Anda di halaman 1dari 17

NASKAH PUBLIKASI

PENERAPAN PEMBERIAN OKSIGEN PADA PASIEN


CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF) DENGAN
GANGGUAN KEBUTUHAN OKSIGENASI
DI RSUD WATES KULON PROGO

SAMSI BARIYATUN
P07120115030

PRODI D-III KEPERAWATAN


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN
YOGYAKARTA
TAHUN 2018
NASKAH PUBLIKASI

PENERAPAN PEMBERIAN OKSIGEN PADA


PASIEN CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF) DENGAN
GANGGUAN KEBUTUHAN OKSIGENASI
DI RSUD WATES KULON PROGO

Naskah Publikasi ini disusun sebagai salah satu syarat


untuk memperoleh Gelar Ahli Madya Keperawatan

SAMSI BARIYATUN
P07120115030

PRODI D-III KEPERAWATAN


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN
YOGYAKARTA
TAHUN 2018
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA TULIS
ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademik Poltekkes Kemenkes Yogyakata, saya yang bertanda


tangan dibawah ini:

Nama : Samsi Bariyatun

NIM : P07120115030

Program Studi : DIII-Keperawatan

Jurusan : Keperawatan

demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Poltekkes Kemenkes Yogyakarta Hak Bebas Royalti Noneksusif (Non-
exclusive-Royalty- Free Right) atas Karya Tulis Ilmiah saya yang bejudul :

Penerapan Pemberian Oksigen pada Pasien Congestive Heart Failure (CHF)


dengan Gangguan Kebutuhan Oksigenasi di RSUD Wates Kulon Progo

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Nonekslusif ini Poltekkes Kemenkes Yogyakarta berhak menyimpan, mengalih
media/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat,
dan mepublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis/pencipta dan sebgai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.


Dibuat di : Yogyakarta
Pada tanggal : 25 Juli 2018
Yang menyatakan

(Samsi Bariyatun)
PENERAPAN PEMBERIAN OKSIGEN PADA PASIEN
CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF) DENGAN
GANGGUAN KEBUTUHAN OKSIGENASI
DI RSUD WATES KULON PROGO

Samsi Bariyatun1, Catur Budi Susilo2, Maryana3

Jurusan Keperawatan, Poltekkes Kemenkes Yogyakarta


Jalan Tatabumi 3 Banyuraden, Gamping, Sleman
E-mail : samsibariya16@gmail.com

INTISARI

Latar belakang: Congestive Heart Failure (CHF) adalah suatu gangguan fungsi
jantung yang mengalami kegagalan dalam memompa darah untuk kebutuhan sel-
sel tubuh. Gejala yang sering timbul karna penyakit gagal jantung ini adalah
dyspnea atau sesak nafas menyebabkan pola nafas pasien menjadi tidak efektif.
Tujuan: Memberikan gambaran tentang pemberian oksigen dalam asuhan
keperawatan pada pasien Congestive Heart Failure (CHF) dengan gangguan
kebutuhan oksigenasi
Metode: Studi kasus ini menggunakan metode diskriptif. Penulis membandingkan
respon dua pasien CHF yang sama-sama diberi tambahan oksigen. Pengumpulan
data dilakukan dengan cara wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, dan studi
dokumen
Hasil: Penerapan pemberian oksigen pada pasien Congestive Heart Failure
(CHF) dengan gangguan kebutuhan oksigenasi memberikan pengaruh terhadap
keefektifan pola napas pada pasien. Perbedaan respon pada dua pasien setelah
diberi tindakan dikarenakan kedua pasien mempunyai keluhan sesak napas yang
berbeda dan penyakit kronis lain yang berpengaruh terhadap pola napas pasien.
Kesimpulan: Penerapan pemberian oksigen pada pasien CHF memberikan respon
yang berbeda

Kata Kunci : Pemberian oksigen, Congestive Heart Failure (CHF), gangguan


oksigenasi, pola napas tidak efektif
1)
Mahasiswa Keperawatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta
2)3)
Dosen Keperawatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta
APPLICATION OF OXYGEN GIVING ON PATIENTS
CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF) WITH
DISRUPTION OF OXYGENATION NEEDS
IN RSUD WATES KULON PROGO

Samsi Bariyatun1, Catur Budi Susilo2, Maryana3

Majoring Polytehnic Nursing, Ministry of Health Yogyakarta


Jalan Tatabumi 3 Banyuraden, Gamping, Sleman
E-mail: samsibariya16@gmail.com

ABSTRACT

Background: Congestive Heart Failure (CHF) is a disorder of heart function that


fails to pump blood for the needs of body cells. Symptoms that often arise because
of heart failure is dyspnea or shortness of breath causes the patient's breath pattern
to be ineffective.
Purpose: Provides an overview of oxygen giving in nursing care in Congestive
Heart Failure (CHF) patients with disruption of oxygenation needs
Method: This case study uses a descriptive method. The authors compared the
responses of two CHF patients who were equally given oxygen supplementation.
Data collected by interview, observation, physical examination, and document
study
Results: The application of oxygen giving in Congestive Heart Failure (CHF)
patients with disruption of oxygenation needs has an effect on the effectiveness of
respiratory pattern in patients. Different responses in two patients after treatment
were given because both patients had different respiratory complaints and other
chronic diseases that affect the patient's breathing patterns.
Conclusions: The application of oxygen giving to CHF patients gave different
responses

Keywords: Giving oxygen, Congestive Heart Failure (CHF), disruption of


oxygenation, ineffective breathing pattern
1)
Nursing Student of The Ministry of Health Polytehnic Yogyakarta
2)3)
Nursing Lecturer of The Ministry of Health Polytehnic Yogyakarta
PENDAHULUAN sehingga mereka cenderung sesak
Gagal jantung kongestif nafas. Seperti yang kita ketahui
merupakan keadaan patofisiologis bahwa jantung dan paru-paru
berupa kelainan fungsi jantung, merupakan organ tubuh penting
sehingga jantung tidak mampu manusia yang sangat berperan dalam
memompa darah untuk memenuhi pertukaran oksigen dan
kebutuhan metabolisme jaringan. karbondioksida dalam darah,
Gejala yang muncul sesuai dengan sehingga apabila paru-paru dan
gejala gagal jantung kiri diikuti gagal jantung tersebut mengalami
jantung kanan, terjadi di dada karena gangguan maka hal tersebut akan
peningkatan kebutuhan oksigen1. berpengaruh dalam proses
Gagal jantung merupakan pernapasan. Gagal jantung kongestif
salah satu penyakit jantung yang menyebabkan suplai darah ke paru-
angka kejadiannya di Indonesia dari paru menurun dan darah tidak masuk
tahun ke tahun semakin meningkat. ke jantung. Keadaan ini
Prevalensi penyakit jantung coroner menyebabkan penimbunan cairan di
di Indonesia mencapai 0,5% dan paru-paru, sehingga menurunkan
gagal jantung sebesar 0,13% dari pertukaran oksigen dan
4
total penduduk berusia 18 tahun karbondioksida .
keatas2. Gangguan kebutuhan
Pada pasien gagal jantung oksigenasi menjadi masalah penting
kongestif dengan pola nafas tidak pada pasien gagal jantung kongestif.
efektif terjadi karena ventrikel kiri Untuk itu, sebaiknya masalah
tidak mampu memompa darah yang tersebut segera ditangani agar tidak
datang dari paru-paru sehingga memperparah kondisi tubuh pasien.
terjadi peningkatan tekanan dalam Intervensi keperawatan dalam upaya
sirkulasi paru yang menyebabkan pemenuhan kebutuhan oksigenasi
cairan terdorong ke jaringan paru3. bisa dilakukan dengan pemberian
Pasien gagal jantung oksigen, memberikan posisi semi
kongestif sering kesulitan fowler, auskultasi suara nafas, dan
mempertahankan oksigenasi memonitor respirasi dan status O2.
Kebutuhan oksigenasi merupakan Congestive Heart Failure (CHF).
kebutuhan dasar manusia yang Subyek studi kasus adalah dua pasien
digunakan untuk kelangsungan individu yang diamati secara
metabolisme sel tubuh dalam mendalam, dan memenuhi kriteria
mempertahankan hidup dan aktivitas subjek. Kriteria subjeknya yaitu
sebagian organ atau sel5. pasien penderita CHF dengan
Salah satu intervensi gangguan pemenuhan oksigenasi,
keperawatan pada penderita gagal membutuhkan pemberian oksigen
jantung dengan gangguan kebutuhan tambahan dan bersedia diberi
oksigenasi adalah pemberian tambahan oksigen. Subyek pada
oksigen. Pemberian oksigen adalah studi kasus ini yaitu dua pasien di
bagian integral dari pengelolaan ruang rawat inap ruang edelweis
untuk pasien yang dirawat di rumah RSUD Wates. Fokus studi ini adalah
sakit, khususnya pasien yang sedang pemenuhan kebutuhan oksigenasi
mengalami gangguan pernapasan dengan penerapan pemberian
yaitu untuk mempertahankan oksigen pada pasien Congestive
oksigenasi dalam tubuh. Pemberian Heart Failure (CHF).
oksigen dengan konsentrasi yang Instrumen yang penulis
lebih tinggi dari udara ruangan gunakan yaitu Standar Operasional
digunakan untuk mengatasi atau Prosedur (SOP) pemberian oksigen
mencegah hipoksia 6. melalui kanul nasal, lembar
METODE observasi pemberian oksigen kanul
Metode yang digunakan pada nasal, lembar evaluasi berbentuk
studi kasus ini adalah desain studi SOAP, dan lembar evaluasi status
kasus diskriptif. Penulis melakukan pernapasan. Prosedur pengumpulan
asuhan keperawatan kepada dua data untuk asuhan keperawatan pada
pasien dengan satu kasus yang sama pasien yang dipakai dalam studi
dengan melibatkan keluarganya, kasus ini yaitu wawancara,
dengan memfokuskan satu tindakan observasi, pemeriksaan fisik dan
yaitu pemberian oksigen untuk studi dokumen, dengan dilakukan
mengatasi masalah oksigenasi pasien inform consent sebelumnya. Cara
pengumpulan data mengenai sakit, pasien mengatakan sulit tidur
prosedur tindakan keperawatan karena sesak napas
pemberian oksigen melalui kanul Pemeriksaan sistemik pada
nasal di lahan studi kasus dilakukan pasien didapatkan turgor kulit
dengan wawancara kepada perawat kurang elastis dan kulit kering,
di ruang rawat inap. konjungtiva mata tidak pucat, tidak
HASIL terdapat pernapasan cuping hidung,
Pasien 1 yaitu Ny. J berusia mukosa bibir lembab. Pada
60 tahun dengan diagnosis medis pemeriksaan dada didapatkan tidak
CHF, asma bronchial dan abdominal terdapat luka di dada, terdapat
pain. Keluhan utama yaitu pusing, penggunaan tambahan otot bantu
sesak napas jika kelelahan, sesak pernapasan, tidak terdapat benjolan
napas bertambah jika sore hari atau abnormal, ekspansi dada simetris,
udara dingin, batuk, mual, muntah, terdapat suara napas wheezing, suara
tidak nafsu makan, perut terasa perkusi sonor, irama napas tidak
penuh dan mbesesek. Hasil teratur, kedalaman napas dalam.
pemeriksaan fisik didapatkan RR: Iktus cordis tak tampak, suara pekak,
24x/menit, irama napas tidak teratur, tidak terdapat pembesaran jantung.
terdapat penggunakan tambahan otot Diagnosis keperawatan yang
bantu pernapasan, terdapat suara muncul pada pasien Ny. J yaitu
wheezing, tekanan darah didapatkan penurunan curah jantung
140/90 mmHg, denyut nadi kuat, berhubungan dengan perubahan
nadi sebanyak 100x/menit. Status preload, intoleransi aktivitas
gizi pasien didapatkan IMT 26,05 berhubungan dengan ketidak
(gizi lebih). Pasien mengatakan seimbangan antara suplai dan
memiliki riwayat hipertensi, sudah kebutuhan oksigen, dan pola napas
pernah opname di rumah sakit tidak efektif berhubungan dengan
sebanyak 3 kali karena sakit jantung pengembangan paru tidak optimal.
dan rutin kontrol sebulan sekali. Studi kasus ini membahas
Pemeriksaan abdomen didapatkan tentang satu diagnosis keperawatan
asites, pitting edem derajat 1. Saat yaitu pola napas tidak efektif
berhubungan dengan pengembangan selama 3x24 jam yaitu pola napas
paru tidak optimal. Asuhan pasien efektif ditandai dengan sesak
keperawatan dilakukan selama 3 x 24 napas berkurang, RR: 20x/menit,
jam dengan intervensi pada pasien tidak terdapat suara napas tambahan
Ny.J yaitu monitor status pernapasan wheezing, irama napas teratur, tidak
pasien, edukasi pasien untuk terdapat penggunaan tambahan otot
diberikan posisi semifowler, ajarkan bantu pernapasan, pasien batuk,
pasien cara batuk efektif, kelola dapat melakukan batuk efektif, dan
pemberian oksigen, monitor pasien mengatakan nyaman dengan
pemberian oksigen sesuai standar. posisi setengah duduk.
Ada beberapa implementasi yang Pasien 2 yaitu Tn. P berusia
dilakukan secara kolaboratif untuk 58 tahun dengan diagnosis medis
pasien Ny. J yaitu pemberian CHF dan anemia. Keluhan utama
nebulizer ventolin 2,5 mg dan pasien mengatakan sesak napas
pulmicort 0,5 mg. Hal ini hingga dadanya sakit, badan
dikarenakan selain menderita CHF, gemetaran, badannya lemah, feses
pasien juga menderita asma berwarna hitam, dan perut mual.
bronchial yang juga merupakan suatu Hasil pemeriksaan fisik didapatkan
gangguan oksigenasi. Selain itu, RR: 25x/menit, irama napas tidak
pasien juga dianjurkan untuk teratur, napas cepat, tidak terdapat
membatasi aktivitasnya agar tidak penggunaan tambahan otot bantu
memicu timbulnya sesak napas. pernapasan, tekanan darah 150/80
Implementasi yang yang melibatkan mmHg, denyut nadi 86x/menit.
keluarga yaitu melibatkan keluarga Pemeriksaan laboratorium
dalam mempertahankan kepatenan didapatkan kadar hemoglobin 8,3
posisi kanul nasal dan memantau g/dL. IMT: 24,14. Konjungtiva
kecukupan humidifier. pucat, mukosa bibir kering, turgor
Monitor status pernapasan kulit kurang elastis. Riwayat
pasien dilakukan setiap hari dan penyakit dahulu pasien mengatakan
evaluasi yang didapatkan setelah memiliki riwayat hipertensi satu
dilakukan asuhan keperawatan tahun yang lalu menderita anemia.
Diagnosis keperawatan yang pasien mengatakan badannya lemah,
muncul pada pasien Tn. J yaitu masih sesak napas, RR: 22x/menit,
penurunan curah jantung irama napas tidak teratur. Pasien
berhubungan dengan penurunan mengatakan lebih nyaman dan lega
preload, intoleransi aktivitas dengan diberikannya oksigen 3
berhubungan dengan liter/menit dan pasien lebih nyaman
ketidakseimbangan antara suplai dan dalam posisi setengah duduk atau
kebutuhan oksigen, pola napas tidak duduk. Kedua pasien tersebut yaitu
efektif berhubungan dengan Ny. J dan Tn. P memiliki beberapa
pengembangan paru tidak optimal, perbedaan.
ketidakseimbangan nutrisi kurang Tabel. 1 Analisa Perbedaan Kasus
Pembeda Ny. J Tn. P
dari kebutuhan tubuh berhubungan Jenis Perempuan Laki-laki
kelamin
dengan penurunan HB, dan angguan
Usia 60 tahun 58 tahun
pertukaran gas berhubungan dengan IMT 26,05 23,14
Diagnosa asma anemia
ketidakseimbangan ventilasi-perfusi. medis selain bronchial
CHF dan
Intervensi keperawatan pada abdominal
pain
Tn. J yang berhubungan dengan pola Keluhan pusing, , sesak napas
napas tidak efektif yaitu monitor utama sesak napas hingga
jika dadanya
status pernapasan pasien, edukasi kelelahan, sakit, badan
sesak napas gemetaran,
pasien untuk diberikan posisi bertambah badannya
jika sore hari lemah, feses
semifowler, kelola pemberian atau udara berwarna
dingin, hitam, perut
oksigen, monitor pemberian oksigen batuk, mual, mual.
sesuai standar, dan mengedukasi muntah,
tidak nafsu
pasien untuk membatasi aktivitas. makan, perut
sakit
Pasien juga mendapatkan transfusi Riwayat Hipertensi, Hipertensi,
penyakit jantung satu anemia,
PRC. tahun yang tidak ada
lalu riwayat
Evaluasi yang didapatkan
penyakit
setelah dilakukan asuhan jantung
Pola napas Irama tidak Irama tidak
keperawatan selama 3x24 jam yaitu teratur, teratur,
napas dalam napas
pola napas tidak efektif pada pasien dangkal
Kadar 14,5 g/dL 8,3 g/dL
belum teratasi ditandai dengan hemoglobin
Tabel 1 menunjukkan bahwa dan sekarang kembali menderita
kedua pasien memiliki beberapa sakit jantung disertai asma bronchial.
perbedaan seperti jenis kelamin, usia, Sedangkan pasien Tn. P belum
IMT, diagnosa medis selain CHF, pernah menderita sakit jantung
keluhan utama, riwayat penyakit, sebelumnya dan sekarang merupakan
pola napas, dan kadar hemoglobin kali pertama menderita sakit jantung
pasien. Jenis kelamin laki-laki disertai anemia, hal ini akan
membutuhkan lebih banyak oksigen menyebabkan terhambatnya
karena membutuhkan lebih banyak peredaran oksigen ke seluruh tubuh.
energi untuk beraktivitas sehingga Namun, kedua pasien tersebut
Tn.P memiliki kebutuhkan oksigen sama sama memiliki riwayat
yang lebih banyak. hipertensi, dimana hipertensi
Usia juga mempengaruhi merupakan penyebab terjadinya
kebutuhan oksigen, kedua pasien Congestive Heart Failure (CHF)
memiliki rentang usia yang hampir yang berasal dari luar atau ekstrinsik.
sama sehingga tidak memiliki Kedua pasien tersebut juga
perbedaan yang signifikan memiliki pola napas yang berbeda,
berdasarkan usia. Luas permukaan pasien Ny. J memiliki pola napas
tubuh yang bisa diukur dengan berat dengan napas dalam sedangkan Tn. P
badan dan tinggi badan juga memiliki pola napas cepat dan
berpengaruh terhadap kebutuhan dangkal. Hal ini akan mempengaruhi
oksigen, semakin luas permukaan perkembangan pasien setelah
tubuh maka kebutuhan oksigen juga diberikan tambahan oksigen. Kadar
semakin banyak, sehingga dapat hemoglobin juga akan
dikatakan Ny. J memiliki tingkat mempengaruhi kebutuhan oksigen
kebutuhan oksigen yang lebih karena hemoglobin mengikat oksigen
banyak dari segi IMT. yang akan diedarkan ke seluruh
Penyakit kronis juga tubuh, jika kadar hemoglobin
memengaruhi kebutuhan oksigen semakin rendah maka oksigen yang
pasien, Ny. J memiliki riwayat diedarkan ke seluruh tubuh juga
jantung sejak satu tahun yang lalu semakin sedikit.
PEMBAHASAN berkurang dan tambahan oksigen
Studi kasus diawali dengan membuat lebih lega, RR: 24 x/menit,
melakukan pengkajian kepada pasien irama tidak teratur, masih terdapat
dengan cara wawancara, observasi, penggunaan tambahan otot bantu
pemeriksaan fisik, dan studi pernapasan, dan terdapat suara
dokumen. Setelah itu, penulis tambahan wheezing. Perkembangan
melakukan analisa data, pasien Tn. P pada hari pertama yaitu
merencanakan tindakan keperawatan pasien mengatakan masih sesak
untuk mengatasi pola napas tidak napas tetapi sudah tidak separah saat
efektif pada pasien, dan yang sebelum masuk rumah sakit, RR :
terakhir melakukan tindakan 24x/menit, irama napas tidak teratur
keperawatan. dan napasnya pendek cepat, dan
Hari pertama studi kasus terdapat suara wheezing. Keluhan
pada kedua pasien tersebut dilakukan utama Tn. P pada hari pertama yaitu
pada hari kedua pasien di rumah badannya terasa lemah.
sakit. Tetapi, respon atau Hari kedua studi kasus,
perkembangan pasien berbeda. penulis mengedukasi dan melatih
Pasien Ny. J dan Tn. P mendapatkan Ny. J cara batuk efektif karena
tambahan oksigen 3 liter/menit. pasien mengeluh batuk berdahak dan
Sejak hari pertama studi kasus, pasien dapat melakukan batuk
pasien Ny. J diposisikan pada posisi efektif, dahak dapat keluar berwarna
semi fowler dan pasien mengatakan putih. Pada hari kedua ini, pasien Ny.
lebih nyaman. Ny. J mengatakan J mendapatkan nebulizer ventolin
bahwa sesak napas bertambah jika dan pulmicort yang diberikan pada
sore atau malam hari dan sesak pukul 07.00 pagi. Perkembangan
bertambah jika posisi telentang. status pernapasan pasien, pasien Ny.
Begitu juga dengan pasien Tn. P J mengatakan sesak napas brkurang
yang diposisikan semi fowler. Selain dan batuk, RR: 22x/menit. Pada
itu, setelah diberi tambahan oksigen pasien Tn. J pasien mengatakan
sejak awal masuk rumah sakit, sesak napas berkurang, tetapi
pasien Ny. J mengatakan sesak napas badannya lemah. Hari kedua, penulis
juga memberikan edukasi kepada Tn. batuk yang berkaitan dengan
J dan Ny.J supaya membatasi masalah bersihan jalan napas tidak
aktivitasnya agar tidak memperparah efektif. Sedangkan pada Tn. P pola
sesak napas dan pasien tirah baring napas tidak efektif belum teratasi
dengan mandi dan buang air besar di ditandai dengan pasien mengeluh
atas tempat tidur dibantu oleh badannya lemah, RR: 22x/menit dan
keluarganya. terdapat suara wheezing.
Hari ketiga studi kasus, Teratasi atau tidak teratasinya
pasien Ny. J mengatakan sudah tidak masalah keperawatan pola napas
sesak napas tetapi masih batuk, tidak tidak efektif pada kedua pasien ini
terdapat suara wheezing, tidak mengacu pada kriteria hasil tidak ada
terdapat penggunaan tambahan otot dyspnea, mampu bernapas dengan
bantu pernapasan, irama napas mudah, menunjukkan irama napas,
teratur dan RR : 20 x/menit. frekuensi napas dalam rentang
Sedangkan pada Tn. P pasien normal, tidak terdapat suara napas
mengeluh badannya lemah, sesak tambahan, dan tanda-tanda vital
napas berkurang, terdapat suara dalam batas normal7.
wheezing, irama napas tidak teratur Pasien Ny. J mengeluh
dan RR : 22x/menit. mengalami batuk. Batuk merupakan
Setelah dilakukan tindakan manifestasi yang sering pada gagal
keperawatan selama 3x24 jam seperti jantung kiri. Pasien batuk karena
pemberian oksigen, memposisikan sejumlah cairan yang banyak
semi fowler, membatasi aktivitas, terperangkap dalam saluran
dan tindakan- tindakan kolaborasi pernapasan dan mengiritasi mukosa
seperti pemberian nebulizer akibat paru8.
asma dan transfusi darah akibat Pemberian oksigen memiliki
anemia, pola napas Ny. J efektif peranan yang penting dalam
ditandai dengan RR: 20x/menit, tidak pemenuhan kebutuhan oksigenasi
terdapat penggunaan tambahan otot pada pasien CHF guna meringankan
bantu pernapasan, dan irama napas gejala sesak napas pada pasien.
teratur. Tetapi, pasien mengeluh Meningkatkan konsentrasi (atau
persentasi) oksigen yang dihirup membantu kepatenan posisi atau
pasien penting untuk mengembalikan pemasangan kanul nasal.
keadaan hipoksia (konsentrasi Respon pasien CHF dengan
oksigen rendah dalam darah), gangguan pemenuhan kebutuhan
menurunkan kerja sistem pernapasan oksigenasi setelah diberikan oksigen
karena jika menerima tambahan kanul nasal berbeda-beda. Pada studi
oksigen, otot pernapasan tidak perlu kasus ini, kedua pasien mengalami
bekerja keras untuk memompa udara penurunan tingkat sesak napasnya,
ke dalam dan keluar paru-paru dan kedua pasien mengatakan nyaman
untuk mempertahankan suplai dan lega dengan aliran oksigen 3
oksigen darah yang mencukupi dan liter/menit. Namun, pola napas dan
tambahan oksigen berperan dalam respiration rate pada masing-masing
menurunkan kerja jantung dalam pasien berbeda, hal ini disebabkan
9
memompa darah . pada kedua pasien tersebut memiliki
KESIMPULAN keluhan sesak napas, jenis kelamin,
Asuhan keperawatan pada berat badan, dan riwayat penyakit
pasien Congestive Heart Failure jantung yang berbeda. Selain itu,
(CHF) dengan gangguan kebutuhan pasien Ny. J mengalami asma
oksigenasi merupakan suatu asuhan bronchial dan batuk berdahak,
yang kompleks, tidak hanya khusus sedangkan Tn. P mengalami anemia.
satu tindakan berupa pemberian Keduanya memiliki penyakit selain
oksigen melalui kanul nasal tetapi CHF yang turut berperan dalam
juga disertai tindakan keperawatan gangguan pemenuhan kebutuhan
yang lain yang dapat mendukung oksigenasi pasien tersebut.
teratasinya masalah keperawatan Pemberian oksigen melalui
pada pasien yaitu pola napas tidak kanul nasal pada pasien CHF dengan
efektif seperti pemberian posisi semi gangguan pemenuhan kebutuhan
fowler, melatih batuk efektif, edukasi oksigenasi digunakan untuk
pasien untuk membatasi aktivitas, mengurangi sesak napas,
dan edukasi keluarga untuk menurunkan kerja sistem
pernapasan, dan menurunkan kerja
jantung dalam memompa darah. berbagai tindakan keperawatan
Pemberian oksigen dilakukan secara seperti SOP pemberian tambahan
terus-menerus dan status pernapasan oksigen kanul nasal agar
pasien dievaluasi pada periode pelaksanaannya dapat lebih jelas dan
tertentu. Peran keluarga ini penting terarah dengan baik.
untuk membantu mempertahankan REFERENSI
kepatenan dan keadekuatan
1. Mansjoer, A. (2009). Kapita
pemberian oksigen yang dapat
Selekta Kedokteran. Jakarta : FK
meningkatkan keefektifan pola napas
UI press
pasien karena keluarga yang selalu
2. Riskesdas. (2013). Riset
berada di dekat pasien.
Kesehatan Dasar. Laporan
SARAN
Kementerian Kesehatan
Pasien diharapkan agar
Republik Indinesia diunduh dari
segera istirahat dan menghentikan
www.depkes.go.id pada 6
aktivitasnya karena hal tersebut
Januari 2018
dapat membantu meringankan sesak
3. Nugroho, W D. (2015).
napas, mempertahankan kepatenan
Hubungan Tingkat Kepatuhan
kanul nasal agar pemberian oksigen
Minum Obat dengan Rawat Inap
lebih efektif.
Ulang Pasien dengan Gagal
Perawat Ruang Edelweis
Jantung Kongestif di RSUD DR.
RSUD Wates diharapkan
Moewardi. Jurnal Stikes
memperhatikan cara pemasangan
Kusuma Husada Surakarta
oksigen kanul nasal dan memonitor
4. Suratinoyo, I. (2016). Hubungan
pasien setelah diberikan tambahan
Tingkat Kecemasan Dengan
oksigen melalui kanul binasal agar
Mekanisme Koping pada Pasien
perawat dapat mengevaluasi
Gagal Jantung Kongestif di
perkembangan status pernapasan
Ruangan CVBC (Cardio
pasien dengan baik.
Vaskuler Brain Centre) Lantai
Rumah Sakit RSUD Wates
III di RSUP. Prof. dr. R. D.
diharapkan mempunyai Standar
Kandou Manado Ejournal
Operasional Prosedur (SOP) untuk
Keperawatan (e-Kp) Volume 4
Nomor 1
5. Hidayat, A. A. (2009). Metode
Penelitian Keperawatan dan
Teknik Analisa Data. Jakarta:
Selemba Medika.
6. Syandi, Janrizky Praerda. (2016).
Asuhan Keperawatan Pemenuhan
Kebutuhan Oksigenasi pada Tn.
S Di Ruang Inayah Pku
Muhammadiyah Gombong
Jurnal Stikes Muhammadiyah
Gombong.
7. Bulecheck, G. M., Butcher, H.
K., Dochterman, J. M., Wagner,
C. M. (2016) Nursing
Interventions Classification
(NIC) Edisi kelima Bahasa
Indonesia. Yogyakarta:
Mocomedia
8. Black, J M dan Jane Hokanson
Hawks. (2014). Keperawatan
Medikal Bedah Manajemen
Klinis untuk Hasil yang
Diharapkan. Jakarta: Elsevier
9. Rosdahl, C B dan Mary T.
Kowalski. (2015). Buku Ajar
Keperawatan Dasar. Jakarta:
EGC

Anda mungkin juga menyukai