Disusun oleh :
Kelompok 4
Naufal khairy
Aulia
Saipul asmadi
Andi Firdaus
Nirsa aryanda
Kepribadian adalah proses dinamis di dalam diri yang terus menerus dilakukan terhadap system
psikofisik (fisik dan mental) sehingga terbentuk pola penyesuaian diri yang unik atau khas pada setiap
orang terhadap lingkungan.
2. Tipe Kepribadian
Kepribadian manusia sangat bermacam-macam oleh karena itu segolongan ahli berusaha menggolong-
golongkan manusia ke dalam tipe-tipe tertentu karena mereka berpendapat bahwa cara itulah yang paling
efektif untuk mengenal sesama manusia dengan baik.
Ahli-ahli tersebut antara lain adalah Hippocrates-Galenus, ahli-ahli dari mahzab Italia. Mereka
menggolongkan manusia atas dasar temperamennya menjadi empat tipe, yang dapat diikhtisarkan sebagai
berikut:
Menurut Eysenck 1964 (dalam Buchori 1982) membagi tipe kepribadian menjadi tiga, yaitu:
Kepribadian Introvert: dicirikan dengan sifat pemalu, suka menyendiri, mempunyai kontrol diri
yang baik.
Neurosis: dicirikan dengan pencemas, pemurung, tegang, bahkan kadang-kadang disertai dengan
simptom fisik seperti keringat, pucat, dan gugup.
Menurut Kretchmer dan Sheldon (dalam Kurnia 2007) membagi tipologi kepribadian berdasarkan bentuk
tubuh atau bersifat jasmaniah. Macam-macaam kepribadian ini adalah:
Namun demikian, dalam kenyataannya lebih banyak manusia dengan tipe campuran (dysplastic).
Menurut Jung (dalam Sudianto 2009) menyatakan tipologi kepribadian dikelompokan berdasarkan
kecenderungan hubungan sosial seseorang, yaitu:
Tipe Introvert yang perhatiannya lebih tertuju ke dalam dirinya, dan dikuasai oleh nilai-nilai
subjektif.
Tetapi, umumnya manusia mempunyai tipe campuran atau kombinasi antara ekstrovert dan
introvert yang disebut ambivert.
Pada periode anak sekolah, kepribadian anak belum terbentuk sepenuhnya seperti orang dewasa.
Kepribadian mereka masih dalam proses pengembangan. Wijaya (1988) menyatakan karakteristik anak
secara sederhana dapat dikelompokkan atas:
3. Anak yang sulit dalam penyesuaian diri dan sosial, khususnya dalam melakukan kegiatan
pembelajaran di sekolah.
Termasuk dalam gangguan kepribadian (Personality Disorder). Mereka terpusat pada diri sendiri,
diasyikkan oleh fantasi keberhasilan yang hebat dan sangat menuntut pengarahan dan perhatian dari orang
lain. Sangat peka hubungan interpersonal terganggu karena kurang empati. Mengambil keuntungan dari
orang lain, dan merasa tidak berarti (harga dirinya rapuh). Menginginkan orang lain melakukan yang
terbaik, tanpa keinginan untuk membalas kebaikan orang lain.
Biasanya berhubungan dengan sadistik. Termasuk gangguan seksual (Sexual Disorder). Sadistik
mengalami kepuasan seksual dengan menyiksa pasangannya dan masochistik puas dengan menjadi obyek
yang disakiti.
3. Obsessive-Compulsive Disorder,
Termasuk dalam gangguan kecemasan (Anxiety Disorder). Obsesif biasanya diikuti oleh kompulsif.
Obsesif: pikiran dan gambaran yang teguh/menetap dan mengganggu yang menjadi “sesuatu yang tidak
diundang” atau datang secara tiba-tiba pada pikiran secara irasional dan tidak dapat dikendalikan oleh
individu yang mengalaminya. Obsesi juga dapat berupa rasa ragu yang ekstrim, penundaan, dan
ketidakmampuan mengambil keputusan. Bentuk Obsesif: O. Doubts, O. thinking, O. impuls, O. Fears, O.
Images
Orientasi yaitu tujuan (dan bertindak sesuai tujuan tersebut) yang hendak dicapai oleh seseorang,
kelompok, serta kumpulan atau organisasi. Orientasi lebih luas dari sekedar tujuan (dan juga bukan tujuan
akhir) karena menyangkut keseluruhan tindakan, sikap, usaha, serta berhubungan erat dengan misi dan
visi yang akan (hendak) dicapai.
Menurut Rogers pribadi yang sehat adalah pribadi yang mampu berfungsi sepenuhnya. Mereka mampu
mengalami secara mendalam keseluruhan emosi, kebahagiaan atau kesedihan, gembira atau putus asa.
Ciri-ciri dari pribadi sehat ini adalah memiliki perasaan yang kuat, dapat memilih bertindak bebas, kreatif
dan spontan. Memiliki keberanian untuk menjadi ”ada” yaitu menjadi diri sendiri tanpa bersembunyi
dibalik topeng atau berpura-pura menjadi sesuatu yang bukan dirinya.
Adalah pribadi penerima, pemeras, tertutup dan memasarkan apa yang ia miliki.
Menurut Nana S. Sukmadinata (2003) upaya untuk menciptakan mental sehat antara lain:
Pengalaman Awal: Sigmund Freud menekankan tentang pentingnya pengalaman awal (masa
kanak kanak) dalam perkembangan kepribadian. Trauma kelahiran, pemisahan dari ibu adalah
pengalaman yang sulit dihapus dari ingatan.
Pengaruh Budaya: dalam menerima budaya anak mengalami tekanan untuk mengembangkan
pola kepribadian yang sesuai dengan standar yang ditentukan budayanya.
Kondisi Fisik: kondisi fisik berpengaruh langsung dan tidak langsung terhadap kepribadian
seseorang. Kondisi tubuh meentukan apa yang dapat dilakukan dan apa yang tidak dapat
dilakukan seseorang. Secara tidak langsung seseorang akan merasakan tentang tubuhnya yang
juga dipengaruhi oleh perasaan orang lain terhadap tubuhnya. Kondisi fisik yang mempengaruhi
kepribadian antara lain adalah kelelahan, malnutrisi, gangguan fisik, penyakit menahun, dan
gangguan kelenjar endokrin ke kelenjar tiroid (membuat gelisah, pemarah, hiperaktif, depresi,
tidak puas, curiga, dan sebagainya).
Daya Tarik: orang yang dinilai oleh lingkungannya menarik biasanya memiliki lebih banyak
karakteristik kepribadian yang diinginkan dari pada orang yang dinilai kurang menarik, dan bagi
mereka yang memiliki karakteristik menarik akan memperkuat sikap sosial yang menguntungkan.
Inteligensi: Perhatian lebih terhadap anak yang pandai dapat menjadikan ia sombong, dan anak
yang kurang pandai merasa bodoh. Apabila berdekatan dengan orang yang pandai tersebut, dan
tidak jarang memberikan perlakuan yang kurang baik.
Emosi: ledakan emosional tanpa sebab yang tinggi dinali sebagai orang yang tidak matang.
Penekanan ekspresi emosional membuat seseorang murung dan cenderung kasar, tidak mau
bekerja sama dan sibuk sendiri.
Nama: walaupun hanya sekedar nama, tetapi memiliki sedikit pengaruh terhadap konsep diri,
namun pengaruh itu hanya terasa apabila anak menyadari bagaimana nama itu mempengaruhi
orang yang berarti dalam hidupnya. Nama yang dipakai memanggil ,mereka (karena nama itu
mempunyai asosiasi yang menyenangkan atau tidak menyenangkan dalam pikiran orang lain)
akan mewarnai penilainya orang terhadap dirinya.
Keberhasilan dan Kegagalan: Keberhasilan dan kegagalan akan mempengaruhi konsep diri,
kegagalan dapat merusak konsep diri, sedangkan keberhasilan akan menunjang konsep diri itu.
Penerimaan Sosial: anak yang diterima dalam kelompok sosialnya dapat mengembangkan rasa
percaya diri dan kepandaiannya. Sebaliknya anak yang tidak diterima dalam lingkungan sosialnya
akan membenci orang lain, cemberut, dan mudah tersinggung.
Pengaruh Keluarga: pengaruh keluarga sangat mempengaruhi kepribadian anak, sebab waktu
terbanyak anak adalah keluarga dan di dalam keluarga itulah diletakkan sendi sendi dasar
kepribadian.
Perubahan Fisik: perubahan kepribadian dapat disebabkan oleh adanya perubahan kematangan
fisik yang mengarah kepada perbaikan kepribadian. Akan tetapi, perubahan fisik yang mengarah
pada klimakterium dengan meningkatnya usia dianggap sebagai suatu kemunduran menuju ke
arah yang lebih buruk.
Sigmund Feud memiliki teori yang sangat spektakuler dalam perkembangan dinamika psikologi yang
dikenal dengan struktur kepribadian yaitu id, ego dan superego.
Id
Adalah struktur paling mendasar dari kepribadian yang di miliki seseorang sejak di lahirkan,
seluruhnya tidak disadari dan bekerja menurut prinsip kesenangan (pleasure principle), tujuannya
pemenuhan kepuasan yang segera.
Ego
Ego muncul setelah usia 1 tahun, ego berkembang dari id, struktur kepribadian yang mengontrol
kesadaran dan mengambil keputusan atas perilaku manusia. Superego, berkembang dari ego saat
manusia mengerti nilai baik buruk dan moral.
SuperEgo
Superego muncul ketika dewasa, ia bertugas merefleksikan nilai-nilai sosial dan menyadarkan
individu atas tuntutan moral. Apabila terjadi pelanggaran nilai, superego menghukum ego dengan
menimbulkan rasa salah.
Ada banyak faktor yang mempengaruhi pembentukan kepribadian. Namun 3 faktor ini dianggap
sebagai faktor-faktor utama yang dapat membentuk kepribadian seseorang. Berikut ini adalah ketiga fakto
tersebut:
Faktor biologis
Merupakan faktor yang mengarah kepada hal-hal yang bersifat genetik. Faktor ini menjelaskan
bahwa kepribadian individu bisa terbentuk karena masalah genetik. Misalnya orang tua dengan
kecenderungan kepribadian ekstrovert, maka anaknya pun akan mengalami kecenderungan
kepribadian yang ekstrovert juga.
Faktor social
Faktor sosial merupakan faktor berikutnya yang dianggap sebagai faktor utama pembentuk
kepribadian individu. Faktor sosial mencakup interaksi seseorang dengan lingkungan sosial, tempat
tinggal, teman dekat, relasi sosial dengan keluarga dan orang lain, serta lingkungan pekerjaan ataupun
sekolah/pendidikan
Faktor budaya
Faktor utama lainnya yang bisa membentuk kepribadian seseorang adalah fakto budaya. Faktor
budaya ini berhubungan dengan adat istiadat, dan kepercayaan serta nilai dan juga norma yang
berlaku di dalam masyarakat.
Beberapa tokoh ahli kepribadian telah memberikan gambaran kepada kita akan karakter ke-khas-
an manusia tersebut ditinjau dari beberapa aspek.
Carl Gustav Jung yaitu kepribadian seseorang dibentuk karena situasi uncoscious. Menurut Jung, apa yg
dia tunjukan merupakan gambaran dari kondisi unconsciousnya.
Abraham Harold Maslow, di mana keseluruhan kepribadian manusia termotivasikan secara konstan
oleh suatu kebutuhan atau kebutuhan lainnya, dan bahwa manusia memiliki potensi untuk tumbuh menuju
kesehatan psikologis, yaitu aktualisasi diri, manusia harus memuaskan kebutuhan tingkat dasarnya lebih
dulu. Dengan kata lain, akan teraktualkan memalui hirarki kebutuhan yang diungkapkan oleh Maslow.
Alfred Adler dengan sumbangan pemikiran mengenai kerpibadian. Adler membagi tiga pengaruh dalam
pembentukan kepribadian yaitu pertama, penekanan determinan social dari tingkah laku. Kedua, konsep
tentang mengkreatifkan diri. Dan ketiga, penekanan pada ciri khas dari masing-masing kepribadian. Adler
mempertimbangkan masing-masing individu menjadi konfigurasi dari motif-motif khusus, sifat-sifat,
serta karakteristik terhadap kesesuaian dan nilai.
George Kelly dan Kurt Lewin yang terkenal dengan teori medan. Di mana kepribadian seseorang
dipengaruhi oleh faktor lingkungan sekitarnya (medan sekitar).
Namun seperti yang kita ketahui bahwa pendidikan yang terdekat adalah keluarga, sebab sehebat
apapun kita dalam mendidik anak hingga mampu membayar mahal demi kesuksesan pendidikan anak-
anak kita tetap tak terlepas dari peran orang tua atau keluarga dalam proses perkembangannya. Karena
pada dasarnya anak akan tetap melirik kepada siapa keluarganya, darimana dia, untuk apa dia dan mau
kemana dia ditempatkan oleh orang tuannya atau keluarganya. Sementara lingkungan masyarakat,
sekolah atau lembaga informasi sebagai perangsang saja dalam pembentukan karakter anak-anak kita.
Namun pada dasarnya orang tua atau keluargalah yang berperan aktif.
Hasbullah ( 1997) dalam tulisannya menjelaskan bahwa dalam dasar-dasar ilmu pendidikan
keluaraga sebagai lembaga pendidikan memiliki beberapa fungsi dalam proses perkembangan anak dan
pendidikan dirumah secara teratur dan upaya ini adalah salah satu kiat bahwa keluraga mendukung
seratus persen proses KBM disekolah agar keseimbangan pendidikan antara keluarga dan sekolah dapat
mencapai tujuan bersama demi suksesnya pembentukan kepribadian anak didik melalui kerjasama yang
baik yang akan berfungsi,
menjaga kesehatan anak sehingga ia dapat dengan nyaman menjalankan proses belajar yang utuh.
Orang tua/ keluarga adalah kunci awal pendidikan dan pembentukan karakter anak sebab orang tualah
yang terdekat dengan anaknya ketika berada dirumah dan pasti setiap orang tua sangat menginginkan
pendidikan yang terbaik dengan cara apapun yang dapat membuat anak mereka dapat tumbuh dan
berkembang dengan keperibadian yang terbaik dapat bermanfaat dalam membentuk karakter keluarga,
agama dan bangsa . Untuk itu bagi para orang tua demi terwujudnya keinginan itu diperlukan pola dalam
mengasuh dan mendidik buah hati kita sebab hanya dengan pola yang terbaik dan cocok untuk karakter
sianaklah yang akan membuahkan hasil.
Sangat perlu bagi orangtua mengetahui dan terapkan pola asuh yang tepat bagi anak-anak kita dan
kita selaku orang tua harus dapat mengambil sikap terhadap pola asuh bagi anak-anak kita, maka
pertanyaan saya dipola manakah anda telah berdiri selama ini, seperti :
anak menjadi tidak percaya diri, kurang spontan ragu-ragu dan pasif, serta memiliki
masalah konsentrasi dalam belajar.
Ia menjalankan tugas-tugasnya lebih disebabkan oleh takut hukuman.
Di sekolah memiliki kecenderungan berperilaku antisosial, agresif, impulsive dan
perilaku mal adatif lainnya.
Anak perempuan cenderung menjadi dependen
Segala sesuatu terpusat pada kepentingan anak, dan orang tua/pengasuh tidak berani
menegur, takut anak menangis dan khawatir anak kecewa. Efek pola asuh permisif terhadap
perilaku belajar anak :
Anak memang menjadi tampak responsif dalam belajar, namun tampak kurang matang
(manja), impulsive dan mementingkan diri sendiri, kurang percaya diri (cengeng) dan
mudah menyerah dalam menghadapi hambatan atau kesulitan dalam tugas-tugasnya.
Tidak jarang perilakunya disekolah menjadi agresif.
Anak dengan pola asuh ini paling potensial telibat dalam kenakalan remaja seperti
penggunaan narkoba, merokok diusia dini dan tindak kriminal lainnya.
Impulsive dan agresif serta kurang mampu berkonsentrasi pada suatu aktivitas atau
kegiatan.
Anak memiliki daya tahan terhadap frustrasi rendah.
Anak lebih mandiri, tegas terhadap diri sendiri dan memiliki kemampuan introspeksi
serta pengendalian diri.
Mudah bekerjasama dengan orang lain dan kooperatif terhadapo aturan.
Lebih percaya diri akan kemampannya menyelesaikan tugas-tugas.
Mantap, merasa aman dan menyukai serta semangat dalam tugas-tugas belajar.
Memiliki keterampilan sosial yang baik dan trampil menyelesaikan permasalahan.
Tampak lebih kreatif dan memiliki motivasi berprestasi.
6. Peranan Guru dalam Membentuk Kepribadian Peserta Didik untuk
Menunjang Keberhasilan Belajar
Guru kencing berdiri, murid kencing berlari”. Peribahasa ini menggambarkan pengaruh perilaku
guru terhadap perilaku muridnya. Pendidikan di tingkat prasekolah dan tingkat dasar, perilaku guru
merupakan model bagi murid dalam berperilaku baik di dalam maupun di luar kelas. Ucapan dan perintah
guru sangat dipatuhi oleh murid-muridnya. Bahkan sering terjadi bahwa ucapan dan perintah guru yang
didengar anak di sekolah lebih dipatuhi oleh anak daripada ucapan dan perintah orang tuanya. Perilaku
guru di masyarakat dijadikan ukuran keterlaksanaan budaya bagi anggota masyarakatnya..Kelestarian
budaya local masyarakat menjadi tanggung jawab anggota masyarakatnya. Sedang guru menjadi
barometernya. Guru yang melaksanakan tugas di luar daerah kelahirannya, dituntut untuk mengenal
budaya masyarakat di mana ia melaksanakan tugasnya. Untuk dapat melaksanakan dan melestarikan
budaya masyarakat barunya, guru harus mengenalnya dengan baik. Pembentukan karakter anak didik
merupakan tugas bersama dari orang tua, masyarakat, dan pemerintah. Ketiga pihak tersebut secara
bersama-sama atau simultan melaksanakan tugas membentuk karakter anak didik. Guru merupakan pihak
dari pemerintah yang bertugas membentuk karakter anak didik, terutama selama proses pendidikan di
sekolah. Kemudian orang tua sekaligus sebagai anggota masyarakat memiliki waktu yang lebih banyak
dalam membina karakter anaknya. Keberhasilan pembentukan karakter anak didik di sekolah, apabila
murid dan guru berasal dari budaya lokal yang sama. Guru yang mengenal lebih dalam budaya lokal anak
didiknya akan lebih lancar dan lebih berhasil dalam pemebentukan karakter anak didiknya dibandingkan
dengan guru yang kurang mengenal atau kurang memahami budaya lokal anak didiknya. Merupakan
tugas dan tantangan besar bagi guru yang ditugaskan di masyarakat yang budayanya berbeda dengan
budaya guru yang bersangkutan.
Ada beberapa peranan yang seharusnya dilakukan oleh seorang Guru dalam menjalankan
tugasnya, yaitu :
1. Sebagai informator. Sebagai pelaksana cara mengajar informatif, laboratorium, studi lapangan,
dan sumber informasi kegiatan akademik maupun umum.
3. Sebagai Motifator. Peran pendidik sebagai motifator ini penting artinya dalam rangka
meningkatkan kegairahan dan pengembangan-pengembanagan kegiatan belajar siswa.
4. Sebagai Pengarah/Direktor. Pendidik dalam hal ini harus membimbing dan mengarahkan
kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuna yang dicita-citakan, guru harus juga’’Handayani’’.
5. Sebagai Inisiator. Pendidik dalam hal ini sebagai pencetus ide-ide dalam proses belajar
6. Sebagai Transmitter. Dalam kegiatan belajar guru juga akan bertindak selaku penyabar
kebijaksanaan pendidikan dan pengetahuan
7. Sebagai Fasilitator. Guru memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses belajar mengajar
8. Sebagai Mediator. Pendidik sebagai Mediator dapat diartikan sebagai penengah dalam kegiatan
belajar siswa
9. Sebagai Efaluator. Efaluator yang dimaksud adalah efaluasi yang mencakup pola efaluasi
intrinsik. Untuk itu guru harus hati-hati dalam menjatuhkan nilai atau kriteria keberhasilan.
Selain itu lebih terperinci lagi, guru memiliki beberapa peranan, yaitu :
Peran guru sebagai sumber belajar merupakan peran yang sangat penting. Peran sebagai sumber
belajar berkaitan erat dengan penguasaan materi pelajaran. Dikatakan guru yang baik manakala iya dapat
menguasai materi pelajaran dengan baik, sehingga benar-benar ia berperan sebagai sumber belajar bagi
anak didiknya.
Sebagai fasilitator, guru berperan dalam pemberian pelayanan untuk memudahkan siswa dalam
kegiatan proses pembelajaran. Oleh sebab itu, agar lebih bagus anakala pertanyaan tersebut diarahkan
pada siswa. Misalnya apa yang harus dilakukan agar siswa mudah mempelajari bahan pelajaran sehingga
tujuan belajar mencapai secara optimal. Pertanyaan tersebut mengandug makna kalau tujuan mengajar
adalah mempermudah siswa belajar. Inilah hakikat peran fasilitator dal proses pembelajaran.
Sebagai pengelola pembelajaran (learneng manager), guru berperan dalam menciptakan iklim belajar
yang memungkinkan siswa dapat belajar secara nyaman. Menurut Ivor K.Devais, salah satu
kecenderungan yang sring dilupakan adalah melupakan bahwa hakikat pembelajaran adalah belajarnya
siswa dan bukan mengajarnya guru.
Yang dimaksud dengan peran guru sebagai demonstater adalah peran untuk mempertunjukan kepada
siswa segala seseuatu yang dapat membuat siswa lebih mengerti dan memahami setiap pesan yang
disampaikan. Ada dua konteks guru sebagai demonstater.
2. Guru harus dapat menunjukan bagaimana caranya agar setiap materi pelajaran bisa lebih
dipahami dan dihayati oleh setiap siswa
Siswa adalah individu yang unik keunikan itu bisa dilihat dari adanya setiap perbedaan artinya, tidak ada
dua individu yang sama. Perbedaan itulah yang menuntut guru harus berperan sebagai pembimbing,.
Membimbing siswa utuk menemukan potensi mereka sebagai bekal, membimbing siswa agar dapat
mencapai dan melaksanakan tugas-tugas perkembangan mereka, sehingga dengan ketercapaian itu ia
dapat tumbuh dan berkembang sebagai manusia ideal yang menjadi harapan setiap orang tua dan
masyarakat.
Motivasi sangat erat hubungannya dengan kebutuhan, sebab memang motivasi muncul karena
kebutuhan. Proses pembelajaran akan berhasil manakala siswa mempunyai motifasi dalam belajar. Oleh
sebab itu, guru menemukan motivasi belajar siswa. Untuk memproleh hasil belajar yang optimal, guru
dituntut kreatif membangkitkan motivasi belajar siswa.
Guru berperan untuk mengumpulkan data tentang keberhasilan pembelajaran yang telah dilakukan.
Fungsinya
Upaya yang dilakukan guru dalam membentuk karakter peserta didik sebagai peran guru sebagai
pendidik (nurturer) merupakan peran-peran yang berkaitan dengan tugas-tugas memberi bantuan dan
dorongan (supporter), tugas-tugas pengawasan dan pembinaan (supervisor) serta tugas-tugas yang
berkaitan dengan mendisiplinkan anak agar anak itu menjadi patuh terhadap aturan-aturan sekolah dan
norma hidup dalam keluarga dan masyarakat.
Peran guru sebagai model atau contoh bagi anak. Setiap anak mengharapkan guru mereka dapat
menjadi contoh atau model baginya. Oleh karena itu tingkah laku pendidik baik guru, orang tua atau
tokoh-tokoh masyarakat harus sesuai dengan norma-norma yang dianut oleh masyarakat, bangsa dan
negara. Karena nilai nilai dasar negara dan bangsa Indonesia adalah Pancasila, maka tingkah laku
pendidik harus selalu diresapi oleh nilai-nilai Pancasila.
Peranan guru sebagai komunikator pembangunan masyarakat. Seorang guru diharapkan dapat
berperan aktif dalam pembangunan di segala bidang yang sedang dilakukan. Ia dapat mengembangkan
kemampuannya pada bidang-bidang dikuasainya.membuat rencana mengajar, mencatat hasil belajar dan
sebagainya merupakan dokumen yang berharga bahwa ia telah melaksanakan tugasnya dengan baik
Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas
pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.Pada umumnya
lembaga formal adalh tempat yang paling memungkinkan seseorang meningkatkan pengetahuan, dan
paling mudah untuk membina generasi muda yang dilaksanakan oleh pemerintah dan masyarakat.
Oleh karena itu apa sebetulnya sekolah itu? Sekolah adalah lembaga dengan organisasi yang
tersusun rapi dan segala aktifitasnya direncanakan dengan sengaja yang disebut kurikulum.Tujuan
lembaga pendidikan formal adalah sebagai tempat ilmu pengetahuan,tempat mengembangkan
bangsa,tempat untuk menguatkan masyarakat bahwa pendidikan itu panting guna bekal kehidupan di
masyarakat.
Peran guru di sekolah ditentukan oleh kedudukannya sebagai orang dewasa,sebagai pengajar dan
pendidik dan sebagai pegawai.Yang paling utama ialah kedudukannya sebagai pengajar dan pendidik
yakni sebagai guru.Berdasarkan kedudukannya sebagai guru ia harus menunjukkan kelakuan yang layak
bagi guru menurut harapan masyarakat.
Sebaliknya harapan – harapan masyarakat tantang kelakuan guru manjadi pedoman bagi
guru.Guru-guru memperhatikan tuntutan masyarakat tentang kelakuan yang layak bagi guru dan
menjadikannya sebagai norma kelakuan dalam dalam segala situasi sosial.Dalam situasi formal guru
mendidik dan mengajar anak dalam kelas guru harus sanggup menunjukkan kewibawaan atau
otoritasnya,artinya ia harus mampu mengendalikan ,mengatur,dan mengontrol kelakuan anak.Dengan
kewibawaan ia menegakkan disiplin demi kelancaran dan ketertiban proses belajar-mengajar.
Apabila kita simak bersama, bahwa dalam pendidikan atau mendidik tidak hanya sebatas
mentransfer ilmu saja, namun lebih jauh dan pengertian itu yang lebih utama adalah dapat mengubah atau
membentuk karakter dan watak seseorang agar menjadi lebih baik, lebih sopan dalam tataran etika
maupun estetika maupun perilaku dalam kehidupan sehari-hari.
Peran guru sebagai pendidik (nurturer) merupakan peran-peran yang berkaitan dengan tugas-
tugas memberi bantuan dan dorongan (supporter), tugas-tugas pengawasan dan pembinaan (supervisor)
serta tugas-tugas yang berkaitan dengan mendisiplinkan anak agar anak itu menjadi patuh terhadap
aturan-aturan sekolah dan norma hidup dalam keluarga dan masyarakat.
Membangun karakter dan watak bangsa melalui pendidikan mutlak diperlukan, bahkan tidak bisa
ditunda, mulai dari lingklingan rumah tangga, sekolah dan masyarakat dengan meneladani para tokoh
yang memang patut untuk dicontoh. Semoga ke depan bangsa kita lebih beradab, maju, sejahtera kini,
esok danselamanya.Maka dari itu guru memiliki peranan yang penting dalam membangun karakter
bangsa.