Anda di halaman 1dari 14

DESAIN PENYELESAIAN KREDIT MACET

PEMBIAYAAN MURÂBAHAH BMT BINA UMMAT


SEJAHTERA MELALUI PENDEKATAN
SOCIO LEGAL RESEARCH
Supriyadi
Dosen Jurusan Syariah dan Ekonomi Islam Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Kudus
Jalan Conge No.51, Ngembalrejo, Bae, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah 59322
E-mail: supriyadi_rama@yahoo.co.id

Abstract: Bad Debt Settlement Design in Murâbahah Financing of BMT Bina Ummah Sejahtera
with Approace of Socio Legal Research. This article evaluates the operations of Islamic financing in
BMT Bina Ummah Sejahtera, particularly in dealing with bad credit problems. This study concludes
that the credit crunch occurring in the BMT is caused by both internal and external factors. The
Internal factors relates to a number of falacies, such as: (1) The inaccuracy of employees in providing
financing by not doing BI Checking to know the track record of a prospective customer. (2) Weak
supervision of the management; (3) Not all financing agreement follow the procedure applicable
by law; (4) contract agreements offered were not in favor of the BMT. External factors include; (1)
Member bad character, (2) member experience bad luck such as bankruptcy or Household problems.
Hence, it is advisable that oversight and enforcement are strictly performed by the government upon
the Islamic financial institutions, assuring them to apply existing regulation. By doing so the Islamic
finance institution can be expected to be a solution for the national economic development.
Keywords: design, murâbahah financing, bad debt settlement

Abstrak: Desain Penyelesaian Kredit Macet Pembiayaan Murâbahah BMT Bina Ummat
Sejahtera Melalui Pendekatan Socio Legal Research. Artikel ini mengevaluasi operasional
pembiayaan syariah di BMT Bina Ummat Sejahtera khususnya dalam menangani masalah kredit
macet. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa kredit macet yang terjadi di BMT tersebut disebabkan
oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal berkait dengan: ketidaktelitian dari karyawan
dalam memberikan pembiayaan, tidak dilakukannya BI Checking untuk mengetahui rekam jejak
calon nasabah. Lemahnya pengawasan dari pimpinan, tidak semua perjanjian pembiayaan mengikuti
prosedur hukum yang berlaku, akad perjanjian yang ditawarkan tidak menguntungkan pihak BMT.
Sedangkan faktor eksternal meliputi: iktikad buruk anggota, anggota mengalami musibah misalnya
pailit atau mengalami problem rumah tangga. Untuk itu, disarankan adanya pengawasan dan
penertiban secara ketat oleh pemerintah terhadap lembaga keuangan syariah agar mentati peraturan
perundangan yang berlaku sehingga pembiayaan syariah dapat menjadi solusi dalam pembangunan
ekonomi nasional.
Kata Kunci: desain, pembiayaan murâbahah, penyelesaian kredit macet

Pendahuluan tanggungjawabkan, baik dalam bidang jasa,


Di era globalisasi ini sangatlah diharapkan lembaga keuangan maupun koperasi. Dalam
suatu strategi bersaing yang benar-benar konteks koperasi, bentuk usahanya memiliki
handal, karena kondisi dewasa ini semua keunggulan yaitu merupakan gerakan
kegiatan yang menyangkut masyarakat ekonomi rakyat dan mendapat dukungan
sudah tidak ada lagi batasannya, semua besar dari pemerintah karena memiliki
transparan dan akuntabilitasnya harus diper- potensi sangat besar untuk mengembangkan

191
192| AL-‘ADALAH Vol. XIII, No. 2, Desember 2016

usaha ekonomi rakyat dan mengentaskan masih relatif baru dikalangan masyarakat2
kemiskinan. Namun, realitas memperlihatkan yaitu dengan menggunakan model sistem
perkembangan koperasi hingga kini masih perbankan syariah.
memprihatinkan. Dari 140 ribu koperasi yang Peran BMT dalam memacu pertumbuhan
ada di Indonesia, termasuk koperasi syariah, perekonomian daerah semakin strategis dalam
hanya sekitar 28,5% yang aktif dan lebih rangka mewujudkan struktur perekonomian
sedikit lagi koperasi yang memiliki manajemen yang semakin berimbang. Dukungan ter-
kelembagaan yang baik, partisipasi anggota hadap pengembangan perbankan syariah
yang optimal, usaha yang fokus,terlebih juga diperlihatkan dengan adanya “dual
lagi skala usaha yang besar. Sebagai pilar banking system”, di mana bank konvensional
terpenting ekonomi bangsa yang diharapkan diperkenankan untuk membuka unit usaha
menjadi sokoguru perekonomian, secara ironis syariah. 3 Sistem perbankan syariah se-
koperasi justru jauh tertinggal dari badan sungguhnya tidak terbatas pasarnya pada
usaha lainnya dan cenderung dianggap sebagai nasabah yang memiliki ikatan emosional
badan usaha kelas dua.1 keagamaan (masyarakat Muslim). Layanan
Dengan keluarnya Undang-Undang BMT dapat dinikmati oleh siapa saja, tidak
No. 10 Tahun 1998 merupakan revisi dari tergantung agama yang dianut, sepanjang
Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 1992 bersedia mengikuti cara berbisnis yang
tentang sebuah bank yang beroperasi dengan diperbolehkan secara syariah. Masyarakat
sistem bagi hasil, maka seiring dengan hal membutuhkan lembaga keuangan yang
tersebut banyak pula lembaga keuangan kuat, transparan, adil dan berkomitmen
non bank yang muncul dengan sistem bagi membantu meningkatkan perekonomian
hasil. Salah satunya adalah BMT (Baitul Mâl dan usaha nasabah.4
Wa Tamwîl), merupakan lembaga keuangan Karakteristik sistem perbankan syariah
mikro yang menginduk pada koperasi, yang beroperasi berdasarkan prinsip bagi
sehingga BMT lebih familier dengan hasil memberikan alternatif sistem perbankan
koperasi jasa keuangan syariah. Peraturan yang saling menguntungkan bagi masyarakat
dan pelaksanaan kegiatannya diatur dalam dan bank, serta menonjolkan aspek keadilan
Keputusan Menteri Negara Koperasi dan dalam bertransaksi, investasi yang beretika,
Usaha Kecil Menengah RI Nomor: 91/ mengedepankan nilai-nilai kebersamaan
Kep/M.KUKM/IX/2004 tentang Petunjuk dan persaudaraan dalam berproduksi, dan
Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa menghindari kegiatan spekulatif dalam
Keuangan Syariah. Keberadaan BMT ini bertransaksi keuangan. Dengan menyediakan
merupakan salah satu dari lembaga keuangan beragam produk serta layanan jasa perbankan
non bank untuk mewujudkan keinginan, yang beragam dengan skema keuangan yang
khususnya sebagian umat Islam tentang lebih bervariatif, perbankan syariah menjadi
jasa layanan yang berprinsip syariah dalam alternatif sistem perbankan yang kredibel
mengelola perekonomiannya. Walaupun
kurang lebih telah 12 tahun yang lalu
2
peraturan tentang bank dengan prinsip Yusuf Aziz Rahma, Prosedur Pembiayaan dan Penanganan
Masalah pada BMT Arafah, Penelitian, (Surakarta: UNS, 2010),
bagi hasil disahkan, tetapi BMT yang h. 2.
menginduk pada koperasi, baru disahkan 3
Lihat selengkapnya Harif Amali Rivai, dkk, “Identifikasi
Faktor Penentu Keputusan Konsumen dalam Memilih Jasa
tahun 2004 lalu, sehingga praktik lembaga Perbankan: Bank Syariah Versus Bank Konvensional”, Jurnal
keuangan syariah non bank khususnya BMT Center For Banking Research Universitas Andalas, Vol. 4, No. 1,
(2006).
4
Lina Maulidiana, “Penerapan Prinsip-prinsip Murâbahah
1
Republika online, http://www.republika.co.id/berita/ dalam Perjanjian Islam (Kajian Operasional Bank Syariah dalam
ekonomi/syariah-ekonomi/15/03/22/nlmhlb-aset-bmt- Modernisasi Hukum)”, Jurnal Sains dan Informasi, Vol. I No.
indonesia-capai-rp-47-triliun, diakses 3 Maret 2016. 7, (2011).
Supriyadi: Desain Penyelesaian Kredit Macet Pembiayaan Murâbahah |193

dan dapat dinikmati oleh seluruh golongan BMT yang menjalankan pembiayaan ber-
masyarakat Indonesia tanpa terkecuali.5 dasarkan prinsip syariah bukan hanya untuk
Namun demikian dalam sistem perbankan mencari keuntungan dan meramaikan bisnis
syariah lebih kecil mengandung risiko dalam perbankan di Indonesia, tetapi juga untuk
pemberian kredit kepada masyarakat. menciptakan lingkungan bisnis yang aman, di
Risiko kredit yang dalam bank syariah antaranya: memberikan pembiayaan dengan
diistilahkan dengan risiko pembiayaan yang prinsip syariah yang menerapkan sistem bagi
biasanya terjadi jika counterparty tidak bisa hasil yang tidak memberatkan debitur.
memenuhi kewajibannya (wanprestasi). Kegiatan usaha berdasarkan prinsip
Seringkali para nasabah tidak bisa tepat syariah dalam operasionalnya diwujudkan
waktu memenuhi kewajiban yang telah di- dalam berbagai macam produk pembiayaan
tentukan. Pembiayaan melalui akad murâbahah perbankan syariah.7 Menurut Pasal 1 butir
merupakan salah satu bentuk pembiayaan yang (25) Undang-Undang No. 21 Tahun 2008
bisa dikatakan mekanisme pembayarannya Tentang Perbankan Syariah dinyatakan bahwa
dilaksanakan secara kredit atau cicilan. Karena pembiayaan adalah penyediaan dana atau
pembiayaan murâbahah merupakan jenis tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa
akad jual beli barang dengan menyatakan transaksi bagi hasil dalam bentuk mudhârabah,
harga perolehan dan keuntungan (margin) dan musyârakah, sewa menyewa dalam bentuk
yang disepakati oleh penjual dan pembeli, di ijârah atau sewa beli dalam bentuk ijârah
mana dalam mengembalikan dana pinjaman muntahiya bittamlîk, jual beli dalam bentuk
oleh nasabah bisa dilakukan dalam bentuk piutang murâbahah, salam dan istisnâ, pinjam
cicilan atau kredit. Kredit yang diberikan meminjam dalam bentuk piutang qardh, dan
oleh bank mengandung risiko sehingga bank sewa menyewa jasa dalam bentuk ijârah untuk
dituntut kemampuan dan efektivitasnya dalam transaksi multijasa. Dari berbagai macam
mengelola risiko kredit dan meminimalkan produk pembiayaan perbankan syariah seperti
potensi kerugian sehingga bank wajib diuraikan di atas, murâbahah merupakan salah
memperhatikan asas perkreditan yang sehat. satu bentuk pembiayaan yang paling dominan
Dalam hal pembiayaan macet, pihak BMT diterapkan dalam praktik perbankan syariah.
perlu melakukan penyelamatan, sehingga tidak Dominasi tersebut hampir mencapai 80-95
akan menimbulkan kerugian. Penyelamatan % dari setiap pembiayaan dalam lembaga
yang dilakukan apakah dengan memberikan pembiayaan Islam yang menggunakan
keringanan berupa jangka waktu atau angsuran transaksi murâbahah.8
terutama bagi pembiayaan terkena musibah BMT Bina Ummat Sejahtera (BMT BUS)
atau melakukan penyitaan bagi pembiayaan
yang sengaja lalai untuk membayar. Terhadap harus adaya keharusan menerapkan prinsip-prinsip hukum dan
pembiayaan yang mengalami kemacetan etika bisnis Islam antara lain adalah ibadah, persamaan, kebebasan,
sebaiknya dilakukan penyelamatan sehingga keadilan, tolong menolong dan toleransi. Lihat Abdul Hamid,
“Aplikasi Teori Mashlahah (Maslahat) Najm al-Dîn al-Thûfi
bank tidak mengalami kerugian. dalam Penyelesaian Sengketa Perjanjian Bisnis di Bank Syariah”,
al-‘Adalah, Vol. XII, No. 4, (2015), h. 729-742. Lihat juga tulisan
Tujuan pembiayaan berdasarkan prinsip Deni K Yusuf yang berbicara urgensi perjanjian bisnis di Perbankan
syariah adalah untuk meningkatkan ke- Syariah, Deni K. Yusuf, “Peran Notaris dalam Praktik Perjanjian
sempatan kerja dan kesejahteraan ekonomi Bisnis di Perbankan Syariah (Tinjauan dari Perspektif Hukum
Ekonomi Syariah), al-‘Adalah, Vol. 12, No. 3, (2015), h. 701-714.
sesuai dengan nilai-nilai Islam.6 Keberadaan 7
Faisal, “Restrukturisasi Pembiayaan Murâbahah dalam
Mendukung Manajemen Risiko Sebagai Implementasi Prudential
Principle pada Bank Syariah di Indonesia”, Jurnal Dinamika
5
Bank Indonesia, Sekilas perbankan syari’ah di Indonesia, Hukum, Vol. 11 No. 3, (2011).
8
dalamiihttp://www.bi.go.id/id/perbankan/syariah/Contents/ Haider Ala Hamoudi, “Muhammad’s Social Justice or
Default.aspx, diakses tanggal 1 Maret 2011. Muslim Cant?: Langdelleanism And The Failure Of Islamic
6
Selain itu, sistem ekonomi syariah-di dalamnya pembiayaan Finance”, Cornell International Law Journal, 40 Cornell
berbasis syariah-mengutamakan aspek hukum dan etika yakni International 89, Winter 2007, h.119.
194| AL-‘ADALAH Vol. XIII, No. 2, Desember 2016

ikut serta berperan aktif untuk meningkatkan bersifat win-win solution, dijamin kerahasiaan
kesejahteraan masyarakat. Peran serta tersebut sengketa para pihak, dihindari kelambatan
dapat dilihat dari pemberian pembiayaan yang diakibatkan karena hal prosedural
secara murâbahah agar terjadi peningkatan dan administratif, menyelesaikan secara
ekonomi masyarakat. Pemberian pembiayaan komprehensif dan kebersamaan dengan tetap
ini tidak selamanya berjalan mulus, dalam menjaga hubungan baik di antara para pihak.9
artian bahwa terdapat anggota (debitur) Pemberian pembiayaan murâbahah di
yang lancar dalam pengembaliannya dan ada BMT BUS memiliki karakteristik tersendiri,
yang macet dalam pembayarannya. Terhadap hal ini dapat dilihat dari prinsip pembiayaan
debitur yang lancar dalam pembayaraanya murâbahah dan pendekatan penyelesaian yang
akan meningkatkan kinerja dalam lembaga dilakukan dengan prinsip-prinsip syariah.
keuangan, akan tetapi terhadap debitur yang Mengedepankan persuasif dan berkeadilan
macet tentu membawa konsekuensi hukum sehingga para pihak yang terlibat dalam
yang segera perlu mendapatkan penyelesaian. penyelesaian tersebut tidak merasa dirugikan.
Dan dalam penyelesaiannya tidak boleh Desain penyelesaian ini diharapkan akan
merugikan pihak BMT BUS (kreditur) karena meningkatkan produktifitas yang diharapkan
telah memberikan dan membantu masyarakat dengan tidak mengecilkan dari anggota
dalam meningkatkan ekonominya. (debitur). Berdasarkan uraian di atas maka
Dalam kenyataan di lapangan me- tujuan penelitian ini adalah: 1) Untuk
nunjukkan bahwa terdapat debitur (anggota) menemukan faktor-faktor yang mempengaruhi
yang macet dalam pembiayaan murâbahah, kredit macet dalam pembiayaan melalui akad
tidak kooperatif untuk menyelesaikan dengan murâbahah di BMT Bina Ummat Sejahtera,
pihak kreditur yang biasanya mereka tidak 2) Untuk mengungkap argumentasi secara
mampu membayar dengan alasan yang klasik filosofis dan menganalisis desain penyelesaian
yaitu faktor ekonomi yang semakin merosot kredit macet dalam pembiayaan melalui akad
atau dengan alasan-alasan yang tidak dapat murâbahah di BMT Bina Ummat Sejahtera.
dipertanggungjawabkan. Melihat kenyataan
yang demikian, maka pihak krediturlah yang Metode Penelitian
paling banyak dirugikan. Penelitian ini menggunakan pendekatan
Untuk menyelesaikan masalah tersebut socio legal research, oleh karena itu dalam
secara normatif maka dapat diproses secara penelitian ini dilihat dari dua aspek yaitu
hukum, hal ini dapat meliputi proses litigasi aspek legal research yang objeknya berupa
maupun non litigasi. Kedua cara penyelesaian norma dan socio recearch yaitu dengan
ini tentu memiliki kelebihan dan kekurangan menggunakan metode dan teori-teori ilmu
masing-masing. Proses penyelesaian melalui sosial tentang hukum untuk membantu
litigasi di dalam pengadilan dan proses non
litigasi merupakan penyelesaian sengketa 9
Rohmadi Usman, Pilihan Penyelesaian Sengketa di Luar
melalui kerjasama (kooperatif) di luar Pengadilan, (Bandung: Citra Aditya Bhakti 2009), h. 3. Lihat
pengadilan. Proses litigasi menghasilkan pula tulisan-tulisan yang berkaitan dengan akad dalam perbankan
syariah dalam karya Mohammad Atho Mudzhar, dan Muhammad
kesepakatan yang bersifat adversarial yang Maksum, “Synergy or Conflict of Law? (Comparison Between
belum mampu merangkul kepentingan the Compilation of Rules on Shari’ah Economy (KHES) and the
National Shari’ah Board’s (DSN) Fatwas)”, al-‘Adalah, Vol. 12,
bersama, cenderung menimbulkan masalah No. 4, (2015), h. 681-700; Muhammad Maksum, “Model-model
baru, lambat dalam penyelesaiannya, mem- Kontrak dalam Produk Keuangan Syariah”, al-‘Adalah, Vol. 12,
butuhkan biaya yang mahal, tidak responsif No. 1, (2015), h. 49-262; Ruslan Abdul Ghofur, “Konstruksi
Akad dalam Pengembangan Produk Perbankan Syariah di
dan menimbulkan permusuhan di antara Indonesia”, al-‘Adalah, Vol. 12, No. 3, (2015), h. 493-506; Eka
para pihak. Sebaliknya melalui proses non Nuraini Rachmawati & Ab Mumin bin Ab Ghani, “Akad Jual Beli
dalam Perspektif Fikih dan Praktiknya di Pasar Modal Indonesia”,
litigasi menghasilkan kesepakatan yang al-‘Adalah, Vol. 12, No. 3, (2015), h. 785-806.
Supriyadi: Desain Penyelesaian Kredit Macet Pembiayaan Murâbahah |195

peneliti dalam menganalisis.10 Penelitian dengan teknik snowball dengan informan


ini masuk ranah socio legal studies dan lain sesuai dengan kebutuhan penelitian.
dapat digolongkan dalam penelitian sosial
tentang hukum yaitu memaparkan suatu Hasil Penelitian dan Pembahasan
realitas sosial yang muncul sebagai akibat Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kredit
pelaksanaan ketentuan hukum sehingga Macet dalam Pembiayaan Murâbahah
dapat dikategorikan sebagai penelitian Kredit macet atau loan problem adalah
non doktrinal. Penelitian ini menggunakan kredit yang mengalami kesulitan pelunasan
penelitian kualitatif, 11 prinsipnya dalam akibat adanya faktor-faktor atau unsur
penelitian adalah pengumpulan dan analisis kesengajaan atau karena kondisi di luar
data dilakukan secara fleksibel melalui kemampuan debitur.14 Kredit macet ini
kegiatan kegiatan observasi, interview, 12 dapat juga dialami dalam pembiayaan prinsip
interpretasi dokumen dan material serta murâbahah, termasuk yang dialami oleh
personal experience.13 Interview dilakukan BMT BUS. Meskipun sebenarnya prinsip
untuk memperoleh deskripsi mengenai murâbahah merupakan alternatif positif
aktifitas, tentang penyelesaian kredit macet bagi sebagian masyarakat karena prinsip
dalam pembiayaan murâbahah. Penelitian agama atau kepercayaan tidak bersedia
ini dilakukan secara indept interview secara memanfaatkan jasa-jasa bank konvensional
terbuka atau tidak terstruktur dengan yang memiliki prinsip sistem bunga yang
informan dan secara tertutup dalam hal dianggap merupakan pelanggaran terhadap
informan memiliki banyak informasi tetapi syariah agama karena tidak sesuai dengan
ada kendala untuk mengelaborasi informasi konsep Islam yaitu perjanjian/akad yang
tersebut. Dari informan dikembangkan tidak mengandung gharar (ketidak jelasan),
maisir (perjudian) dan ribâ (bunga uang).
10
Zamroni, Pengembangan Pengantar Teori Sosial,
(Yogjakarta: Tiara Yoga, 1992), h. 80-81. Lihat juga Ronny
Muhammad Taqi Usmani mengakui
Hanutijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta: bahwa pada mulanya murâbahah bukan
Ghalia Indonesia, 1985), h. 10. Menurut Sudarto disebut merupakan bentuk pembiayaan melainkan
metode yuridis dalam arti luas yaitu merupakan penelaahan
hukum tidak hanya melihat hubungannya dengan perangkat hanya alat untuk menghindari “bunga bank”
norma saja, tetapi lebih melihat pada pentingnya manfaat dan juga bukan merupakan instrumen ideal
sosial dari pembentukan norma-norma hukum. Yuridis dalam
arti sempit menurutnya bekerja dengan menggunakan sistem untuk mengembangkan tujuan riil ekonomi
pengertian dogmatis dan asumsi formil saja, sehingga sulit Islam. Instrumen murâbahah hanya digunakan
untuk memecahkan persoalan dan mengatur masyarakat. Lihat
Sudarto, Hukum dan Hukum Pidana, (Bandung: Penerbit
sebagai langkah transisi yang diambil dalam
Alumni, 1986), h. 5. Hal ini penulis tidak sependapat dengan proses Islamisasi ekonomi. Sedangkan untuk
Peter Mahmud Marzuki yang menyatakan bahwa socio legal menghindari praktik murâbahah yang
research bukan penelitian hukum. Lihat Peter Mahmud
Marzuki, Penelitian Hukum Normatif, (Jakarta, Kencana, 2005) akan terjebak pada praktik hilah, bai’‘înah,
h. 87-91, karena perkembangan ilmu sekarang telah mengalami bay‘atâni fî bay‘ah, dan bai’ al-ma’dûm maka
pergeseran menuju suatu pendekatan holistik. Metode ilmu
mulai meninggalkan cara-cara otonomisasi subjeknya yang
para ulama kontemporer mensyaratkan dalam
bekerja dengan memecah-mecah, menggolong-golongkan praktik jual beli murâbahah di lembaga
(fragmenteid). Lihat Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Pencarian,
Pembebasan dan Pencerahan, (Surakarta: Muhammadiyah
keuangan syariah sebagai berikut: 1). Jual
University Press, 2004), h. 42-48. beli murâbahah bukan pinjaman yang
11
Robert K. Yin, Studi Kasus, Desain dan Metode, (Jakarta: diberikan dengan bunga, tetapi merupakan
PT. Radja Grafindo, 2006), h. 103. Penelitian yang sesuai
dengan kualitatif adalah dengan studi kasus yang kegiatannya jual beli komoditas dengan harga tangguh
akan meliputi dokumentasi, rekaman arsip, wawancara, termasuk margin keuntungan di atas biaya
observasi langsung, observasi partisipan, perangkat fisik.
12
Nasution, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif,
perolehan yang disetujui bersama. Dalam
(Bandung: Tarsito, 1992), h. 9
13
Sanafiah Faisal, Penelitian Kualitatif: Dasar-dasar dan
14
Aplikasinya, Observasi Terseleksi, (Malang: Yayasan Asah Asih Dahlan Siamat, Manajemen Bank Umum, (Jakarta:
Asuh, 1990), h. 80. Intermedia, 1993), h. 220.
196| AL-‘ADALAH Vol. XIII, No. 2, Desember 2016

kaitan ini, bila harga tangguh lebih tinggi amanat-amanat yang sedang dipercayakan
dari harga tunai maka sebelum para pihak kepadamu, sedang kamu mengetahui.”16
berpisah, pilihan harga tersebut harus telah Dalam perspektif hukum perdata, akad
disepakati agar terhindar dari bay‘atâni fî murâbahah merupakan perjanjian jual beli
bay‘ah, 2). Pemberi pembiayaan dalam hal dengan tambahan keuntungan yang disepakati
ini bank atau lembaga keuangan syariah bersama. Jual beli menurut KUHPerdata adalah
lainnya, harus telah membeli komoditas/ suatu perjanjian bertimbal balik dalam mana
barang dan menyimpan dalam kekuasaannya, pihak yang satu (penjual) berjanji untuk
atau membeli melalui orang ketiga sebagai menyerahkan hal milik atas suatu barang,
agennya sebelum dijual kepada nasabahnya. sedang pihak yang lainnya (pembeli) berjanji
Bila tidak demikian maka akan terjadi bai’ untuk membayar harga yang terdiri atas
al-ma’dûm (menjual belikan sesuatu yang sejumlah uang sebagai imbalan dari perolehan
belum ada/dimiliki). Namun  demikian, hak milik tersebut, yang dimaksud di sini
bila pembelian langsung ke pihak supplier adalah jual beli secara tunai. Perkataan jual beli
tidak praktis, diperbolehkan bagi pemberi menunjukkan bahwa dari satu pihak perbuatan
pembiayaan untuk memanfaatkan nasabah dinamakan menjual, sedangkan dari pihak yang
sebagai agen/wakil dengan menggunakan lain dinamakan membeli.17 Sifat konsensual
akad wakâlah untuk membeli komoditas yang dari jual beli tersebut ditegaskan dalam pasal
diperlukan atas nama pemberi pembiayaan.15 1458 KUHPerdata yang menyatakan bahwa
Oleh karena itu perlu adanya akad jual beli dianggap sudah terjadi antara kedua
yang dibuat secara tertulis sehingga dapat belah pihak seketika setelah mereka mencapai
meminimalisir konflik antara kreditur dan sepakat tentang barang dan harga, meskipun
debitur dalam pembiayaan murâbahah di barang itu belum diserahkan maupun harganya
kemudian hari. belum dibayar. Hal ini berbeda dengan hukum
Dalam perspektif hukum Islam, Islam yaitu bahwa jual beli harus memenuhi
murâbahah bersifat amanah (kepercayaan) syarat rukunnya yang meliputi adanya penjual
di mana pembeli mempercayai perkataan dan pembeli, adanya barang dan adanya ijab
penjual tentang harga pertama tanpa ada bukti qobul.18
dan sumpah. Dalam hal ini penjual dalam Dalam implementasinya, akad murâbahah
memberikan informasi kepada pembeli tentang di BMT BUS dilakukan dengan pembayaran
biaya-biaya yang dikeluarkan merupakan harga angsuran sehingga sering kali anggota (debitur)
pokok pembelian, dan tambahan keuntungan, wan prestasi dengan berbagai alasan, antara
tidak disertai dengan bukti pembelian. Dalam lain pembayaran angsuran tidak sesuai dengan
jual beli murâbahah ini kejujuran penjual yang disepakati, terlambat membayar bahkan
sangat penting sebagaimana firman Allah tidak mau membayar angsuran sama sekali atau
dalam Q.s. al-Anfâl [8]:27) yang berbunyi: bahkan macet dalam pembayaran. Berdasarkan
Pasal 10 Peraturan Bank Indonesia No. 7/2/
‫ﭥﭦﭧ ﭨﭩﭪﭫﭬ‬ PBI/2005 tentang penilaian kualitas aktiva
‫ﭭﭮﭯ‬ bank umum dapat dikategorikan menjadi
5 kategori yaitu lancar, dalam perhatian
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad)
dan (juga) janganlah kamu mengkhianati 16
Yayasan Penyelenggaraan Penterjemah/Pentafsir Alquran
Revisi Terjemah oleh Lajnah Pentashih Mushaf Alquran
Departemen Agama, Alquran dan Terjemahnya, (Bandung: CV
J-Art, 2004), h. 153.
15 17
Unisba, dalam http://pasca.unisba.ac.id/akad-murabahah- Subekti, Aneka Perjanjian, (Bandung: Citra Aditya
dan-implementasinya-pada-syariah-dihubungkan-dengan- Bakti), 1995, h. 2
18
kebolehan-praktek-murabahah-menurut-para-ulama/ diakses 4 Rachmat Syafei, Fiqh Muamalah, (Bandung: CV.
Maret 2016. Pustaka Setia, 1998), h. 76.
Supriyadi: Desain Penyelesaian Kredit Macet Pembiayaan Murâbahah |197

khusus, kurang lancar, diragukan dan macet. mereka) dan mereka yang tidak mengurangi
Macet apabila terdapat tunggakan angsuran sesuatupun (dari isi perjanjian) mu dan tidak
pokok dan/atau bunga lebih dari 270 hari. pula mereka membantu seseorang memusuhi
Akibatnya pihak krediturlah yang banyak kamu, maka terhadap mereka itu penuhilah
dirugikan. Dalam pandangan hukum perdata janjimu sampai batas waktunya, sesungguhnya
tidak dipenuhinya prestasi oleh debitur dapat Allah menyukai orang-orang yang bertaqwa”.21
dikatakan sebagai wanprestasi. Wanprestasi Pembiayaan murâbahah di BMT BUS
artinya tidak memenuhi sesuatu yang di- juga mengalami kemacetan dalam pembayaran
wajibkan seperti yang telah ditetapkan dalam yang dilakukan oleh anggota. Secara garis
perikatan. besar terdapat dua hal yang menyebabkan
Wanprestasi atau kelalaian dalam kredit macet dalam pembiayaan murâbahah
memenuhi isi akad di dalam hukum Islam yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
disebut taqsîr. Kelalaian menurut mazhab 1. Faktor internal.
Hanâfi merupakan salah satu bentuk dari sifat a. Ketidaktelitian dari karyawan dalam
lupa (nisyân) dan dikatakan jika pelakunya memberikan pembiayaan, dapat
dalam keadaan sadar, maka kelalaian yang meliputi:
demikian tidak dapat dijadikan alasan - Pembiayaan murâbahah yang
yang dapat membebaskan seseorang dari diberikan ternyata juga digunakan
pertanggungjawaban atas perbuatannya. untuk pembiayaan di tempat lain.
Setiap kerugian yang disebabkan kelalaian - Objek jaminan tidak sesuai
seseorang, wajib diganti karena harta dan jiwa dengan nama anggota yang
manusia mendapatkan perlindungan dalam memperoleh pembiayaan.
syariah Islam. Wanprestasi dalam Alquran - Objek jaminan nilainya lebih
dan hadis tidak dijelaskan secara terperinci, rendah dari pembiayaan yang
akan tetapi hanya berupa ketentuan-ketentuan diberikan pada anggota.
secara umum.19 Sebagaimana dalam Q.s. al- - Nama pemberi jaminan secara
Mâidah [5]: 1 yang berbunyi: formal tidak menandatangani
perjanjian pembiayaan.
‫ﮊ ﮋ ﮌ ﮍ ﮎﮏ‬
b. Lemahnya pengawasan pembiayaan
“Hai orang-orang yang beriman penuhilah oleh pimpinan, meliputi:
akad-akad itu”.20
- Kontrol terhadap pembiayaan
Selanjutnya dalam Q.s. al-Taubah [9]: tidak dikoreksi secara kom-
4 berbunyi: prehensif.
- Pimpinan tidak melakukan
‫ﮐﮑﮒﮓﮔﮕﮖﮗ ﮘ‬ secara periodik terjun langsung
‫ﮙﮚﮛﮜﮝﮞ ﮟﮠ ﮡﮢ‬ ke lapangan.
c. Lemahnya akad perjanjian, meliputi:
‫ﮣﮤﮥﮦ‬
- Akad perjanjian yang ditawar-
”Kecuali orang-orang yang musyrikin yang kan pada anggota tidak me-
kamu telah mengadakan perjanjian (dengan nguntungkan pihak BMT
- Tidak semua perjanjian pem-
19
Mukhlas, “Implementasi gadai Syari’ah dengan akad biayaan mengikuti prosedur
Murabahah dan Rahn (Studi di Pegadaian Syari’ah cabang Mlati
Sleman Yogyakarta”, Tesis tidak diterbitkan, (Program Magister
hukum yang berlaku.
Ilmu Hukumm Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret
Surakarta, 2010), h. 53
20 21
Yayasan Penyelenggaraan Penterjemah/Pentafsir Yayasan Penyelenggaraan Penterjemah/Pentafsir
Alquran Revisi Terjemah oleh Lajnah Pentashih Mushaf Alquran Alquran Revisi Terjemah oleh Lajnah Pentashih Mushaf Alquran
Departemen Agama, Alquran dan Terjemahnya, h. 106. Departemen Agama, Alquran dan Terjemahnya, h. 187.
198| AL-‘ADALAH Vol. XIII, No. 2, Desember 2016

2. Faktor eksternal. buruk merupakan salah satu faktor yang


a. BMT tidak langsung berhubungan menyebabkan kredit macet, yang telah
dengan BI (Bank Indonesia) chekhing direncanakan tidak mengembalikan kreditnya.
sehingga anggota yang bermasalah Selanjutnya adalah problem keluarga juga
dalam pembiayaan tidak terdeteksi. bisa menjadi faktor eksternal terhadap kredit
b. Pada awalnya anggota sudah macet, misalnya karena perceraian. Biasanya
bermasalah dengan Bank Indonesia. pasca perceraian anggota yang macet maka
c. Lemahnya pihak BMT mendetekti mereka saling melempar tanggungjawab untuk
pembiayaan bermasalah. memenuhi kewajiban pembayaran terhadap
d. Anggota pailit. pembiayaan yang pernah diperoleh.
e. Problem keluarga, misalnya perceraian.
f. Itikat buruk anggota. Desain Penyelesaian Kredit Macet
Dari uraian di atas tampak bahwa Pembiayaan Murâbahah
macetnya pembiayaan murâbahah disebab- Penyelesaian Secara Internal
kan oleh internal yakni keteledoran per- Penyelesaian internal ini dilakukan oleh
bankan yang tidak mematuhi peraturan tim khusus yang yang dibentuk di masing-
pemberian kredit yang telah ditetapkan akan masing cabang di seluruh BMT BUS seluruh
mengakibatkan kredit macet. Sementara secara Indonesia dengan didampingi oleh remedial
eksternal penyebab pembiayaan macet adalah dari kantor BMT BUS pusat. Penyelesaian
para anggota yang macet tersebut memang ini merupakan bagian dari penyelesaian
sejak awal mempunyai potensi bermasalah. secara non litigasi atau penyelesaian di luar
Hal ini yang sulit terdeteksi karena BMT pengadilan. Penyelesaian ini sering disebut
tidak masuk dalam akses BI chekhing, dengan Alternative Dispute Resolution (ADR)
sehingga tidak bisa melihat apakah calon yaitu menunjukkan pranata penyelesaian
anggota yang menerima pembiayaan tersebut sengketa di luar pengadilan melalui prosedur
sudah masuk blacklist oleh Bank Indonesia yang disepakati para pihak (self-governing
atau tidak. Dapat dipastikan apabila sudah di system). Penyelesaian sengketa melalui
blacklist oleh Bank Indonesia berarti kreditnya Alternative Dispute Resolution (ADR) memiliki
diperbankan sudah macet atau bermasalah kebaikan atau keunggulan daripada proses
terhadap pembayarannya. Macetnya bisa penyelesaian melalui ajudiksi. Penyelesaian
disebabkan oleh faktor ekonomi, atau pailit sengketa dibandingkan melalui Alternative
sebagaimana diuraikan oleh Supriyadi 22 Dispute Resolution (ADR) jauh lebih
yang menyatakan bahwa alasan klasik yang efisien dan efektif dengan penyelesaian
sering disampaikan oleh para debitur yang sengketa melalui institusi ajudiksi, di mana
macet adalah usahanya lagi pailit/bangkrut, penyelesaiannya lebih cepat, biaya murah,
sulitnya ekonomi. Pailitnya usaha tersebut dan paling penting menghasilkan kesepakatan
dapat disebabkan oleh merosotnya ekonomi, yang dapat diterima para pihak. Para pihak
salah urus usaha atau kurangnya pengalaman dapat mengatur sendiri cara dan lamanya
dalam usaha. Namun demikian ada juga waktu penyelesaian sengketa dimaksud.
pembiayaan yang macet disebabkan oleh William Ury, J.M. Brett dan S.B. Golderg
iktikad buruk dari debitur yang memang menyatakan bahwa penyelesaian secara non
sejak semula sengaja tidak ingin melunasi litigasi terdapat beberapa tujuan. Pertama,
pembiayaan yang telah diterima. Iktikad mengurangi kemacetan di pengadilan.
Banyaknya kasus yang diajukan ke pengadilan
22
Supriyadi, “Desain Penyelesaian Kredit Macet di BPR menyebabkan proses pengadilan sering kali
BKK Jepara Melaui Jalur Non Litigasi”, Jurnal Iqtishadia, Jurnal berkepanjangan, sehingga memakan biaya yang
Ekonomi dan Bisnis Islam, Program Studi Ekonomi Islam
Jurusan Syariah, STAIN Kudus, Edisi IX Vol. 2, 2010. tinggi dan sering memberikan hasil yang kurang
Supriyadi: Desain Penyelesaian Kredit Macet Pembiayaan Murâbahah |199

memuaskan. Kedua, meningkatkan ketertiban Dalam pembiayaan ini tentu juga akan
masyarakat dalam proses penyelesaian sengketa. terlihat jaminan yang menjadi anggunan
Ketiga, memperlancar serta memperluas akses ke yang diserahkan oleh anggota kepada
pengadilan. Keempat, memberikan kesempatan pihak BMT.
bagi tercapainya penyelesaian sengketa yang 3. Persuasif
menghasilkan keputusan yang dapat diterima Pendekatan ini yang diutamakan dalam
oleh semua pihak dan memuaskan.23 rangka untuk menyelesaikan kredit
Berdasarkan data yang diperoleh, dapat macet dalam pembiayaan murâbahah.
diketahui bahwa penyelesaian kredit macet Oleh karena itu anggota akan ditanya
dalam pembiayaan murâbahah tetap di- komitmennya dalam penyelesaian masalah
upayakan pencegahan dini agar pembayaran pembiayaan yang pernah diterima.
angsuran lancar. Oleh karena itu ketika Apabila anggota telah mempunyai
pembiayaan tersebut terdapat potensi non komitmen untuk menyelesaikan maka
lancar maka pihak BMT BUS akan berupaya anggota harus membuat perjanjian atau
menyelesaikan agar tidak terjadi macet. pernyataan tentang jangka waktu dan cara
Langkah langkah yang dilakukan oleh pihak penyelesainnya ataupun pembayarannya.
BMT BUS dalam penyelesaian secara non Penyelesaian dapat dilakukan dengan cara
litigasi ini meliputi tahapan tahapan sebagai reschedule (retrukturisasi) pembayaran atau
berikut: bahkan mengangsur kembali sesuai dengan
1. Membuka dokumen kesepakatan dalam akad perjanjian pada
Pembukaan dokumen ini dapat diketahui saat menerima pembiayaan. Pihak BMT
akad pembiayaan yang dilakukan oleh para harus mampu menggali kemampuan dari
pihak baik oleh pihak BMT BUS maupun anggota dengan memberikan alternatif-
pihak yang menerima pembiayaan. alternatif solusi penyelesaian.
Dengan demikian akan terlihat siapa saja Tahapan proses penyelesaian di atas dapat
yang terlibat dalam pembiayaan, siapa dibenarkan secara hukum karena telah sesuai
yang menjadi referensi (debitur penjamin) dengan Undang-Undang Nomor 30 Tahun
sehingga akan lebih jelas dan lebih mudah 1999 karena telah menyediakan beberapa
dalam penyelesaiannya. pranata pilihan penyelesaian sengketa
2. Diskripsi anggota (debitur) secara damai yang dapat ditempuh para
Hal ini memberikan gambaran tentang pihak untuk menyelesaikan sengketa atau
karakteristik anggota yang diilustrasikan beda pendapat perdata mereka. Pembukaan
ke dalam narasi yang meliputi aspek dokumen merupakan hal penting karena
ekonomi, psikologi maupun kultural dari dalam dokumen tersebut dapat diketahui akad
anggota. Bertolak dari ilustrasi tersebut pembiayaan yang dituangkan dalam suatu
kemudian anggota ditunjukkkan tentang perjanjian. Menurut Pasal 1338 KUHPerdata
dokumen pembiayaan yang pernah bahwa perjanjian merupakan undang-undang
ditandatangai, hal ini bertujuan untuk para pihak, sehingga ketika terjadi perselisihan
mengingatkan kembali memori anggota dalam pembiayaan maka akta perjanjianlah
pada saat menerima pembiayaan. yang menjadi dasar penyelesainnya.
Pembiayaan dapat meliputi pembiayaan
produktif dan pembiayaan konsumtif. Penyelesaian Secara Eksternal
Penyelesaian ini melibatkan pihak ketiga
sebagai upaya kredit macet dalam pembiayaan
23
William Ury, J.M. Brett dan S.B. Golderg, Getting murâbahah tidak berlarut-larut dan cepat selesai
Disputes Resolved hlm. 35 sebagaimana dikutip Rohmadi Usman,
Pilihan Penyelesaian Sengketa di Luar pengadilan, (Bandung: sehingga pihak BMT (kreditur) tidak banyak
Citra Aditya Bhakti, 2003), h. 10-11. dirugikan. Pihak ketiga ini dilaksanakan oleh
200| AL-‘ADALAH Vol. XIII, No. 2, Desember 2016

organisasai pengacara yang berkedudukan di bahwa hukum yang dianut sarat dengan
Kudus yaitu dari Asosiasi Pengacara Syariah nilai-nilai yang dianut masyarakat. Nilai-nilai
Indonesia (APSI). Penggunaan pengacara APSI inilah yang menentukan kultur atau budaya
oleh BMT karena adanya kesamaan visi misi hukum masyarakat. Hal senada juga dikatakan
sehingga dalam penyelesaiannya juga berbasis Lawrence M. Friedman bahwa kultur hukum
syariah. Di samping itu juga, APSI mempunyai merupakan sikap-sikap dan nilai-nilai yang
pengalaman menjadi konsultan hukum di dimiliki masyarakat yang berhubungan dengan
beberapa perusahaan. Hal ini menambah hukum dan lembaga-lembaganya baik yang
keyakinan dari BMT untuk mengunakan jasa bersifat positif maupun negatif. Unsur inilah
konsultan hukum tersebut. yang menentukan mengapa seseorang itu
Penyelesaian kredit macet dalam pem- patuh atau tidak patuh terhadap peraturan.
biayaan murâbahah dilakukan dengan cara Sesungguhnya kultur hukum berfungsi
pemetaan wilayah berdasarkan kantor cabang sebagai “motor penggerak keadilan” yakni
yang dimiliki oleh BMT. Hal ini dimaksudkan menjembatani sistem hukum dengan sikap
untuk memudahkan penyelesaian agar tidak manusia dalam suatu masyarakat.25
terjadi tumpang tindih penyelesaiannya. Penyelesaian oleh pihak ketiga (pengacara)
Masing-masing cabang menyerahkan berkas inipun lebih mengutamakan penyelesaian di
lengkap kepada kantor konsultan hukum- luar pengadilan karena dianggap lebih efektif
nya yang meliputi: akad perjanjian, jumlah dalam mencapai tujuannya. Penyelesaian
pembiayaan yang dikeluarkan berikut margin hukum, menurut Satjipto Rahardjo adalah
yang disepakati, objek jaminan yang dijadikan cara penyelesaian masalah ataupun perkara
anggunan dan ilustrasi anggota yang macet dengan melakukan suatu solusi hukum.26
dalam pembiayaan murâbahah. Selanjutnya Penyelesaian hukum tersebut, didasarkan pada
pihak konsultan hukum akan mempelajari pandangan hidup yang dianut oleh masyarakat
berkas tersebut baik sebara yuridis maupun itu sendiri. Pandangan hidup ini dapat di-
secara sosiologis. Yuridis akan memetakan identifikasikan sebagai suatu pandangan
posisi hukum dari kreditur dan debitur agar objektif dari orang-orang yang ada dalam
penyelesaiannya tidak bertentangan dengan masyarakat mengenai apa dan bagaimana
hukum yang berlaku. Secara sosiologis hidup ini. Pandangan hidup ini menjadi dasar
karena karakteristik sosial masyarakat perumusan nilai, norma atau kaidah yang
berbeda sehingga penyelesaianya juga akan mengatur perilaku individu dalam masyarakat.
menggunakan pendekatan yang berbeda. Selanjutnya beliau menyatakan bahwa hukum
Secara sosiologis juga melihat aspek sebagai suatu strategi sosiologis, yaitu dengan
anggota (debitur) sebagai bagian dari ber- melihat kenyataan dalam masyarakat untuk
masyarakat dengan kultur hukumnya, menyelesaikan hukum yang dapat memuaskan
karena hukum memiliki hubungan timbal rasa keadilan masyarakat.27 Strategi atau pola
balik dengan masyarakat. Sebagaimana sosiologis, tersebut menekankan pada soal
ungkapan yang menyatakan bahwa hukum efisiensi untuk mencari pemecahan alternatif
memiliki hubungan timbal balik dengan terhadap hukum.28
masyarakatnya, karena hukum itu me-
rupakan sarana pengatur dan bekerja di
(Malang: PT. Suryandaru Utama, 2005), h. 85.
dalam masyarakat. Itulah sebabnya, hukum 25
Esmi Warassih, Pranata Hukum Sebuah Telaah Sosiologis,
tidak terlepas dari gagasan-gagasan maupun h. 89.
26
pendapat-pendapat yang hidup di kalangan Satjipto Rahardjo, Sisi-Sisi Lain dari Hukum di
Indonesia, (Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2006), h. 190.
anggota masyarakat.24 Selanjutnya dikatakan 27
Satjipto Rahardjo, Sisi-Sisi Lain dari Hukum di
Indonesia, h. 192.
28
Satjipto Rahardjo, Sisi-Sisi Lain dari Hukum di
24
Esmi Warassih, Pranata Hukum Sebuah Telaah Sosiologis, Indonesia, h. 194.
Supriyadi: Desain Penyelesaian Kredit Macet Pembiayaan Murâbahah |201

Langkah-langkah hukum yang ditempuh jelaskan negosiasi merupakan proses upaya


oleh pengacara/advokat setelah menerima untuk mencapai kesepakatan dengan
seluruh berkas dari BMT meliputi: pihak lain, suatu proses interaksi dan
1. Somasi hukum komunikasi yang dinamis dan beraneka
Langkah hukum yang ditempuh oleh kuasa ragam, dapat lembut dan bernuansa,
hukum yang pertama adalah memberikan sebagaimana manusia itu sendiri. Orang
somasi terhadap anggota. Peringatan atau bernegosiasi dalam jumlah yang tidak
somasi tersebut dilakukan sebanyak tiga terhitung jumlahnya, di mana mereka
kali. Peringatan pertama berisi supaya membutuhkan atau menginginkan sesuatu
pihak yang debitur segera menyelesaikan yang dapat diberikan ataupun ditahan
permasalahannya. Cara penyelesaiannya oleh pihak atau orang lain, bila mereka
dapat dilakukan dengan dua cara yaitu: menginginkan untuk memperoleh kerja
1) Debitur menyerahkan objek jaminan sama, bantuan atau persetujuan orang lain
kepada kreditur. 2) Kreditur tidak menarik atau ingin menjelaskan atau mengurangi
benda yang menjadi objek jaminan dengan persengketaan atau perselisihan.
catatan debitur membayar atau melunasi Negosiasi biasanya dilakukan dalam perkara
sesuai dengan ketentuan/kesepakatan saat yang tidak terlalu rumit. Suatu hal yang
dibuatnya. penting dalam bernegosiasi adalah suatu
Langkah kedua, apabila somasi pertama iktikad baik dari para pihak untuk secara
tidak diindahkan maka kuasa hukum bersama-sama duduk dan menyelesaikan
penerima fidusia memberikan somasi yang masalah. Apabila kepercayaan maupun
kedua yang pada intinya anggota diundang keinginan untuk mendapatkan suatu
untuk hadir di kantor kuasa hukum dengan kesepakatan di antara para pihak telah
membawa kendaraan jika yang menjadi luntur, maka negosiasi akan menjadi suatu
objek adalah kendaraan. Jika yang menjadi upaya yang sia-sia. Namun demikian, jika
objek jaminan adalah benda tidak bergerak, para pihak dapat duduk secara bersama-
maka akan diperingatkan untuk segera sama dengan iktikad baik dan niat untuk
menyelesaikan. Pada saat inilah terjadi mencari suatu kesepakatan.
negosiasi untuk menyelesaikan. Negosiasi 3. Mediasi
ini merupakan pertemuan antara para Apabila proses negosiasi gagal maka akan
pihak yaitu pihak kreditur dan debitut. ditempuh jalur mediasi yaitu melibatkan
Selanjutnya somasi ketiga, hal ini dilakukan pihak ketiga yang netral. Collins English
apabila debitur tidak menanggapai atau Dictionary and Thesaurus di dalamnya
merespon terhadap somasi sebelumnya. menyebutkan bahwa mediasi adalah
Somasi ketiga pada intinya jika debitur kegiatan menjembatani antara dua pihak
tetap tidak menyelesaikan pembiayaan yang bersengketa guna menghasilkan
yang pernah diterima maka objek jaminan kesepakatan (agreement).30 Kegiatan ini
akan dieksekusi sesuai dengan hukum yang dilakukan oleh mediator sebagai pihak
berlaku. yang ikut membantu mencari berbagai
2. Negosiasi alternatif penyelesaian sengketa. Posisi
Hal ini yang ditempuh kuasa hukum
dalam rangka mempercepat penyelesai-
Pedoman Negosiasi dan Penyelesaian Sengketa Melalui Negosiasi,
an kredit macet dalam pembiayaan (Jakarta: ELIPS Project, 1993), h. 5
murâbahah. Gary Goodpaster,29 men- 30
Lorna Gilmour, Penny Hand, dan Cormac Mc Keown
(eds.), Collins English Dictionary and Thesaurus, Third Rdition,
(Great Britain: Harper Collins Publishers, 2007), h. 510. Lihat
juga Martin H. Manser, Oxford Learner;s Pocket Dictionary, New
29
Gary Goodpaster, Negosiasi dan Mediasi, Sebuah Edition, (Oxford: Oxford University Press, 1995), h. 259.
202| AL-‘ADALAH Vol. XIII, No. 2, Desember 2016

mediator dalam hal ini adalah mendorong telah dilakukan baik melalui internal
para pihak untuk mencapai kesepakatan- maupun eksternal (pihak ketiga).
kesepakatan yang dapat mengakhiri per- Sebelum melaksanakan eksekusi oleh
selisihan dan persengketaan. Ia tidak dapat kreditur akan dipertimbangkan apakah
memaksa para pihak untuk menerima pembiayaan murâbahah tersebut dengan
tawaran penyelesaian sengketa darinya. Para jaminan atau tanpa jaminan. Jika tanpa
pihaklah yang menentukan kesepakatan- jaminan, maka kreditur akan berupaya
kesepakatan apa yang mereka inginkan. untuk melakukan akad ulang supaya
Mediator hanya membantu mencari pihak debitur memberikan jaminan
alternatif dan mendorong mereka secara dalam akad ulang. Tujuannya adalah
bersama-sama ikut menyelesaikan sengketa. untuk memudahkan kreditur dalam
Mediasi adalah cara penyelesaian sengketa mengeksekusi objek yang menjadi jaminan
di luar pengadilan melalui perundingan pembiayaan. Jika pembiayaan murâbahah
yang melibatkan pihak ketiga yang bersikap dengan menggunakan jaminan maka akan
netral (non-intervensi) dan tidak berpihak dilihat apakah jaminannya benda bergerak
(impartial) kepada pihak-pihak yang ataupun tidak bergerak. Selanjutnya
bersengketa serta diterima kehadirannya diidentifikasi objek jaminan tersebut
oleh pihak-pihak yang bersengketa. Pihak apakah masuk kategori jaminan fidusia
ketiga tersebut disebut ”mediator” atau atau hak tanggungan. Identifikasi objek
”penengah”, yang tugasnya hanya mem- jaminan ini bertujuan untuk memudahkan
bantu pihak-pihak yang bersengketa bagi kreditur dalam melakukan eksekusi.
dalam menyelesaikan masalahnya dan Keberadaan objek jaminan ini sebenarnya
tidak mempunyai kewenangan untuk untuk menjaga kekhawatiran dari kreditur
mengambil keputusan.31 Dengan per- agar debitur mau melunasi pembiayaan
kataan lain, mediator di sini hanya murâbahah yang telah dikeluarkan oleh
bertindak sebagai fasilitator saja. Dengan kreditur (BMT BUS), sehingga pihak
mediasi diharapkan dicapai titik temu kreditur tidak mengalami kerugian akibat
penyelesaian masalah atau sengketa yang debitur wan prestasi.
dihadapi para pihak, yang selanjutnya Apabila anggota tidak ada kemampuan
akan dituangkan sebagai kesepakatan lagi untuk membayar baik secara angsuran
bersama. Pengambilan keputusan tidak ataupun telah direchedule maka alternatif
berada di tangan mediator, tetapi di yang ditawarkan adalah eksekusi di bawah
tangan para pihak yang bersengketa. tangan. Pada tahapan ini dibuat kesadaran
Harapannya adalah dapat membantu bersama bahwa pembiayaan yang telah
proses kredit macet dalam pembiayaan dikeluarkan oleh BMT adalah milik semua
murâbahah agar tidak berlarut larut. anggota koperasi (BMT BUS) sehingga
4. Eksekusi harus dipertanggungjawabkan kepada seluruh
Eksekusi merupakan alternatif terakhir anggota koperasi. Apabila terdapat jaminan
yang dilakukan oleh pihak kreditur pada saat pembiayaan maka anggota supaya
apabila debitur telah melakukan wan ikhlas apabila jaminannya dijual di bawah
prestasi. Hal ini dilakukan dengan tangan dengan tujuan untuk melunasi
pertimbangan pertimbangan tertentu pembiayaan yang pernah dikeluarkan.
di mana upaya penyelesaian kredit Dengan ketentuan bahwa apabila hasil
macet dalam pembiayaan murâbahah penjualan jaminan terdapat kelebihan,
setelah dikurangi pokok dan margin yang
disepakati, maka kelebihan penjualan akan
31
Rochmadi Usman, Pilihan Penyelesaian Sengketa di Luar diserahkan kepada anggota. Tetapi yang lebih
Pengadilan, h. 79.
Supriyadi: Desain Penyelesaian Kredit Macet Pembiayaan Murâbahah |203

rumit apabila pada waktu pembiayaaan tanpa Pustaka Acuan


disertai jaminan maka pihak BMT harus Abdul Ghofur, Ruslan, “Konstruksi Akad
menciptakan kesadaran kepada anggota bahwa dalam Pengembangan Produk Perbankan
apabila anggota mempunyai asset maka asset Syariah di Indonesia”, al-‘Adalah, Vol.
tersebut dapat digunakan untuk melunasi 12, No. 3, (2015), h. 493-506.
pembiayaannya.
Faisal, “Restrukturisasi Pembiayaan Murâbahah
dalam Mendukung Manajemen Risiko
Penutup Sebagai Implementasi Prudential Principle
Faktor-faktor yang mempengaruhi kredit macet Pada Bank Syariah di Indonesia”, Jurnal
dalam pembiayaan murâbahah terdapat dua Dinamika Hukum, Vol. 11, No. 3, 2011.
faktor yaitu faktor internal yang disebabkan Faisal, Sanafiah, Penelitian Kualitatif:
oleh ketidaktaatan pihak kreditur dalam Dasar-dasar dan Aplikasinya, Observasi
mematuhi peraturan pemberian pembiayaan Terseleksi, Malang: Yayasan Asah Asih
yang telah ditetapkan, dan faktor eksternal Asuh, 1990.
yaitu faktor dari luar BMT yang disebabkan
Goodpaster, Gary, Negosiasi dan Mediasi,
karena BMT tidak langsung berhubungan
Sebuah Pedoman Negosiasi dan Penyelesaian
dengan BI (Bank Indonesia) chekhing sehingga
Sengketa Melalui Negosiasi, Jakarta: ELIPS
anggota yang sejak awal bermasalah dalam
Project, 1993.
pembiayaan tidak terdeteksi, di samping itu
juga karena anggota pailit. Hamid, Abdul, “Aplikasi Teori Mashlahah
(Maslahat) Najm al-Dîn al-Thûfi dalam
Desain penyelesaian kredit macet dalam
Penyelesaian Sengketa Perjanjian Bisnis
pembiayaan murâbahah juga dilakukan
di Bank Syariah”, al-‘Adalah, Vol. 12,
melalui dua cara yaitu secara internal
No. 4, (2015), h. 729-742.
dengan cara penyelesaian yang dilakukan
oleh tim khusus yang dibentuk di masing- Hamoudi, Haider Ala, Muhammad’s Social
masing cabang di seluruh Indonesia dengan Justice or Muslim Cant?: Langdelleanism
didampingi oleh remedial dari kantor pusat. And The Failure Of Islamic Finance,
Dan eksternal penyelesaian ini melibatkan Cornell International Law Journal, 40
pihak ketiga yang dilaksanakan oleh Cornell International 89, Winter 2007.
organisasai pengacara yang dari Asosiasi Hanutijo, Soemitro Ronny, Metodologi
Pengacara Syariah Indonesia (APSI). Penelitian Hukum, Jakarta: Ghalia
Penggunaan pengacara APSI oleh BMT Indonesia, 1985.
karena adanya kesamaan visi misi sehingga Gilmour, Lorna, Penny Hand, dan Cormac
dalam penyelesaiannya juga berbasis syariah. Mc Keown (eds.), Collins English
Perlu adanya pengawasan dan penertiban Dictionary and Thesaurus, Third Rdition,
secara ketat oleh pemerintah terhadap Great Britain: Harper Collins Publishers,
lembaga keuangan syariah agar mentati 2007.
peraturan perundangan yang berlaku Manser, Martin H., Oxford Learner’s Pocket
sehingga pembiayaan syariah menjadi solusi Dictionary, New Edition, Oxford: Oxford
dalam pembangunan ekonomi nasional. University Press, 1995.
Perlu aturan yang jelas yang dikeluarkan Mudzhar, Mohammad Atho, dan Muhammad
oleh pihak pemerintah terhadap pihak Maksum, “Synergy or Conflict of Law?
ketiga yang terlibat dalam penyelesaian (Comparison Between the Compilation
pembiayaan yang berbasis syariah agar of Rules on Shari’ah Economy (KHES)
memberi perlindungan bagi lembaga and the National Shari’ah Board’s (DSN)
keuangan syariah dan pihak ketiga yang Fatwas)”, al-‘Adalah, Vol. 12, No. 4,
terlibat dalam penyelesaian kredit macet. (2015), h. 681-700.
204| AL-‘ADALAH Vol. XIII, No. 2, Desember 2016

Maksum, Muhammad, “Model-model Subekti, Aneka Perjanjian, Citra Aditya


Kontrak dalam Produk Keuangan Bakti, Bandung, 1995
Syariah”, al-‘Adalah, Vol. 12, No. 1, Sudarto, Hukum dan Hukum Pidana,
(2015), h. 49-262. Penerbit Alumni, Bandung, 1986
Maulidiana, Lina, “Penerapan Prinsip-prinsip Supriyadi, “Desain Penyelesaian Kredit Macet
Murâbahah dalam Perjanjian Islam di BPR BKK Jepara Melalui Jalur Non
(Kajian Operasional Bank Syariah dalam Litigasi”, Iqtishadia, Jurnal Ekonomi dan
Modernisasi Hukum)”, Jurnal Sains dan Bisnis Islam, Edisi IX, 2010.
Informasi, Fakultas Hukum Universitas Syafei, Rachmat, Fiqh Muamalah, Bandung:
Sang Bumi Ruwa Jurai, Nomor 7, Tahun CV. Pustaka Setia, 1998.
2011.
Usman, Rohmadi, Pilihan Penyelesaian
Mukhlas, “Implementasi Gadai Syari’ah Sengketa di Luar Pengadilan, Bandung:
dengan Akad Murâbahah dan Rahn Citra Aditya Bhakti, 2009.
(Studi di Pegadaian Syari’ah Cabang
Mlati Sleman Yogyakarta)”, (Tesis, tidak Yayasan Penyelenggaraan Penterjemah/
diterbitkan), Program Magister Ilmu Pentafsir Alquran Revisi Terjemah
Hukumm Fakultas Hukum Universitas oleh Lajnah Pentashih Mushaf Alquran
Sebelas Maret Surakarta, 2010. Departemen Agama, Alquran dan
Terjemahnya, Bandung: CV J-Art, 2004.
Nasution, Metode Penelitian Naturalistik
Kualitatif, Bandung: Tarsito, 1992. Yin, Robert K., Studi Kasus, Desain dan
Metode, Jakarta: PT. Radja Grafindo,
Rahardjo, Satjipto, Ilmu Hukum, 2006.
Pencarian, Pembebasan dan Pencerahan,
Muhammadiyah Surakarta: University Yusuf, Deni K., “Peran Notaris dalam Praktik
Press, 2004. Perjanjian Bisnis di Perbankan Syariah
(Tinjauan dari Perspektif Hukum
____, Sisi-sisi Lain dari Hukum di Indonesia, Ekonomi Syariah), al-‘Adalah, Vol. 12,
Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2006. No. 3, (2015), h. 701-714.
Rahayu, Esmi Warassih, Pranata Hukum Zamroni, Pengembangan Pengantar Teori
Sebuah Telaah Sosiologis, Tnp.: PT. Sosial, Yogyakarta: Tiara Yoga, 1992.
Suryandaru Utama, 2005.
Rahma, Yusuf Aziz, Prosedur Pembiayaan dan Internet
Penanganan Masalah pada BMT Arafah,
Republika online, http://www.republika.
Penelitian, UNS Surakarta, 2010.
co.id/berita/ekonomi/syariah-
Rachmawati, Eka Nuraini, & Ab Mumin ekonomi/15/03/22/nlmhlb-aset-bmt-
bin Ab Ghani, “Akad Jual Beli dalam indonesia-capai-rp-47-triliun, diakses
Perspektif Fikih dan Praktiknya di Pasar 1 Maret 2016.
Modal Indonesia”, al-‘Adalah, Vol. 12,
Bank Indonesia, Sekilas perbankan syari’ah
No. 3, (2015), h. 785-806.
di Indonesia, http://www.bi.go.id/id/
Rivai, Harif Amali, dkk, “Identifikasi Faktor perbankan/syariah/Contents/Default.
Penentu Keputusan Konsumen dalam aspx, diakses 3 Maret 2016.
Memilih Jasa Perbankan: Bank Syariah
Unisba, http://pasca.unisba.ac.id/akad-
Versus Bank Konvensional”, Jurnal
murabahah-dan-implementasinya-pada-
Center For Banking Research Universitas
syariah-dihubungkan-dengan-kebolehan-
Andalas, Vol. 4 No. 1, 2006.
praktek-murabahah-menurut-para-
Siamat, Dahlan, Manajemen Bank Umum, ulama/ diakses 4 Maret 2016.
Jakarta: Intermedia, 1993.

Anda mungkin juga menyukai