Anda di halaman 1dari 3

CIRI-CIRI BISNIS BERETIKA

1.Ketaatan pada Hukum dan Aturan

Pelaku usaha dikatakan menyimpang dari aturan dan hukum bila tidak mengindahkan ketentuan-
ketentuan dalam undand-undang (contoh: Undang-Undang Perlindungan Konsumen, Undang-
Undang tentang Pangan, Undang-Undang Lingkungan, dsb.) atau mengingkari kesepakatan yang
telah dibuat oleh para pihak (contoh: perjanjian).

 Pengembang yang menjual rumah dengan mengabaikan persyaratan legalitas maupun


ketentuan standar keselamatan;

 Perusahaan yang mempekerjakan anak, melanggar ketentuan cuti hamil dan cuti bersalin,
libur dan dan istirahat karyawan.

 Perusahaan yang memungut imbalan atau jaminan uang atas pekerjaan yang diberikan
kepada karyawan;

 Perusahaan yang menjual produk yang rusak, daluarsa, dan berbahaya;

 Pengelola parkir yang mencantumkan klausula eksonerasi (pengingkaran atau pengalihan


tanggungjawab) atas risiko kehilangan kendaraan atau barang dalam kendaraan yang di
parkir di wilayahnya

 Perusahaan yang menggunakan iklan yang menyesatkan

2.Akuntabilitas

Pelaku dikatakan tidak menerapkan prinsip akuntabilitas bila pelaku usaha tidak menerapkan
prinsip-prinsip usaha yang sehat dan bertanggungjawab, yang meliputi tahapan perencanaan,
perancangan, produksi, pemasaran, penjualan, dan pelayanan purna jual. Asas ini mengharuskan
pelaku usaha menjalankan usaha dengan profesional dan bertanggungjawab. Berikut ini contoh
perusahaan yang tidak akuntabel bila:

 Manager investasi yang menanamkan uang klien pada investasi yang berisiko tinggi
hanya demi mengejar ’rente’;

 Produsen yang tidak cermat dalam mengolah produk sehingga membahayakan kesehatan
konsumen;

 Perusahaan periklanan membuat iklan yang tidak sesuai dengan kenyataan, menyudutkan
pesaing, dan cenderung merupakan muslihat.

 Kontraktor bangunan mengabaikan konstruksi bangunan sehingga membahayakan


konsumen.
3.Responsibilitas

Responsibilitas adalah suatu sikap bertanggungjawab atas suatu kerugian yang dikeluhkan
konsumen, atau yang didesakkan oleh masyarakat tentang suatu penyimpangan. Perusahaan
mestinya memegang teguh janji yang harus ditepati, dan segera menepatinya. Dalam dunia
usaha, penyimpangan yang banyak terjadi adalah pengalihan tanggungjawab (eksonerasi), yang
mana pelaku usaha secara sepihak memutuskan untuk tidak bertanggungjawab atas risiko
kerugian yang diderita konsumen, meskipun barang tersebut dalam wilayah kekuasaan pengelola
parkir. Contoh pelaku usaha yang tidak bertanggungjawab:

 Penjual menolak memberi ganti rugi atas kerusakan barang yang merugikan pembeli;

 Pengelola parkir yang menolak mengganti kerugian atas kendaraan yang hilang di
wilayah parkirnya;

 Perusahaan yang menolak membantu biaya perawatan rumah sakit pada karyawan yang
mengalami kecelakaan kerja;

4.Transparansi

Pelaku usaha disebut transparan apabila mereka memberikan informasi secara proporsional dan
efektif. Seringkali pelaku usaha sengaja menutupi atau menyembunyikan informasi tertentu
kepada konsumen dengan tujuan mengelabui atau memanipulasi kesan.

Contoh pelanggaran diantaranya:

 Penjual barang tidak menginformasikan cacat yang tersembunyi kepada konsumen;

 Perusahaan pembiayaan konsumen tidak menjelaskan risiko hukum yang timbul bila
terjadi wanprestasi;

 Produsen obat tidak mencantumkan efek samping obat yang dijual

5.Kejujuran

Kejujuran adalah suatu nilai dimana pelaku usaha mengatakan sesuatu dengan sebenar-benarnya,
tanpa ada yang dipalsukan atau disembunyikan. Dalam praktik, banyak pelaku usaha yang
membuat iklan atau promosi yang manipulatif, menutupi cacat, membuat kesan yang
menyesatkan, dan sebagainya.
Contoh pelanggaran:

 Penjual obat mengklaim obatnya bisa menyembuhkan bermacam-macam penyakit


seketika;

 Pemilik toko memasang iklan menjual barang diskon, yang sebenarnya hanya bermaksud
menggiring orang orang membeli barang lain;

 Bank menentukan sepihak menaikkan beban tagihan yang sudah disepakati semula

6.Independensi

Independen artinya mandiri, tidak dipengaruhi oleh pihak lain. Pelaku usaha yang berbisnis
dibawah tekanan dari pihak lain. Pelaku usaha yang berbisnis dibawah tekanan dari pihak lain
tidak akan bisa menghasilkan produk maupun proses yang bisa dipertanggungjawabkan. Pelaku
usaha yang independen akan berpedoman pada keyakinan dan kompetensinya sehingga produk
yang dihasilkan diyakini aman dan memberi manfaat terbaik bagi konsumen. Contoh adanya
intervensi:

 Pengembang ’menyunat’ spesifikasi konstruksi perumahan agar bisa menyisihkan


sejumlah uang untuk para pejabat pemerintah bagian perijinan.

 Anggota asosiasi usaha dilarang menjual barang atau jasa dibawah harga yang sudah
dipatok oleh asosiasi, meskipun harga rendah tersebut sudah menguntungkan.

 Pengelola media massa hanya boleh menyampaikan berita-berita yang tidak


’menyinggung’ penguasa

7.Empati

Bisnis yang berempati artinya bisnis yang bisa memperlakukan pihak lain sebagaimana dirinya
mau diperlakukan. Ini selaras dengan ajaran ’the golden rule’ .

Contoh pelanggaran diantaranya:

 Perusahaan pembiayaan tidak mau tahu kesulitan konsumen untuk membayar angsuran
meskipun yang bersangkutan sedang di rawat di rumah sakit;

 Penjual menjual produk yang membahayakan keselamatan konsumen;

 Pengerah tenaga kerja memeras para TKI

Anda mungkin juga menyukai