Anda di halaman 1dari 4

NAMA KELOMPOK : NANDA BAGUS PRATAMA

PUTRI NAFI ISAH


JUDUL MATERI : DALIL-DALIL AKHLAK DAN TASAWUF

A. Hubungan Ilmu Akhlak dengan Ilmu Tasawuf


Sebelum pada dalil-dalil akhlak tasawuf ada baiknya jika kita mengetahui
terlebih dahulu tentang hubungan akhlak dengan tasawuf. Para ahli ilmu tasawuf pada
umumnya membagi tasawuf kepada tiga bagian. Pertama tasawuf falsafi, kedua
tasawuf akhlaki dan ketiga tasawuf amali. Ketiga macam tasawuf ini tujuannya sama,
yaitu mendekatkan diri kepada Allah dengan cara membersihkan diri dari perbuatan
yang tercela dan menghias diri dengan perbuatan yang terpuji. Denan demikian,
dalam proses pencapaian tujuan bertasawuf seseorangharus terlebih dahulu berakhlak
mulia.
Hubungan antara ilmu akhlak dan ilmu tasawuf lebih lanjut dapat kita ikuti
uraian yang diberikan Harun Nasution. Menurutnya ketika mempelajari tasawuf
ternyata pula bahwa Al-Qur’an dan Al-Hadist mementingkan akhlak. Al-Qur’an dan
Al-Hadist menekankan nilai-nilai kejujuran, kesetiakawanan, persaudaraan, rasa
kesosialan, keadilan, tolong-menolong, murah hati, suka memberi maaf, sabar, baik
sangka, berkata benar, pemurah, keramahan, bersih hati, berani, kesucian, hemat,
menepati janji, disiplin, mencintai ilmu dan berpikiran lurus. Nilai-nilai serupa ini
yang harus dimiliki seorang muslim dan dimasukkan kedalam dirinya dari semasa ia
kecil. Sebagaimana diketahui bahwa dalam tasawuf masalah ibadah amat menonjol,
karena bertasawuf itu pada hakikatnya melakukan serangkaian ibadah seperti sholat,
puasa, haji, zikir, dan lain sebagainya, yang semuanya itu dilakukan dalam rangka
mendekatkan diri kepada Allah.
Ibadah yan dilakukan dalam rangka bertasawuf itu ternyata erat hubungannya
dengan akhlak. Dalam hubungan ini Harun Nasution lebih lanjut mengatakan bahwa
ibadah dalam islam erat sekali hubungannya dengan pendidikan akhlak. Ibadah dalam
Al-Qur’an dikaitkan dengan taqwa, dan taqwa berarti melaksanakan perintah Tuhan
dan menjauhi larangan-Nya, yaitu orang yang berbuat baik da jauh dari yang tidak
baik. Inilah yan dimaksud dengan ajaran Amar Ma’ruf Nahi Munkar, mengajak orang
pada kebaikan dan mencegah orang dari hal-hal yang tidak baik. Tegasnya orang yang
bertakwa adalah orang yang berakhlak mulia. Harun Nasution lebih lanjut
mengatakan, kaum sufilah, terutama yang pelaksanaan ibadahnya membawa kepada
pembinaan akhlak mulia dalam diri mereka. Hal itu, dalam istilah sufi disebut dengan
al-takhalluq bi akhlaqillah, yaitu berbudi pekerti dengan budi pekerti Allah, atau al-
ittishaf bi shifatillah, yaitu mensifati diri dengan sifat-sifat yang dimiliki Allah.

B. Dalil-Dalil Akhlak dan Tasawuf


Dasar Akhlak Tasawuf juga berasal dari dua sumber, yaitu Al-Qur’an dan Al-
Hadist. Dinyatakan dalam hadist nabi sebagai berikut :
‫هللا َو ُس َّن َة رَ س ُْولِ ِه‬ ْ ‫ْن َلنْ َتضِ لُّ ْوا مَا َتم‬
ِ َ‫َسَك ُت ْم ِب ِهمَا ِك َتاب‬ ُ ‫ْن مَالِكٍ َقا َل ال َّن ِبىُ صَ لَّى هللا ُ عَ لَ ْي ِه َوسَ لَّ َم َترَ ْك‬
ِ ‫ت فِ ْي ُك ْم اَمْ رَ ي‬ ٍ ‫عَ نْ اَ َن‬
ِ ‫س اب‬
Artinya : “Dari Anas bin Malik berkata : Bersabda Nabi SAW : telah kutinggalkan
atas kamu sekalian dua perkara yang apabila kamu berpegang pada keduanya maka
tidak akan tersesat yaitu kitab Allah dan sunnah Rasulnya”.
1. Sumber Tasawuf
Tasawuf menurut para ahli :
a. Shaykh ‘Abd al-Qadir al-Jilani : Tasawuf ialah pembersihan hati dari
sesuatu yang lain dari Allah. Menurut beliau, tasawuf itu diambil dari
pperkataan safa yaitu bermaksud orang yang Allah bersihkan batinnya.
b. Shaykh Abu Bakr al-Kattani : Tasawuf itu ialah kejernihan hati dan
penyaksian batin.
Al-Qur’an mengajarkan manusia untuk :
 Surat Ali Imran 3:31 (Mencintai Allah)
‫ُّون ٱهَّلل َ َفٱ َّت ِبعُونِى يُحْ ِب ْب ُك ُم ٱهَّلل ُ َو َي ْغفِرْ لَ ُك ْم ُذ ُنو َب ُك ْم ۗ َوٱهَّلل ُ َغفُو ٌر رَّ حِي ٌم‬
َ ‫قُ ْل إِن ُكن ُت ْم ُت ِحب‬
Artinya :”Jika kamu mencintai Allah maka ikutilah aku, niscaya Allah
mencintai kamu dan menutupi dosa-dosa kamu, Allah Maha
Pengampun dan Maha Pemurah.”
Jika kita memahami landasan pada ayat diatas, maka harapan orang
bertasawuf adalah ‘mahabbah’ atau jatuh cinta kepada Allah.
 Surat Al-Baqarah : 115 (Hidup Bertauhid)
Dan kkepunyaan Allah ddunniaa timur dan barat itu. Karena itu,
kemana saja kamu menghadap, disitulah wajah Allah. Sesungguhnya
Allah maha luas dan Maha Mengetahui.” Hidup bertauhid seperti ayat
diatas sangat ditekankan. Kemana saja manusia itu memalingkan
wajahnya, niscaya ia tetap menghadap wajah Allah. Sekali lagi
menghadap wajah Allah!.
 Surat Al-Baqarah : 269 (Mencari Hikmah Allah)
“Allah memberikan hikmah kepada siappa yang dikehendaki. Dan
barang siapa yang menerima hikmah, sungguh ia telah diberi kebajikan
yang banyak. Tak ada yang dapat memahami pelajaran kecuali
kelompok albab.” Kata” khairan katsiira” pada ayat diatas sebenarnya
tidak cukup diterjemahkan dengan “kebajikan yang banyak”. Makna
“khair” yang lain adalah sesuatu yang sangat baik, rahmat,
keistimewaan, keuntungan, dan kesejahteraan. Sehingga proses untuk
mencapai status “Hamba-Tuhan” adalah proses pencarian hikmah.
 Surat Qaaf : 16 (Dekat dengan Allah)
“Dan sungguh kami telah menciptakan manusia dan kami mengetahui
apa yang dibisikkan oleh jiwanya. Kami lebih dekat kepada-Nya dari
pada urat lehernya.”
 Surat At-Tahrim : 8 (Bertaubah dan Mensucikan Diri)
“ Wahai , orang-orang yang beriman! Bertaubatlah kepada Allah
dengan tobat yang semurni murninya, mudah-mudahan tuhan kamu
akan menghapus kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surga-
surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai..”
2. Sumber Akhlak
Secara bahasa Akhlak berasal dari kata akhlaqa artinya perangai,
kebiasaan, watak, peradaban yang baik, agama. Kata akhlak sama dengan kata
khuluq. Dasarnya adalah :
 QS. Al-Qalam : 4
“Dan sesungguhnya engkau benar-benar, berbudi pekerti yang luhur”
 QS Asy-Syu’ara : 137
“Agama kami ini tidak lain hanyalah adat kebiasaan orang-orang
terdahulu”
 Hadist Riwayat Tarmidzi menyebutkan, “ Orang mukmin yang paling
sempurna keimanannya adalah orang yang sempurna budi pekertinya”
Sedang pada hadist lain yang diriwayatkan oleh Ahmad, disebutkan
“Aku (Muhammad) di utus ke dunia untuk menyempurnakan
keluhuran budi pekerti”
3. Akhlak menurut para tokoh :
 Ibnu Miskawaih
“Keadaan jiwa seseorang yang mendorong untuk melakukan
perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan dan pemikiran
terlebih dahulu”
 Imam Ghazali
“Suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang dapat memunculkan
perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan pertimbangan
pemikiran.”
 Ibarahim Anis
Dalam kitab Al-Mu’jam Al-Wasith, beliau mengatakan bahwa akhlak
adalah “Sifat yang tertanam dalam jiwa, yang melahirkan bermacam-
macam perbuatan, baik atau buruk, tanpa membutuhkan pemikiran dan
pertimbangan.”
 Abd Al-Hamid Yunus
Dimana ia dalam kitab Dairat Al-Ma’rif mengatakan akhlak secara
singkat sebagai : “Sifat-sifat manusia yang terdidik”. Sedang ilmu
akhlak didefinisikan sebagai “Ilmu tentang keutamaan-keutamaan dan
cara mengikutinya hingga jiwa terisi dengannya dan tentang keburukan
dan cara menghindarinya hingga jiwa kosong daripadanya.”
 Barmawi Umarie
Dalam buku materi akhlak, beliau mengatakan bahwa ilmu akhlak
adalah ilmu yang menentukan batas antara baik dan buruk, terpuji dan
tercela, tentang perbuatan dan perkataan manusia, lahir dan batin.

Anda mungkin juga menyukai