HUbungan Antara Hipoalbumiemia Perioperative Dengan Kejadian AKI Pada Operasi Non Kardiak
HUbungan Antara Hipoalbumiemia Perioperative Dengan Kejadian AKI Pada Operasi Non Kardiak
Oleh :
pembimbing
MALANG
2020
Albumin
Albumin merupakan molekul yang penting dalam kondisi fisiologis dan patofisiologis.
Albumin memiliki berbagai macam efek, antara lain regulasi tekanan osmotic, karier molekul
yang larut air seperti hormon, kolestrol, kalsium, zat besi, bilirubin, asam lemak bebas serta
memiliki property antioksidan1
Struktur
Abumin memiliki struktur rantai peptide tunggal yang terdiri dari 585 asam amino. Berat
molekul albumin adalah 66 kDA. Dalam larutan, jembatan disulfide menciptakan tiga domain
yang masing-masing mengandung dua subdomain yang bergerak relatif ke satu sama lain,
membuat molekul ellipsoid yang sangat fleksibel dan memfasilitasi ikatan dengan berbagai
substansi. Bentuk ellipsoid ini membuat molekul albumin non viscous dan fleksibel, dan
membantu albumin mempertahankan bentuk dari sel darah merah. Albumin pada pH 7,40
bersifat negatif. Dengan konsentrasi plasma sekitar 4g/dL, albumin merepresentasikan sekitar
60% dari total protein plasma.1
Sintesis
Albumin terutama disintesis di liver sekitar 12 sampai 20 g per hari. Setelah sintesis, albumin
didistribusikan ke kompartemen intravaskuler dan ekstravaskuler. Komponen intravaskuler
mengandung 40% dari total albumin, sementara pada cairan intestitial di mana konsentrasi
albumin lebih rendah (1,4g/dL) namun memiliki volume lebih besar, mengandung 60%
albumin. Otot dan kulit mengandung sekitar 15% total albumin. Albumin tidak disimpan
dalam tubuh, sehingga tidak ada cadangan albumin. Kapasitas sintesis pada liver yang sehat
sekitar 30% dari total, sehingga peningkatan 2,5-3 kali dalam situasi yang peningkatan
kehilangan albumin atau peningkatan kebutuhan. Regulator utama pada sintesis albumin
adalah tekanan osmotic koloid, namun sintesis albumin bergantung dari beberapa factor :
status nutrisi individu, dengan ketersediaan asam amino dan kalori sebagai factor yang
penting. Faktor lain yang mempengaruhi adalah kondisi hormon; growth hormone,
adrenocorticopic hormone, insulin, dan testosterone. Kondisi inflamasi, dengan sitokin
inflamasi, seperti tumor necrosis factor dan interleukin mengurangi ketersediaan RNA
messenger albumin, sehingga menurunkan sintesis albumin.1
Metabolisme
Jumlah total albumin pada individu dewasa dalam satu waktu adalah sekitar 300g. Terdapat
pergerakan konstan albumin intravascular dan ekstravaskular, dengan sejumlah total
kandungan plasma (120g) keluar dari intravaskuler tiap harinya; dan kebanyakan ekmbali
melalui system limfatik. Mekanisme keluarnya albumin dari intravaskuler ke ruang intestitial
merupakan proses yang kompleks, yang dipengaruhi oleh tekanan hidrostatik, tekanan
osmotic koloid, dan ukuran porus di kapiler, yang berbeda-beda di tiap jaringan. Sekitar 50%
albumin di katabolisasi di otot dan kulit, 15% di liver, dan 10% hilang melalui system
digestif. Pada individu yang sehat, sangat kecil atau bahkan tidak ada kehilangan albumin
yang terjadi. Half life dari albumin adalah 18-20 hari. 1
AKI merupakan penyakit sistemik akut yang menyebabkan konsekuensi berat terhadap organ
lainnya, dan menimbulkan efek signifikan jangka pendek ( abnormalitas cairan, elektrolit,
asam basa, akumulasi toksin ureum, peningkatan sitokin, inflamasi sistemik) dan jangka
Panjang (infark miokard, CKD, mortalitas). 2
Penyebab AKI antara lain penyebab yang didapat seperti infeksi ( malaria,dengue,
pneumonia), penyakit glomerular akut, dan trauma. Penyebab lainnya adalah pembedahan,
perdarahan, sepsis, dan toksisitas obat. Patogenesis AKI bersifat multifactorial dan beberapa
factor risiko dapat diidentifikasi, baik bisa diubah (dehidrasi, hypovolemia, hipotensi,anemia
hipoksia) serta yang tidak dapat diubah ( usia, jenis kelamin,pembedahan sebelumnya) 2
Kriteria yang dilihat adalah terjadinya AKI postoperative. AKI dan tingkat keparahannya
didefinisikan berdasarkan kriteria Kidney Disease Improving Global Outcomes (KDIGO)
menggunakan perubahan nilai kreatinin serum dan produksi urin dalam 7 hari pertama.
Hal utama lainnya yang dilihat adalah pengguanan ventilator mekanik dan durasinya,
lamanya perawatan di ICU, jumlah komplikasi postoperative lain yang terjadi. Komplikasi
postoperative lainnya adalah indeksi paru, efusi pleura, atelectasis, gagal nafas, CHF,
insufisiensi hemodinamik2
Insidens AKI pada pasien dengan albumin serum <37,5g/dL secara signifikan lebih tinggi
daripada pasien dengan serum albumin >37,5 dengan Odds ratio 2,2 (95% CI 1,624 – 3,194)
Ada beberapa mekanisme yang bisa menjelaskan hubungan antara hypoalbuminemia dan
AKI. Albumin berfungsi sebagai scavenger dari ROS (reactive oxygen species) dan memiliki
efek antiinflamasi, sehingga membatasiterjadinya apoptosis sel tubular. Beberapa data juga
menunjukan bahwa integritas dari glycocalyx dapat terganggu pada pasien dengan
hypoalbuminemia, sehingga menyebabkan hilangnya gradien tekanan onkotik, kebocoran
cairan ke intersisial, dan gangguan aliran mikrovaskuler. Selain itu, ligase dari toksin
endogen, modulasi nitric oxide, serta efek farmakodinamik dan farmakokinetik dari albumin
juga memilik peran dalam proteksi renal.
Batas hypoalbuminemia berbeda-beda antar studi. Suatu penelitian menetapan nilai batas
37,5g/L dengan nilai sensitivitas 0,54 spesifisitas 0,67 dan positive predictive value 0,36.
Pada pasien dengan komorbid yang lebih berat atau menjalankan operasi mayor, toleransi
terhadap hipoalbumin lebih rendah terhadap terjadinya AKI, sehingga membutuhkan nilai
albumin yang lebih tinggi untuk proteksi renal perioperative.
Sampai sekarang, belum ada tatalaksana yang benar-benar efektif untuk AKI. Oleh karena iti,
identifikasi factor risiko dan pencegahan terjadinya AKI merupakan pilihan utama pada
praktik klinis. Beberapa studi menunjukkan keuntungan mengoreksi hypoalbuminemia untuk
proteksi renal. Pada suatu penelitian dilakukan perbandingan pemberian albumin 20%
dibandingkan dengan normal saline pada pasien hypoalbuminemia (<4,0) yang menjalani
operasi CABG. Didapatkan insidens AKI lebih rendah pada pasien yang mendapatkan
koreksi albumin 20%. Analisis multivariat logistic menunjukkan efek proteksi renal pada
pemberian albumin infus dengan pengurangan risiko AKI sebesar 60%. Cara lain dalam
meningkatkan status albumin perioperative adalah dengan memperbaiki status nutrisi
preoperative. Pada suatu studi didapatkan pasien dengan hypoalbuminemia memiliki skor
NRS (Nutritional Risk Screening) >3 yang mengindikasikan bahwa malnutrisi merupakan
factor penting terjadinya hypoalbuminemia. 3,4,5
Daftar Pustaka
1. Vincent JL. Relevance of albumin in modern critical care medicine. Best practice &
research Clinical anaesthesiology. 2009 Jun 1;23(2):183-91.
2. Li N, Qiao H, Guo JF, Yang HY, Li XY, Li SL, Wang DX, Yang L. Preoperative
hypoalbuminemia was associated with acute kidney injury in high-risk patients
following non-cardiac surgery: a retrospective cohort study. BMC anesthesiology.
2019 Dec 1;19(1):171.
3. Cochrane Injuries Group. Human albumin administration in critically ill patients:
systematic review of randomized controlled trials. BMJ (Clinical Research Ed.) 1998;
317: 235–240.
4. Wilkes MM & Navickis RJ. Patient survival after human albumin administration. A
meta-analysis of randomized, controlled trials. Annals of Internal Medicine 2001;
135: 149–164.
5. Finfer S, Bellomo R, Boyce N et al. A comparison of albumin and saline for fluid
resuscitation in the intensive care unit. The New England Journal of Medicine 2004;
350: 2247–2256.