Penyakit Batu Ginjal
Penyakit Batu Ginjal
IV. PATOFISIOLOGI
Mekanisme terbentuknya batu pada saluran kemih atau dikenal dengan urolitiasis belum
diketahui secara pasti. Namun ada beberapa faktor predisposisi dan teori tentang terjadinya batu
antara lain :
a. Teori pembentukan inti. Teori ini mengatakan bahwa pembentukan batu berasal dari kristal
atau benda asing yang berada dalam urin yang pekat. Teori ini ditentang oleh beberapa argumen,
dimana dikatakan bahwa batu tidak selalu terbentuk pada pasien dengan hiperekresi atau mereka
dengan resiko dehidrasi. Tambahan, banyak penderita batu dimana koleksi urin 24 jam secara
komplit normal. Teori inti matrik : Pembentukan batu saluran kemih membutuhkan adanya
substansi organic sebagai pembentuk inti. Substansi organic terutama muko protein A
mukopolisakarida yang akan mempermudah kristalisasi dan agregasi substansi pembentuk batu.
b. Teori supersaturasi :peningkatan dan kejenuhan substansi pembentukan batu dalam urin seperti
sistin, xastin, asam urat, kalsium oksalat mempermudah terbentuknya batu. Kejenuhan ini juga
sangat dipengaruhi oleh pH dan kekuatan ion.
c. Teori presipitasi-kristalisasi :Perubahan pH urin akan mempengaruhi solubilitas substansi
dalam urin. Di dalam urin yang asam akan mengendap sistin, xastin, asam urat, sedang didalam
urin yang basa akan mengendap garam-garam fosfat.
d. Teori berkurangnya faktor penghambat :Mengatakan bahwa tidak adanya atau berkurangnya
substansi penghambat pembentukan batu seperti fosfopeptida, pirofosfat, polifosfat, asam
mukopolisakarida dalam urin akan mempermudah pembentukan batu urin. Teori ini tidaklah
benar secara absolut karena banyak orang yang kekurangan zat penghambat tak pernah
menderita batu, dan sebalinya mereka yang memiliki faktor pengahmbat berlimopah membentuk
batu.
e. Teori lain adalah : Berkurangnya volume urin : Kekurangan cairan akan menyebabkan
peningkatan kosentrasi zat terlarut (missal; kalsium, natrium, oksalat dan protein) yang mana ini
dapat menimbulkan pembentukan kristal diurin).
VI. DIAGNOSA
Batu yang tidak menimbulkan gejala, mungkin akan diketahui secara tidak sengaja pada
pemeriksaan analisa air kemih rutin (urinalisis). Batu yang menyebabkan nyeri biasanya
didiagnosis berdasarkan gejala kolik renalis, disertai dengan adanya nyeri tekan di punggung dan
diselangkangan atau nyeri di daerah kemaluan tanpa penyebab yang jelas.
Ansalisa air kemih mikroskopik bisa menunjukan adanya darah, nanah atau batu kristal
yang kecil. Biasanya tidak perlu dilakukan pemeriksaan lainya, kecuali jika nyeri menetap lebih
dari beberapa jam atau diagnosisnya belum pasti. Pemeriksaan tambahan yang bisa membantu
menegakan diagnosis adalah pengumpulan air kemih 24 jam dan pengambilan contoh darah
untuk menilai kadar kalsium, sistin, asam urat dan bahan lainya yang bisa menyebabkan
terjadinya batu. Rontgen perut bisa menunjukan adanya batu kalsium dan batu struvit.
Pemeriksaan laina yang mungkin perlu dilakukan adalah urografi intravena dan urografi
retrograde.
VII. PENGOBATAN
Minum banyak cairan akan meningkatkan pembentukan air kemih dan membantu
pengeluaran batu. Jika batu telah keluar, maka tidak perlu lagi dilakukan pengobatan segera.
Nyeri akibat kolik bisa dikurangi dengan obat pereda nyeri.
Sedangkan batu di dalam ginjal atau bagian ureter paling atas yang berukuran 1 cm atau
kurang seringkali bisa dipecahkan oleh extraxcorporeal shock wave lithotripsy (ESWL). ESWL
adalah terapi yang menggunakan gelombang kejut (shock wave),yang ditembakkan dari luar
tubuh kearah batu ginjal sampai batu ginjal tersebut hancur dan ukuran serpihanya cukup kecil
hingga dapat dikeluarkan secara natural melaluai urin. Terapi ini dikatakan sebagai terapi non-
invasive, karena tidak memerlukan pembedahan atau memasukan alat kedalam tubuh pasien .
Tingkat keberhasilan terapi ESWL antara 60-90%. Tingkat keberhasilanya sangat ditentukan
diantaranya oleh besar, jenis serta lokasi dari batu ginjal tersebut.
Terkadang sebuah batu diangkat melalui suatu sayatan kecil di kulit (Percutaneous
Nephrolithotomy atau PNL) atau dengan memasukan alat melalui saluran kemih (Uteroscopy
URS). Terapi PNL dan URS dikatakan sebagai terapi minimal- invasive karena memerlukan
sedikit pembedahan dengan memasukan alat kedalam tubuh untuk menghancurkan dan
mengeluarkan batu ginjal. Dalam terapi PNL,guid wire dimasukan melalui kulit dekat pinggang
kemudian dengan membuang lubang kecil menembus masuk ke dalam ginjal sampai
menemukan posisi batu ginjal Sejenis tabung kecil kemudian dimasukan sepanjang guid wive
untuk membuat tunnel, dimana nantinya lewat tunnel ini dimasukkan instrumen kecil untuk
menghancurkan batu ginjal dan mengeluarkan serpihanya. Sedangkan URS prinsip kerjanya
mirip dengan PNL, namun dalam URS digunakan alat yang ditanamkan ureteroscopes, dimana
alat ini dimasukan melalui urethra (saluran kencing), kemudian melalui bladder (kandung kemih)
dan ureter (saluran kemih), sampai menemui posisi batu ginjal. Dan sebagai pilihan terakhir
adalah operasi terbuka.
Dari beberapa terapi di atas, ESWL merupakan terapi pilihan pertama untuk kasus umum
penanganan batu gnjal dikarenakan keamanan, keefektifan serta kefleksibelannya terhadap posisi
batu ginjal. Dari segi keamanan dan kenyamanan, pasien yang diterapi dengan ESWL pada
umumnya tidak memerlukan obat bius atau penahan sakit saat terapi dilakukan, dan sudah dapat
melakukan aktifitas seperti biasa dalam satu atau dua hari setelah terapi.
Terapi PNL hanya efektif untuk penanganan batu ginjal yang masih berada dalam ginjal
atau yang berada pada ureter bagian atas. Sedangkan terapi URS efektif pada batu ginjal yang
berada pada ureter bagian bawah atau pada kandung kemih. Terapi PNL dan URS
memerlukan waktu pemulihan sekitar satu sampai dua minggu, dan waktu pemulihan yang lebih
panjang dibutuhkan lagi bagi pasien yang menjalani operasi terbuka, yaitu sekitar 6 minggu.
Walaupun ESWL telah terbukti keandalanya, namun masih menyisakan beberapa
tantangan. Diantaranya adalah rendahnya tingkat keberhasilan ESWL (denganm satu kali
tindakan) pada pasien yang memiliki batu ginjal dengan diameter lebih dari dua sentimeter, dan
pada batu yang berjenis selain itu masih didapatinya laporan terrjadinya injury pada ginjal akibat
terapi ini.
VIII. PENCEGAHAN
Adapun beberapa cara untuk mencegah terbentukna batu ginjal, yaitu:
a. Mengurangi minuman yang berkalsium tinggi atau minuman bervitamin C tinggi.
Pengkonsumsian yang terlalu sering akan mengakibatkan infeksi pada ginjal dan mengakbatkan
batu ginjal.
b. Mengurangi makanan dan minuman bersuplemen.
c. Mengurangi makanan yang bisa menyebabkan asam urat seperti jeroan sapi,kambing dan lain
sebagainya.Makanan ini banyak mengandung enzim yang bisa menimbulkan endapan pada
ginjal.
d. Hindari diet ketat. Pada umumnya orang yang menjalani diet ketat supaya langsing. Masalahnya
diet ketat seperti itu bisa menimbulkan kristal pada ginjal.
e. Perbanyak minum air putih minimal 2 liter per hari.
f. Hindari menahan kencing terlalu lama.
g. Berolahraga secara teratur.
h. Mengurangi konsumsi vitamin D secara berlebihan.
i. Hindari makanan dengan kadar oksalat (kacang-kacangan, bayam, ubi, cabe,dll) , natrium
,kalsium (kol, lobak, brokoli, sarden,dan keju) yang tinggi dan protein hewan dengan purin
tinggi (ikan laut, usus goreng, hati goreng, emping melinjo), karena dapat memicu terbentuknya
batu ginjal /kandung kemih.
IX. PREVALENSI
Penyakit batu ginjal merupakan masalah kesehatan yang cukup serius, baik di Indonesia
maupun di dunia. Batu ginjal adalah suatu keadaan dimana terdapat satu atau lebih batu di ginjal
maupun di saluran kemih. Batu ginjal banyak diderita oleh laki-laki dengan angka kejadian 3-4
kali lebih banyak dibanding pada wanita. Rentang umur penderita penyakit ini adalah 30-60
tahun. Biasana laki-laki akan mengalami batu ginjal pada umur 40 tahun dan meningkat drastis
saat usia 70 tahun, sedangkan pada wanita pada usia 50 tahun.
Angka kejadian batu ginjal di Indonesia pada 2002 adalah 37.636 kasus baru dengan
julah kunjungan 58.959 orang. Sedangkan jumlah pasien yang dirawat 19.018 orang, dengan
jumlah kematian378 orang. Batu ginjal dapat terus menetap dan perlahan-lahan membesar di
dalam ginjal sehingga menyebabkan permanen pada gunjal.
Prevalensi penyakit batu ginjal 13% pada laki-laki dewasa dan 7% pada perempuan
dewasa. Di Amerika prevalensi batu ginjal bervariasi tergantung ras, jenis kelamin dan lokasi
geografis.Batu ginjal atau kandung kemih ini banyak diderita pada penduduk Afrika dan Asia,
termasuk Indonesia dibandingkan dengan penduduk Amerika dan Eropa.
Beban ekonomi akibat penyakit ini sangat besar. Di USA tahun 2000 biaya total untuk
pengobatan penyakit ini 2,1 milyar dolar, meliputi 971 juta dolar untuk pasien rawat inap, 607
juta dolar untuk pasien rawat jalan dan kunjungan praktek dokter serta 490 juta doar untuk untuk
pelayanan gawat darurat. Angka- anka tersebut menggambarkan kenaikan sebesar 50% bila
dibandingkan dengan tahun 1994. Sayangnya di Indonesia belum ada data mengenai beban biaya
kesehatan untuk batu ginjal dan saluran kemih.
Herbal. Jakarta: Niaga Swadaya.
EGC.
Tucker, Susan M, dkk. (1998). Standar Perawatan Pasien Proses Keperawatan, Diagnosis, dan