Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN

“MANAJEMEN NYERI”

DISUSUN OLEH :

ANIS ALMA AULIA

PO713201181153

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MAKASSAR

DIII KEPERAWATAN

TAHUN AJARAN 2019/2020


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat

dan hidayahNya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah

“Manajemen Nyeri”. Salawat berserta salam kami sanjungkan kepangkuan Nabi

Besar Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam kebodohan ke alam

berilmu pengetahuan seperti yang kita rasakan sekarang.

Terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan,baik

secara langsung maupun tidak langsung .

Kami juga menyadari bahwa tugas makalah ini masih banyak kekurangan

baik dari segi isi, maupun dari segi penulisan, untuk itu kami mengharapkan

kritikan dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan tugas makalah

ini.

Makassar, Maret 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 2

C. Tujuan .......................................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Nyeri ...................................................................................... 4

B. Faktor yang Memengaruhi Nyeri ............................................................. 4

C. Penanganan Nyeri .................................................................................... 6

D. Distraksi ................................................................................................... 8

E. Relaksasi .................................................................................................. 10

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian ................................................................................................ 14

B. Diagnosis. ................................................................................................. 20

C. Intervensi. ................................................................................................. 21

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 22

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 23

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pada perkembangan dewasa ini, ilmu pengetahuan dan teknologi telah

meningkat pesat. Kemajuan dibidang teknologi membawa manfaat yang besar

bagi manusia. Penambahan jalan raya dan penggunaan kendaraan bermotor yang

tidak seimbang menyebabkan jumlah korban kecelakaan lalu lintas meningkat,

tetapi peningkatan jumlah tertinggi lebih banyak terjadi di negara berkembang.

Tingginya angka kecelakaan menyebabkan angka kejadian fraktur semakin

tinggi, dan salah satu kondisi fraktur yang paling sering terjadi adalah fraktur ,

yang termasuk dalam kelompok tiga besar kasus fraktur yang disebabkan oleh

kecelakaan lalu lintas dan harus menjalani pembedahan dengan konsekuensi

didapatkan efek nyeri setelah operasi.

Dengan semakin majunya ilmu pengetahuan dan teknologi. Tak luput

juga kemajuan ilmu dibidang kesehatan dan semakin canggihnya teknologi

banyak pula ditemukan berbagai macam teori baru, penyakit baru dan

bagaimana pengobatannya. Manajemen nyeri merupakan salah satu cara yang

digunakan dibidang kesehatan untuk mengatasi nyeri yang dialami oleh pasien.

Pemberian analgesik biasanya dilakukan untuk mengurangi nyeri. Teknik

relaksasi merupakan salah satu metode manajemen nyeri non farmakologi dalam

strategi penanggulangan nyeri, disamping metode TENS (Transcutaneons

Electric Nerve Stimulation), biofeedack, plasebo dan distraksi. Relaksasi

merupakan kebebasan mental dan fisik dari ketegangan dan stress, karena dapat

1
2

mengubah 2 persepsi kognitif dan motivasi afektif pasien. Teknik relaksasi

membuat pasien dapat mengontrol diri ketika terjadi rasa tidak nyaman atau

nyeri, stress fisik dan emosi pada nyeri (Potter & Perry,2005).

Pemberian analgesik dan pemberian narkotik untuk menghilangkan nyeri tidak

terlalu dianjurkan karena dapat mengaburkan diagnosa (Sjamsuhidajat, 2005).

Perawat berperan dalam mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan pasien dan

membantu serta menolong pasien dalam memenuhi kebutuhan tersebut termasuk

dalam manejemen nyeri (Lawrence, 2002). Secara garis besar ada dua

manajemen untuk mengatasi nyeri yaitu manajemen farmakologi dan

manajemen non farmakologi.

Manajemen nyeri dengan melakukan teknik 3 relaksasi merupakan

tindakan eksternal yang mempengaruhi respon internal individu terhadap nyeri.

Manajemen nyeri dengan tindakan relaksasi mencakup latihan pernafasan

diafragma, teknik relaksasi progresif, guided imagery, dan meditasi, beberapa

penelitian telah menunjukkan bahwa relaksasi nafas dalam sangat efektif dalam

menurunkan nyeri pasca operasi (Brunner & Suddart, 2001).

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa Pengertian dan Faktor yang Memengaruhi Nyeri.?

2. Bagaimana cara Penanganan Nyeri.?

3. Seperti apa itu Distraksi dan relaksasi .?

4. Bagaimana Pengkajian, Diagnosis dan Intervensi nyeri.?


3

C. TUJUAN PENULISAN

1. Tujuan Umum

Mahasiswa mengetahui gambaran secara umum tentang asuhan keperawatan

pada klien dengan Luka Bakar.

2. Tujuan Khusus

a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada klien dengan Luka

Bakar.

b. Mahasiswa mampu menegakkan diagnosa keperawatan pada klien

dengan Luka Bakar.

c. Mahasiswa mampu menyusun intervensi keperawatan pada klien dengan

Luka Bakar.

d. Mahasiswa mampu menerapkan implementasi keperawatan pada klien

dengan Luka Bakar


BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN NYERI

Menurut The International Association For the Study of Pain (IASP).

Nyeri didefinisikan sebagai pengalaman sensoris dan emosional yang tidak

menyenangkan yang berhubungan dengan kerusakan jaringan atau potensial

sehingga akan menyebabkan kerusakan jaringan. Persepsi yang disebabkan oleh

rangsangan yang potensial dapat menimbulkan kerusakan jaringan yang disebut

nosisepsion. Nosisepsion merupakan langkah awal proses nyeri. Respon

neurologik yang dapat membedakan antara rangsang nyeri dengan rangsang lain

disebut nosiseptor. Nyeri dapat mengakibatkan impairment dan disabilitas.

Impairment adalah abnormalitas atau hilangnya struktur atau fungsi anatomik,

fisiologik maupun psikologik. Sedangkan disabilitas adalah hasil dari

impairment, yaitu keterbatasan atau gangguan kemampuan untuk melakukan

aktivitas yang normal. (Sudoyo, 2006).

B. FAKTOR YANG MEMENGARUHI NYERI

Pengalaman nyeri pada seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, di

antaranya adalah:

1. Arti nyeri

Bagi seserang memiliki banyak perbedaan dan hampir sebagian arti nyeri

merupakan arti yang negatif, seperti membahayakan, merusak, dan lain-

4
5

lain. Keadaan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti usia, jenis

kelamin, latar belakang sosial kultural, lingkungan, dan pengalaman.

2. Persepsi Nyeri

Persepsi nyeri merupakan penilaian sangat subyektif tempatnya pada

korteks pada fungsi evaluatif kognitio. Persepsi ini dipengaruhi oleh faktor

yang dapat memicu stimulasi nociceptor.

3. Toleransi Nyeri

Toleransi ini erat hubungannya dengan adanya intensitas nyeri yang dapat

memengaruhi seseorang menahan nyeri. Faktor yang dapat memengaruhi

peningkatan toleransi nyeri antara lain alkohol, obat-obatan, hipnosis,

gesekan atau garukan, pengalihan perhatian, kepercayaan yang kuat dan

sebagianya. Sedangkan faktor yang menurunkan toleransi antara lain

kelelahan, rasa marah, bosan, cemas, nyeri yang tidak kunjung hilang, sakit,

dan lain-lain.

4. Reaksi terhadap Nyeri

Reaksi terhadap nyeri merupakan bentuk respons seseorang terhadap nyeri,

seperti ketakutan, gelisah, cemas, menangis, dan menjerit. Semua ini

merupakan bentuk respons nyeri yang dapat dipengaruhi oleh beberapa

faktor, seperti: arti nyeri, tingkat persepsi nyeri, pengalaman masa lalu, nilai

budaya, harapan sosial, kesehatan fisik dan mental, takut, cemas, usia dan

lain-lain.
6

5. Skala Nyeri

Reaksi yang dialami oleh pasien mempunyai ukuran tersendiri dari 0-10

dengan tingkatan sebagai berikut :

a. Skala Normal

b. Skala ringan

c. Skala sedang

d. Skala berat

Menurut smeltzer, S.C bare B.G (2002) adalah sebagai berikut :

1) skala intensitas nyeri deskritif

2) Skala identitas nyeri numerik

3) Skala analog visual

4) Skala nyeri menurut bourbanis

C. PENANGANAN NYERI

1. Dengan perilaku kognitif

Relaksasi merupakan metode yang efektif terutama pada pasien

yang mengalami nyeri kronis. Latihan pernafasan dan teknik relaksasi

menurunkan konsumsi oksigen, frekuensi pernafasan, frekuensi jantung,

dan ketegangan otot, yang menghentikan siklus nyeri-ansietas-ketegangan

otot (McCaffery, 1989).

Ada tiga hal utama yang diperlukan dalam relaksasi, yaitu : posisi

yang tepat, pikiran beristirahat, lingkungan yang tenang. Posisi pasien diatur

senyaman mungkin dengan semua bagian tubuh disokong (misal; bantal


7

menyokong leher), Pasien menarik napas dalam dan mengisi paru-paru

dengan udara Perlahan-lahan udara dihembuskan sambil membiarkan tubuh

menjadi kendor dan merasakan dan merasakan betapa nyaman hal tersebut.

Pasien bernapas beberapa kali dengan irama normal.

Pasien menarik napas dalam lagi dan menghembuskan pelan-pelan

dan membiarkan hanya kaki dan telapak kaki yang kendor. Perawat minta

pasien untuk mengkonsentrasikan pikiran pasien pada kakinya yang terasa

ringan dan hangat Pasien mengulang langkah ke-4 dan mengkonsentrasikan

pikiran pada lengan perut, punggung dan kelompok otot-otot yang lain.

Setelah pasien merasa rileks, pasien dianjurkan bernapas secara pelan-

pelan. Bila nyeri menjadi hebat, pasien dapat bernapas dangkal dan cepat.

Teknik relaksasi terutama efektif untuk nyeri kronik dan

memberikan beberapa keuntungan, antara lain :

1. Relaksasi akan menurunkan ansietas yang berhubungan dengan nyeri

atau stress

2. Menurunkan nyeri otot

3. Menolong individu untuk melupakan nyeri

4. Meningkatkan periode istirahat dan tidur

5. Meningkatkan keefektifan terapi nyeri lain

6. Menurunkan perasaan tak berdaya dan depresi yang timbul akibat nyeri
8

D. DISTRAKSI

Distraksi adalah Gangguan yang berarti mengalihkan perhatian kita pada

sesuatu.

Kita menggunakan metode ini tanpa menyadari ketika kita menonton televisi

atau mendengarkan radio untuk mengalihkan pikiran kita dari

kekhawatiran/cemas/suatu masalah atau mungkin rasa sakit yang sedang kita

alami.

Misalnya: rasa sakit, Distraksi dapat digunakan sendiri untuk mengatasi

rasa sakit ringan atau Distraksi berguna ketika kita sedang menunggu

bekerjanya obat anti sakit. Jika kita mempunyai masalah yang mengganggu

pikiran , kita dapat berfokus pada yang lain sehingga pikiran yang mengganggu

hilang dari pikiran kita.

1. Tehnik distraksi adalah pengalihan dari fokus perhatian terhadap nyeri ke

stimulus yang lain. Tehnik distraksi dapat mengatasi nyeri berdasarkan teori

bahwa aktivasi retikuler menghambat stimulus nyeri. jika seseorang

menerima input sensori yang berlebihan dapat menyebabkan terhambatnya

impuls nyeri ke otak (nyeri berkurang atau tidak dirasakan oleh klien),.

Stimulus yang menyenangkan dari luar juga dapat merangsang sekresi

endorfin, sehingga stimulus nyeri yang dirasakan oleh klien menjadi

berkurang. Peredaan nyeri secara umum berhubungan langsung dengan

partisipasi aktif individu, banyaknya modalitas sensori yang digunakan dan

minat individu dalam stimulasi, oleh karena itu, stimulasi penglihatan,


9

pendengaran dan sentuhan mungkin akan lebih efektif dalam menurunkan

nyeri dibanding stimulasi satu indera saja (Tamsuri, 2007).

2. Jenis-jenis distraksi:

a. Distraksi visual

Melihat pertandingan, menonton televisi, membaca koran, melihat

pemandangan dan gambar termasuk distraksi visual.

b. Distraksi pendengaran

Diantaranya mendengarkan musik yang disukai atau suara burung serta

gemercik air, individu dianjurkan untuk memilih musik yang disukai

dan musik tenang seperti musik klasik, dan diminta untuk berkosentrasi

pada lirik dan irama lagu. Klien juga diperbolehkan untuk

menggerakkan tubuh mengikuti irama lagu seperti bergoyang,

mengetukkan jari atau kaki. (Tamsuri, 2007).

c. Distraksi pernafasan

Bernafas ritmik, anjurkan klien untuk memandang fokus pada

satu objek atau memejamkan mata dan melakukan inhalasi perlahan

melalui hidung dengan hitungan satu sampai empat dan kemudian

menghembuskan nafas melalui mulut secara perlahan dengan

menghitung satu sampai empat (dalam hati). Anjurkan klien untuk

berkosentrasi pada sensasi pernafasan dan terhadap gambar yang

memberi ketenangan, lanjutkan tehnik ini hingga terbentuk pola

pernafasan ritmik.Bernafas ritmik dan massase, instruksi kan klien

untuk melakukan pernafasan ritmik dan pada saat yang bersamaan


10

lakukan massase pada bagaian tubuh yang mengalami nyeri dengan

melakukan pijatan atau gerakan memutar di area nyeri.

d. Distraksi intelektual

Antara lain dengan mengisi teka-teki silang, bermain kartu, melakukan

kegemaran (di tempat tidur) seperti mengumpulkan perangko, menulis

cerita.

e. Cara menggunakan Distraksi. Setiap kegiatan/aktifitas dimana kita

harus fokus dapat digunakan untuk melakukan distraksi.

Distraksi bisa internal, seperti menghitung, menyanyi untuk diri sendiri,

berdoa, atau mengulangi pernyataan seperti "Saya dapat mengatasinya."

Atau Disraksi dapat eksternal, seperti menjahit, membuat/menggambar

lukisan dll.

E. RELAKSASI

Relaksasi adalah suatu cara untuk menenangkan fisik, pikiran dan jiwa

dari hiruk pikuk kehidupan sehari-hari. Sangat berbeda dengan “kemalasan”.

Sebenarnya, “malas” adalah suatu masalah di dalam pikiran, bahkan di dalam

jiwa; dimana “si pemalas” secara tidak sadar menganggap bahwa bermalas-

malasan adalah suatu cara terbaik untuk hidup.

Pahamilah, bahwa rileks dan santai dalam hidup tidak berarti malas.

Dengan Teknik Relaksasi Pernafasan ini, kita bisa memakai beberapa postur

tubuh untuk memudahkan kita sampai pada posisi rileks yang dikehendaki;

sekaligus dengan postur tubuh tersebut, kita akan mendapatkan stimuli yang
11

dibutuhkan syaraf-syaraf tertentu. Teknik Relaksasi ini sebenarnya juga

bertujuan untuk mengaktifkan kekuatan energi dari otak kanan, yaitu bagian

otak yang mengurusi masalah emosi dan imajinasi manusia.

1. Teknik relaksasi

Teknik relaksasi didasarkan kepada keyakinan bahwa tubuh berespon

pada ansietas yang merangsang pikiran karena nyeri atau kondisi

penyakitnya. Teknik relaksasi dapat menurunkan ketegangan fisiologis.

Teknik ini dapat dilakukan dengan kepala ditopang dalam posisi berbaring

atau duduk dikursi. Hal utama yang dibutuhkan dalam pelaksanaan teknik

relaksasi adalah klien dengan posisi yang nyaman, klien dengan pikiran

yang beristirahat, dan lingkungan yang tenang. Teknik relaksasi banyak

jenisnya, salah satunya adalah relaksasi autogenic. Relaksasi ini mudah

dilakukan dan tidak berisiko.

Ketika melakukan relaksasi autogenic, seseorang membayangkan

dirinya berada didalam keadaan damai dan tenang, berfokus pada

pengaturan napas dan detakan jantung. Langkah-langkah latihan relaksasi

autogenic adalah sebagai berikut:

a. Persiapan sebelum memulai latihan

1) Tubuh berbaring, kepala disanggah dengan bantal, dan mata

terpejam.

2) Atur napas hingga napas menjadi lebih teratur.

3) Tarik napas sekuat-kuatnya lalu buang secara perlahan-lahan sambil

katakandalam hati ‘saya damai dan tenang’.


12

b. Langkah 1 : merasakan berat

1) Fokuskan perhatian pada lengan dan bayangkan kedua lengan terasa

berat. Selanjutnya, secara perlahan-lahan bayangkan kedua lengan

terasa kendur, ringan, sehingga terasa sangat ringan sekali sambil

katakana ‘saya merasa damai dan tenang sepenuhnya’.

2) Lakukan hal yang sama pada bahu, punggung, leher dan kaki.

c. Langkah 2 : merasakan kehangatan

1) Bayangkan darah mengalir keseluruh tubuh dan rasakan hawa

hangatnya aliran darah, seperti merasakan minuman yang hangat,

sambil mengatakan dalam diri ‘saya merasa senang dan hangat’.

2) Ulangi enam kali.

3) Katakan dalam hati ‘saya merasa damai, tenang’.

d. Langkah 3 : merasakan denyut jantung

1) Tempelkan tangan kanan pada dada kiri dan tangan kiri pada perut.

2) Bayangkan dan rasakan jantung berdenyut dengan teratur dan

tenang. Sambil katakana ‘jantungnya berdenyut dengan teratur dan

tenang’.

3) Ulangi enam kali.

4) Katakan dalam hati ‘saya merasa damai dan tenang’.

e. Langkah 4 : latihan pernapasan

1) Posisi kedua tangan tidak berubah.

2) Katakan dalam diri ‘napasku longgar dan tenang’

3) Ulangi enam kali.


13

4) Katakan dalam hati ‘saya merasa damai dan tenang’.

f. Langkah 5 : latihan abdomen

1) Posisi kedua tangan tidak berubah. Rasakan pembuluh darah dalam

perut mengalir dengan teratur dan terasa hangat.

2) Katakan dalam diri ‘darah yang mengalir dalam perutku terasa

hangat’.

3) Ulangi enam kali.

4) Katakan dalam hati ‘saya merasa damai dan tenang’.

g. Langkah 6 : latihan kepala

1) Kedua tangan kembali pada posisi awal.

2) Katakan dalam hati ‘kepala saya terasa benar-benar dingin’

3) Ulangi enam kali.

4) Katakan dalam hati ‘saya merasa damai dan tenang’.

h. Langkah 7 : akhir latihan

Mengakhiri latihan relaksasi autogenik dengan melekatkan

(mengepalkan) lengan bersamaan dengan napas dalam, lalu buang napas

pelan-pelan sambil membuka mata.


BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN.

Pengkajian nyeri yang faktual (terkini), lengkap dan akurat akan

memudahkan perawat di dalam menetapkan data dasar, menegakkan diagnose

keperawatan yang tepat, merencanakan terapi pengobatan yang cocok, dan

memudahkan perawat dalam mengevaluasi respon klien terhadap terapi yang

di berikan.

Tindakan perawat yang perlu dilakukan dalam mengkaji pasien

selama nyeri akut adalah:

1. Mengkaji perasaan klien (respon psikologis yang muncul).

2. Menetapkan respon fisiologis klien terhadap nyeri dan lokasi nyeri.

3. Mengkaji tingkat keparahan dan kualitas nyeri.

Pengkajian selama episode nyeri akut sebaiknya tidak dilakukan saat

klien dalam keadaan waspada (perhatian penuh pada nyeri), sebaiknya perawat

berusaha untuk mengurangi kecemasan klien terlebih dahulu sebelum

mencoba mengkaji kuantitas persepsi klien terhadap nyeri. Sedangkan untuk

pasien dengan nyeri kronis maka pengkajian yang lebih baik adalah dengan

memfokuskan pengkajian pada dimensi perilaku, afektif, kognitif (NIH, 1986;

McGuire, 1992).

Donovan dan Girton (1984) mengidentifikasikan komponen-

komponen tersebut, diantaranya:

14
15

1. Penentuan ada tidaknya nyeri.

Dalam melakukan pengkajian terhadap nyeri, perawat harus

mempercayai ketika pasien melaporkan adanya nyeri, walaupun dalam

observasi perawat tidak menemukan adanya cedera atau luka.

a. Karakteristik nyeri (Metode P, Q, R, S, T).

1) Faktor Pencetus (P: Provocate),

Perawat mengkaji tentang penyebab atau stimulus-stimulus

nyeri pada klien, dalam hal ini perawat juga dapat melakukan

observasi bagian-bagian tubuh yang mengalami cedera.

2) Kualitas (Q: Quality),

Kualitas nyeri merupakan seseuatu yang subjektif yang

diungkapkan oleh klien. Misal kalimat-kalimat: tajam,

tumpul, berdenyut, berpindah-pindah, seperti tertindih,

perih, dan tertusuk.

3) Lokasi (R: Region),

Untuk mengkaji lokasi nyeri maka perawat meminta klien

untuk menunjukkan semua bagian atau daerah yang

dirasakan tidak nyaman oleh klien.

4) Keparahan (S: Severe),

Tingkat keparahan pasien tentang nyeri merupakan

karakteristik yang paling subjektif. Pada pengkajian ini klien

diminta untuk menggambarkan nyeri yang ia rasakan

sebagai nyeri ringan, nyeri sedang atau berat.


16

Gambar 1 Skala Intensitas Nyeri Numerik (0-10)

Skala Numerik (Numerical Rating Scale, NRS) digunakan sebagai

pengganti alat pendeskripsi kata. Dalam hal ini psien menilai nyeri dngan skala

0 sampai 10. Angka 0 diartikan kondisi klien tidak merasakan nyeri, angka 10

mengindikasikan nyeri paling berat yang dirasakan klien. Skala ini efektif

digunakan untuk mengkaji intensitas nyeri sebelum dan sesudah intervensi

terapeutik.

Gambar 2 Skala Analog Visual (VAS)

Skala Analog Visual (Visual Analog Scale, VAS) merupakan suatu

garis lurus, yangmewakili intensitas nyeri yang terus menerus dan memiliki

alat pendeskripsi verbal pada setiap ujungnya. Skala analog visual merupakan

pengukur keparahan nyeri yang lebih sensitif karena pasien dapat

mengidentifikasi setiap titik pada rangkaian daripada dipaksa memilih satu

kata atau satu angka (McGuire, 1984).


17

Geambar 3 Skala Deskriptif Verbal

Skala Deskriptif Verbal (Verbal Descriptor Scale, VDS) merupakan

salah satu alat ukur tingkat keparahan yang lebih bersifat objektif. Skala ini

merupakan sebuah garis yang terdiri dari beberapa kalimat pendeskripsi yang

tersusun dalam jarak yang sama sepanjang garis. Kalimat pendeskripsi ini

diranking dari tidak ada nyeri sampai nyeri yang paling hebat. Perawat

menunjukkan skala tersebut pada klien dan meminta untuk menunjukkan

intensitas nyeri terbaru yang ia rasakan.

Gambar 4 Skala Nyeri Oucher


18

Untuk mengukur skala intensitas nyeri pada anak-anak dikembangkan

alat yang dinamakan “Oucher”, yang terdiri dari dua skala yang terpisah

dengan nilai 0-100 pada sisi sebelah kiri untuk anak-anak yang berusia lebih

besar dan skala fotografik enam gambar pada sisi sebelah kanan yang

digunakan pada anak-anak yang lebih kecil.

Gambar 5 Skala Nyeri Wajah yang Dikembangkan Wong & Baker

5) Durasi (T: Time).

Perawat menanyakan pada pasien untuk menentukan awitan,

durasi, dan rangkaian nyeri

b. Faktor yang memperberat/memperingan nyeri.

Perawat perlu mengkaji faktor-faktor yang dapat memperberat

nyeri pasien, misalnya peningkatan aktivitas, perubahan suhu,

stres, dan lain-lain.

c. Respon Fisiologis.

Pada saat impuls nyeri naik ke medulla spinalis menuju ke batang

otak dan thalamus, system saraf otonom menjadi terstimulasi

sebagai bagian dari respon stres. Stimulasi pada cabang simpatis

pada system saraf otonom menghasilkan respon fisiologis. Apabila

nyeri berlangsung terus menerus, berat, dalam dan melibatkan

organ-organ visceral (misal: infark, miokard, kolik akibat kandung


19

empedu, atau batu ginjal) maka sistem saraf simpatis

menghasilkan suatu aksi.

Beberapa respon fisiologis terhadap nyeri yaitu:

1) Stimulasi Simpatik: (nyeri ringan, moderat, dan superficial).

• Dilatasi saluran bronkhial dan peningkatan respirasi rate.

• Peningkatan heart rate.

• Vasokonstriksi perifer, peningkatan BP.

• Peningkatan nilai gula darah.

• Diaphoresis.

• Peningkatan kekuatan otot.

• Dilatasi pupil.

• Penurunan motilitas GI.

2) Stimulus Parasimpatik (nyeri berat dan dalam)

• Muka pucat.

• Otot mengeras.

• Penurunan HR dan BP.

• Nafas cepat dan irregular.

• Nausea dan vomitus.

• Kelelahan dan keletihan.

d. Respon Perilaku.

Respon perilaku terhadap nyeri yang biasa ditunjukkan oleh pasien

antara lain: merubah posisi tubuh, mengusap bagian yang sakit,

menopang bagian nyeri yang sakit, menggeretakkan gigi,


20

menunjukkan ekspresi wajah meringis, mengerutkan alis, ekspresi

verbal menangis, mengerang, mengaduh, menjerit, meraung.

e. Respon Afektif.

Respon ini diperhatikan oleh seorang perawat di dalam melakukan

pengkajian terhadap pasien dengan gangguan rasa nyeri.

2. Pengaruh Nyeri Terhadap Kehidupan Klien.

Pengkajian pada perubahan aktivitas ini bertujuan untuk mengetahui

sejauh mana kemampuan klien dalam berpartisipasi terhadap kegiatan-

kegiatan sehari-hari, sehingga perawat juga mengetahui sejauh mana dia

dapat membantu dalam program aktivitas pasien. Perubahan-perubahan

yang dikaji: perubaha pola tidur, pengaruh nyeri pada aktivitas, serta

perubahan pola interaksi pada orang lain.

3. Persepsi Klien Tentang Nyeri.

Perawat mengkaji persepsi klien terhadap nyeri yang ia alami dengan

proses penyakit atau hal lain dalam diri dan lingkungan.

4. Mekanisme Adaptasi Klien Terhadap Nyeri.

Perawat mengkaji cara-cara apa saja yang bisa klien gunakan untuk

menurunkan nyeri yang ia alami.

B. DIAGNOSIS.

Keberadaan nyeri pada klien dapat mencetuskan masalah keperawatan

lainnya. Penegakkan diagnosa keperawatan yang akurat akan dapat


21

dilaksanakan apabila data dan analisa pengkajian yang dilakukan cermat dan

akurat.

C. INTERVENSI.

Perencanaan keperawatan yang dibuat untuk klien nyeri diharapkan

berorientasi untuk memenuhi hal-hal berikut:

1. Klien melaporkan adanya penurunan rasa nyeri.

2. Klien melaporkan adanya peningkatan rasa nyaman.

3. Klien mampu mempertahankan fungsi fisik dan psikologis yang dimiliki.

4. Klien mampu menjelaskan faktor-faktor penyebab nyeri.

5. Klien mampu menggunakan terapi yang diberikan untuk mengurangi

rasa nyeri saat dirumah.


BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

Manajemen nyeri harus menggunakan pendekatan yang menyeluruh, hal

ini karena nyeri mempengaruhi keseluruhan aspek kehidupan manusia, oleh karena

itu kita tidak boleh hanya terpaku hanya pada satu pendekatan saja tetapi juga

menggunakan pendekatan-pendekatan yang lain yang mengacu kepada aspek

kehidupan manusia yaitu biopsikososialkultural dan spiritual, pendekatan non

farmakologik dan pendekatan farmakologik tidak akan berjalan efektif bila

digunakan sendiri-sendiri, keduanya harus dipadukan dan saling mengisi dalam

rangka mengatasi/ penanganan nyeri pasien. Pasien adalah individu-individu yang

berbeda yang berrespon secara berbeda terhadap nyeri, sehingga penangananyapun

tidak bisa disamakan antar individu yang satu dengan yang lainnya.

Pengkajian yang tepat, akurat tentang nyeri sangat diperlukan sebagai

upaya untuk mencari solusi yang tepat untuk menanganinya, untuk itu pengkajian

harus selalu dilakukan secara berkesinambungan, sebagai upaya mencari gambaran

yang terbaru dari nyeri yang dirasakan oleh pasien.

22
DAFTAR PUSTAKA

Munandar,Aris.2017.”Kebutuhan Gangguan Manajement Nyeri”

https://id.scribe.com/document/367047789/Makalah-Manajement-Nyeri (di akses

Jum’at 20 Maret 2020)

23

Anda mungkin juga menyukai