Manjemen Bencana Tanah Longsor
Manjemen Bencana Tanah Longsor
Kelompok II (DUA)
5. Gina briliantina
2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Bencana dapat terjadi dikarenakan adanya bahaya dan kerentanan. Tanpa ada
salah satu dari bahaya dan kerentanan, maka bencana tidak akan terjadi. Bencana
tidak mungkin dihindari, untuk meminimalisir dampak yang ditimbulkan yang dapat
dilakukan adalah memperkecil terjadinya korban jiwa, harta maupun lingkungan.
Banyaknya korban jiwa maupun harta benda dalam peristiwa bencana yang selama ini
terjadi, lebih sering disebabkan kurangnya kesadaran dan pemahaman pemerintah
maupun masyarakat terhadap potensi bahaya, kerentanan, bencana tanah longsor serta
upaya mitigasinya
Tanah longsor merupakan jenis bencana terbesar ke 3 (tiga) di Indonesia
setelah bencana banjir dan puting beliung. Daerah kajian penelitian ini adalah
Keecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul. Terdapat beberapa bencana yang berpotensi
terjadi di kabupaten bantul, yaitu gunung api, tsunami, erosi, dan tanah longsor.
Kecamatan dlingo merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi terjadinya
bencana tanah longsor yang terletak di sebelah timur Kabupaten Bantul dan
bersebelahan dengan kecamatan Imogiri. Apabila dilihat dari topografi di daerah
tersebut, Kecamatan Dlingo merupakan daerah dengan topografi berbukit hingga
bergunung sehingga hal tersebut menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya
bahaya tanah longsor.
Paradigma mitigasi fokus perhatian terhadap penanggulangan bencana adalah
pada pengurangan tingkat ancaman, intensitas, dan frekuensi bencana sehingga
kerugian, kerusakan, dan korban jiwa dapat dikurangi (UNDP dalam Totok 2014).
Mitigasi bencana adalah upaya yang dilakukan untuk mengurangi dampak dari
bencana baik bencana alam, bencana akibat ulah manusia maupun gabungan
keduanya. Bencana (disaster) disebabkan oleh faktor alam dan atau manusia yang
dapat menimbulkan bahaya (hazard) dan kerentanan (vulnerability) terhadap manusia
dan lingkungan itu sendiri. Hazard dan kerentanan saling berhubungan dan saling
mempengaruhi satu sama lain. Bahaya adalah kemungkinan dari kejadian dalam
jangka waktu tertentu pada suatu wilayah yang berpotensi terhadap rusaknya
fenomena alam.
B. TUJUAN
1) Tujuan umum
Mampu menjelaskan tentang karakteritik dan antisipasi dari macam – macam
bencana
2) Tujuan Khusus
a. Dapat menjelaskan karakterst antisipasinya macam – macam bencana
tanah longsor
b. Dapat menjelaskan karakterst antisipasinya macam – macam bencana
banjir
c. Dapat menjelaskan karakterst antisipasinya macam – macam bencana
kebakaran.
BAB II
PEMBAHASAN
A. TANAH LONGSOR
1. Defenisi
Tanah longsor adalah proses perpindahan atau pergerakan massa tanah dengan
arah miring atau vertikal dari kedudukan semula, hal tersebut merupakan akibat
dari adanya gaya dorong.
Tanah longsor dapat pula diartikan sebagai proses perpindahan suatu massa
batuan/tanah akibat gaya gravitasi. Intensitas kejadian longsor dan tingkat bahaya
longsor sangat dipengaruhi oleh intensitas curah hujan yang tinggi dan terjadi
terus menerus, kondisi lereng yang miring hingga terjal, penggunaan lahan yang
kurang sesuai dengan kemampuan lahan di daerah tersebut, tanah yang tebal, serta
batuan dan strukur geologi yang bervariasi.
Longsor atau sering disebut gerakan tanah adalah suatu peristiwa geologi yang
terjadi karena pergerakan massa batuan atau tanah dengan berbagai tipe dan jenis
seperti jatuhnya bebatuan atau gumpalan besar tanah. Secara umum kejadian
longsor disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor pendorong dan faktor pemicu.
Faktor pendorong adalah faktor-faktor yang memengaruhi kondisi material
sendiri, sedangkan faktor pemicu adalah faktor yang menyebabkan bergeraknya
material tersebut
2. Karakteristik
Karakteristik longsor dapat dibagi menjadi lima macam yaitu :
a. Jatuhan (falls)
Umumnya material longsor baik berupa batu maupun tanah bergerak cepat
hingga sangat cepat. Tipe gerakan ini terjadi pada lereng terjal seperti tebing
atau tegak yang terdiri dari batuan yang mempunyai bidang-bidang tidak
menerus. Contoh dirujuk pada Gambar 1.7
Menurut Dwikorita (2002, dalam Priyanto 2005), kawasan yang rawan akan longsor
adalah sebagai berikut :
a. Kondisi alamiah :
a) Kondisi lereng yang biasanya mempunyai kemiringan lereng dari 20 o
b) Kondisi tanah atau batuan penyusun lereng, umumnya lereng yang tersusun
oleh :
Tumpukan massa tanah gembur/lepas-lepas yang menumpang diatas
permukaan tanah atau batuan yang lebih kedap dan kompak.
Lapisan tanah atau batuan yang miring searah dengan kemiringan lereng.
Adanya struktur geologi yang miring searah dengan kemiringan lereng.
Struktur geologi ini dapat merupakan bidang-bidang lemah, sehingga
massa tanah sensitif bergerak disepanjang bidangbidang lemah tersebut.
c) Kondisi hidrologi lereng, terutama kondisi aquifer dan kedudukan muka air
tanah dalam lereng
Kondisi non alamiah :Bertambahnya pembeban pada lereng, misal
adanya konstruksi bangunan atau meresapnya air dari permukaan.
Hilangnya penahan pada lereng karena penggalian dibawah lereng.
Aktivitas manusia, mencakup pola penggunaan lahan yang dilakukan
oleh manusia. Terdapat ciri-ciri wilayah yang memiliki bahaya terhadap
tanah longsor. Ciri-ciri tersebut dibagi menjadi kondisi alami dan non-
alami. Kondisi alami berupa kondisi alam yang terdapat di wilayah
tersebut, yaitu kemiringan lereng, kondisi tanah, struktur geologi, dan
kondisi hidrologi. Kondisi non alami adalah yang berkaitam dengan
berbagai aktifitas manusia.
Mengetahui ciri-ciri wilayah yang memiliki potensi terjadinya tanah longsor dapat
meminimalisir terjadinya kerugian maupun korban jiwa apabila bahaya telah berubah
menjadi benacna tanah longsor.
Ada beberapa tindakan perlindungan dan perbaikan yang bisa ditambah untuk
tempattempat hunian, antara lain:
B. BANJIR
1. Defenisi
Banjir adalah debit aliran air sungai yang secara relatif lebih besar dari
biasanya akibat hujan yang turun di hulu atau disuatu tempat tertentu secara terus
menerus, sehingga air limpasan tidak dapat ditampung oleh alur/palung sungai
yang ada, maka air melimpah keluar dan menggenangi daerah sekitarnya. Banjir
bandang (flash flood) terjadi pada aliran sungai yang kemiringan dasar sungainya
curam (Kementerian Kehutanan, 2009)
Kerentanan Banjir Kerentanan (vulnerability) merupakan rangkaian kondisi
yang menentukan suatu bahaya (baik bahaya alam maupun bahaya buatan) yang
terjadi akan dapat menimbulkan bencana (disaster). Banjir menjadi bencana jika
terjadi pada daerah yang rentan. Kerentanan banjir merupakan suatu kondisi yang
menunjukkan mudah tidaknya suatu daerah terlanda dan tergenang banjir
(Dibyosaputro,1988 dalam Kurnianto, 2010).
2. Penyebab banjir
Setiap daerah dengan kondisi fisik Kerentanan Banjir Kerentanan
(vulnerability) merupakan rangkaian kondisi yang menentukan suatu bahaya (baik
bahaya alam maupun bahaya buatan) yang terjadi akan dapat menimbulkan
bencana (disaster). Banjir menjadi bencana jika terjadi pada daerah yang rentan.
Kerentanan banjir merupakan suatu kondisi yang menunjukkan mudah tidaknya
suatu daerah terlanda dan tergenang banjir (Dibyosaputro,1988 dalam Kurnianto,
2010). Setiap daerah dengan kondisi fisik
Bencana banjir pada umumnya diakibatkan oleh intensitas curah hujan yang
tinggi. Apabila peningkatan curah hujan tidak di imbangi dengan infiltrasi dan air
larian yang baik maka air akan melebihi kapasitas, sehingga mengakibatkan
limpasan. Dalam daur hidrologi masukan berupa curah hujan akan di distribusikan
kedalam beberapa cara, yaitu air lolos (throughfall), aliran batang (steamfall), dan
air hujan langsung ke permukaan tanah untuk kemudian terbagi menjadi air larian,
evaporasi dan air infiltrasi. Aliran batang dan air lolos erat kaitannya dengan
penggunaan lahan sedangkan air larian dan air infiltrasi dipengaruhi oleh
parameter kemiringan kemiringan lereng dan jenis tanah
3. Akibat banjir
a. Merusak rumah, tanaman, dan harta benda lainnya.
b. Menghanyutkan lapisan humus.
c. Menimbulkan berbagai penyakit.
d. Menyuburkan tanah, seperti terjadi di Sungai Nil.
4. Macam-macam Banjir
a. Banjir sungai, yaitu meluapnya air sungai secara berkala, menggenangi
lembah atau daratan di sekelilingnya.
b. Banjir laut, adalah meluapnya air laut karena angin topan yang mendorong
ombak jauh ke arah daratan.
c. Banjir danau, adalah meluapnya air danau ke daratan yang disebabkan badai
angin besar. Di samping itu banjir dapat disebabkan oleh bobolnya bendungan
yang mengakibatkan banjir bandang.
5. Tindakan untuk mencegah Banjir
a. Tidak membuang sampah ke sungai karena dapat menyumbat aliran air.
b. Menjaga kebersihan air saluran air dan limbah. Tujuanya agar air dapat
mengalir dengan mudah dan lancar.
c. Tidak melakukan penebangan hutan secara membabi buta.
d. Melakukan kegiatan penanaman hutan kembali/reboisasi.
C. KEBAKARAN
1. Defenisi
Kebakaran adalah api yang tidak terkendali, yang artinya kebakaran itu di luar
kemampuan dan keinginan manusia.
Menurut teori segi tiga api (fire triangel) kebakaran terjadi karena adanya 3 faktor
yang menjadi unsur api yaitu
a. bahan bakar (fuel)
b. sumber panas (heat)
c. oksigen (Ramli, 2010)
2. klasifikasi
Klasifikasi Kebakaran Berdasar Permenaker Nomor : 04/MEN/1980
penggolongan atau pengelompokan jenis kebakaran menurut jenis bahan yang
terbakar, dimaksudkan untuk pemilihan media pemadam kebakaran yang sesuai.
Pengelompokan itu adalah :
a. Kebakaran kelas (tipe) A, yaitu kebakaran bahan padat kecuali logam,
seperti : kertas, kayu, tekstil, plastik, karet, busa dll. yang sejenis dengan
itu.
b. Kebakaran kelas (tipe) B, yaitu kebakaran bahan cair atau gas yang mudah
terbakar, seperti : bensin, aspal,gemuk, minyak, alkohol, LPG dll. yang
sejenis dengan itu
c. Kebakaran kelas (tipe) C, yaitu kebakaran listrik yang bertegangan
d. Kebakaran kelas (tipe) D, yaitu kebakaran bahan logam, seperti :
aluminium, magnesium, kalium, dll. yang sejenis dengan itu
3. Penyebabnya
Sebab-sebab Kebakaran :
a. Kebakaran karena sifat kelalaian manusia, seperti : kurangnya pengertian
pengetahuan penanggulangan bahaya kebakaran; kurang hati menggunakan
alat dan bahan yang dapat menimbulkan api; kurangnya kesadaran pribadi atau
tidak disiplin.
b. Kebakaran karena peristiwa alam, terutama berkenaan dengan cuaca, sinar
matahari, letusan gunung berapi, gempa bumi, petir, angin dan topan.
c. Kebakaran karena penyalaan sendiri, sering terjadi pada gudang bahan kimia
di mana bahan bereaksi dengan udara, air dan juga dengan bahan-bahan
lainnya yang mudah meledak atau terbakar.
d. Kebakaran karena kesengajaan untuk tujuan tertentu, misalnya sabotase,
mencari keuntungan ganti rugi klaim asuransi, hilangkan jejak kejahatan,
tujuan taktis pertempuran dengan jalan bumi hangus.
e. Peralatan Pemadaman Kebakaran Untuk mencegah dan menanggulangi
kebakaran perlu disediakan peralatan pemadam kebakaran yang sesuai dan
cocok untuk bahan yang mungkin terbakar di tempat yang bersangkutan
a) Perlengkapan dan alat pemadam kebakaran sederhana a. Air, bahan alam
yang melimpah, murah dan tidak ada akibat ikutan (side effect), sehingga
air paling banyak dipakai untuk memadamkan kebakaran. Persedian air
dilakukan dengan cadangan bak-bak iar dekat daerah bahaya, alat yang
diperlukan berupa ember atau slang/pipa karet/plastik
b) Pasir, bahan yang dapat menutup benda terbakar sehingga udara tidak
masuk sehingga api padam. Caranya dengan menimbunkan pada benda
yang terbakar menggunakan sekop atau ember
c) Karung goni, kain katun, atau selimut basah sangat efektif untuk menutup
kebakaran dini pada api kompor atau kebakaran di rumah tangga, luasnya
minimal 2 kali luas potensi api.
d) Tangga, gantol dan lain-lain sejenis, dipergunakan untuk alat bantu
penyelamatan dan pemadaman kebakaran.
4. APAR
Alat Pemadam Api Ringan (APAR) APAR adalah alat yang ringan serta mudah
dilayani oleh satu orang untuk memadamkan api pada awal terjadinya kebakaran.
Tabung APAR harus diisi ulang sesuai dengan jenis dan konstruksinya.
Jenis APAR meliputi :
a. jenis air (water)
b. busa (foam)
c. serbuk kering (dry chemical)
d. gas halon dan gas CO2, yang berfungsi untuk menyelimuti benda terbakar dari
oksigen di sekitar bahan terbakar sehingga suplai oksigen terhenti. Zat keluar
dari tabung karena dorongan gas bertekanan
Alat Pemadam Kebakaran Besar Alat-alat ini ada yang dilayani secara manual ada
pula yang bekerja secara otomatis.
a. Sistem hidran mempergunakan air sebagai pemadam api. Terdiri dari pompa,
saluran air, pilar hidran (di luar gedung), boks hidran (dalam gedung) berisi :
slang landas, pipa kopel, pipa semprot dan kumparan slang
b. Sistem penyembur api (sprinkler system), kombinasi antara sistem isyarat alat
pemadam kebakaran.
c. Sistem pemadam dengan gas.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Tanah longsor adalah proses perpindahan atau pergerakan massa tanah dengan arah
miring atau vertikal dari kedudukan semula, hal tersebut merupakan akibat dari
adanya gaya dorong.
Banjir adalah debit aliran air sungai yang secara relatif lebih besar dari biasanya
akibat hujan yang turun di hulu atau disuatu tempat tertentu secara terus menerus,
sehingga air limpasan tidak dapat ditampung oleh alur/palung sungai yang ada, maka
air melimpah keluar dan menggenangi daerah sekitarnya. Banjir bandang (flash flood)
terjadi pada aliran sungai yang kemiringan dasar sungainya curam
B. SARAN
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan dalam penanganan
bencana tanah longor,banjir, dan kebakaran.