MAKALAH
oleh:
PRAKATA
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat-Nya, skami
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Infeksi
Peuerpuralis” yang diajukan sebagai persyaratan tugas mata kuliah Keperawatan
Klinik VII.
Dalam proses pembuatan makalah ini kami telah dibantu oleh berbagai
pihak, maka dari itu kami mengucapkan terima kasih. Kami menyadari bahwa
makalah ini belum sempurna, oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik
dan saran yang dapat membangun dari pembaca agar makalah ini menjadi
sempurna.
Halaman
HALAMAN JUDUL.....................................................................................
PRAKATA ....................................................................................................
DAFTAR ISI.................................................................................................
BAB 1. PENDAHULUAN............................................................................
1.1 Latar Belakang................................................................................
1.2 Rumusan Masalah............................................................................
1.3 Tujuan...............................................................................................
BAB 2. PEMBAHASAN..............................................................................
2.1 Tinjauan Pustaka............................................................................
2.1.1 Masa Nifas......................................................................................
2.1.2 Tahap Masa Nifas...........................................................................
2.1.3 Tujuan Asuhan Keperawatan Masa Nifas......................................
2.2 Pengertian........................................................................................
2.3 Epidemiologi....................................................................................
2.4 Etiologi..............................................................................................
2.5 Patofisiologi......................................................................................
2.6 Manifestasi Klinis............................................................................
2.7 Tanda Dan Gejala...........................................................................
2.8 Penatalaksanaan..............................................................................
2.9 Pemeriksaan Penunjang.................................................................
2.10 Komplikasi Dan Prognosis...........................................................
2.10.1 Komplikasi...................................................................................
2.10.2 Prognosis......................................................................................
BAB 3. PATHWAY.......................................................................................
BAB 4. ASUHAN KEPERAWATAN...........................................................
4.1 Pengkajian .......................................................................................
4.2 Diagnosa...........................................................................................
4.3 Intervensi..........................................................................................
4.4 Implementasi....................................................................................
4.5 Evaluasi............................................................................................
BAB 5. PENUTUP........................................................................................
5.1 Kesimpulan......................................................................................
5.2 Saran.................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................
BAB 1. PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.3.1 mendefinisikan pengertian dari infeksi peuerperalis
1.3.2 mendeskripsikan epidemiologi pada kasus infeksi peuerperalis.
1.3.3 mendeskripsikan etiologi dari infeksi peuerperalis.
1.3.4 menjelaskan patofisiologi dari infeksi peuerperalis.
1.3.5 mendeskripsikan manifestasi klinis dari infeksi peuerperalis.
1.3.6 mendeskripsikan tanda dan gejala infeksi peuerperalis.
1.3.7 mendeskripsikan penatalaksanaan dari infeksi peuerperalis.
1.3.8 menggambarkan pemeriksaan penunjang dari infeksi peuerperalis.
1.3.9 mendeskripsikan komplikasi dan prognosis infeksi peuerperalis.
BAB 2. PEMBAHASAN
2.2 Pengertian
Peuerperalis adalah semua peradangan yang disebabkan oleh masuknya
kuman-kuman ke dalam alat-alat genetalia pada waktu persalinan dan nifas
(Sarwono, 2005).
Puerperalis adalah keadaan yang mencakup semua peradangan alat-alat
genetalia dalam masa nifas (Mochtar, 1998).
Infeksi peurperalis adalah infeksi yang terjadi di dalam struktur yang
berhubungan dengan persalinan setelah melahirkan (Barbara, 2004).
Infeki peurperalis adalah infeksi luka jalan lahir pasca persalinan, biasanya
dari endometrium bekas insersi plasenta (Sulaima, dkk., 2004).
Kesimpulan yang dapat diambil dari beberapa pengertian diatas adalah
infeksi peuerperalis merupakan suatu kondisi di mana terjadinya peradangan pada
alat genetalia yang disebabkan oleh masuknya kuman-kuman pada waktu
persalinan dan nifas.
2.3 Epidemiologi
Angka kematian ibu (AKI) hamil di Indonesia masih tinggi yaitu
307/100.000 kelahiran hidup. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat
kehamilan terjadi setelah persalinan dan 40% kematian masa nifas. Penyebab
utama kematian ibu disebabkan karena perdarahan (24%), infeksi (15%), aborsi
tidak aman (13%), tekanan darah tinggi (12%), dan persalinan lama (8 %)
(Puspitaningtyas, 2011).
Menurut Barbara (2004), infeksi peurperalisis merupakan penyebab utama
morbiditas dan mortalitas ibu. Insiden infeksi ini bervariasi dari 1% hingga 8%
dari seluruh kelahiran, tetapi terdapat insiden yang lebih tinggi pada kelahiran
sesar dibandingkan kelahiran normal.
2.4 Etiologi
Barbara (2004) menyatakan bahwa secara umum infeksi peurperalis dapat
disebabkan oleh teknik steril yang buruk, persalinan dengan manipulasi yang
tidak sesuai, kelahiran sesar, atau pertumbuhan flora lokal yang berlebihan.
Infeksi peurperalisis juga disebabkan oleh beberapa hal, di antaranya:
1. Berdasarkan kuman yang menyebabkan infeksi peurperalisis
a. Streptococcus haematilicus aerobic
Masuknya kuman ini adalah secara eksogen yang akan menyebabkan
terjadinya infeksi berat bagi yang ditularkan dari penderita lain, alat alat
yang tidak steril, tangan penolong, dan sebagainya.
b. Staphylococcus aurelis
Masuknya kuman ini adalah secara eksogen yang akan menyebabkan
infeksinya sedang dan banyak ditemukan sebagai penyebab infeksi di rumah
sakit.
c. Escherichia coli
Masuknya kuman ini adalah berasal dari kandung kemih dan rektum,
sehingga dapat menyebabkan infeksi.
d. Clostridium welchi
Masuknya kuman ini adalah secara anaerob, biasanya ditemukan pada kasus
abortus kriminalis dan partus yang ditolong oleh dukun.
2. Berdasar masuknya kuman ke dalam alat kandung
a. Bakteri Endogen
Bakteri ini (Streptococcus, Staphylococcus, E. coli) secara normal hidup di
vagina dan rektum tanpa menimbulkan bahaya. Bahkan jika teknik steril
sudah digunakan untuk persalinan, infeksi masih dapat terjadi akibat bakteri
endogen. Bakteri endogen juga dapat membahayakan dan menyebabkan
infeksi jika:
1) Bakteri ini masuk ke dalam uterus melalui jari pemeriksa atau melalui
instrumen pemeriksaan pelvik.
2) Bakteri terdapat dalam jaringan yang memar, robek/laserasi, atau jaringan
yang mati (setelah persalinan traumatik atau setelah persalinan macet).
3) Bakteri masuk sampai ke dalam uterus jika terjadi pecah ketuban yang
lama.
b. Bakteri eksogen
Bakteri ini (Streptokokus, Clostridium) masuk ke dalam vagina dari luar.
Bakteri eksogen dapat masuk ke dalam vagina dengan cara:
1) Melalui tangan yang tidak bersih dan instrumen yang tidak steril.
2) Melalui substansi atau benda asing yang masuk ke dalam vagina.
3) Melalui aktivitas seksual.
3. Faktor predisposisi
Menurut Sulaima, dkk. (2004), faktor predisposisi diakibatkan oleh:
a. Perdarahan
Perdarahan yang terjadi dapat menurunkan daya tahan tubuh ibu.
b. Trauma persalinan
Trauma pada persalinan merupakan media yang subur bagi mikroorganisme.
c. Partus lama
Partus lama akan mengakibatkan retensio plasenta sebagian atau seluruhnya
akan memudahkan terjadinya infeksi.
d. Keadaan umum
Keadaan umum ibu merupakan faktor yang ikut menentukan karena akan
mengakibatkan ibu mengalami melemahnya daya tahan tubuh, seperti anemi
dan malnutrisi.
2.5 Patofisiologi
Terjadinya infeksi disebabkan setelah kala III terdapat daerah bekas insersio
plasenta yang merupakan sluka dengan diameter kira-kira 4 cm. Daerah ini
merupakan tempat yang baik untuk bertumbuhnya kuman-kuman dan masuknya
jenis-jenis patogen dalam tubuh. Serviks sering mengalami perlukaan pada
persalinan, demikian juga vulva, vagina, dan perineum yang merupakan tempat
masuknya kuman-kuman patogen. Proses peradangan dapat terjadi pada luka-luka
tersebut atau menyebar di luar luka.
Menurut Sulaima, dkk. (2004). infeksi peurpuralis dapat terjadi karena:
1. Tangan pemeriksa atau penolong yang tertutup sarung tangan pada
pemeriksaan dalam atau operasi membawa bakteri yang sudah ada dalam
vagina ke dalam uterus. Kemungkinan lain adalah bahwa sarung tangan atau
alat-alat yang dimasukkan ke dalam jalan lahir tidak sepenuhnya bebas dari
kuman-kuman.
2. Sarung tangan atau alat-alat kesehatan yang digunakan terkena kontaminasi
bakteri yang berasal dari hidung atau tenggorokan dokter atau petugas lainnya
yang berada di ruangan tersebut. Oleh karena itu, hidung dan mulut petugas
yang bertugas harus ditutup dengan masker dan penderita infeksi saluran nafas
dilarang memasuki kamar bersalin.
3. Dalam rumah sakit selalu banyak kuman-kuman patogen, berasal dari penderita
dengan berbagai jenis infeksi. Kuman-kuman ini biasa dibawa oleh aliran
udara kemana-mana, antara lain melaui handuk, kain- kain yang tidak steril,
dan alat-alat yang digunakan untuk merawat wanita dalam persalinan atau pada
waktu nifas.
4. Koitus pada akhir kehamilan tidak merupakan sebab infeksi penting, kecuali
jika menyebabkan pecahnya ketuban.
5. Infeksi Intrapartum sudah dapat memperlihatkan gejala-gejala pada waktu
berlangsungnya persalinan. Infeksi intraparum biasanya terjadi pada waktu
partus lama, apalagi jika ketuban sudah lama pecah dan beberapakali dilakukan
pemeriksaan dalam.
2. Penyebaran dari tempat tersebut melalui vena, jalan limfe dan permukaan, serta
endometrium
a. Septikemia dan piemia
Septikemia dan piemia merupakan infeksi umum yang disebabkan oleh
kuman-kuman patogen, yaitu Streptococcus haemolyticus golongan A.
Infeksi ini sangat berbahaya dan merupakan 50% dari semua kematian
karena infeksi nifas.
Pada septikemia kuman-kuman di uterus, langsung masuk keperedaran
darah umum dan menyebabkan infeksi umum. Adanya septikemia dapat
dibuktikan dengan jalan pembiakan kuman-kuman dari darah.
Pada piemia terdapat tromboflebitis pada vena-vena diuterus serta sinus-
sinus pada bekas tempat plasenta. Tromboflebitis ini menjalar ke vena
uterine, vena hipogastrika, dan vena ovari (tromboflebitis pelvika), dari
tempat-tempat thrombus tersebut embolus kecil yang mengandung kuman-
kuman dilepaskan. Setiap kali dilepaskan, embolus masuk keperedaran
darah dan dibawa oleh aliran darah ketempat-tempat lain, di antaranya ke
paru-paru, ginjal, otak, jantung, dan sebagainya, sehingga mengakibatkan
terjadinya abses-abses ditempat-tempat tersebut.
b. Peritonotis
Infeksi nifas dapat menyebar melalui pembuluh limfe didalam uterus yang
langsung mencapai peritoneum dan menyebabkan peritonitis, atau melalui
jaringan diantara kedua lembar ligamentum latum sehingga menyebabkan
parametritis (sellulitis pelvika).
c. Selulitis pelvis
Peritonitis dapat pula terjadi melalui salpingo-ooforitis atau sellulitis
pelvika. Infeksi jaringan ikat pelvis dapat terjadi melalui tiga jalan yaitu:
1) Penyebaran melalui limfe dari luka serviks yang terinfeksi atau dari
endometritis.
2) Penyebaran langsung dari luka pada serviks yang meluas sampai kedasar
ligamentum.
3) Penyebaran sekunder dari tromboflebitis pelvika.
2.8 Penatalaksanaan
Menurut Barbara (2004). penatalaksanaan secara umum yang dapat
dilakukan adalah:
1. Meningkatkan resolusi proses infeksi
a. Inspeksi perineum dua kali sehari apakah ada kemerahann edema, ekimosis,
dan keluaran.
b. Evaluasi nyeri abdomen, demam, malaise, takikardi, dan lokia yang berbau
tidak enak.
c. Periksa spesimen untuk analisi laboratorium dan laporkan hasilnya.
d. Tawarkan diet yang seimbang, sering minum cairan, dan ambulasi dini.
e. Berikan antibiotik atau obat-obatan sesuai resep, catat respons klien.
2. Memberi penyuluhan klien dan keluarga.
Menjelaskan dan mendemonstrasikan perawatan diri, seperti melakukan
personal hygine perineum dan mencuci tangan.
3. Pengobatan dan penanganan
Pengobatan dan penanganan yang dapat dilakukan pada kala nifas adalah:
a. Sebaliknya segera dilakukan pengambilan (kultur) dari secret vagina, luka
operasi, dan darah, serta uji kepakaian untuk mendapatkan antibiotiika yang
tepat dalam pengobatan
b. Kombinasi antibiotik diberikan sampai pasien bebas demam selama 48 jam
dan kombinasi antibiotik beyang dapat diberikan adalah:
1) Ampisilin 2 g IV setiap 6 jam.
2) Gentamisin 5 mg / kg berat badan IV setiap 24 jam.
3) Metronidazol 500 mg IV setiap 8 jam.
c. Berikan dalam dosis yang cukup dan adekuat
d. Karena hasil pemeriksaan memerlukan waktu, maka berikan antibiotikan
spectrum luas (broad spectrum) hingga menunggu hasil laboratorium.
e. Pengobatan akan mempertinggi daya tahan tubuh penderita infus atau
tranfusi yang diberikan perawatan lainnya sesuai dengan komplikasi yang
ditemukan.
1.10.2 Prognosis
Prognosis bergantung pada virulensi kuman dan daya tahan tubuh penderita.
Prognosis baik jika diatasi dengan pengobatan yang sesuai. Menurut derajatnya,
septikemia merupakan infeksi paling berat dengan mortalitas tinggi diikuti
peritonitis umum (Sulaima, dkk., 2004).
BAB 3. PATHWAYS
Terjadi peradangan
Reaksi Peradangan
Ketidakefektifan
Gg Eliminasi Gg Pola Tidur
Performa Peran Ketidakefektifan
Urinarius Pola Seksualitas
BAB 4. ASUHAN KEPERAWATAN
4.1 Pengkajian
1. Identitas
a. Nama : Tergantung pada pasien.
b. Umur : Biasanya terjadi pada wanita hamil.
c. Jenis kelamin : Wanita.
d. Pendidikan : Mempengaruhi personal hygine setiap individu.
e. Pekerjaan : Mengetahui taraf hidup sosial ekonomi yang
berhubungan dengan nutrisi dan penyebab terjadinya
infeksi peuerperalis.
f. Diagnosa medis: Infeksi peuritonitis.
2. Keluhan Utama
Pasien mengeluhkan suhu tubuh meningkat yang disertai menggigil, nyeri,
disuria, sakit kepala, sulit tidur, dan anoreksia.
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat kehamilan sebelumnya dan riwayat penyakit yang berhubungan
dengan sistem kekebalan tubuh.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Munculnya tanda-tanda dan keluhan infeksi puerpuralis.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat kesehatan keluarga berhubungan dengan penyakit-penyakit yang
dapat memicu terjadinyan infeksi puerpuralis.
4. Pola-pola fungsi kesehatan
a. Pola nyeri
Pada umumnya pasien merasakan nyeri abdomen bawahatau uteri, nyeri
lokal, disuria, ketidaknyamanan abdomen, dan sakit kepala.
b. Pola nutrisi dan metabolisme
Tejadi perubahan pola nutrisi yang diakibatkan nafsu makan menurun dan
muntah.
c. Aktivitas
Pasien mengeluh malaise, letargi, kelelahan/keletihan yang terus menerus,
letih, dan aktivitas berat mengakibatkan nyeri abdomen.
d. Eliminasi
Pasien mengalami penurunan berkemih dan mengalami disuria dengan atau
tanpa distensi urine.
e. Pola tidur dan istirahat
Pasien mengalami kesulitan tidur.
f. Pola sensori dan kognitif
Pasien mengalami masalah masalah kognitif akibat kecemasan terhadap
penyakit yang dialaminya.
g. Pola persepsi diri
pasien menganggap dirinya sakit dan tidak dapat beraktivita seperti biasanya
h. Pola hubungan dan peran
Adanya kondisi kesehatan yang mempengaruhi hubungan interpersonal dan
peran akibat menjalankan perannya selama sakit.
i.Seksualitas
Pasien mengalami nyeri pada daerah genitalia, sehinga pola seksualitas
terganggu.
j. Pola penanggulangan stress
Pasien membutuhkan dukungan emosional dan spiritual oleh keluarga atau
pun orang-orang terdekat.
k. Pola hygiene
Kebersihan kurang akibat akibat kelemahan dalam melakukan aktivitas.
5. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum: Pasien tampak sangat kesakitan hingga mengalami syok.
b. Kesadaran: Kesadaran penderita bervariasi dari kesadaran baik hingga koma
tergantung tingkat kesakitan.
c. Tanda-tanda vital: Tekanan darah tinggi, nadi teraba cepat, berat badan
mengalami penurunan, suhu tubuh akan meningkat.
d. Pemeriksaan head to toe
1) Kepala
Simetris dan pertumbuhan rambut normal.
2) Muka atau wajah
Keadaan bervariasi dari keadaan normal hingga terlihat pucat tergantung
tingkat kesakitan.
3) Mata
Konjungtiva normal, konjungtiva tidak anemis, pupil isokor, dan mata
terlihat cekung (kemungkinan dehidrasi).
4) Mulut
Bibir kering (kemungkinan dehidrasi).
5) Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar limfonodi dan kelenjar tiroid.
6) Dada
Pernafasan cepat, bentuk dada simetris, takikardi, dan tidak ada suara
ronchi.
7) Abdomen
Perut terlihat lebih besar dari normal, adanya bekas jahitan yang tidak jadi
atau mengalami kebocoran, nyeri tekan lepas, dinding perut tegang dan
kaku, serta bising usus tidak terdengar
8) Genetalia
Teraba tahanan yang kenyal yang berfluktuasi dalam kavum douglasi dan
mengalami nyeri tekan
9) Ekstremitas
Teraba hangat sampai panas karena biasanya pasien demam, kulit teraba
kering dan lecet.
Kriteria hasil: Klien menyatakan bahwa kecemasan berkurang dan tampak tenang
Intervensi :
No. Intervensi Rasional
1. Sediakan informasi aktual menyangkut Dengan mengetahuinya pasien akan
dianosis, perawatan, dan prognosis. merasa lebih tenang dan mengurangi rasa
curiga pada petugas kesehatan
2. Intruksikan pasien tentang penggunaan Penggunaan relaksasi dapat membuat
teknik relaksasi tubuh menjadi lebih rileks dan nyaman
3. Kolabirasikan dengan tim kesehatan Pemberian obat dapat dilakukan ketika
lain dalam pemberian pengobatan terapi yang lain tidak efektif
untuk mengurangi ansietas, sesuai
dengan kubutuhan
4. Dampingi pasien (misalnya selama Pasien akan merasa lebih nyaman dan
prosedur) untuk meningkatkan aman
keamanan dan mengurangi takut
5.1 Kesimpulan
Infeksi peuerperalis merupakan suatu kondisi di mana terjadinya
peradangan pada alat genetalia yang disebabkan oleh masuknya kuman-kuman
pada waktu persalinan dan nifas. Insiden infeksi ini bervariasi dari 1% hingga 8%
dari seluruh kelahiran, tetapi terdapat insiden yang lebih tinggi pada kelahiran
sesar dibandingkan kelahiran normal.
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan adalah kepada tenaga kesehatan agar
memberikan informasi-informasi kepada para ibu nifas tentang cara perawatan
luka perineum, sehingga para ibu akan mengetahui cara perawatan luka perineum
yang benar.
DAFTAR PUSTAKA