Anda di halaman 1dari 10

BAB III

METODE STUDI KASUS

3. 1 Rancangan Studi Kasus


Rancangan Penelitian deskriptif dimasudkan untuk mengangkat fakta,
keadaan, dan fenomena yang berlangsung pada saat penelitian dilakukan dan
menyajikan penelitian apa adanya sesuai keadaan yang terjadi (Wasis, 2008).
Penelitian dekstriptif bagian dari rancangan penelitian non eksperimental,
yang tujuannya untuk memaparkan peristiwa penting yang terjadi pada masa
kini. Dekstriptif peristiwa tersebut dilakukan sistematis dan memfokuskan
pada data faktual daripada penyimpulan. Fenomena hasilnya disajikan
apadanya tanpa manipulasi. Hubungan antar variabelnya di identifikasi oleh
peneliti untuk menggambarkan keseluruhan dari peristiwa yang sedang
diteliti. Rancangan penelitian meliputi identifikasi suatu peristiwa, variabel,
serta mengembangankan teori dan operasional definisi dari variabel.
Deksripsi dari variabel dapat menggambarkan makna dari suatu teori yang
ditemukan, serta populasi yang bisa digunakan untuk penelitian. Jenis
rancangan penelitian deskriptif salah satunya adalah racangan penelitian studi
kasus (Nursalam, 2008).

Studi kasus dalam keperawatan adalah riset kualitatif yang mempunyai tujuan
berupa sebagai ungkapan suatu fenomena nyata yang sedang dialami oleh
klien (sasaran mungkin individu, keluara, kelompok, dan masyarakat)
(Suprajitno & Mugianti, 2018). Studi kasus yaitu cara pemecahan suatu
masalah terhadap kasus yang telah ditetapkan secara intensif dan mendetail.
Untuk perkembangan masalah diikuti secara kontinue dan mendalam. Studi
kasus ini menghasilkan gambaran yang longitudinal, dimana hasil
pengumpulan dan analisa data dalam satu jangka waktu yang sudah
ditetapkan. Kasus yang digunakan terbatas pada satu orang atau kelompok
(Wasis, 2008). Studi kasus rancangan penelitiannya yang mengambil
pengkajian satu untit penelitian, dilakukan secara intensif. Jumlah subjeck
cenderung sedikit, namun variabel yang diteliti luas (Nursalam, 2008). Disini
penulis, akan memasukan rancangan studi kasus yang penulis pilih.
Desain studi kasus deksriptif yang penulis tentukan adalah menggambarkan
bagaimana dampak yang ditimbulkan dari penerapan tindakan deep breathing
execise (latihan nafas dalam) terhadap klien yang mengalami gangguan
oksigenasi pada penyakit CHF. Penulis akan melakukan pengamatan
terhadap tindakan tersebut pada pasien yang telah penulis tetapkan. Dimana
tindakan deep breathing exercise bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
otot pernafasan dan meningkatkan kemampuan paru-paru untuk memperbaiki
fungsi ventilasi sehingga terjadi perbaikan dalam oksigenasi dan perbaikan
hemodinamik, penulis ingin mengetahuinya apakah tindakan ini bermanfaat
pada klien sesuai dengan tujuan tindakan tersebut. Tindakan ini akan
dilaksanakan pada dua klien, yang mengalami penyakit CHF, yang sudah
penulis tentukan bagaimana kriteria inklusi dan ekslusinya.

3. 2 Subyek Studi Kasus


Subjek studi kasus disebut sebagai paritisipan atau sampel dalam riset
kualtatif. Subjeknya dapat berupa indivodu, keluarga, maupun kelompok,
serta masyarakat. Subjek studi kasus yang sulit ditemui dalam kehidupan
penulis dapat hanya satu orang saja. Tapi pada kasus yang banyak harus
ditetapkan minimal dua orang. Dimana dengan dua orang tersebut
mempunyai perbandingan nyata, meskipun kasus yang penulis laporkan
sama. Sehinga dapat menyatakan sasaran keperawatannya sebagai makhluk
yang yang utuh, serta unik mendapatkan pehamanan tentang faktor penyebab
dari kasus tersebut setiap individu berbeda (Suprajitno & Mugianti, 2018).
Di dalam subyek studi kasus terdapat kriteria inklusi dan ekslusi.

Penggunaan kriteria inklusi dan ekslusi agar mengendalikan faktor


pengecualian, meningkatkan keakuratan pengamatan variabel, dan atau untuk
memudahkan pengumpulan data. Serta kriteria tersebut untuk penentu bisa
atau tidaknya dijadikan sampel penelitian, sekaligus membatasi hal yang akan
diteliti. Untuk kriteria inklusi dimana subjek penelitian bisa mewakili sampel
penelitian yang memenuhi persyaratan yang penulis tetapkan sebagai sampel
penelitian. Sedangkan untuk kriteria ekslusi pengertiannya berupa, subjek
untuk penelitian tidak bisa mewakili sampel yang telah penulis tetapkan.
Diakibatkan tidak memenuhi syarat yang telah penulis tetapkan didalam
penelitian (Oktavia, 2015).

Subjek untuk studi kasus yang penulis ambil dengan menggunakan dua klien,
yang penulis tentukan dengan kriteria inklusi dan ekslusi. Kriteria inklusi
yang penulis tentukan adalah pasien laki-laki ataupun perempuan yang
terdiagnosis penyakit CHF, yang dirawat diruang rawat inap, dengan adanya
menunjukan adanya beberapa gejala gangguan oksigenasi, seperti pasien yang
merasakan dispnea, atau ortopnea, takikardi, takipnea, penggunaan otot bantu
nafas saat melakukan pernafasan, nyeri dada, gelisah, dan mudah lelah.
Apabila terdapat pasien yang mengalami batuk berat dan kelelahan saat
mengeluarkan sputum serta bunyi nafas ronkhi. Saturasi oksigen pasien
dibawah normal, nilai saturasi oksigen normal berkisar 95-98%, Apabila nilai
saturasi oksigen berada disekitaran normal bisa dimasukan dengan kriteria ini
dengan tujuan untuk meningkatkan saturasi oksigennya, dan tekanaan darah
meningkat, terutama klien yang bersedia untuk menjadi subjek penelitian.
Berikut penulis memaparkan kriteria ekslusinya.

Kriteria ekslusinya adalah dimana pasien yang terdiagnosis penyakit CHF,


pasien yang hanya mengalami, edema perifer dimana pitting edema akan
tetap cekung, bahkkan dengan penekanan ujung jari. hepatomegali, distensi
vena jugularis, anoreksia, penambahan berat badan, penurunan kesadaran dan
klien yang tidak bersedia untuk menjadi subjek penelitian.

3. 3 Fokus Studi Kasus


Fokus studi kasus yang penulis akan laksanakan adalah akan melakukan
pengamatan terhadap bagaimana penerapan tindakan deep breathing exercise
untuk mengatasi masalah gangguan oksigenasi pada pasien CHF, selama 3
hari dan pengamatan sebanyak 9 kali pengamatan, pada waktu pagi, siang,
dan siang menjelang sore. Dimana tindakan ini diartikan diberikan kepada
pasien sebanyak tiga kali dalam sehari, selama kurun waktu tiga hari, dan
penulis mengamati tindakan tersebut. Dikondisikan berdasarkan waktu dinas
pengamat saat melakukan penelitian.
3. 4 Definisi Operasional Fokus Studi
Definisi operasional suatu variabel didefinisikan lebih sempit, sehingga
terjadi peningkatan objektifitas dalam pengamatan dan ketelitian dalam
pengukuran. Memberikan pengertian suatu variabel dan menggambarkan
aktivitas yang diperlukan untuk mengukurnya (Brockopp & Tolsma, 2000).

CHF merupakan keadaan dimana jantung tidak mampu mempompakan darah


kesirkulasi seluruh tubuh, untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan oksigen
seluruh tubuh. Akibat dari kegagalan pompa tersebut bisa menimbulkan
gangguan okigenasi dalam tubuh klien. Gangguan oksigenasi tersebut bisa
menyebabkan dyspnea, frekuensi nafas meningkat, frekuensi nadi meningkat,
perubahan saturasi oksigen dan tekanan darah. Deep breathing exercise yaitu
latihan nafas dalam yang dilakukan secara lambat, dan meningkatkan fungsi
ventilasi serta memperbaiki kadar oksigen tubuh. Dapat memberikan dampak
apabila digunakan, berupa penurunan nilai dyspnea, meningkatkan kadar
saturasi oksigen, menurunkan tekanan darah, nadi, dan frekuensi pernafasan.
Serta dapat memberikan efek rileks pada penggunanya. Pengembangan dari
latihan nafas dalam adalah latihan pernafasan diagfragmatic, dan bibir yang
dirapatkan.

Variabel Definisi Alat ukur Cara ukur Hasil ukur


Gangguan Dimana klien Lembar pretest Mengukur
Oksigen dengan CHF, -posttest. nilai 15 menit
pd pasien megalami beberapa (Sepdianto, sebelum dan sebelum dan
CHF gejala berupa Tyas, & sesudah sesudah
dyspne, Anjawarni, intervensi tindakan
takipnea,takikardi, 2013)
Dyspnea : Observasi Nilai
perubahan kadar
Borg Scale dan dypsnea
saturasi O2, dan
(Nirmalasari, wawancara antara 0-10.
peningkatan
2017) Skor
tekanan darah.
terendah 0 :
Yang diakibatkan
tidak
kegagalan fungsi
mengalami
pompa jantung, kesulitan
untuk mengalirkan bernafas.
darah keseluruh Skor
tubuh, sehingga tertinggi 10
tubuh tidak klien
tercukupi terhadap kesulitan
kebutuhan oksigen bernafas
dan nutrisi didalam normal
Saturasi
tubuh. Mengalami
Oksigen :
Mengukur peningkatan
Digital pulse
saturasi dari nilai
oximeri
oksigen, sebelum
(Plantini, Lydia,
observasi diberi
& Nurlaeci,
tindakan
2018)
Frekuensi
nafas, dan Nadi
Frekuensi
:
nafas, nadi,
Aerloji yang
apabila
terdapat Observasi
terjadi
petunjuk detik dan
peningkatan,
(Kasiati & mengukur
akan
Rosmalawati, nafas, nadi,
mengalami
2016) atau dalam waktu
penurunan
Stopwatch 1 menit
setelah
(Yulia,
diberikan
Dahrizal, &
tindakan
Lestari, 2019)

Tekanan darah: Observasi, Apabila


Sphygmom- mengukur, terjadi
anometer dan peningkatan
aneroid dan mendengark tekanan
steteskop darah, akan
(Kasiati& mengalami
an
Rosmalawati, penurunan.
2016)
Gangguan Hal yang dirasakan
oksigenasi klien CHF yang
pada mengalami
pasien gangguan
CHF oksigenasi dapat
berupa gejala
takikardi, tekanan
darah meningkat,
takipnea, dyspnea,
dan perubahan
Standar
saturasi oksigen.
Standar operasional
Klien CHF tersebut
Operasional prosedur
akan diberikan
Prosedur (SOP)
tindakan deep Observasi
(SOP) dilakukan
breathing exercise,
(Nirmalasi, perawat dan
yang kemudian
2017) pengamat
akan diukur
mengamati.
kondisi klien
terkait dsypnea,
takipnea, takikardi,
tekanan darah
meningkat, dan
saturasi
oksigennya, pada
waktu 15 menit
sebelum dan
sesudah tindakan
3. 5 Instrumen Studi Kasus
Jenis instrumen yang digunakan oleh pengamat adalah lembar pretest-
posttest dimana untuk mengukur dari hasil tindakan yang akan dilakukan.
(Sepdianto, Tyas, & Anjawarni, 2013). Lalu untuk derajat dypsnea pengamat
menggunakan borg scale (Nirmalasari, 2017). Dilakukan dengan teknik
wawancara dan observasi. Untuk tekanan darah, nadi, pernafasan, dan
saturasi oksigen dilakukan dengan cara mengukur dan mengobservasi.
Pengukuran tekanan darah menggunakan alat Sphygmom- anometer aneroid
dan steteskop (Kasiati& Rosmalawati, 2016). Untuk nadi dan respirasi
menggunakan aelorji menujukan detik atau stopwacth. Dan saturasi oksigen
dengan menggunakan digital pulse oximeri (Plantini, Lydia, & Nurlaeci,
2018). Alat untuk mengukur terhadap semua nilai tersebut pengamat
menggunakan SOP tindakan yang akan diberikan.

Untuk observasi pengamat menggunakan daftar cek list, daftar ceklis tersebut
akan berisi dengan nama observe, disertai dengan keterangan (YA/TIDAK).
Dengan arti apakah tindakan tersebut memberi pengaruh terhadap klien atau
tidak. Sebelum mengisi daftar ceklis, harus mengisi lembar pretest-posttest
untuk menentukan berpengaruh atau tidaknya tindakan tersebut.

3. 6 Metode Pengumpulan Data


Ada beberapa cara seperti kuasioner (daftar pertanyaan), pengamatan
(observasi)/angket, dan wawancara. berikut penjelasannya adalah sebagai
berikut :

(1) Kuasioner (daftar pertanyaan). Cara pengumpulan yang dilakukan peneliti


dengan mengedarkan sesuatu daftar pertanyaan yang sejenis formulir.
kuasioner dibagi menjadi dua golongan besar yaitu kuasioner tipe isian
berupa pengajuan pertanyaan untuk subjek dalam bentuk berupa pertanyaan
atau pengajuan komentar kepada kejadian atau keadaan, kuasioner tipe
pilihan hanya meminta subjek untuk menentukan salah satu jawaban atau
lebih dari beberapa banyak jawaban yang telah disediakan oleh pengamat
atau peneliti.
(2) Pengamatan (observasi)/angket, terdiri dari beberapa alat yaitu check list
yang isinya nama subjek dan beberapa gejala atau identitas lain dari sasaran
untuk pengamatan dan biasanya hanya memberi tanda check di daftar yang
sudah disediakan, skala penilaian (rating scale) yang berisikan ciri-ciri
tingkah laku serta dicatat secara bertingkat, daftar riwayat kelakuan
(anecdotal record) berupa bentuk catatan tentang tingkah laku subjek atau
seseorang yang sifatnya luar biasa atau khas yang berada didiri seseorang,
alat mekanik (elektronik) berupa alat : perekaman, fotograpis, film, tape
recorder dan lainya.

(3)Wawancara. Metode pengumpulan data dengan cara lisan dari responden


atau dengan bercakap-cakap dengan berhadapan wajah dengan responden.
Metode ini digunakan untuk mendapatkan data yang berisi fakta seperti usia,
perkerjaan, dan lainnya. Serta untuk mengetahui tentang sikap, pendapat, dan
lainya. (Setiadi, 2013)

Pengumpulan data yang pengamat lakukan adalah dengan menggunkan


pengamatan dan wawancara. Pengamatan dilakukan saat melakukan tindakan
deep breathing exercise, sedangkan untuk wawancara penulis untuk
mendapakan data selain untuk menentukan hasil dari tindakan yang diamati.
Dapat berupa untuk melengkapi informasi tentang klien, yang digunakan
untuk melaksanakan asuhan keperawatan yang diberikan.

3. 7 Lokasi dan Waktu Studi Kasus


Studi kasus yang akan peneliti lakukan, akan dilaksanakan di ruang rawat
inap RS PMI BOGOR. Waktu pelaksanaan selama 5 hari sesuai yang
ditetukan dari keputusan kampus. Sebelum melakukan pengamatan di RS
PMI BOGOR, akan dilakukan dahulu sidang proposal. Uraian yang kegiatan
penulis lakukan akan dicantumkan pada tabel.

Tabel 3.1 Jadwal pelaksanaan studi kasus

Bulan/Minggu
No Kegiatan Februari Maret April Mei
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengajuan judul
2 Konsul proposal KTI
3 Sidang proposal KTI
4 Praktek pengambilan
kasus
5 Konsul hasil KTI
6 Sidang hasil KTI
7 Perbaikan sidang hasil
KTI
8 Pengumpulan hasil KTI

3. 8 Analisa Data dan Penyajian Data

3. 9 Etika Studi Kasus


Etika penulisan yang pengamat lakukan, mematuhi aturan etika yang telah
ditetapkan di AKPER YJK. Sedangkan prinsip etik penelitian keperawatan
digunakan sebagai wujud untuk menghormati hak dan nilai kemanusiaan.
Karena subjeck yang digunakan adalah manusia. Prinsip etik tersebut salah
satunya adalah otonomi. Artinya membebaskan seseorang yang dipilih
sebagai subjek penilitian untuk memutuskan berdasarkan keinginananya,
apakah bersedia menjadi subjek peneliti atau tidak. Bentuknya berupa
informed consent, yang juga mempunyai arti suatu lembar persetujuan yang
diterima setelah memperoleh keterangan yang jelas, mengenai tindakan yang
diberikan serta dampaknya akibat tindakan tersebut (Wasis, 2008). Dalam
informed consent pengamat juga harus memperhatikan :

(1) Subjeck penelitian diberi penjelasan yang mudah dimengerti mengenai


tujuan tindakan yang pengamat akan lakukan. Subjek juga diberi penjelasan
mengenai prosedur yang pengamat akan amati, tentang prosedur yang akan
dilakukan padanya. (2) Subjeck penelitian diberi informasin tentang risiko
dan rasa tidaknyaman yang akan mungkin terjadi dan dialami sebagai hasil
studi. (3) Subjek penelitian diberi informasi mengenai manfaat yang akan
dirasakan akibat tindakan yang dilakukan. (4) Peneliti diharuskan bersedia
apabila subjek penelitian mengajukan pertanyaan mengenai prosedur. (5)
Subjek diberitahu bahwa mereka bisa menolak terhadap tindakan yang beri.
(6) Anonimitas dan kerahasiaan tentang subjek penelitian harus diperhatikan.

Anda mungkin juga menyukai