Anda di halaman 1dari 4

TUGAS Mata Kuliah HAM dan Agraria

Dosen Pengampu: Iwan Rachmad Soetijono, S.H., M.H.

Nama : Faris Ahlul Firdaus


NIM : 170710101259
Kelas : HAM dan Agraria/A

“Keberlakuan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Pengadaan


Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum Terhadap
Perlindungan Hak-Hak Korban.”

Undang-Undang No.12 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi


Pembangunan Untuk Kepentingan Umum adalah sebuah peraturan perundang-
undangan yang sejatinya memiliki tujuan sebagai landasan hukum tetap mengenai
penyediaan tanah bagi pelaksanaan pembangunan guna meningkatkan
kesejahteraan dan kemakmuran bangsa, negara, maupun masyarakat yang dimana
disana harus tetap menjamin kepentingan hukum pihak yang berhak atas hal
tersebut, baik pemilik tanah maupun dari pemerintah.1 Dalam hal pertanahan
khususnya tanah untuk kepentingan umum sesungguhnya sudah diamanatkan
dalam Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 bahwasannya bumi, air, dan kekayaan yang
terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat.

Konstitusi Indonesia juga telah memberikan pedoman pasti dalam


penataan hak-hak atas tanah sendiri. Dalam ketentuan Pasal 33 ayat (3) UUD
1945, telah memberikan landasan kebijakan di bidang pertanahan di Indonesia.
Hal tersebut selanjutnya dijelaskan kembali pada Pasal 16 UU No.5 Tahun 1960
tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria bahwasannya jenis jenis hak tanah
ada beberapa macam antara lain hak milik, hak guna usaha, hak guna bangunan,
hak pakai, hak sewa untuk bangunan, hak membuka tanah, hak memungut hasil
hutan, dan hak-hak sementara lainnya.

1
Pasal 3 UU No.2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan
Umum

1
Berdasarkan ketentuan UUPA, hak menguasai negara yang menjadi salah
satu amanat UUD 1945 tersebut, Negara berdasarkan hak menguasai negara
berwenang menetapkan macam-macam hak atas permukaan bumi yang
selanjutnya disebut hak atas tanah yang dapat diberikan kepada dan dipunyai oleh
orang yang berasal dari Waarga Negara Indoneisa atau oranga asing yang
berkedudukan di Indonesia, dan Badan Hukum.2

Terkait dengan sistem pengaturan pengadaan tanah bagi kepentingan


pembangunan di Indonesia terdapat berbagai peraturan yang pernah menjadi dasar
hukum yang saat ini telah mengalami perubahan. Pengaturan pengadaan tanah
yang pernah berlaku antara lain: Permendagri No. 15 Tahun 1975 tentang
Ketentuan-Ketentuan Mengenai Tata Cara Pembebasan Tanah, Keppres No. 55
Tahun 1993 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk
Kepentingan Umum, Perpres No. 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah Bagi
Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum sebagaimana telah diubah
dengan Perpres Nomor 65 Tahun 2006, serta terakhir diberlakukan UU Nomor 2
Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah. Perlindungan hukum dalam pengadaan
tanah untuk kepentingan umum bagi masyarakat, merupakan usaha-usaha untuk
mencegah terjadinya sengketa atau sedapat mungkin mengurangi terjadinya
sengketa berupa sarana perlindungan hukum yang preventif patut diutamakan dari
pada sarana perlindungan hukum represif.

Pasal 1 Angka 2 UU Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah,


disebutkan bahwa: “pengadaan tanah adalah kegiatan menyediakan tanah dengan
cara memberi ganti kerugian yang layak dan adil kepada pihak yang berhak.”
Adapun yang dimaksud dengan kepentingan umum adalah kepentingan bangsa,
negara dan masyarakat yang harus diwujudkan oleh pemerintah dan digunakan
sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat (Pasal 1 Angka 6 UU No. 2 Tahun
2012). Perbedaan yang sangat mendasar dengan peraturan pengadaan tanah
sebelumnya, bahwa UU No. 2 Tahun 2012 mencantumkan tujuan pengadaan
tanah untuk kepentingan umum. Ketentuan Pasal 3 UU No. 2 Tahun 2012,
dinyatakan bahwa: “pengadaan tanah untuk kepentingan umum bertujuan

2
Pasal 4 ayat 1 Undang-Undang No.5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria

2
“menyediakan tanah bagi pelaksanaan pembangunan guna meningkatkan
kesejahteraan dan kemakmuran bangsa, negara dan masyarakat dengan tetap
menjamin kepentingan hukum pihak yang berhak”.

Dalam sistem pengadaan tanah untuk kepentingan umum sebagaimana diatur


dalam Pasal 2 UU No. 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah, terdapat beberapa
asas-asas dalam pengadaan tanah yaitu:

a. Asas kemanusiaan yang memberikan perlindungan serta penghormatan


terhadap hak asasi manusia, harkat, dan martabat setiap warga negara
terutama yang terkenan dampak pengadaan tanah;
b. Asas keadilan yang memberikan jaminan penggantian yang layak kepada
pihak yang berhak dalam proses pengadaan tanah sehingga mendapatkan
kesempatan untuk melangsungkan kehidupan yang lebih baik;
c. Asas kemanfaatan, yang diharapkan hasil pengadaan tanah dapat bermanfaat
bagi kepentingan masyarakat;
d. Asas kepastian yang memberikan kepastian hukum tersedianya tanah dalam
proses pengadaan tanah untuk pembangunan dan memberikan jaminan
kepada pihak yang berhak guna memperoleh ganti rugi yang layak;
e. Asas keterbukaan pengadaan tanah yaitu dengan memberikan akses kepada
masyarakat untuk mendapatkan informasi yang berkaitan dengan proses
pengadaan tanah;
f. Asas kesepakatan proses pengadaan tanah yang dilakukan dengan
musyawarah para pihak tanpa paksaan guna mendapatkan kesepakatan
bersama;
g. Asas keikutsertaan yaitu adanya dukungan penyelenggaraan pengadaan tanah
melalui partisipasi masyarakat, baik secara langsung, sejak perencanaan
sampai dengan kegiatan pembangunan;
h. Asas kesejahteraan yaitu pengadaan tanah untuk pembangunan dapat
memberikan nilai tambah bagi kelangsungan kehidupan pihak yang berhak
dan masyarakat secara luas;
i. Asas berkelanjutan yaitu kegiatan pembangunan dapat berlangsung secara
terus menerus, berkesinambungan untuk mencapai tujuan yang diharapkan;

3
j. Asas keselarasan yaitu pengadaan tanah untuk pembangunan dapat seimbang
dan sejalan dengan kepentingan bangsa dan negara.

Salah satu bentuk upaya perlindungan hak asasi manusia khususnya dalam
hal kepemilikan tanah di Indonesia termuat dalam pertimbangan UU Nomor 2
Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah, dimana dalam salah satu pertimbangan
undang-undang tersebut bahwa penetapan undang-undang ini adalah untuk
menjamin terselenggaranya pengadaan tanah bagi pembangunan untuk
kepentingan umum yang dilaksanakan dengan mengedepankan prinsip
kemanusiaan, demokratis dan adil. Prinsip-prinsip tersebut selaras dengan asas-
asas dalam pengadaan tanah yang menghendaki adanya perlindungan terhadap
masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan (Ryan Jerry Untu, 2017:17).

Anda mungkin juga menyukai