Anda di halaman 1dari 6

Menurut Wikipedia, Sensomotorik mengacu pada interaksi kinerja sensorik dan motorik.

Ini
mengacu pada kontrol gerakan makhluk hidup dalam hubungannya dengan umpan balik indera.
Persepsi rangsangan oleh organ sensorik dan perilaku motorik berhubungan langsung, proses ini
berjalan paralel, seperti antara mata, telinga dan kontrol yang ditargetkan dari gerakan lengan,
kaki saat bergerak. Sensomotorik adalah interaksi sistem sensorik dengan sistem motorik.

              Gangguan sensomotorik pada anak disebabkan adanya bagian-bagian yang kurang
berkembang dengan baik antara lain gerakan fisik/koordinasi, perilaku atau psikis, persepsi dan
motorik yang berhubungan dengan sensori. Hal menyebabkan anak dapat mengalami kesulitan
untuk berkembang secara optimal. Sebenarnya anak dengan gangguan sensomotorik memiliki
kemampuan mental intelektual dan fisik yang normal. Walau terlihat sepele, tetapi bila tidak
ditangani sedini mungkin anak dengan gangguan sensomotorik akan berdampak pada
perkembangan konsep diri anak, sehingga akan menimbulkan masalah pada perilaku dan emosi.

            Adapun contoh umum anak pada gangguan sensomotorik yang diambil dari berbagai
sumber, diantaranya:

1.      Kurang mau bersosialisasi

2.      Memilih jalan pintas

3.      Malas berjuang untuk mendapatkan sesuatu

4.      Malas berkomunikasi untuk menjelaskan jika bersalah atau belum paham

5.      Cepat marah

6.      Cepat menangis bila merasa kesulitan

7.      Binggung menentukan apa yang baik bagi dirinya

8.      Sulit mengekspresikan secara verbal apa yang dipikirkannya

9.      Terbatas dalam berkonsentrasi

10.  Lebih senang menggunakan kekuatan otot ketimbang otak

11.  Ingin dikatakan yang terhebat sehingga menghalalkan segala cara

12.  Memiliki kecepatan tinggi dalam mengalihkan atau teralihkan dari satu masalah ke masalah
yang lain

13.  Terkadang punya banyak ide, tetapi hanya senang dan bergairah untuk memulai dan sulit
untuk menyelesaikannya
- See more at: http://lenterainsan.com/jejak-jejak-semesta-bermain-detail-
409332#sthash.ulk5OKSA.dpuf
Proses perkembangan sensomotorik pada anak

Oleh Ratih Gandasetiawan pada Kamis, 10 Januari 2013 pukul 16.24

Proses perkembangan Sensomotorik (Jean Piaget)

Jean Paiget, seorang pakar terkenal sebagai Psikolog dan Paedagog perkembangan anak dari
Swiss, menjelaskan  bahwa  kognisi manusia berkembang secara bertahap :

Tahap o : semenjak dilahirkan sampai usia 5,5 th , beliau sebutkan sebagai phase pengenalan
dasar dengan apa yang mereka dengar, lihat dan raba melalui sensori taktilnya (alat raba ) dan
dilakukan oleh anak  sambil bermain disitu anak mulai belajar mengenal dan mengingat semua
apa yang sudah disentuhnya, didengarnya dan dilihatnya.

Tahap I : Pada usia 6 th sampai usia 11 th , beliau sebutkan sebagai phase transisi, phase asosiasi,
disini anak akan belajar banyak lebih dari bertanya, anak juga mulai berpikir yang agak aneh-
aneh, mulai meneliti dan mengasosiasikan, secara konkret karena ada rasa keingin tahuannya,
disini akan terlihat perbedaan intelegnsia pada masing2 anak, dari cara mereka bertanya atau cara
mereka meresponce jawaban orang dewasa disekitarnya. Karena itu disini mulai terjadi peran
Intelegensia anak, motivasi-motivasi yang mereka dapatkan dari sekitarnya yang kelak bisa
membawa mereka menjadi tokoh-tokoh Intelektual.

Tahap II : Dimulai pada usia antar 9 - 11 tahun sampai dewasa  disini kita sebut sebagai phase
daya khayal atau phase imaginasi, dimana anak mulai mampu membiaskan apa yang dia lihat,
dengar dan rasakan, dia juga mulai mahir menjadi Enterpreuner. Saat ini juga sangat penting bagi
manusia karena terlihat anak usia ini mulai mampu membentuk dirinya sendiri, bila kematangan
dasarnya sudah terpenuhi, mulai mampu mewakili dirinya sendiri. Disinilah ke Mandirian
setiapa anak di uji, semua tergantung pada pola asuh orangtuanya juga…mampukah orangtua
mengasuh sampai sejauh ini, atau berhenti diusia 5 tahun karena “kasihan”.???

https://web.facebook.com/notes/sensomotorik-community/proses-perkembangan-sensomotorik-
pada-anak/519639264734529/?_rdc=1&_rdr
Perkembangan Sensomotorik

A.       Pengertian Sensomotorik

Definisi Sensomotorik : Adanya suatu rangsangan (inout) pada sensori atau pancaindera yang di
informasikan ke kortex (otak tengah) lalu di olah oleh Hemisphere atau otak besar dan disalurkan
ke otot sebagai output atau raksi manusia.

Anak akan belajar dengan sendirinya untuk dapat menemukan keseimbangan antara emosi dan
penyaluran energy melalui kematangan gerakan koordinasi tubuh dari masing-masing anak yang
didapat dari pengalamannya. Pengalaman-pengalaman yang didapat anak bertujuan agar
memberikan rasa kemandirian, keseimbangan kejiwaan dan yang juga mensupport serta
mempertajam pola pikir anak.

Pembeljaran semacam ini harus dilakukan secara bertahap dan teratur, umumnya bila dilakukan
dengan benar maka setelah pertemuan yang ke 8 akan terlihat perubahan perilaku yang
signifikan pada anak. Metoda ini sangat dikenal dan dikembangkan di Negara-negara maju
sebagai bagian yang terpenting dalam dunia pendidikan anak usia 2,5 hingga 7 tahun. Dengan
kita mendidik gerakan koordinasi tubuh anak anak melalui sensomotorik ternyata dapat
membantu anak untuk menylurkan potensi berpikir, potensi belajar dan potensi emosi yang lebih
baik. Dan juga bagi mereka yang sulit mengumpulkan energinya untuk berkonsentrasi disini
anak akan belajar untuk bisa lebih fokus.

http://zhaenucy.blogspot.com/2014/09/hasil-asesmen-sensomotorik-pada-anak.html
Definisi Sensomotorik :

Sensomotorik merupakan metoda holistic (keseluruhan) yang diberikan melalui stimulasi kognisi
dengan target kelak manusia mampu mobile (mandiri) dan mampu berkomunikasi dua arah.

Dan ini dilakukan secara bermain pada semua anak, baik pada anak normal maupun
berkebutuhan khusus, sehingga orangtua tidak lagi perlu mendiskriminasi anak-anaknya lagi,
karena mereka BISA bermain bersama, TANPA anak harus merasakan bahwa kita berbeda satu
sama lainnya.

Mengapa input Sensomotorik harus dilakukan secara bermain?? Selain agar anak berkebutuhan
khusus tidak harus menyadari bahwa ini merupakan suatu treatment, juga agar anak lebih
memahami mengenai kondisi dan fungsi tubuhnya, serta penyerapan di otak di kendalikan oleh
anak itu sendiri tanpa paksaan dari siapapun, dengan demikian percaya diri pada anakpun akan
tumbuh dan berkembang.

Tujuan treatment ini lebih untuk menstimulasi indra anak, yang mematangkan Cortex sebagai
jaringan syaraf yang terbentuk sejak bayi saat bayi mulai melakukan gerakannya secara disadari
akibat stimulasi kognisi yang diberikan oleh orang tuanya .

Dengan terbentuknya korteks, yang berada di area puncak otak membuat anak dapat berjalan dan
berlari dengan baik.

Pada korteks manusia terdapat enam fungsi yang harus kita perhatikan:

1.  

1. Kemampuan untuk berjalan tegak

2. Kemampuan untuk identifikasi objek dengan perabaan

3. Kemampuan untuk memahami bahasa verbal

4. Kemampuan untuk berkomunikasi

5. Kemampuan untuk membaca

6. Kemampuan untuk menjepit objek dengan ibu-jari dan telunjuk, sehingga anak
mampu untuk menulis
Bila terjadi hambatan pada perkembangan korteks, maka salah satu fungsi diatas ini sebagian
atau keseluruhannya akan terganggu.

Untuk menetapkan tingkat cedera  otak disebut Diagnosis Neurologi Fungsional. Dengan
memeriksa ketidakmampuan anak dapat didiagnosis di tingkat mana anak mengalami cedera
otak, sehingga dapat melatih tahap otak cedera supaya dapat berfungsi mandiri atau optimal
dengan program neurologist yang efektif (effective neurological program).

Letak Kortex pada bagian tengah dipuncak kepala kita, dan akan menjadi Informannya
Hemisphere kiri dan kanan. Kortex juga lah yang akan mensupport pengembangan Corpus
Colosum yang akan menjembatani fungsi Otak kiri dan kanan, agar terjadi keseimbangan,
Adapun tugas Kortex penting lainnya juga menyampaikan input2 yang didapat melalui stimulasi
kognisi pada pancainderakita yang diteruskan ke Hemisphere kiri dan atau kanan. Ini juga
alasannya mengapa “Kortex” harus matang. Dari hasil penelitian kami, bila Kortex berkembang
optimal maka anak bisa bicara mengucapkan kata2 meskipun tidak diajarkan. Sehingga tugas
terapi Wicara kelak akan lebih untuk melakukan terapi linguistic saja untuk mengoptimalkan
proses bicara anak dalam membuatkan kalimat-kalimat yang benar saat anak berdialog.

https://web.facebook.com/notes/sensomotorik-community/definisi-
sensomotorik/556189577746164/?_rdc=1&_rdr

Anda mungkin juga menyukai