograde dengan kerusakan selektif dan
histologis. Temuan dari beberapa pasien yang dijelaskan disini memberikan informasi penting
mengenai beberapa aspek amnesia retrograde. Kerusakan pada lapang CA1 saja tidak membuat
amnesia retrograde yang berat (pasien R.B dan D.G). Ketika kerusakan melibatkan lebih dari lapang
CA1, dapat muncul amnesia retrograde yang berat (pasien L.M, W.H, dan laporan kasus Victor dan
Agamanolis, seperti pada kasus H.M).
Temuan dari pasien yang dijelaskan disini juga memberikan pertanyaan mengenai hubungan
antara amnesia anterograde dengan amnesia retrograde. Gangguan pada pasien disebutkan di sini
menjelaskan bahwa amnesia retrograde dan anterograde dapat disebabkan oleh kerusakan pada
regio yang sama, misalnya formasi hipokampal. Memori anterograde dan retrograde bergantung
pada integritas formasi hipokampal, namun memori anterograde dapat dengan mudah terganggu
bila dibandingkan dengan memori retrograde (lesi pada lapang CA1 cukup untuk membuat gangguan
memori anterograde yang signifikan). Sebagaimana disebutkan sebelumnya, amnesia retrograde,
amnesia anterograde, dapat bervariasi tingkat keparahannya bergantung luasnya kerusakan pada
formasi hipokampal.
Formasi hipokampal terlibat dalam formasi memori baru, namun formasi hipokampal dan
struktur terkaitnya hanya berperan sementara dalam penyimpanan memori. Setelah pembelajaran,
memori diatur kembali. Memori permanen diperankan oleh bagian lain, agaknya di neocortex.
Penting untuk mencatat bahwa beberapa pasien dengan gangguan memori mengalami
amnesia retrograde yang luas tanpa gradien temporal. Pada beberapa kasus, memori terpencil
terganggu pada setiap periode. Satu kemungkinan adalah amnesia retrograde yang berat
membutuhkan kerusakan yang lebih (atau berbeda dari) struktur lobus temporal medial dengan
amnesia terbatas. Kerusakan tambahan ini mungkin mengganggu performa pada tes memori
terpencil tanpa berkontribusi pada amnesia anterograde. Informasi neuropsikologikal dan anatomi
tambahan akan dibutuhkan untuk mengidentifikasi determinan dari amnesia retrograde dan untuk

14
mengkonfirmasi bahwa bentuk amnesia retrograde tidak sesuai dengan gangguan memori
anterograde.

IKHTISAR
Kesimpulannya, penelitian pada monyet (lebih spesifik, temuan bahwa beratnya gangguan
memori meningkatkan banyak komponen sistem memori lobus temporal medial yang rusak),
konsisten dengan temuan amnesia pada manusia. Gangguan memori sedang pada pasien yang
disebutkan di atas yang mengalami kerusakan pada formasi hipokampal berlawanan dengan
gangguan memori yang lebih berat pada pasien H.M, yang mengalami reseksi bilateral pada lobus
temporal medial, termasuk regio hipokampal dan regio korteks di sekitarnya.
Selama kurang lebih 100 tahun, amnesia berhubungan dengan kerusakan pada beberapa
regio pada otak. Di antaranya, amygdala, regio hipokampal, korteks di sekitar regio hipokamoal
dalam lobus temporal medial, nucleus mamilary dan thalamus medial dalam diencephalon. Sampai
saat ini, masih tidak jelas, apakah kerusakan yang terbatas pada struktur ini akan menghasilkan
kerusakan memori yang signifikan. Saat ini, temuan dari penelitian pada tiga spesies – tikus, monyet,
dan manusia—menyajikan banyak poin korespondensi dengan temuan pada monyet dengan lesi
lobus temporal medial. Penelitian menunjukkan bahwa lesi bilateral yang terbatas pada regio
hipokampal dapat membuat amnesia. Temuan tambahan mengindikasikan bahwa regio korteks di
sekitar regio hipokampal – perirhinal, entorhinal, dan korteks parahipokampal – juga penting untuk
fungsi memori.

15

Anda mungkin juga menyukai