Anda di halaman 1dari 45

TUGAS MAKALAH SOSIOLOGI PEDESAAN

Untuk Memenuhi Tugas Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Sosiologi Pedesaan

Disusun oleh
Muh. Abdul Rokib : 185050101111054
Elisabet Ica Ivana : 185050101111055
Citra Nurma Yunita : 185050101111056
Haniatul ulya : 185050101111057
Ningsih Marcelina Munte : 185050101111058

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Malang
2018

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat-Nya yang telah dilimpahkan kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan Tugas Akhir Semester Sosiologi Perdesaan yang merupakan
bagian dari Ujian Akhir Semester (UAS). Dalam tugas ini kami membahas
mengenai laporan hasil penelitian di Desa Pandanwangi

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas
akhir semester mata kuliah sosiologi pedesaan dan disamping itu juga untuk
meningkatkan pengetahuan mahaiswa mengenai materi pada mata kuliah ini.

kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu


menyelesaikan makalah ini, terutama kepada dosen yang telah memberikan
bimbingan kepada kami semua

Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari


kesempurnaan, Akhir kata kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua. Kritik dan saran yang bersifat membangun akan kami terima dengan
senang hati.

Malang, 2 Desember 2018

(Penulis)

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan

BAB II INTERAKSI SOSIAL


2.1 Bentuk dan Cara Interaksi Sosial yang Terjadi Di Masyarakat
2.2 Kelangsungan Komunikasi dalam Interaksi Sosial
2.3 Peranan Sifat asosiatif dan disosiatif
2.4 Diskriptif masyarakat dengan kelompok yang gemeinschaft & gesselschaft

BAB III KELOMPOK DAN ORGANISASI SOSIAL


3.1 Kelompok yang ada dalam masyarakat
3.2 Perasaan Out grup dan in grup dalam masyarakat
3.3 Kelompok yang bersifat gemeinschaft dan geselfchaft
3.4 Termasuk ke masyarakat pedesaan atau perkotaan

BAB IV KEBUDAYAAN DAN MASYARAKAT


4.1 Kebudayaan khusus yang dimiliki warga
4.2 Dinamika kebudayaan masyarakat

BAB V LEMBAGA SOSIAL


5.1 Usage, Folkways, Mores dan Costum yang menjadi ciri masyarakat
5.2 Sistem sosial control dalam masyarakat
5.3 Sampel organisasi dianalisi dengan teori
5.4 Contoh conformity dan deviation

3
BAB VI LAPISAN MASYARAKAT
6.1 Sifat pelapisan masyarakat yang terjadi
6.2 Sosial Classes yang terjadi dalam masyarakat
6.3 Keberadaan Achieved status dan ascribed status
6.4 Gerak sosial dalam masyarakat

BAB VII KEKUASAAN, WEWENANG, DAN KEPEMIMPINAN


7.1 Saluran kekuasaan ynag dimiliki pemimpin setempat
7.2 Bentuk dan piramida masyarakat setempat
7.3 Wewenang pemimpin dalam masyarakat
7.4 Sifat kepemimpinan

BAB VIII PERUBAHAN SOSIAL DAN KEBUDAYAAN


8.1 Perubahan yang dialami masyarakat
8.2 Faktor yang menyebabkan perubahan
8.3 Organisasi, disorganisasi dan reorganisasi dalam masyarakat

BAB IX PERMASALAHAN SOSIAL


9.1 Permasalahan Sosial dalam Masyarakat

BAB X PEMBANGUNAN DAN MODERNISASI DESA


10.1 Pembangunan
10.2 Modernisasi

BAB XI PENUTUP
11.1 Kesimpulan
11.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sosiologi pertama kali dikenalkan pada abad ke-19 oleh ahli filsafat
dari perancis yang bernama Auguste Comte, dia menulisnya dalam sebuah
buku yang bejudul Cours De Philosophie Positive yang berisikan tentang
pendekatan umum untuk mempelajari masyarakat. Sosiologi tersusun dari 2
kata yang bersal dari bahasa Latin yaitu Socius yang artinya teman dan Logos
yang artinya ilmu. Secara keseluruhan, Sosiologi berarti ilmu yang
mempelajari masyarakat.
Masyarakat sendiri adalah sekelompok atau gabungan dari individu
yang saling memiliki hubungan yang erat, memiliki kebudayaan, dan
memiliki kepentingan yang relatif sama.Sesuai dengan pengertianya
Sosiologi bertujuan untuk mempelajari seluruh aspek dari masyarakat
termasuk perilaku, budaya, perkembangan dan perubahan masyarakat dengan
meneliti dan menarik kesimpulan dari masyarakat, khususnya mengenai
perilaku atau pattern sosial manusia.

Sosiologi dikategorikan sebagai ilmu yang fleksibel. Hal ini karena


sosiologi berisi pemikiran seseorang yang dapat sewaktu waktu berubah
sesuai dengan keadaan dan seiring berjalanya perkembangan yang terjadi di
dalam objek penelitianya yaitu masyarakat. Dan juga bisa dilihat dari sifatnya
yang tersusun dari penelitian-penelitian ilmiah yang bersifat kaku namun bisa
dikritik oleh publik.

5
1.2 Rumusan masalah

1. Bagaimana bentuk dan cara interaksi social yang terjadi di masyarakat


Desa Pandanangi ?
2. Bagaimana kelompok dan organisasi social yang ada di masyarakat Desa
Pandanwangi?
3. Bagaimana hubungan antara kebudayaan dangan masyarakat Desa
Pandanwangi?
4. Bagaimana lembaga masyarakat Desa Pandanwangi?
5. Bagaimana stratifikasi social yang terjadi di masyarakat Desa
Pandanwangi ?
6. Bagaimana kekuasaan dan wewenang yang terjadi di masyarakat Desa
Pandanwangi ?
7. Bagaimana proses perubahan social di masyarakat Desa Pandanwangi ?
8. Bagaimana pembangunan dan modernisasi di masyarakat Desa
Pandanwangi ?

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah memenuhi tugas matakuliah
Sosiologi Pedesaan memberi pengetahuan dan pemahaman mengenai
sosiologi yang ada di Desa Pandanwangi, kec.Blimbing, kab.Malang.

6
BAB II
INTERAKSI SOSIAL

2.1 Interaksi Sosial


Manusia terlahir sebagai makhluk individu dan juga makhluk sosial,
sebagai makhluk individu manusia memiliki sifat yang unik dan berbeda
beda antar orang lain, dan sebagai makhluk sosial manusia tidak akan dapat
hidup sendiri tanpa adanya bantuan dari orang lain. Hubungan yang terjadi
pada masarakat tersebut dinamakan interaksi sosial. Adapun pengertian
interaksi sosial menurut Gillin dan Gillin (dalam Soekanto dan Sulistyowati,
2013 : 55), mengungkapkan bahwa interaksi sosial merupakan hubungan-
hubungan sosial dinamis yang menyangkut hubungan antara orang-orang-
perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang
perorangan dengan kelompok manusisa.
Soekanto dan Sulistyowati (2013) menyatakan bahwa suatu interaksi
sosial terbentuk dari dua syarat dan tidak akan mungkin terjadi apabila tidak
terpenuhi, dua syarat ini yaitu :
1. Adanya kontak sosial (social contract), secara harfiah berarti bersama
sama menyentuh baik secara langsung dan tidak langsung dan dapat
berlangsung dalam tiga bentuk. Yaitu antarindividu, antarindividu dengan
kelompok, antarkelompok.
2. Adanya komunikasi, yaitu seseorang memberi arti pada perilaku orang
lain, perasaan-perasaan apa yang ingin disampaikan oleh orang tersebut.
Orang yang bersngkutan kemudian memberi reaksi terhadap perasaan yang
ingin disampaikan orang tersebut yang berupa kata kata maupun tindakan.
Interaksi sosial sendiri dibedakan menjadi tiga macam (Maryati dan
Suryawati dalam Syamsudi,2012), yaitu :
1. Interaksi antara individu dan individu.Interaksi ini terjadi melalui proses
sosialisasi yaitu proses anggota masyarakat baru mempelajari norma
dalam maysarakat, contohnya seorang anak kecil yang mempelajari
kebiasaan dalam keluarganya Dalam hubungan ini bisa terjadi interaksi
positif ataupun negatif. Interaksi positif, jika jika hubungan yang terjadi

7
saling menguntungkan. Interaksi negatif, jika hubungan timbal balik
merugikan satu pihak atau keduanya (bermusuhan).
2. Interaksi antara individu dan kelompok. Contohnya yaitu apabila ada
seseorang yang merasakan pertentangan dalam tindakan dengan norma
norma dalam masyarakat. Interaksi ini pun dapat berlangsung secara
positif maupun negatif. Bentuk interaksi sosial individu dan kelompok
bermacam - macam sesuai situasi dan kondisinya.
3. Interaksi sosial antarkelompok. Interaksi social ini merupakan hubungan
kelompok dengan kelompok lain dan terjadi sebagai satu kesatuan bukan
kehendak pribadi. Misalnya, kerja sama antara dua perusahaan untuk
membicarakan suatu proyek.
Menurut observasi yang kami lakukan di Desa Pandanwangi
menunjukan Interaksi yang terjalin antar individu di Desa Pandanwangi
adalah hubungan antara seorang tamu dengan pemilik rumah, yang mana
tamu melakukan interaksi social dengan pemilik rumah dengan cara berjabat
tangan maupun mengucapkan salam. hasil observasi interaksi individu dan
kelompok yang tejalin di Desa Pandanwangi yaitu hubungan antar umat
beragama yang baik dimana setiap warganya saling mernghargai. Tidak
hanya itu saja, interaksi yang terjadi antara ketua RT dan masyarakat rt nya
termasuk interaksi individu dan kelompok, dimana ketua RT menyampaikan
informasi kepada masyarakat. Interaksi antar kelompok di Desa Pandanwangi
dapat dilihat pada hubungan, dimana terdiri dari beberapa RT, antar RT yang
satu dengan RT yang lain melakukan suatu interaksi berupa gotong royong.
Observasi yang dilakukan di Desa Pandanwangi digunakan untuk
mengetahui interaksi sosial yang terjadi dalam masyarakat, baik interaksi
antarindividu, antara individu dan kelompok, dan interaksi antarkelompok.
Interaksi yang terjalin antarindividu di Desa Pandanwangi adalah hubungan
antara seorang tamu dengan pemilik rumah, yang mana tamu melakukan
interaksi social dengan pemilik rumah dengan cara berjabat tangan maupun
mengucapkan salam. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan (Racmawati dkk.
,2011) yang meneliti interaksi antarindividu di Desa Gunung Sari berupa
komunikasi yang terjalin pada saat melayani pengunjung di wisata alam di

8
GSE. Interaksi antara individu dan kelompok maksudnya dimana kya’i
tersebut merupakan seorang individu (ketua) yang melakukan interaksi
dengan murid-muridnya yang mana murid adalah suatu kelompok adalah
interaksi yang terjadi antara ketua suatu kelompok dengan para anggotanya
Soekanto (dalam Racmawati dkk. ,2011). Hal tersebut sesuai dengan hasil
observasi interaksi individu dan kelompok yang tejalin di Desa Pandanwangi
yaitu hubungan antara ketua RT dengan warga desanya melakukan
silahturahmi setiap hari-hari besar agama, seperti hari raya idul fitri, hari raya
natal, dan hari raya waisak dimana ketua rt mengayomi warganya untuk
datang kesetiap warganya yang merayakan hari tersebut. Termasuk interaksi
individu dan kelompok, dimana kepala desa menyampaikan informasi kepada
masyarakat. Interaksi antarkelompok di Desa Pandanwangi dapat dilihat pada
hubungan pada Desa Pandanwangi dimana terdiri dari beberapa RT, antar RT
yang satu dengan RT yang lain melakukan suatu interaksi berupa
gotongroyong.

2.2 Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial

Soekanto (dalam Rusdiana,2014) menyatakan bahwa bentuk-bentuk


interaksi sosial dapat berupa kerjasama (cooperation), persaingan
(competititon), akomodasi (accommodation) dan petentangan atau pertikaian
(conflict). Yang kemudian menurut proses sosialnya dibagi menjadi dua
bagian yaitu asosiatif dan disosiatif. Adapun penjelasan lebih lanjut tentang
proses-proses ini adalah sebagai berikut :
1. Proses Asosiatif
Proses Asosiatif adalah sebuah proses yang terjadi saling pengertian dan
kerja sama timbal-balik antara orang per orang atau kelompok satu dengan
kelompok lainnya, dimana proses ini menghasilkan pencapaian tujuan-
tujuan bersama (Syamsudi,2012). Proses Asosiatif dapat dibagi menjadi 3
(tiga) bagian (Soekanto dan Sulistyowati,2013), yaitu :
a) Kerjasama (corporation)
b) Akomodasi (Accomodation)
c) Asimilasi (Assimilation)

9
2. Proses Disosiatif
Proses Disosiatif merupakan proses perlawanan yang dilakukan oleh
individu-individu dan kelompok dalam proses sosial diantara mereka pada
suatu masyarakat (Syamsudi,2012). Proses Disosiatif dapat dibagi menjadi
3 (tiga) bagian (Soekanto dan Sulistyowati,2013 ), yaitu :
a) Persaingan (competition)
b) Kontravensi (contravention)
c) Pertentangan (pertikaian atau conflict)

Menurut observasi yang kami lakukan di Desa Panndanwangi


menunjukkan bahwa proses asosiatif yang dijumpai dalam bentuk kerjasama
dalam kegiatan gotong royong yang rutin dikerjakan berupa membersihkan
lingkungan dan saluran air yang berada di setiap pinggir jala dusun yang
melibatkan warga dusunnya. Menurut Bapak Arifin (18/11/2018) proses
disosiatif yang dijumpai di Desa Pandanwangi yaitu pertentangan dimana
pertentangan tersebut berupa permasalahan dalam warga umumnya pada
kalangan remaja

Hasil observasi yang dilakukan di Desa Pandanwangi digunakan


untuk mengetahui bentuk-bentuk interaksi social dan proses sosial berupa
proses asosiatif dan disosiatif. Proses asosiatif yang dijumpai adalah kerjasam
berupa kegiatan gotong royong yaitu membersihkan lingkungan dan selokan
di sepanjang pinggir jalan dusun yang melibatkan warga desanya, hal tersebut
sesuai dengan pendapat (Sari, 2014) yang melakukan penelitian interaksi
sosial antara anggota dengan masyarakat sekitar, yaitu kegiatan gotong royong
atau kerja bakti merupakan bentuk kerjasama, dimana kegiatan kerja bakti
atau gotong royong melibatkan masyarakat sekitarnya. Kerjasama disini
dimaksudkan sebagai suatu usaha bersama antar orang perorang atau
kelompok manusia untuk mencapai satu atau beberapa tujuan bersama
(Soekanto,2013:65). Pada proses disosiatif yang dijumpai di Desa
Pandanwangi yaitu pertentangan dimana pertentangan tersebut berupa
permasalahan dalam antar warga yang umumnya terjadi dikalangan remaja,
hal itu semua terjadi akibat adanya perbedaan pendapat yang mendasari

10
timbulnya pertikaian. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan (Soekanto dalam
Rusdiana, 2005:98) bahwa pertentangan atau pertikaian terjadi disebabkan
adanya perbedaan antara individu-individu, perbedaan kebudayaan, perbedaan
kepentingan, perubahan sosial. Dalam mengatasi pertikaian atau pertentangan
warga di Desa Pandanwangi mengadakan suatu musyawarah karena warga
desa selalu mengedepankan musyawarah untuk mengatasi hal-hal tersebut,
namun apabila dengan jalan tersebut masih belum mendapatkan jalan
tengahnya, para warga memanggil pihak berwajib. Hal tersebut sesuai dengan
pernyatan (Soekanto, 2013) bahwa masyarakat biasanya memiliki sarana-
sarana untuk menyalurkan benih-benih permusuhan; alat-alat tersebut dalam
ilmu sosiologi dinamakan safetly-valve institutions. Hal tersebut hanya
digunakan untuk menetralisirkan ketegangan-ketegangan yang timbul dari
situasi pertentangan tersebut.

Gambar Dirumah Bapak Arifin

11
Gambar ikut mebantu dalam mengajarkan diniyah

Foto bersama dengan adik-adik diniyah

Gambar Mengikuti warga dalam melakukan ibadah sholat berjamaah

12
BAB III
KELOMPOK DAN ORGANISASI SOSIAL

3.1 Klasifikasi Tipe-Tipe Kelompok Sosial


Kelompok sosial yaitu himpunan atau kesatuan manusia yang
hidup bersama. Ada aksi dan ada reaksi. Pelakunya lebih dari satu. Antara
individu dengan individu, individu dengan kelompok dan antara kelompok
dengan kelompok. Kelompok juga dapat mempengaruhi lingkungan sosial
dimana anggotanya yang saling tergantung satu sama lain dan setidak-
tidaknya memiliki potensi untuk melakukan interaksi satu sama lain.
Kelompok juga tidak bisa terlepas dari unsur-unsur berupa keberadaan dua
orang atau lebih yang melakukan interaksi untuk mencapai suatu tujuan yang
telah ditetapkan. Dengan menyatukan sebuah visi dan misi dari setiap individu
yang ada didalam sebuah kelompok maka akan tercapailah sebuah tujuan
(Pratiwi dkk. , 2013). Adapun pembagian kelompok yaitu atas dasar kesatuan
wilayah, atas dasar kepentingan yang sama.
Menurut observasi yang kami lakukan di Desa Pamdanwangi, Kec.
Blimbing menunjukkan bahwa adanya kelompok yang terbentuk atas dasar
kesatuan wilayah dan atas dasar kepentingan yang sama. Kelompok social
yang terbentuk atas dasar kesatuan wilayah berupa kelompok pengajian atau
tahlilan, dimana mereka melakukan kegiatan tahlilan apabila terdapat salah
satu dari warga mereka yang meninggal dunia dan kegiatan pengajian
dilakukan rutin tiap minggu minimal satu kali, kata bapak Dr.H. Affandi. dan
juga kelompok ibu-ibu PKK yang mana kegiatannya dilakukan secara rutin
seminggu sekali. Para warga di desa tersebut juga tidak jarang secara bahu-
membahu membenahi sarana yang kurang memadai diantaranya adalah
pembuatan saluran air, sehingga mereka tidak perlu mengeluarkan uang untuk
membayar tenaga kerja. Dari hasil pengamatan dan wawancara dapat
diketahui bahwa beberapa kelompok-kelompok di Desa Pandanwangi, Kec.
Blimbing terbentuk atas dasar kepentingan yang sama. Pada daerah tersebut
tidak jarang mengadakan posyandu serta acara-acara lainnya seperti acara 17-
an dan memperingati hari Muharram dan hari besar lainnya Warga di desa

13
tersebut kompak dan bersemangat dalam mengikuti kegiatan yang ada.
Menurut sumber dari wawancara yang kami lakukan, kegiatan seperti itu
sudah ada sejak dahulu yang dilakukan turun-temurun hingga sekarang. Ada
juga kelompok yang dibentuk tetapi tanpa organisasi, yaitu dibentuknya 3
orang per tim untuk menjaga portal guna keamanan pada setiap malamnya,
kegiatan tersebut dilakukan setiap hari secara bergantian sesauai jadwal dan
tim yang sudah ditentukan sebelumnya dan juga kelompok untuk mengatur
jalan di persimpangan dan tikungan, dan Warga desa tersebut juga sangat
ramah terhadap masyarakat sehingga individu yang baru tinggal pada daerah
tersebut merasakan perasaan in grup dikarenakan sifat dari warga yang
terbuka dalam menerima individu baru tersebut.
Dalam daerah tersebut juga terdapat kelompok yang bersikap
gemeinscaft (Paguyuban) yang terbentuk antara ikatan darah. Yaitu antar
orang tua dan anaknya, mereka terlihat tampak sangat menyayangi, ketika
orang tua sibuk bekerja maka anaknya disibukan juga dengan kegiatan-
kegiatan positif. Ketika orang tua nya libur atau weekend maka anaknya pun
diajak untuk main atau Familytime. Hal ini sebanding dengan pendapat
dengan Prof. Dr Soerjono Soekanto yang menyatakan bahwa paguyuban
merupakan bentuk kehidupan bersama di mana anggota-anggotanya diikat
oleh hubungan batin yang murni dan bersifat alamiah serta bersifat kekal.
Jadi dapat kami simpulkan bahwa dari beberapa sikap kelompok-
kelompok sosial yang terdapat di Desa Pandanwangi, Kec. Blimbing
termasuk kedalam masyarakat perdesaan.

14
Gambar Posyandu

3.2 Out-group dan In-group dalam Masyarakat


Di dalam kehidupan masyarakat kita sering mendengar istilah “kami”
dan “mereka”. Hal seperti ini akan muncul pada saat kepentingan suatu
kelompok sosial serta sikap-sikap yang mendukungnya terwujud dalam
pembedaan kelompok-kelompok sosial tersebut yang dibuat oleh individu.
Dengan demekian akan dikategorikan ke dalam :
a) In-group apabila individu di dalam suatu kelompok
mengidentifikasi dirinya dengan kelompok sosialnya. Sikap-sikap
di dalam in-group pada umumnya di dasarkan pada faktor simpati
dan selalu memiliki perasaan dekat dengan anggota-anggota
kelompok.
b) Out-group apabila individu menganggap suatu kelompok menjadi
lawan dari in-groupnya. Sikap sebagai out-group selalu ditandai
dengan suatu kelainan yang berwujud antagonisme atau antipasti.
Hal ini sering dikaitkan dengan istilah-istilah kami atau kita dan
mereka. Misalnya: kami adalah wartawan, sedangkan mereka
adalah olahragawan, kami adalah mahasiswa sedangkan mereka
adalah pelajar.

15
Dari penjelasan di atas, kita dapat mengetahui bahwa untuk
menganggap suatu kelompok social merupakan In-group atau Out-group dari
seorang individu adalah relatif, karena tergantung pada situasi-situasi social
tertentu (Soekanto, 2013).
Menurut observasi yang kami lakukan di Desa Pandanwangi, Kec.
Blimbing menunjukkan bahwa adanya kelompok sosial yang merupakan In-
group atau Out-group. Kelompok sosial In-group yang dapat dilihat di Desa
Pandanwangi, Kec. Blimbing kelompok pegawai industri dan kelompok guru
dimana warga di Desa Pandanwangi mayoritas berprofesi sebagai pekerja di
industri marning dan guru. Sedangkan kelompok Out-group adalah adanya
sesorang yang mau menginap dirumah pasangannya yang mana statusnya
belum menikah di Desa Pandanwangi, sesorang tersebut harus memiliki ijin
untuk dapat bermalam disana karena seseorang tersebut bukan warga Desa
Pandanwangi

3.3 Gemeinschaft dan Gesselschaft


Ferdinand Tonnies (1960) mengatakan bahwa manusia dan
kemauannya selalu hidup saling berhubungan yang ditujukan untuk
mempertahankan ataupun untuk menghilangkan kemauan orang lain;
hubungan-hubungan yang ditujukan untuk mempertahankan kemauan itu
adalah hubungan-hubungan yang bersifat positif, yang kegunaannya adalah
untuk membentuk suatu kelompok yang dapat bekerja ke luar maupun ke
dalam, kelompok tersebut dapat berbentuk sebagai gemeinschaft dapat pula
sebagai gesselschaft’; dalam konsep setempat gemeinschaft ini diartikan
sebagai paguyuban dan gesselschaft sebagai patembayan.
Menurut Drs. Syarif Moeis (2008), gemeinschaft adalah bentuk
kehidupan bersama dimana anggota-anggotanya diikat oleh hubungan batin
yang murni dan bersifat alamiah serta bersifat kekal, pengelompokkan ini
menggambarkan satu kolektifitas dan solidaritas yang kuat; ciri lain dari
persekutuan hidup ini adalah relasi sosial yang bersifat intim, pribadi, dan
relatif dalam lingkungan yang terbatas. Dasar hubungan tersebut adalah rasa
cinta dan ras kesatuan batin yang memang telah dikodratkan. Kehidupan
tersebut dinamakan juga bersifat nyata dan organis, sebagaimana dapat

16
diumpamakan dengan organ tubuh manusia atau hewan. Bentuk gemeinschaft
terutama akan dapat dijumpai di dalam keluarga, kelompok kekerabatan,
rukun tetangga, dan sebagainya. Gesselschaft merupakan ikatan lahir yang
bersifat pokok untuk jangka waktu yang pendek, bersifat sebagai suatu bentuk
dalam alam pikiran belaka (imaginer) serta strukturnya bersifat mekanis
sebagaimana dapat diumpamakan dengan sebuah mesin, pengelompokkan ini
menggambarkan satu tipe kehidupan bersama yang didalamnya terdapat
relasi-relasi sosial yang longgar. Bentuk gesselschaft terutama terdapat
didalam hubungan perjanjian yang berdasarkan ikatan timbal-balik, misalnya
ikatan antar pedagang, organisasi dalam suatu pabrik atau industri, dan
sebagainya.
Hasil observasi yang dilakukan di Desa Pandanwangi didapatkan
adanya kelompok sosial yang dikatakan merupakan paguyuban
(Gemeinschaft) dan patembayan (gesellschaft). Paguyuban (Gemeinschaft)
adalah kelompok sosial yang anggota-anggotanya memiliki ikatan batin yang
murni, bersifat alamiah, dan kekal yang mempunyai ciri-ciri adanya ikatan
batin yang kuat antaranggota dan hubungan antar anggota bersifat informal.
Contoh Paguyuban (Gemeinschaft) yang ada di Desa Pandanwangi adalah
adanya ikatan berdasarkan tempat tinggal (gemeinschaft of place) yaitu di
Desa ini terdiri dari beberapa dusun dan Rt didalamnya, yang mana antara Rt
satu dengan Rt yang lain saling membantu ketika diadakan bersih desa di Desa
Pandanwangi. Patembayan (gesellschaft) adalah kelompok social yang
anggota-anggotanya memiliki ikatan lahir yang pokok untuk jangka waktu
yang pendek, patembayan sendiri dapat dijumpai pada ikatan antar pedagang,
organisasi dalam suatu pabrik atau industri. Patembayan (gesellschaft) sendiri
di Desa Pandanwangi adalah adanya sebuah perkumpulan para guru yang
memiliki sebuah ikatan dalam hal profesi dan berlaku dalam jangka pendek

3.4 Masyarakat Perdesaan atau Perkotaan


Masyarakat perdesaan adalah suatu masyarakat yang mempunyai
hubungan yang lebih erat dan lebih mendalam ketimbang hubungan mereka
dengan warga masyarakat perdesaan lainnya. System kehidupan biasanya

17
berkelompok atas dasar system kekeluargaan. Penduduk masyarakat
perdesaan umumnya hidup dari pertanian (Soekanto, 2013:136). Masyarakat
perdesaan menganggap bahwa golongan orang-orang tua umumnya memiliki
peran penting. Orang akan selalu meminta nasihat kepada mereka apabila ada
kesulitan-kesulitan yang dihadapi. Apabila ditinjau dalam pemerintahan pada
masyarakat desa, hubungan antara penguasa dengan rakyat berlangsung tidak
resmi. Segala sesuatu dijalankannya atas dasar musyawarah. Masyarakat
perkotaan atau urban community adalah masyarakat yang tidak tertentu
jumlah penduduknya. Tekanan pengertian “kota” terletak pada sifat serta ciri
kehidupan yang berbeda dengan masyarakat perdesaan. (Soekanto, 2013:138).
Menurut observasi yang di lakukan di Desa Pandanwangi
menunjukkan bahwa didesa ini masyarakat terbagi menjadi dua yaitu sebagian
masyarakat pedesaan dan sebagian lagi masyarakat perkotaan. Hal tersebut
dapat diliat dari masyarakat yang bertempat tinggal di Pandanwangi ada
warganya yang bekerja sebagai petani ata peternak, dan mayoritasnya sebagai
guru. Menurut (Soekanto, 2013:136). Penduduk masyarakat perdesaan
umumnya hidup dari pertanian. Di dalam desa ini golongan tua maupun tokoh
masyrakat yang paling utama di hormati , hal tersebut sesuai dengan
pernyataan (Soekanto, 2013:137) bahwa masyarakat perdesaan menganggap
golongan orang-orang tua dalam masyarakat perdesaan umunya memegang
peranan penting. Di Desa Pandanwangi sendiri hubungan antar warganya
sangat erat karena mereka saling mengenal satu dengan yang lain, sehingga
kalau terjadi sesuatu hal dapat mengandalkan atau meminta bantuan tetangga
sekitarnya. Hubungan warga yang erat ini didasari karena faktor keagamaan
yang kental dalam masyarakat yang di dominasi umat muslim.

18
Industri Marning Jagung

19
BAB IV
KEBUDAYAAN DAN MASYARAKAT

4.1 Kebudayaan Khusus dalam Masyarakat


Kebudayaan merupakan keseluruhan pengetahuan, kepercayaan,
kesusilaan dan kebiasaan yang diperoleh manusia sebagai anggota
masyarakat. Kebudayaan merupakan kelakuan atau kebiasaan yang
senantiasa diulang ulang dan diajarkan sebagai sesuatu yang baik dan patut
untuk diturunkan dari satu generasi kegenerasi berikutnya (Sastrosupono,
1982). Kebudayaan khusus ialah kebudayaan khas yang menjadi ciri khas
suatu daerah tertentu. Terdapat beberapa tipe kebudayaan khusus, diantaranya
kebudayaan khusus atas dasar agama. Salah satu bentuk kebudayaan khusus
atas dasar agama dapat digambarkan dengan sebuah kesenian bernuansa
Islami yang berkembang di daerah tersebut.
Seperti yang kami jumpai pada observasi di Desa Pandanwangi, kami
mendapatkan hasil bahwa di desa ini memiliki kebudayan bernuansa islami
berupa sholawat tiba, kegiatan ini berupa menyanyikan sholawat nabi dengan
diiringi musik rebana, kegiatan ini terdiri dri kelompok remaja masjid, dan
rutin mengadakan latihan sehabis isya, dan kegiatan ini diadakan pada saat
hari hari besar islam maupun agenda rutin dalam majelis jamaah nahdlatul
ulama.
Selain itu, kami mendapatkan hasil bahwa masyarakat di sana
memiliki salah satu kebudayaan berupa kesenian Jaran kepang. Jaran kepang
sendiri merupakan kesenian daerah berupa atraksi menggunakan property
jaran yang dimainkan oleh sekelompok orang dengan iringan musik dari
gamelan. Kesenian tersebut tidak sering di pertontonkan. Acara tersebut
biasanya dimulai selepas sholat isya pada pukul 8 malam hingga selesai.
Warga Desa Pandanwangi biasanya berbondong-bondong melihat kesenian
tersebut.
Kesenian merupakan aspek universal yang dapat ditemukan dalam
kebudayaan dahulu, sekarang dan dimanapun juga, maka kesenian akan
mengalami perkembangan sesuai dengan perkembangan kebudayaan yang

20
ada. Kesenian bukanlah merupakan masalah yang dapat dipandang dari segi
aspeknya saja, melainkan merupakan bagian dari kebudayaan manusia atau
budaya masyarakat. Kesenian adalah salah satu unsur dari kebudayaan yang
merupakan bentuk aktifitas manusia dalam berungkap melalui satuan garapan
medium maupun mengungkap nilai-nilai bersandikan pada seluruh kehidupan
manusia dalam ajang budayanya untuk disampaikan dengan tujuan
tertentu (Kartodirdjo, 1990). Hal tersebut sesuai dengan yang terjadi di Desa
Pandanwangi dimana kesenian khususnya berupa jaran kepang atau
semacamnya sering dijumpai di banyak daerah, hanya saja warga desa
menyebutnya dengan sebutan jaran kepang. Kesenian jaran kepang ini
merupakan sebuah medium bagi masyarakat untuk mengenalkan kesenian
jaman dahulu kepada masyarakat di era globalisasi seperti saat ini.
4.2 Proses Dinamika Kebudayaan
Manusia dan kebudayaan adalah sesuatu yang tidak dapat dipisahkan,
karena manusia adalah pendukung adanya kebudayaan. Kebudayaan adalah
suatu fenomena yang selalu berubah. Perubahan tersebut dapat terjadi karena
adanya pergeseran zaman. Sehingga dapat diartikan bahwa dinamika sebagai
gerak. Dinamika kebudayaan adalah sebuah kebudayaan yang mengalami
proses perubahan atau berjalannya suatu kebudayaan yang dipengaruhi oleh
kemajuan zaman. Dinamika kebudayaan identik dengan perubahan unsur-
unsur kebudayaan universal, yang apabila dilihat dalam kenyataan atau realita
hidup masyarakat di suatu daerah, tidak semua unsur mengalami perubahan
yang sama. Ada unsur yang mengalami perubahan secara cepat, ada juga
yang perubahannya lambat atau bahkan sulit berubah.
Dinamika juga ditemukan dalam bentuk rumah masyarakat Desa
Pandanwangi. Bentuk bangunan di desa ini cukup beragam. Di desa ini, kami
mulai menemukan bentuk bangunan modern seperti halnya bangunan rumah
di kota-kota besar. Tetapi bangunan rumah di desa ini masih dominan
tradisional. Bahkan kami menjumpai rumah warga yang pada bagian atapnya
mengalami kerusakan atau bolong sehingga ketika hujan datang, air hujan
akan masuk kedalam rumah melalui ata yang bolong.

21
Definisi dinamika kebudayaan adalah gerak manusia yang hidup di
dalam masyarakat yang menjadi wadah kebudayaan. Gerak manusia terjadi
karena ia mengadakan hubungan-hubungan dengan manusia lain. Dalam
hubungan tersebut akan timbul akulturasi dimana suatu kelompok manusia
dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur suatu
kebudayaan asing yang berbeda sehingga unsur-unsur kebudayaan asing
tersebut lambat laun diterima dan diolah kedalam kebudayaan sendiri, tanpa
menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri (Soekanto,
2013). Sesuai dengan yang terjadi di Desa Pandanwangi yang apabila
disimpulkan, dinamika di desa ini cukup maju karena walaupun terbilang
daerah perdesaan, namun sudah terdapat beberapa bangunan rumah yang
mengadopsi gaya rumah perkotaan. Selain itu desa ini juga mampu menerima
kebudayaan asing serta mengolahnya kedalam kebudayaan sendiri seperti
yang terdapat pada kesenian jaran kepang yang telah di jelaskan sebelumnya.

Gambar bentuk rumah dahulu

22
BAB V

LEMBAGA KEMASYARAKATAN

Gambar perubahan bentuk rumah

Lembaga kemasyarakatan sendiri memiliki arti sebagai pranata sosial.


Pranata sosial ialah suatu sistem tata kelakuan dan hubungan yang berpusat
kepada aktivitas-aktivitas untuk memenuhi kompleks-kompleks kebutuhan
khusus dalam kehidupan masyarakat. Lembaga kemasyarakatan terdapat di
dalam setiap kehidupan masyarakat tanpa memedulikan taraf kebudayaan
bersahaja atau modern, karena setiap masyarakat pasti memiliki kebutuhan
pokok yang apabila di himpun akan menjadi lembaga kemasyarakatan
(Soekanto, 2013). Lembaga Kemasyarakatan dapat disebut sebagai lembaga
yang dibentuk masyarakat dengan prinsip-prinsip kesukarelaan, kemandirian
dan keragaman. Karakteristiknya terdiri dari lembaga kemasyarakatan yang
berbasis: kewilayahan, keagamaan, profesi, kebudayaan (termasuk adat
istiadat), kepemudaan, gender, dan interest group/kepentingan.

5.1 Kekuatan Mengikat Norma


a. Usage (cara)
Usage adalah suatu bentuk perbuatan yang apabila menyimpang tidak
akan mengakibatkan hukuman yang berat. Seperti jam bertamu bagi
perempuan jika kerumah laki-laki yang belum sah secara hukum tidak
boleh melebihi jam kunjungan yaitu jam 21.00 jika melanggar akan di
tegur oleh RT setempat. Dan juga jam bertamu selain warga Desa
Pandanwangi tidak boleh melebihi jam yang di tentukan yaitu jam
21.00 jika menginap, maka harus izin ke RT setempat.

23
b. Folkways (kebiasaan)
Folkways merupakan suatu perbuatan yang dilakukan secara berlulang-
ulang dalam bentuk yang sama. Misalnya seperti memberi hormat
kepada orang yang lebih tua. Di Desa Pandanwangi juga demikian,
warga dusunnya sangat menghormati orang tua. Apabila perbuatan
tersebut dilanggar, maka orang yang melanggar tersebut akan di anggap
tidak sopan dan dianggap telah melakukan penyimpangan.

c. Mores (tata kelakuan)


Mores atau tata kelakuan yang mencerminkan sifat-sifat yang hidup
dari kelompok manusia yang dilaksanakan sebagai alat pengawas,
secara sadar maupun tidak sadar, oleh masyarakat terhadap anggota-
anggotanya. Seperti yang ada pada Desa Pandanwangi, apabila ada
peristiwa penyimpangan seperti pencurian dan pencuri tersebut
tertangkap basah oleh warga, pencuri tersebut langsung di bawa ke pos
siskamling dan selanjutnya di serahkan kepada pihak yang berwenang.
Warga tidak ikut menghakimi pencuri tersebut, tetapi hanya
membawanya ke pihak yang berwajib saja.

d. Custom (adat istiadat)


Tata kelakuan yang kekal serta kuat integrasinya dengan pola-pola
perilaku masyarakat dapat meningkat kekuatan mengikatnya. Seperti
adat yang dilakukan oleh warga Desa Pandanwangi, yaitu acara
pengajian di masjid-masjid yang dipimpin oleh Kyai setempat.

5.2 Social Control

Social control atau pengendalian sosial merupakan bentuk


pengawasan masyarakat untuk mencegah penyimpangan sosial serta
mengajak dan mengarahkan masyarakat untuk berprilaku dan bersikap sesuai
dengan norma yang berlaku. Dari sudut sifatnya pengendalian sosial dibagi
menjadi dua yaitu, bersifat preventif dan represif. Preventif adalah

24
pengendalian sosial yang bertujuan untuk melakukan tindakan pencegahan
terhadap kemungkinan terjadinya penyimpangan sosial, sedangkan represif
adalah pengendalian sosial yang bertujuan untuk mengembalikan keserasian
yang pernah terganggu karena terjadinya suatu penyimpangan. Warga
Desa Pandanwangi sepakat apabila ada yang melakukan penyimpangan
berupa perselingkuhan, akan di lakukan secara musyawarah antar pihak
keluarga dan RT setempat.

Pengendalian (kontrol sosial) diperlukan agar kehidupan


sosialisasi di masyarakat terjalin dengan harmonis, serta mengurangi
terjadinya penyimpangan-penyimpangan sosial yang dilakukan oleh
individu atau kelompok (Hamzah, 2015). Hal demikian sesuai dengan yang
berlaku di masayarakat Desa Pandanwangi. Jadi, warga Desa Pandanwangi
melakukan pengendalian sosial dalam bentuk menggelar pengajian supaya
dapat membangun moral berdasarkan nilai ajaran agama bagi generasi
muda desa agar terhindar dari prilaku menyimpang dan menciptakan
suasana harmonis antar individu serta melakukan pemberian sanksi terhadap
yang melanggarnya untuk memberikan efek jera.

Pengendalian preventif

5.3 Lembaga Masyarakat Desa

25
Lembaga masyarakat adalah lembaga yang dibentuk oleh anggota
masyarakat secara sukarela atas dasar kesamaan visi, misi, fungsi dan
kegiatan untuk berperanserta dalam pembangunan desa. Misalnya saja pada
Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK). PKK yaitu organisasi yang
mewadahi perempuan yang tidak berada di bawah departemen. Organisasi ini
bermula dari Pendidikan Kesejahteraan Keluarga yang berupaya melibatkan
partisipasi dan merupakan program pendidikan perempuan. Selanjutnya
organisasi ini berubah menjadi Pembinaan Kesejahteraan Keluarga yang
berupaya tidak hanya mendidik perempuan, melainkan membina dan
membangun keluarga di bidang mental spiritul dan fisik material serta
peningkatan mutu pangan, sandang, papan, kesehatan, dan lingkungan
hidup (Shalfiah, 2013).

Sama halnya dengan yang ada di Desa Pandanwangi. Disana juga


terdapat organisasi Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK). Awal
terbentuknya organisasi ini di Desa Bulu karena para wanita atau ibu-ibu
warga desa sering berkumpul sehingga membentuk suatu perkumpulan yang
masih terbilang sederhana. Seiring dengan berjalannya waktu,
diberlakukanlah UU yang mengatur tentang pemberdayaan masyarakat,
sehingga perkumpulan sederhana tersebut menjadi besar dan banyak diikuti
oleh ibu-ibu lain yang ada di Desa Pandanwangi. Kegiatan PKK bermacam-
macam, mulai dari mendata warga, mengadakan pengajian, hingga
menyelenggarakan posyandu. Pengajian biasanya dilakukan seminggu dua
kali sedangkan posyandu diadakan sebulan sekali.

Gerakan PKK sebagai gerakan dari bawah dan bermanfaat bagi


masyarakat terutama di daerah pedesaan. Bidang kesehatan PKK dituntut
menghidupkan Posyandu dan membantu membantu ibu yang melahirkan
dan akan melahirkan sehingga mengurangi angka kematian ibu dan anak
saat proses persalinan, di bidang ekonomi diharapkan PKK dapat membantu
usaha kecil menengah yang dilakukan kaum ibu (Riana, 2015). Hal
tersebut telah di lakukan oleh warga Desa, mereka membentuk PKK guna
membantu pembangunan desa. PKK membantu kehidupan desa dengan cara

26
mengadakan posyandu yang dikelola dan diselenggarakan oleh, dari, dan
untuk masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan guna
mengurangi angka kematian ibu dan bayi.

Kegiatan Ibu-ibu PKK

27
BAB VI
STRATIFIKASI SOSIAL

6.1 Sifat Sistem Pelapisan Masyarakat

Di dalam sebuah system masyarakat pasti mempunyai sifat


pelapisan. Pelapisan tersebut bisa berupa closed social stratification (tertutup)
dan open social stratification (terbuka). Closed social stratification adalah
sebuah sistem pelapisan yang membuat masyarakatnya tidak bisa berpindah
dari status masyarakat tertentu ke status msyarakat yang lebih tinggi.
Sedangkan open social stratification adalah kebalikan dari Closed social
stratification, yaitu system masyarakat yang memungkinkan masyarakatnya
berpindah ke setatusanya dari bawah ke atas maupun sebaliknya. Tetapi tidak
menutup kemungkinan system msyarakat tersebut campuran antara Closed
social stratification dan open social stratification.

Menurut Moeis (2008) dalam sistem yang terbuka, setiap anggota


masyarakat mempunyai kesempatan untuk berusaha dengan kecakapannya
sendiri untuk naik lapisan, atau bagi mereka yang tidak beruntung, untuk
jatuh dari lapisan yang atas ke lapisan bawahnya. Dalam sistem pelapisan
yang tertutup, kedudukan orang-perorangan ditentukan oleh kelahirannya.
Sementara itu, jarang sekali menemukan bentuk masyarakat yang sistem
pelapisannya benar-benar tertutup ataupun benar-benar terbuka.
Dari hasil pengamatan di Desa Pandanwangi masyarakatnya
tergolong dalam open social stratification (terbuka). Hal tersebut dibuktikan
dengan adanya Pemilu Ketua RT, disini orang biasa bisa terhomat karena
menjadi ketua RT melalui Pemilu tersebut.

6.2 Kelas-Kelas Dalam Masyarakat

Istilah kelas dalam stratifikasi social mempunyai arti yang berbeda-


beda dan istilah kelas juga tidak selalu sama menurut para pakar ahli
sosiologi antar satu dengan yang lain. Tetapi mempunyai inti yang sama yaitu
kelas social adalah semua orang dan keluarga yang sadar akan kedudukannya

28
di dalam suatu lapisan, sedangkan kedudukan mereka itu diketahui serta
diakui oleh masyarakta umum.

Dari hasil pengamatan di Desa Pandanwangi, terdapat kastah-


kastah di Desa Pandanwangi seperti ketua RT, ketua RW dan Kepala desa.

6.3 Perolehan Status Dalam Masyarakat

Setara garis besar cara memperoleh status dalam masyarakat


diperoleh dari achieved dan ascribed. Achieved adalah status social yang
didapat karena kerja keras dan usaha yang dilakukanya. Sedangkan ascribed
adalah status social yang didapat dari kelahiranya atau keturunanya.

Menurut Soejono Soekanto (2013) Achieved Status adalah


kedudukan yang dicapai oleh seseorang dengan usaha-usaha yang di sengaja.
Kedudukan ini tidak diperoleh atas dasar kelahiran. Akan tetapi, bersifat
terbuka bagi siapa saja, tergantung dari kemampuan masing-masing dalam
mengejar serta mencapai tujuan-tujuanya.

Dari hasil pengamatan kami di Desa Pandanwangi masyarakatnya


memperoleh status dari achieved. Seperti ketua RT, ketua RW dan kepala
desa, dengan strategi politik yang di usahakanya sehingga bisa menang dalam
pemilu.

Menurut kami, hal tersebut memang seharusnya diterapkan dalam


kehidupan sehari-hari dalam kehidupan masyarakat. agar mendapatkan status
tinggi di masyarakat tersebut.

6.4 Gerak Sosial

Gerak sosial adalah gerak dimana pola- pola tertentu mengatur


organisasi suatu kelompok sosial. Secar simpel bisa d diartikan sebagai suatu
gerak perpindahan dari satu kelas sosial ke kelas sosial lainnya, atau gerak gerak
pindah dari strata satu ke strata lainnya.

Menurut Soejono Soekanto (2013) gerak social di bagi atas dua


macam yaitu horizontal dimana individu atau objek social lainya berpindah

29
dari suatu kelompok social yang satu ke kelompok social lainnya yang
sederajat, dan vertical dimana individu atau objek social lainya berpindah dari
suatu suatu kedudukan social kedudukan lainya yang kedudukanya tidak
sama atau tidak sedrajat.

Dari hasil pengamatan kami di Desa Pandanwangi masyarakatnya


mengalami gerak social vertical. Disini di buktikan dengan adanya pergantian
masa jabatan seorang ketua RT. Selain itu, kita juga mengamati dari sudut
ekonomi. Dengan di buktikan rumah-rumah yang sederhana atau bisa di
katakaan jadul mengalami penurunan dan berganti ke rumah yang lebih
modern atau bisa dikatakan mewah. Walaupun tak semua warga mempunyai
rumah yang mewah.

Menurut kami, gerak sosial ini tak bisa dihindari. Selama masih ada
masyarakat, selama itu pula ada suatu stratifikasi. Dan perpergerakan
stratifikasi itu juga tak bisa di hindari, di karenakan masyarakat pasti akan
berlomba-lomba untuk menjadi yang terbaik atau menempati kelas yang
berada di atas.

30
BAB VII
WEWENANG, KEKUASAAN DAN KEPEMIMPINAN

Didalam masyarakat yang banyak serta beragam ini di butuhkan


seorang pemimpin yang pada akhirnya akan memimpin dan juga
mengkoordinasi masyarakatnya agar teratur dan tertib. Tanpa adanya sosok
seorang pemimpin mustahil sekali masyarakat ini dapat hidup berdampingan.
Karena adanya seorang pemimpin maka muncullah istilah kekuasaan dan juga
wewenang.
Kekuasaan dan wewenang adalah hal yang tidak akan pernah hilang
ataupun punah dikalangan masyarakat. Setiap orang pasti meyakinin adanya
kekuasaan dan wewenang. Jika membicarakan tentang wewenang dan juga
kekuasaan pasti tidak akan ada habisnya terlebih lagi dikalangan masyarakat
yang majemuk ini.
Kekuasaan dan wewenang adalah gejala kemasyarakatan yang umum
sifatnya, dimana dan pada bentuk masyarakat bagaimanapun gejala ini selalu
timbul; namun yang lebih perlu digaris bawahi disini, bahwa Sosiologi selalu
memandang netral dari seperangkat gejala-gejala sosial yang menjadi obyek
perhatiannya, netral dalam arti tidak menilai suatu gejala itu baik atau buruk,
yang pasti gejala itu ada hidup dalam masyarakat (Moeis, 2008).
Pada penelitian ini kami meneliti kekuasaan dan wewenang yang
ada pada Desa Pandanwangi. Penelitian bab ini membahas tentang :
1. Saluran yang dimiliki oleh pemimpin
2. Jenis wewenang
3. Sifat kepemimpinannya.

7.1 Saluran dan unsur yang dimiliki oleh pemimpin


Berdasarkan survei yang kami dapat unsur pokok pemimpin yang
ada di Desa Pandanwangi ada dua yaitu rasa cinta dan juga rasa kepercayaan.
Dapat disimpulkan demikian karena melakukan wawancara dengan beberapa
warga. Secara tidak langsung mereka mengatakan bahwa ketua RW disana

31
sering mengadakan acara sosial yang membantu warga yang tidak mampu
dan juga mereka percaya akan kemampuan kepemimpinan ketua RW
tersebut. Selain itu kami juga mengamati tingkah laku dari pemimpin desa
tersebut. Beliau tampak antusias ketika melakukan gotong royong
memperbaiki rumah warga yang kurang mampu bersama-sama dengan warga
yang lain. Selain itu beliau juga sudah terpilih menjadi ketua RW itu
membuktikan bahwa warga banyak yang mempercayai beliau. Rasa cinta
warga terhadap ketua RW ditunjukan dengan antusiasnya warga dalam
mengikuti kegiatan gotong royong di desa tersebut. Ini sesuai dengan
literatur. “Unsur kekuasaan dengan perasaan cinta menghasilkan perbuatan-
perbuatan yang bernuansa positif, orang-orang dapat bertindak sesuai dengan
keinginan yang berkuasa, masing-masing fihak tidak merasakan dirugikan
satu sama lain”( Moeis, 2008 ).
Sedangkan bukti bahwa warga tersebut percaya kepada pemimpin ini
adalah ketika pemimpin ini mempunyai progam kerja untuk mengadakan
gotong royong banyak sekali warga yang mengikutinya walaupun tanpa
dibayar sekalipun. Bukti ini sesuai dengan literatur. Seorang pemimpin
meminta bawahannya untuk melakukan sesuatu dan bawahan melakukannya
dan saat bawahannya itu mengajukan atau mengusulkan hal yang baik atau
tidak merugikan orang lain maka atasan mempertimbangkannya ( Soekanto,
2007 ).
Didalam suatu kekuasaan ada beberapa saluran-saluran yang
digunakan untuk melaksanakan suatu kekuasaan itu oleh pemimpin. Dari
hasil pengamatan kami kami menyimpulkan bahwa saluran yang digunakan
pemimpin desa ini adalah saluran tradisional serta saluran politik.
Saluran tradisional adalah saluran penguasa yang dilakukan dengan
cara menyesuaikan tradisi kekuasaan dengan tradisi yang dikenal didalam
suatu masyarakat (Soekanto, 2007). Hasil pengamatan kami menujukan
bahwa pemimpin desa tersebut memimpin berdasarkan tradisi yang sudah ada
di desa tersebut. Sehingga untuk memimpin desa tersebut berjalan dengan
lancar.

32
Selain saluran tradisional saluran lain yang digunakan oleh pemimpin
desa ini adalah saluran politik. Hal ini dibuktikan dengan adanya badan-badan
desa serta peraturan-peraturan yang telah dibuat. Peraturan tersebut sudah
ditentukan dan diatur sejak dari dulu.

7.2 Piramida Kekuasaan di Masyarakat Setempat


Setiap kekuasaan yang ada pasti akan membentuk pola yang berbeda-
beda. Semua pola yang terbentuk dipengaruhi oleh budaya , adat istiadat dan
kebiasaan yang ada di masyarakat tersebut. Pola tersebut menimbulkan
adanya lapisan-lapisan kekuasaan atau yang disebut piramida kekuasaan.
Kekuasaan tertinggi dalam lingkup dusun dipegang oleh ketua RW
setempat yang dibawahnya ada ketua RT, serta untuk fungsi kontrol daerah
tersebut biasa nya dipasrahkan terhadap warga yang menerapkan siskamling.
Sifat kepemimpinan ketua RT/RW di Desa Pandanwangi tersusun dengan
rapi jadi pada setiap bagian yang diberi tanggung jawab melakukan fungsinya
dengan baik.
7.3 Jenis Wewenang dalam Masyarakat
Wewenang merupakan salah satu hal yang bisa dijumpai dalam
kumpulan masyarakat. Seperti halnya kekuasaan, wewenang juga memiliki
banyak sekali bentuk-bentuk. Jenis wewenang antara lain rasional,
tradisional, dan kharismatik.Jenis wewenang di desa ini adalah rasional sebab
pemilihan ketua desa menggunakan asas demokrasi yang sesuai dengan
aturan yang ada di Indonesia.
Menurut Soekanto ( 2007 ) wewenang rasional adalah wewenang
yang disadarkan pada sistem hukum yang ada dan berlaku dimasyarakat.
Sistem hukum disini dipahamkan sebagai kaidah-kaidah yang telah diakui
serta ditaati masyarakat dan bahkan yang telah diperkuat oleh negara.
Sistem hukum tersebut juga di sesuaikan dengan budaya tradisi daerah
tersebut. Namun walaupun jenis wewenang dari desa tersebut adalah rasional
masih ada unsur tradisional hal itu dibuktikan dengan menghormati orang
yang lebih tua. Ini dinyatakan oleh bapak Fandi dalam wawancara pada
tanggal 28 November 2016 Selain dari wawancara tersebut kami juga

33
membandingkan ciri-ciri wewenang yang ada. Wewenang tradisional
memiliki ciri salah satunya yaitu adanya wewenang yang lebih tinggi
ketimbang kedudukan seseorang yang hadir secara pribadi ( Soekanto ,2007).

7.4 Sifat Kepemimpinan


Kepemimpinan adalah salah satu hal yang sangat dibutuhkan didalam
kehidupan in hal ini. Setiap kelompok masyarakat pasti tidak akan pernah
lepas dari kepemimpinan.
Menurut Moeis (2008) kepemimpinan adalah suatu fungsi kegiatan-
kegiatan kelompok, merupakan proses pemenuhan kebutuhan yang diakui
oleh kelompok, dan suatu proses yang mengarah pada kegiatan-kegiatan
kelompok ke tujuan-tujuan yang dibenarkan oleh kelompok; dengan demikian
kepemimpinan itu menambah stabilitas kelompok atau dapat juga mengubah
stabilitas kelompok.
Menurut Soekanto (2007) kepemimpinan merupakan kemampuan
seseorang untuk mempengaruhi orang lain untuk melakukan sesuatu yang dia
mau.
Berdasarkan sifatnya kepemimpinan dibagi menjadi dua yaitu
kepemimpinan resmi ( formal leadership )dan kepemimpinan tidak resmi
( informal leadership ).
Kepemimpinan resmi ( formal leadership ) merupakan kepemimpinan
yang ada karena adanya jabatan. Kepemimpinan resmi, yaitu bentuk
kepemimpinan yang terwujud dalam suatu jabatan yang senantiasa harus
mengacu pada landasan-landasan atau peraturan-peraturan resmi, sehingga
dengan demikian daya cakupnya agak terbatas( Moeis ,2008 ).
Kepempinan tidak resmi ( informal leadership ) adalah kepemimpinan
yang diperoleh tanpa adanya jabatan. Kepemimpinan ini disebabkan karena
masyarakat sudah percaya pada orang tersebut dan orang tersebut dapat
mempengarui masyarakat untuk melakukan sesuatu tanpa adanya suatu aturan
atau landasan. Ukuran besar tidaknya suatu kepemimpinan tidak resmi
terletak pada tujuan dan hasil pelaksanann kepemimpinan tersebut, yang
dianggap mengguntungkan atau merugikan masyarakat ( Moeis, 2008 ).

34
Berdasarkan dari hasil pengamatan kami di Desa Pandanwangi sifat
kepemimpinan yang dominan di pakai adalah kepemimpinan resmi ( formal
leadership). Hal ini dibuktikan dengan sikap hormat masyarakat kepada ketua
RT maupun RW, mereka dihomati karena memiliki jabatan. Namun, disisi
lain masyarakat disana juga menghormati para tokoh masyarakat padahal
orang tersebut tidaklah memiliki jabatan tertentu. Tetapi kami bisa tetap
mengganggap sifat kepemimpinan disana sebagai kepemimpinan resmi
sebab dalam realitanya yang menggatur dan memberi perintah pada
masyarakat untuk melakukan sesuatu tetaplah ketua RW.
Sikap dari kepemimpinan disana juga cukup baik karena pimpinan
disana juga ikut berpartisipasi dalam kegiatan gotong royong di desa tersebut.
Selain itu pemimpin disana juga ikut berpartisipasi dalam kerja bakti
pembuatan selokan. Itu berarti dapat menunjukan bahwa seorang pemimpin
tidak hanya menyuruh bawahannya itu melakukan sesuatu saja namun, juga
memberikan contoh juga kepada bawahannya.

35
BAB VIII
PERUBAHAN SOSIAL DAN KEBUDAYAAN

Setiap masyarakat yang ada pasti akan mengalami suatu perubahan.


Perubahan-perubahan masyarakat dapat mengenai nilai-nilai sosial, norma-
norma sosial, pola perilaku, susunan lembaga kemasyarakatan, lapisan sosial,
kekuasaan dan wewenang, bahkan sampai asiktetur bagunan rumah
masyarakat itu sendiri.
Perubahan bagi masyarakat yang bersangkutan maupun bagi orang
luar yang menelaahnya, dapat berupa perubahan-perubahan yang tidak
menarik dalam arti kurang mencolok. Ada pula perubahan-perubahan yang
lambat sekali, tetapi ada juga yang berjalan cepat (Soekanto ,2007 : 261 ).
Rogers et.al. mengemukakan bahwa perubahan sosial adalah suatu
proses yang melahirkan perubahan-perubahan didalam struktur dan fungsi
dari suatu sistem kemasyarkatan. Selo Soemarjan dan Soelaeman Soemardi
mengemukakan bahwa perubahan sosial diartikan sebagai suatu variasi dari
cara-cara hidup yang telah diterima, baik karena perubahan-peubahan kondisi
geografis, kebudayaan material, komposisi penduduk, idiologi, maupun
karena adanya difusi atau penemuan-penemuan baru dalam masyarakat
tersebut. Soerjono Soekanto merumuskan bahwa perubahan sosial adalah
segala perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di
dalam suatu masyarakat, yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk
didalamnya nilai-nilai, sikap-sikap, dan pola perikelakuan diantara kelompok-
kelompok dalam masyarakat (Rosana, 2011: 34).

8.1 Perubahan di Masyarakat


Berdasarkan darihasil pengamatan kami di Desa Pandanwangi
ternyata disana perubahan sosial yang terjadi sangat besar dan juga tergolong
cukup cepat. Ini dibuktikan dengan pengakuan dari warga setempat yaitu
bapak Arifin beliau menyatakan bahwa perubahan sosial yang terjadi di desa
itu tergolong besar dan cepat serta dikehendaki.

36
Contoh perubahan sosial yang terjadi disana yaitu jumlah dan
keadaan rumah warga setempat. Dulu jumlah rumah warga di sana hanya
sedikit dan jarang ada rumah yang terkesan mewah, tetapi sekarang semua
rumah telah melakukan perbaikan dan jika masih ditemuka rumah yang
dianggap masih tidak layak maka akan diberikan bantuan dari desa dengan
melalui bedah rumah
Selain dari rumah ada juga perubahan yang lain yaitu keadaan jalan
yang sekarang menggunakan paving dan aspal. Perubahan sosial yang ada di
daerah ini dikehendaki oleh masyarakat setempat.

8.2 Faktor Perubahan Sosial


Segala sesuatu yang terjadi pasti memiliki faktor-faktor penyebab.
Perubahan sosial memiliki beberapa faktor penyebab. Ada 2 tipe faktor
penyebab yaitu faktor penyebab yang bersumber dari manusia dan faktor
penyebab yang berasal dari luar manusia.
Faktor penyebab yang bersumber dari manusia antara lain jumlah
penduduk, penemuan baru, pertentangan dalam masyarakat, terjadinya
pemberontakan atau revolusi di dalam masyarakat itu sendiri ( Soekanto ,
2007 :283 ).Faktor penyebab yang berasal dari luar manusia antara lain
lingkungan fisik, peperangan dengan negara lain, pengaruh kebudayaan
masyarakat lain (Soekanto,2007 : 283).
Faktor terjadinya perubahan sosial yang terjadi di Desa Pandanwangi
yaitu jumlah penduduk. Jumlah penduduk ,seiring berjalannya waktu desa ini
mengalami pertambahan penduduk dan seiring bertambahnya penduduk
terjadi perubahan kebudayaan dan juga terjadi moderenisasi itu dibuktikan
dengan berubahnya keadaan dari rumah warga disana yang menjadi semakin
baik. Selain itu juga dipengaruhi oleh kebudayaan masyarakat lain, ini
dibuktikan dengan adanya pendatang-pendatang yang tinggal di Desa
Pandanwangi.

37
8.3 Organisasi , Disorganisasi dan Reorganisasi dalam Masyarakat
Jika seseorang memelajari perubahan masyarakat, perlu pula diketahui
ke arah mana perubahan dalam masyarakat. Organisasi, disorganisasi dan
reorganisasi merupakan bentuk dari arah perubahan masyarakat
Organisasi adalah artikulasi dari bagian-bagian yang merupakan
bagian dari satu kebulatanyang sesuai dengan fungsinya ( Soekanto,2007 :
300). Organisasi ini menyangkut keserasian yang tercapai dan juga perpaduan
yang ada. Ibarat mesin ketik setiap bagian melakukan tugasnya masing-
masing sehingga terjadi keserasian.
Berdasarkan hasil dari penggamatan kelurahan Pandanwangi
menunjukan adanya keserasian antar ketua RW dan juga kepala desa. Mereka
bekerja sama untuk menggawasi warga yang menyimpang contohnya ketika
ada salah satu dari warga menyimpang maka ketua RW akan melaporkan
pada kepala desa. Hal ini menunjukan keserasian karena kepala desa tidak
akan mungkin akan mengawasi semua warga sendiri. Disini ketua RW
memiliki tugas membantu kepala desa untuk menggawasi warganya.
Disorganisasi adalah proses pudarnya nilai atau norma yang ada
dimasyarakat dikarenakan adanya perubahan yang terjadi dalam lembaga
kemasyarakatan (Soekanto,2007 :300). Di Desa Pandanwangi kami tidak
menemukan adanya proses perubahan nilai atau norma sebab nilai dan norma
yang ada tetap sama perubahan yang terjadi hanya menyangkut gaya
asiktektur rumah. Sedangkang untuk lembaga kemasyarakatan sendiri tetap
sama. Reorganisasi adalah prosesterbentuknya nilai atau norma dalam
masyarakat agar sesuai dengan lembaga masyarakat ( Soekanto,2007 :300).

38
BAB IX
PERMASALAHAN SOSIAL

9.1 Permasalahan sosial dalam masyarakat

Dalam kehidupan bermasyarakat, semua tidak terlepas dari sebuah


permasalahan. Hal ini disebabkan karena unsur – unsur masyarakat tidak
berfungsi sebagaimana mestinya sehingga timbulah suatu permasalahan
sosial. Masalah – masalah sosial merupakan persoalan karena menyangkut
tata kelakuan yang immoral, berlawanan dengan hukum dan bersifat merusak.
Oleh karena itu, masalah sosial tidak akan mungkin ditelaah tanpa
mempertimbangkan ukuran – ukuran masyarakat mengenai apa yang
dianggap baik .dan apa yang dianggap tidak baik.

Dalam pengamatan yang kami lakukan di Desa Pandanwangi,


Pandanwangi kecamatan Blimbing ini, ada beberapa permasalahan tetapi
tidak terlalu besar. Seperti yang dikemukakan oleh Bapak ketua RW, beliau
mengatakan bahwa ” Namanya dilingkungan,masalah ya ada saja, tapi
kadang-kadang hanya masalah keluarga. Tapi kalau masalah antar teman itu
tidak ada.”

Dalam mencari solusi atas masalah tersebut, desa ini selalu


menggunakan metode musyawarah. Seperti yang dikemukakan bapak kepala
desa bahwasannya “ Seperti ada yang rebut, lari kesini, kita bantu, kita
damaikan dengan membuat surat pernyataan tidak akan mengulangi lagi,
masalah selesai,”.

Dalam pemecahan sosial dapat digunakan dua metode yaitu metode


yang bersifat preventif dan represif. Metode preventif yaitu metode
pemecahan masalah dengan melakukan penelitian yang mendalam terhadap
sebab – sebab terjadinya masalah sosial. Metode represif yaitu metode
pemecahan masalah dengan mengambil tindakan tindakan untuk
mengatasinya (Soekanto, 2013). Berdasarkan permasalahan desa yang kami
amati, metode yang digunakan di desa ini menggunakan metode represif,

39
yaitu dengan cara mendamaikan keluarga yang bermasalah dengan membuat
surat pernyataan bahwa tidak aka nada yang mengulangi lagi.

40
BAB X
PEMBANGUNAN dan MODERNISASI DESA
10.1 Pembangunan
Menurut UNDP pembangunan adalah suatu proses untuk
memperluas pilihan bagi penduduk. sedangkanginanjar kartasasmita
berpendapat bahwa pembangunan adalah suatu proses perubahan kearah yang
lebih baik melalui upaya yang dilakukan secara terencana. jadi, dapat
diartikan pembangunan adalah proses perubahan yang mencakup seluruh dari
sistem sosial yang terencana serta bertujuan untuk memperluas pilihan
masyarakat.

Ciri-Ciri Pembangunan antara lain:


a) Menjamin dalam pemerataan dan keadilan

b) Menghargai keanekaragaman hayati.

c) Menggunakan pendekatan yang integratif karena dengan menggunakan


metode dari pendekatan tersebut, maka keterkaitan yang kompleks antara
manusia dengan lingkungannya dapat dimungkinkan, baik untuk masa
kini maupun juga untuk masa yang akan datang. 

d) Menggunakan pandangan jangka panjang untuk merencanakan


pengelolaan dan pemanfaatan dari sumber daya yang dapat mendukung
pembangunan.

Adapun tujuan pembangunan Indonesia yang tersirat dalam pembukaan UUD


1945 yaitu :

a) Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia


b) Memajukan kesejahteraan umum 
c) Mencerdaskan kehidupan bangsa 
d) Ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan perdamaian abadi dan
juga keadilan sosial. 

41
10.2 Pengertian Modernisasi

Modernisasi adalah suatu proses tranformasi total dari kehidupan


bersama yang tradisional atau pramodern dalam artian teknologis serta
organisasi sosial ke arah pola-pola ekonomis dan politis yang menjadi
cirinegara-negara barat stabil ( Soekanto,2007 : 307 ).
Menurut (Rosana,2011 :33).Modernisasi adalah suatu proses
transformasi dari suatu arah perubahan ke arah yang lebih maju atau
meningkat dalam berbagai aspek dalam kehidupan masyarakat.
Adapun syarat-syarat moderinisasi adalah cara berpikir yang ilmiah,
sistem administrasi negara yang baik, adanya sistem pengumpulan data
yang baik dan teratur, penciptaan iklim yang favorable dari masyarakat,
tingkat organisasi yang tinggi, sentralisasi wewenang dalam pelaksananan
sosial planning ( Soekanto,2007 :307).
Hasil pengamatan kami menujukan bahwa Desa Pandanwangi telah
mengalami modernisasi itu dapat dibuktikan dengan beberapa masyarakat
yang sudah bekerja di luar desa atau sudah merantau ke kota menjadi sopir
atau pns.
Selain itu moderenisasi juga dapat dilihat dari asiktektur bangunan
rumah disana. Rumah disana sudah banyak yang di bongkar dan juga di
perbaiki seperti bangunan modern yang simpel.

42
BAB XI
PENUTUP

11.1 Kesimpulan
Di Desa Pandanwangi ini dalam memecahkan suatu perkara sosial
dalam masyarakat desa selalu menggunakan metode represif yaitu selalu
mengedepankan musyawarah terlebih dahulu. Jika dengan musyawarah tidak
bisa terpecahkan maka pihak desa akan membuat surat pernyataan tidak akan
mengulangi lagi anatar keduanya untuk menyelesaikan masalah.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di Desa Pandanwangi , warga disini
tidak membeda – bedakan dalam kelas sosial terutama gender. Mereka
menganggap laki-laki dan perempuan disini sama tidak ada perbedaan. Jika
keduanya ada masalah maka keduanya juga sama-sama akan terpandang jelek
di mata warga.

11.2 Saran

a. Agar Desa Pandanwangi dapat maju dan berkembang dengan baik maka
perlu adanya kerjasama antara pemerintah desa dengan masyarakat

b. Menghilangkan sifat individu dan fanatik

c. Memajukan dan meningkatkan mutu pendidikan

d. Menciptakan sumber daya manusia yang tinggi

e. Memanfaatkan potensi desa yang ada semaksimal mungkin

43
DAFTAR PUSTAKA

Abraham, J.H. 1973. Sociology The Student Of Human Society. London:

The English University Press

Ballard, H. 1936. Social Institutions. New York: D Appleton Century

Coser, Lewis. 1956. The Function Of Social Conflict. Illinois: The Free Of

Golencoes

Davis,K.1960. Human Society. New York: The Macmillan Company

Etzioni,A. 1965. Modern Organizations. New Delhi: Prentice Hall Of India

Fredlander and P. Plato. 1967. An Intoduction. New York: Harper & Row Publ

Gerungan,W.H. 1967.Pyschology Social. Bandung: PT Eresco

Mosca,Gaetano. 1939.The Rulling Class. New York:Hill MCGraw

Shibutani,Tamotsu. 1986. Social Precesses An Introduction Sociology. Berkeley:


University California

Toynbee,A.J. 1957. Civilization On Trial. London: Oxford University Press

Trowler,P. and P.K. Riley. 1985. Topics In Sociology. Cambridge:University


Tutorial Press

44
Worsleyy,P. 1973. Modern Sociology. Middlesex:Penguin Education

Young,P.V. 1955. Scientific Social Surveys and Research. New York:Hall

http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._SEJARAH/195903051989011-
SYARIF_MOEIS/BAHAN_KULIAH__3.pdf

https://materiips.com/contoh-masalah-sosial-dalam-masyarakat

http://pengertianahli.id/2013/08/pengertian-modernisasi.html

https://portal-ilmu.com/pembangunan-ekonomi-pedesaan/

45

Anda mungkin juga menyukai