Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN TUTORIAL SKENARIO B

BLOK VII

KELOMPOK 1

Dosen Pembimbing : dr.Thia Prameswarie, M.Biomed.

Fitriani 702016054
Yolanda Ulandari 702019002
Aldito Prananta 702019009
Rizki Oktarina 702019014
Fadhil Muhammad Al Himni 702019016
Arini Alfa Hidayah 702019038
Sabrina Adellia 702019041
Miftah Luthfiyah Salma 702019065
Nefa Hulwa Meisananda 702019079
Elsya Hafidza 702019081
M. Ikhsan Nugroho 702019082

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2020

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tutorial yang berjudul
“Laporan Tutorial Kasus Skenario B Blok VII” sebagai tugas kompetensi
kelompok. Shalawat beriring salam selalu tercurah kepada junjungan kita, Nabi
besar Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat, dan pengikut-pengikutnya
sampai akhir zaman.
Penulis menyadari bahwa laporan tutorial ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan
di masa mendatang.
Dalam penyelesaian laporan tutorial ini, penulis banyak mendapat bantuan,
bimbingan dan saran. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa
hormat dan terima kasih kepada:
1. Allah SWT, yang telah memberikan kehidupan serta kesempatan
kepada kami dalam menyampaikan lap
2. oran ini.
3. Kedua orang tua yang selalu memberi dukungan materil maupun
spiritual.
4. dr.Thia Prameswarie, M.Biomed selaku Tutor kelompok 1.
5. Teman-teman seperjuangan.
6. Semua pihak yang membantu penulis.

Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang
diberikan kepada semua orang yang telah mendukung penulis dan semoga laporan
tutorial ini bermanfaat bagi kita dan perkembangan ilmu pengetahuan. Semoga kita
selalu dalam lindungan Allah SWT. Aamiin.
Palembang, 11 Mei 2020
Penulis

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Blok Sistem Pertahanan Tubuh dan Infeksi adalah blok ke VII pada
semester II dari sistem Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Pendidikan
Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang. Salah
satu strategi pembelajaran sistem Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) ini
adalah Problem Based Learning (PBL). Tutorial merupakan
pengimplementasian dari metode Problem Based Learning (PBL). Dalam
tutorial mahasiswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil dan setiap
kelompok dibimbing oleh seorang tutor/dosen sebagai fasilitator untuk
memecahkan kasus yang ada.

Pada kesempatan ini dilaksanakan tutorial studi kasus skenario B yang


berjudul “Cobaan di Musim Hujan”. Skenario ini memaparkan tentang Tn. A,
35 tahun, dibawa ke IGD Rumah Sakit karena selalu ingin tidur dan meracau
sejak 8 jam yang lalu. Tn. A juga mengeluh tidak BAK. Sejak 2 hari yang lalu
seluruh badan berwarna kuning, BAB biasa, BAK berkurang dan warnanya teh
tua, serta demam. Demam mulai diderita Tn. A sejak 5 hari yang lalu yang
semakin tinggi dan terus-menerus disertai sakit kepala, nyeri otot terutama otot
betis, mual, mata merah tanpa kotoran, dan penglihatan silau, namun BAB dan
BAK masih biasa. Tn. A adalah seorang pembersih selokan dan saat ini sedang
musim hujan. Tn. A tidak pernah melakukan perjalanan ke luar kota.

1.2 Maksud dan Tujuan


Adapun maksud dan tujuan dari laporan tutorial studi kasus ini, yaitu:
1. Sebagai laporan kepada tutor yang merupakan bagian dari sistem
pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Palembang.
2. Dapat menyelesaikan kasus yang dipaparkan dalam skenario dengan
metode analisis dan pembelajaran diskusi kelompok.

3
3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Data Tutorial

Tutor : dr.Thia Prameswarie, M.Biomed.

Moderator : Fadhil Muhammad Al Himni


Sekretaris Meja : Nefa Hulwa Meisananda
Waktu Tutorial : 1. Senin, 11 Mei 2020
Pukul 12.42 selesai

2. Jumat, 13 Mei 2020


Pukul 08.00 11.00

2.2 Skenario Kasus

“Cobaan di Musim Hujan ”

Tn. A, 35 tahun, dibawa ke IGD Rumah Sakit karena selalu ingin tidur
dan meracau sejak 8 jam yang lalu. Tn. A juga mengeluh tidak BAK. .Sejak 2
hari yang lalu seluruh badan berwarna kuning, BAB biasa, BAK berkurang dan
warnanya teh tua, serta demam. Demam mulai diderita Tn. A sejak 5 hari yang
lalu yang semakin tinggi dan terus-menerus disertai sakit kepala, nyeri otot
terutama otot betis, mual, mata merah tanpa kotoran, dan penglihatan silau,
namun BAB dan BAK masih biasa. Tn. A adalah seorang pembersih selokan dan
saat ini sedang musim hujan. Tn. A tidak pernah melakukan perjalanan ke luar
kota.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum:
Tampak sakit berat, kesadaran delirium, tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 110
x/menit, pernafasan 22 x/menit, suhu tubuh 38,50C.

Keadaan spesifik:

4
Kepala : Konjungtiva palpebra pucat, sklera ikterik, tampak conjungtival
suffusion, fotofobia (+).
Leher : Dalam batas normal
Thoraks : Dalam batas normal
Abdomen : Hepar teraba 2 jari di bawah arcus costae.
Ekstremitas : Nyeri tekan musculus gastrocnemius dextra et sinistra.

Hasil Laboratorium:
Hb 9,1 mg/dl Leukosit 11.300 /mm3 Trombosit 250.000/mm3
Ureum 68 mg/dl Kreatinin 3,2 mg/dl Bilirubin indirek 1,4 mg/dl
SGOT 70 IU/l SGPT 60 IU/l Bilirubin direk 2,5 mg/dl
Enzim Creatinin Phospho Kinase (CPK) 60 IU/l
Urinalisa: protein +2

2.3 Klarifikasi Istilah


No Istilah Klarifikasi
1 Meracau Berbicara tidak karuan (waktu sakit,
demam, dsb) (KBBI).

2 Demam peningkatan temoeratur tubuh di atas


normal (37 derajat celcius) (Dorlan).

3 Fotofobia Fobia terhadap cahaya atau sinar (KBBI).

4 Konjungtiva Palpebra Membran halus yang melapisi kelopak


mata dan menitupi bola mata (Dorlan).

5 Kreatinin Asam amino yang terdapat pada jaringan


vertebrata khususnya pada otot (Dorlan)

6 Suffosion proses penyebaran atau difusi, keadaan


dibasahi atau dilalui sesuatu, seperti
darah(Dorland)

5
2.4 Identifikasi Masalah

“Cobaan di Musim Hujan ”

1.Tn. A, 35 tahun, dibawa ke IGD Rumah Sakit karena selalu ingin tidur dan
meracau sejak 8 jam yang lalu. Tn. A juga mengeluh tidak BAK.

2.Sejak 2 hari yang lalu seluruh badan berwarna kuning, BAB biasa, BAK
berkurang dan warnanya teh tua, serta demam. Demam mulai diderita Tn. A
sejak 5 hari yang lalu yang semakin tinggi dan terus-menerus disertai sakit
kepala, nyeri otot terutama otot betis, mual, mata merah tanpa kotoran, dan
penglihatan silau, namun BAB dan BAK masih biasa. Tn. A adalah seorang
pembersih selokan dan saat ini sedang musim hujan. Tn. A tidak pernah
melakukan perjalanan ke luar kota.

3.Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum:

Tampak sakit berat, kesadaran delirium, tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 110
x/menit, pernafasan 22 x/menit, suhu tubuh 38,50C.

Keadaan spesifik:

Kepala : Konjungtiva palpebra pucat, sklera ikterik, tampak conjungtival


suffusion, fotofobia (+).

Leher : Dalam batas normal

Thoraks : Dalam batas normal

Abdomen : Hepar teraba 2 jari di bawah arcus costae.

6
Ekstremitas : Nyeri tekan musculus gastrocnemius dextra et sinistra.

4.Hasil Laboratorium:

Hb 9,1 mg/dl Leukosit 11.300 /mm3 Trombosit 250.000/mm3

Ureum 68 mg/dl Kreatinin 3,2 mg/dl Bilirubin indirek 1,4 mg/dl

SGOT 70 IU/l SGPT 60 IU/l Bilirubin direk 2,5 mg/dl

Enzim Creatinin Phospho Kinase (CPK) 60 IU/l

Urinalisa: protein +2

2.5 Prioritas Masalah


Identifikasi masalah nomor 1, karena Tn. A ke IGD karena selalu ingin
tidur dan meracau artinya sudah mulai mengalami penurunan kesadaran.

2.6 Analisis Masalah

1. Tn. A, 35 tahun, dibawa ke IGD Rumah Sakit karena selalu ingin tidur dan
meracau sejak 8 jam yang lalu. Tn. A juga mengeluh tidak BAK.
A. Apa makna Tn. A selalu ingin tidur dan meracau sejak 8 jam yang lalu?
B. Apa makna Tn. A tidak BAK ?
C. bagaimana anatomi dan fisiologi pada kasus?
D. Bagaimana mekanisme Tidak BAK?
E. Apa faktor penyebab tidak BAK?

2.Sejak 2 hari yang lalu seluruh badan berwarna kuning, BAB biasa, BAK
berkurang dan warnanya teh tua, serta demam. Demam mulai diderita Tn. A
sejak 5 hari yang lalu yang semakin tinggi dan terus-menerus disertai sakit
kepala, nyeri otot terutama otot betis, mual, mata merah tanpa kotoran, dan
penglihatan silau, namun BAB dan BAK masih biasa. Tn. A adalah seorang
pembersih selokan dan saat ini sedang musim hujan. Tn. A tidak pernah
melakukan perjalanan ke luar kota.

7
A. Apa makna sejak 2 hari lalu seluruh badan berwarna kuning, BAB biasa,
BAK berkurang dan warnanya teh tua serta demam ?
B. Apa makna Demam mulai diderita Tn. A sejak 5 hari yang lalu yang
semakin tinggi dan terus-menerus disertai sakit kepala, nyeri otot terutama
otot betis, mual, mata merah tanpa kotoran, dan penglihatan silau, namun
BAB dan BAK masih biasa.
C. Bagaimana patofisiologi badan berwarna kuning?
D. Apa faktor penyebab ikterus pada kasus?
E. Bagaimana klasifikasi warna BAK dan BAB dgn tingkat kesehatan?
F.Bagaimana faktor resiko BAK berkurang dan warnanya teh tua?
G. Berapa jumlah normal urine pada tubuh?
H.Bagaimana patofisiologi Demam?
I. Apa saja klasifikasi demam? Dan termasuk klasifikasi apa demam pada
kasus?
J.Bagaimana patofisiologi sakit kepala?
K.Bagaimana Patofisiologi nyeri otot pada betis?

L.Bagaimana Patofisiologi mual?


Kemampuan invasi kuman Leptospira disebabkan oleh sifatnya yang
motil dan kemampuan kuman memproduksi toksin akan menyebar melalui
pembuluh darah menuju hepar yang merusak hepatosit. Leptospira juga di
temukan di antara sel-sel parenkim hati. yang dapat menyebabkan infiltrasi sel
limfosit dan proliferasi sel Kupfer sehingga terjadi pembesaran hepar
(hepatomegali), lalu keadaan ini akan menekan lambung yang berada di
sebelahnya sehingga penderita merasa mual.

M.Bagiamana Patofisiologi mata merah tanpa kotoran dan penglihatan silau?


 Leptospira dapat masuk menembus jaringan mukosa seperti konjungtiva,

8
lalu mengaktifkan respon imun non spesifik sehingga terjadi dilatasi
pembuluh tanpa eksudat dan penglihatan silau

N.Apa hubungan pekerjaan Tn. A sebagai pembersih selokan dengan penyakit


yang dialaminya?
Orang yang berisiko terinfeksi bakteri leptospirosis ialah orang yang
sering menyentuh binatang atau air, lumpur, tanah, dan tanaman yang telah
dicemari air kencing binatang yang terkontaminasi leptospirosis. Seperti pada
Tn. A yang bekerja sebagai pembersih selokan yang sangat sering berkontak
dengan air kotor.

O. Bagaimana etiologi dari penyakit tersebut?


Leptosiprosis disebabkan spesies patogenik dari genus Leptospira,
suatu bakteri spirochaeta aerob obligat, Leptospira interrogans semua
serotype. Leptospira sangat motil, berukuran 0,25 x 6,25 µm. Leptospira
bersarang di tubulus ginjal pejamu mamalia dan keluar di urin. Bakteri ini
bertahan hidup selama berhari-hari atau berminggu-minggu pada kondisi
hangat, lembap, dan sedikit alkali, terutama di air segar yang tenang atau
mengalir lambat pada suhu sedang di musim panas serta di tanah yang lembap
dan air di daerah tropik, terutama pada musim hujan.
Pada iklim sedang infeksi leptospira didapatkan terutama melalui
paparan rekreasional (mengendarai kano, berlayar, ski air) atau pekerjaan,
atau hidup di daerah kumuh. Di daerah tropik, paparan terutama melalui
aktivitas pekerjaan seperti bersawah. Infeksi jarang dari kontak langsung
dengan darah, urin, atau jaringan hewan terinfeksi. Terdapat sekitar 160
spesies hewan yang menjadi tempat perlindungan bakteri tersebut, reservoir
yang paling penting adalah tikus. Yang ada di mana-mana adalah
icterohaemorrhagiae dengan spesies tikus Rattus, hardjo dengan sapi, canicola
dengan anjing, dan pomona dengan babi dan sapi. (Amin, 2016)

9
P.Bagaimana epidemiologi penyakit tersebut?
Leptospirosis adalah penyakit bakterial penyebab morbiditas dan
mortalitas di seluruh dunia. Meskipun penyakit ini endemik di banyak
komunitas kumuh di kota ataupun desa serta dapat menyebabkan epidemi
sporadik, beban sebenarnya penyakit ini hanya sedikit diketahui. Penyakit ini
sering tidak terdiagnosis karena tanda dan gejalanya sulit dibedakan dari
penyakit endemis lain serta kurang tersedia laboratorium diagnostik.
Diperkirakan 0,1 hingga 1 per 100.000 orang yang tinggal di daerah
subtropis per tahun menderita leptospirosis, meningkat hingga 10 atau lebih
per 100.000 orang di daerah tropis. Jika epidemi, insidensnya dapat meningkat
hingga 100 atau lebih per 100.000 orang. Data dari Filipina melaporkan
prevalensi 10/100.000, rata-rata terdapat 680 kasus leptospirosis dengan 40
kematian setiap tahunnya.3 Di Indonesia pada tahun 2012 dilaporkan terdapat
239 kasus leptospirosis dengan 29 kasus kematian (case fatality rate 12,13%).
(Kemenkes, 2012)

3.Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum:
Tampak sakit berat, kesadaran delirium, tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 110
x/menit, pernafasan 22 x/menit, suhu tubuh 38,50C.

Keadaan spesifik:
Kepala : Konjungtiva palpebra pucat, sklera ikterik, tampak conjungtival
suffusion, fotofobia (+).
Leher : Dalam batas normal
Thoraks : Dalam batas normal
Abdomen : Hepar teraba 2 jari di bawah arcus costae.
Ekstremitas: Nyeri tekan musculus gastrocnemius dextra et sinistra.

A. Apa saja klasifikasi tingkatan kesadaran?

10
Secara Kualitatif
1) Compos Mentis (conscious), yaitu kesadaran normal, sadar
sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaan
sekelilingnya.
2) Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan
sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh.
3) Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu),
memberontak, berteriak-teriak, berhalusinasi, kadang berhayal.
4) Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun, respon
psikomotor yang lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih
bila dirangsang (mudah dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi, mampu
memberi jawaban verbal.
5) Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada
respon terhadap nyeri.
6) Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon
terhadap rangsangan apapun (tidak ada respon kornea maupun reflek
muntah, mungkin juga tidak ada respon pupil terhadap cahaya).

Secara Kuantitatif dengan GCS (Glasgow Coma Scale)


1) Menilai respon membuka mata (E) (4) : spontan (3) : dengan rangsang
suara (suruh pasien membuka mata). (2) : dengan rangsang nyeri
(berikan rangsangan nyeri, misalnya menekan kuku jari) (1) : tidak ada
respon
2) Menilai respon Verbal/respon Bicara (V) (5) : orientasi baik (4) :
bingung, berbicara mengacau ( sering bertanya berulang-ulang )
disorientasi tempat dan waktu. (3) : kata-kata saja (berbicara tidak jelas,
tapi kata-kata masih jelas, namun tidak dalam satu kalimat. Misalnya
“aduh…, bapak…”) (2) : suara tanpa arti (mengerang) (1) : tidak ada
respon

11
3) Menilai respon motorik (M) (6) : mengikuti perintah (5) : melokalisir
nyeri (menjangkau & menjauhkan stimulus saat diberi rangsang nyeri)
(4) : withdraws (menghindar / menarik extremitas atau tubuh menjauhi
stimulus saat diberi rangsang nyeri) (3) : flexi abnormal (tangan satu
atau keduanya posisi kaku diatas dada & kaki extensi saat diberi
rangsang nyeri). (2) : extensi abnormal (tangan satu atau keduanya
extensi di sisi tubuh, dengan jari mengepal & kaki extensi saat diberi
rangsang nyeri). (1) : tidak ada respon

Hasil pemeriksaan tingkat kesadaran berdasarkan GCS disajikan dalam


simbol E…V…M… Selanutnya nilai-nilai dijumlahkan. Nilai GCS yang
tertinggi adalah 15 yaitu E4V5M6 dan terendah adalah 3 yaitu E1V1M1

B. Bagaimana interpretasi hasil pemerikasaan fisik keadaan umum Tn. A?


Hasil Pemeriksaan Fisik Nilai Normal Interpretasi
Keadaan Umum
Kesadaran delirium Compos mentis Abormal
Tanda Vital
Tekanan Darah <120/<80 mmHg Normal
110/70 mmHg
Nadi 110x/menit 60 – 100 x/menit Takikardia
RR 22x/menit 16-24x/menit Normal
Suhu 38.5oC 36,8 – 37,2 oC Hipertermi

C. Bagaimana mekanisme abnormal dari hasil pemeriksaan fisik keadaan


umum Tn. A?
 Pirogen endogen maupun eksogen, yang pada kasus ini disebabkan
oleh infeksi bakter leptospira masuk ke dalam darah. Pada tahap
selanjutnya akan memicu proses inflamasi dan memicu pengeluaran
sitokin pro-inflamasi berupa sitokin (IL-1, IL-6, TNF, IFN) menuju
area pre-optik anterior hipotalamus yang kemudian terjadi sintesis
prostaglandin E2 oleh asam arakidonat yang akan merangsang
neuron sensitive panas. Setelah itu terjadi perubahan pada set point

12
yakni set point pada pusat pengaturan suhu meningkat dan terjadi
demam, dimana peningkatan suhu tubuh akan diikuti dengan
peningkatan denyut nadi.
 Invasi bakteri leptospira akan menyebabkan kerusakan pada
pembuluh darah, salah satunya pembuluh di otak mempengaruh
fungsi otak pada fungsi reticular activating system yang mengatur
kesadaran, sehingga delirium

D. Bagaimana interpretasi hasil pemeriksaan fisik keadaan spesifik Tn. A?


Hasil Pemeriksaan Nilai Normal Interpretasi
Keadaan Spesifik
Kepala
konjungtiva anemis +/+ Konjungtiva palpebra Abnormal
Sklera Ikterik +/+ pucat, sklera ikterik,
tampak conjungtival
suffusion, fotofobia
(+).
Leher Kelenjar Getah Normal
KGB tidak membesar Bening tidak
membesar
Toraks
Paru dan jantung dalam Paru dan jantung Normal
batas normal dalam batas normal
Abdomen
Hepar teraba 2 jari di Hepar datar, lemas, Hepatomegali
bawah arcus costae. hepar dan lien tidak
teraba
Ekstremitas
Nyeri tekan musculus Tidak pucat , tidak Abnormal
gastrocnemius dextra et nyeri
sinistra

13
E. Bagaimana mekanisme abnormal dari hasil pemeriksaan fisik keadaan
spesifik Tn. A?
 Leptospira dapat masuk menembus jaringan mukosa seperti konjungtiva
dan menyebabkan dilatasi pembuluh tanpa eksudat
 Kemampuan invasi kuman Leptospira disebabkan oleh sifatnya yang
motil dan kemampuan kuman memproduksi toksin akan menyebar
melalui pembuluh darah menuju hepar yang merusak hepatosit.
Leptospira juga di temukan di antara sel-sel parenkim hati. yang dapat
menyebabkan infiltrasi sel limfosit dan proliferasi sel Kupfer sehingga
terjadi pembesaran hepar (hepatomegali). Bersamaan dengan meluasnya
nekrosis pada jaringan hati diikuti dengan peningkatan produksi bilirubin
(bilirubin indirek dan direk) akibat dari adanya destruksi eritrosit
ekstravaskuler sehingga terjadi penumpukan bilirubin di jaringan ikat
longgar mata (Sklera ikterik).
 Selain itu invasi bakteri ini akan vakuolisasi pada sitoplasma dari
myofibril pada m. gastrocnemius sehingga terjadi nyeri tekan musculus
gastrocnemius dextra et sinistra.

4.Hasil Laboratorium:
Hb 9,1 mg/dl Leukosit 11.300 /mm3 Trombosit 250.000/mm3
Ureum 68 mg/dl Kreatinin 3,2 mg/dl Bilirubin indirek 1,4 mg/dl
SGOT 70 IU/l SGPT 60 IU/l Bilirubin direk 2,5 mg/dl
Enzim Creatinin Phospho Kinase (CPK) 60 IU/l
Urinalisa: protein +2
A. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan laboratorium?
No. Pemeriksaan Normal Pada Kasus Interpretasi
Laboratorium
1. Darah rutin
Hb 13,8-17,2 gr/dL 9,1 gr/dL Anemia
Trombosit 150.000-400.000/mm 250.000/mm3
3
Normal
Leukosit 4000-11.000/mm3 11.300/mm3 Leukositosis

14
2. Kimia darah
Bilirubin indirect 0,1-1,0 mg/dL 1,4 mg/dL Abnormal
Bilirubin direct 0,1-0,3 mg/dL 2,5 mg/dL Abnormal
SGOT 0-41 µ/L 70 µ/l Abnormal
SGPT 10-40 µ/L 60 µ/l Abnormal
Ureum 10-50 mg/dL 68 mg/dL Abnormal
Kreatinin < 1,5 mg/dL 3,2 mg/dL Abnormal
CPK Wanita :15-57 U/L 60 IU/I Abnormal
Pria : 23-99 U/L
3 Urinalisa
Protein Urin Negatif +2 Abnormal

B. Bagaimana mekanisme abnormal dari pemeriksaan laboratorium?


 Invasi leptospira akan membentuk reaksi inflamasi yang ditandai
dengan meningkatnya jumlah leukosit
 Endotoksin yang dihasilkan leptospira akan menlisikan eritrosit pada
pembuluh darah yang akan menyebabkan menurunnya kadar Hb
 Aktivitas Leptospira patogen yang merusak hepatosit. Bersamaan
dengan meluasnya nekrosis pada jaringan hati diikuti dengan
peningkatan produksi bilirubin (bilirubin indirek dan direk) akibat
dari adanya destruksi eritrosit ekstravaskuler.
 Leptospira juga di temukan di antara sel-sel parenkim hati. yang
dapat menyebabkan infiltrasi sel limfosit dan proliferasi sel Kupfer
sehingga terjadi peningkatan kadar enzim alanin
aminotransferase (ALT) / SGPT dan aspartat aminotrasferase
(AST)/ SGOT sel hati sampai lima kali lipat di dalam peredaran
darah disertai tingginya total bilirubin dapat dijadikan indikasi dari
keadaan Leptospirosis.
 Leptospirosis melalui invasi kuman langsung pada jaringan
ditunjukan dengan hasil biopsi pada otot gastroknemius yang diambil
pada stadium leptospiremia. Jaringan biopsi tersebut menunjukan
vakuolisasi pada sitoplasma dari myofibril sehingga otot
mengeluarkan enzim Creatinin Phospho Kinase (CPK) sebagai

15
penanda kerusakan otot.
 Leptospira adalah kuman nefrofilik yang dapat menyerang ginjal
secara invasi langsung. Seluruh bagian ginjal dapat terkena infeksi
leptospira. Nefritis interstisial merupakan lesi pertama kali yang
dapat dijumpai, bahkan sebelum adanya gejala klinis. Selanjutnya
pasien dapat mengalami nekrosis tubuler, yang dapat menyebabkan
komplikasi ke gagal ginjal akut sehingga GFR akan menurun
mengeluarkan kreatinin dan ureum serta terjadi penghambatan
reabsorbi protein, sehingga terjadi proteinuria.

5. Bagaimana Cara mendiagnosis?


1) Anamnesis
 Selalu ingin tidur dan meracau sejak 8 jam yang lalu. Selain itu Tn. A
juga mengeluh tidak BAK.
 Sejak 2 hari yang lalu seluruh badan berwarna kuning, BAB biasa,
BAK berkurang dan warnanya teh tua, serta demam.
 Sejak 5 hari yang lalu demam yang semakin tinggi dan terus-menerus
disertai sakit kepala, nyeri otot terutama otot betis, mual, mata merah
tanpa kotoran, dan penglihatan silau, namun BAB dan BAK masih
biasa.
 Tn. A adalah seorang pembersih selokan dan saat ini sedang musim
hujan.

2) Pemeriksaan Fisik
 Kesadaran delirium
 Nadi 110 x/menit (Takikardia)
 Suhu tubuh 38,50C (Hipertermia)

3) Keadaan spesifik:

16
 Konjungtiva palpebra pucat, sklera ikterik, tampak conjungtival
suffusion, fotofobia (+).
 Hepar teraba 2 jari di bawah arcus costae.
 Nyeri tekan musculus gastrocnemius dextra et sinistra.
4) Pemeriksaan Laboratorium
No. Pemeriksaan Normal Pada Kasus Interpretasi
Laboratorium
1. Darah rutin
Hb 13,8-17,2 gr/dL 9,1 gr/dL Anemia
Trombosit 150.000-400.000/mm3 250.000/mm3 Normal
Leukosit 4000-11.000/mm3 11.300/mm3 Leukositosis
2. Kimia darah
Bilirubin indirect 0,1-1,0 mg/dL 1,4 mg/dL Abnormal
Bilirubin direct 0,1-0,3 mg/dL 2,5 mg/dL Abnormal
SGOT 0-41 µ/L 70 µ/l Abnormal
SGPT 10-40 µ/L 60 µ/l Abnormal
Ureum 10-50 mg/dL 68 mg/dL Abnormal
Kreatinin < 1,5 mg/dL 3,2 mg/dL Abnormal
CPK Wanita :15-57 U/L 60 IU/I Abnormal
Pria : 23-99 U/L
3 Urinalisa
Protein Urin Negatif +2 Abnormal

Terdapat tiga kriteria yang ditetapkan dalam mendefinisikan kasus


Leptospirosis, yaitu:
1) Kasus suspek: Demam akut dengan atau tanpa sakit kepala,
disertai nyeri otot, lemah (malaise), conjungtival suffusion, dan
riwayat terpapar dengan lingkungan yang terkontaminasi atau
aktifitas yang merupakan faktor risiko leptospirosis dalam kurun
waktu 2 minggu.
2) Kasus probable: Dinyatakan probable disaat kasus suspek
memiliki dua gejala klinis di antara berikut: nyeri betis, ikterus,
manifestasi pendarahan, sesak nafas, oliguria atau anuria, aritmia
jantung, batuk dengan atau tanpa hemoptisis, dan ruam kulit.

17
Selain itu, memiliki gambaran laboratorium: trombositopenia 80%,
kenaikan jumlah bilirubin total >2 g% atau peningkatan SGPT,
amilase, lipase, dan creatine phosphokinase (CPK), penggunaan
rapid diagnostic test (RDT) untuk mendeteksi IgM anti-leptospira
3) Kasus konfirmasi: Dinyatakan sebagai kasus konfirmasi saat kasus
probable disertai salah satu dari: isolasi bakteri Leptospira dari
spesimen klinik, hasil polymerase chain reaction (PCR) positif,
dan serokonversi macroscopic agglutination test (MAT) dari
negatif menjadi positif.

Gejala klinik leptospirosis tidak spesifik, sering menyerupai influenza,


meningitis aseptika, ensefalitis, dengue fever, hepatitis atau gastro
enteritis.Gejala ringan yang timbul berupa panas, lesu, sakit pada otot,
dan sakit kepala. Gejala yang berat ditandai dengan demam, ikterus,
disertai perdarahan, anemia, azotemia dan gangguan kesadaran. Bentuk
berat dari penyakit leptospirosis ini dikenal sebagai Weil’s disease. Masa
inkubasi leptospirosis 2-26 hari, biasanya 7-13 hari dengan rata-rata 10
hari.

7. Bagaimana Different Diagnosis?


Terdapat beberapa diagnosis banding untuk leptospirosis, yaitu:
influenza, demam dengue dan demam berdarah dengue, yellow fever,
rickettsiosis, malaria, pielonefritis, meningitis aseptik, demam tifoid, hepatitis
virus, serta toksoplasmosis. (Rampengan, 2016)
Penyakit
Gejala Leptospirosis Influenza DBD Malaria Hepatitis

Etiologi Urin hewan Virus RNA yang Virus dengue Plasmodium Virus hepatitis
termasuk dalam yang dibawa
Reservoir tikus keluarga oleh vektor
Orthomyxoviridae, Nyamuk
Virus A dan B Anopheles
betina

18
Demam Tinggi Bifasik Demam
bergantung pada
jenis
plasmodium
yang
menginfeksi

Ikterik + - - + +

Organomegali +/- - - + +

Gejala lain Nyeri Batuk (biasanya Manifestasi Nyeri kepala, Lesu, lelah, ikterik,
gastrocmenius, kering), sakit kepala, perdarahan,myalgia,athralgia gangguan sistem anoreksia,gangguan
nyeri kepala, mata nyeri otot, lemas, , gangguan sistem pencernaan, sistem pencernaan
merah, myalgia kelelahan dan hidung pencernaan anemia,
berair. organomegali Tinja pucat

Urin teh tua

Riwayat ke - _ + + -

daerah
endemis

Lab Trombositopenia Eritrositopenia Peningkatan enzym


Leukositosis hati
Peningkatan hematokrit

Pemeriksaan Pemeriksaan NS-1 Rapid Test HbsAg


serologi IgG,igM Malaria
Penunjang Microscopic
Agglutination Test
(MAT) atau tes
Leptodipstik
positif.

8. Bagaimana Pemeriksan Penunjang?


Diagnosis dapat dilakukan dengan pemeriksaan mikroskopik, juga
dengan pembiakan leptospira. Sampel klinis yang harus dikumpulkan untuk
pemeriksaan tergantung pada fase infeksi. Spesimen berasal dari darah dan
cairan serebrospinal (minggu pertama masa sakit) dan urin (sesudah minggu
pertama sampai hari ke-40). Spesimen tersebut ditanam pada media Fletcher’s
atau media EMJH dikombinasikan dengan neomisin atau 5-fluorouracil. Pada
media ini, pertumbuhan akan terlihat dalam beberapa hari sampai 4 minggu.
Adanya leptospira pada media ini dapat dilihat dengan menggunakan
mikroskop lapangan gelap atau menggunakan mikroskop fluoresen
(fluorerescent antibody stain).
Pemeriksaan uji imunoserologik juga penting untuk diagnosis

19
leptospirosis. Pada umumnya antibodi baru ditemukan setelah hari ke-7 atau
ke-10. Titernya akan meningkat dan akan mencapai puncaknya pada minggu
ke-3 atau ke-4 masa sakit. Uji imunoserologi yang biasa digunakan ialah:
Microscopic Agglutination Test, Enzymelinked immunosorbent assay
(ELISA), Polymerase Chain Reaction (PCR) dan dipstick assays, serta
Antigen spesifik leptospira, yaitu lipoprotein rLipl32 yang dapat menjadi gold
standard diagnosis.
Sampel yang bermanfaat dan yang paling sering dikumpulkan yaitu:
(Adang, 2006)
1) Darah dengan heparin untuk kultur dalam 10 hari pertama.
2) Darah atau serum beku untuk pemeriksaan serologi diambil pada fase
septikemia. Diagnosis ditegakkan berdasarkan serokonversi antibodi 4
kali lipat antara akut dan konvalesens. Hasil serologi negatif pada fase
awal penyakit tidak menyingkirkan diagnosis leptospirosis.
3) Urine untuk kultur diambil pada fase imun.
4) Sampel post mortem. Penting untuk mengumpulkan spesimen dari
sebanyak mungkin organ untuk serologi. Sampel post mortem harus
dikumpulkan aseptik dan diinokulasi ke dalam media kultur sesegera
mungkin setelah kematian. Sampel harus disimpan dan diangkut pada
suhu 4°C. Selain itu, pewarnaan perak, immunostaining, dan
imunohistokimia mungkin membantu.
5) CSS dan dialisat untuk kultur diambil pada fase septikemia. Pada kasus
leptospirosis an-ikterik dapat dijumpai jumlah leukosit normal dengan
neutrofilia, peningkatan laju endap darah (LED) dan protein dalam CSS.

9. Bagaimana Working Diagnosis?


Leptospirosis dengan Weil Syndrome

10.Tatalaksana?
1) Non Farmakologi

20
Pada leptospirosis sedang berat, terapi suportif dengan perhatian pada
keseimbangan cairan dan elektrolit serta fungsi paru dan jantung sangat
penting. Pasien yang menderita gagal ginjal diterapi dengan hemodialisis
atau hemodiafiltrasi jika tersedia. Transfusi darah dan produk darah
mungkin diperlukan pada perdarahan berat. Transfusi trombosit dini
dianjurkan jika trombosit kurang dari 50 ribu / mm3 atau pada turun
bermakna dalam waktu singkat.
Pada kasus:
 Oksigen 2-3 L/menit
 Pemberian cairan dengan pemasangan akses intravena line
 Rawat inap

2) Farmakologi :
Antibiotik hendaknya diberikan pada semua pasien leptospirosis pada
fase penyakit mana pun. Pada kasus ringan obat terpilih adalah
doksisiklin.1 Obat alternatif adalah amoksisilin dan azitromisin dihidrat.
Pasien sakit berat hendaknya dirawat inap. Antibiotik terpilih pada
leptospirosis sedang-berat adalah penicillin G.
Pada Kasus :
Leptospirosis berat harus diberikan penisilin dosis tinggi IV
(benzylpenicillin IV 30 mg/kg, maksimal 1,2 g, per 6 jam selama 5-7
hari).

10.Komplikasi?
Meningitis aseptik merupakan komplikasi yang paling sering ditemukan,
namun dapat pula terjadi ensefalitis, mielitis, radikulitis, neuritis perifer (tidak
biasa) pada minggu kedua karena terjadinya reaksi hipersensitivitas. 2
Komplikasi berat pada penderita leptospirosis berat dapat berupa syok,
perdarahan masif dan ARDS yang merupakan penyebab utama kematian
leptospirosis berat. Syok terjadi akibat perubahan homeostasis tubuh yang

21
berperan pada timbulnya kerusakan jaringan. Gagal ginjal, kerusakan hati,
perdarahan paru, vaskulitis dan ganguan jantung berupa miokarditis,
perikarditis dan aritmia jarang ditemukan walaupun umumnya sebagai
penyebab kematian. Meskipun jarang dapat ditemukan uveitis setelah 2 tahun
timbul gejala leptospira.

11.Prognosis?
 Quo ad vitam : dubia ad malam
 Quo ad functionam : dubia ad malam
 Quo ad sanationam : dubia ad malam

12.SKDU?
3A. Perlu Penanganan Gawat Darurat
Mampu melakukan kompetensi dengan pendampingan/supervisi tidak langsung
(developing). Mengetahui secara lanjut pengetahuan dan keterampilan. (SKDI,
2019)

13.NNI?

Surat At-Taubah ayat 108 mengenai kebersihan, Allah SWT berfirman:

 ۗ ‫ق اَنْ تَقُ ْو َم فِ ْي ِه ۗ فِ ْي ِه ِر َجا ٌل يُّ ِحبُّ ْونَ اَنْ يَّتَطَهَّ ُر ْوا  ۗ  َوا هّٰلل ُ يُ ِح ُّب‬
ُّ ‫س َعلَى التَّ ْق ٰوى ِمنْ اَ َّو ِل يَ ْو ٍم اَ َح‬ ْ ‫لَ َم‬
ِّ ُ‫س ِج ٌد ا‬
َ ‫س‬
َ‫ا ْل ُمطَّ ِّه ِريْن‬
“……. Sungguh, masjid yang didirikan atas dasar takwa sejak hari pertama
adalah lebih pantas engkau melaksanakan sholat di dalamnya. Di dalamnya ada
orang-orang yang ingin membersihkan diri. Allah menyukai orang-orang yang
bersih.” (QS. At-Taubah 9: Ayat 108)

2.7 Hipotesis

22
Tn. A,35 thn mengeluh bak berkurang,warna teh tua,demam sejak 5 hari yg
lalu disertai sakit kepala,nyeri otot,mata merah dan pengeliatan silau ec.
suspect leptospirosis

2.8 Kerangka Konsep

Kontak langsung dengan


air yang terkontaminasi

Terindeksi
Mikroogranisme

CC.Suspect
Leptospirosis

Demam Tidak Nyeri mual Mata Penglihatan Badan


delirium Dan BAK otot merah silau kuning
Sakit
kepla

DAFTAR PUSTAKA

Adang, M. 2006. Diagnosis Laboratorium Leptospirosis. Mutiara Medika: 6;43-53.

Amin, Z.L. 2016. Leptospirosis. CDK-243 vol. 43:(8).

Kementerian Kesehatan. 2012. Profil pengendalian penyakit dan penyehatan

23
lingkungan tahun 2012. Jakarta: Kementerian Kesehatan.

Rampengan, N.H. 2016. Jurnal Biomedik (JBM); 8 (3);hlm. 143-150.

Konsil Kedokteran Indonesia. 2019. Standar Nasional Pendidikan Profesi Kedokteran


Indonesia.

24

Anda mungkin juga menyukai