Anda di halaman 1dari 13

SKENARIO 3

PEMBIAYAAN KESEHATAN
Dr. Ahmad, 31 tahun, praktek di sebuah klinik dokter keluarga. Klinik ini dikelola
dengan baik sehingga dalam waktu yang relatif singkat mengalami kemajuan yang cukup
pesat dan dikenal luas di masyarakat. Suatu hari klinik ini dikunjungi seorang pasien, Ny.A,
38 tahun dengan kehamilan trimester1 pada G5P2A2. Pasien ingin melakukan pemeriksaan
kehamilan secara rutin di klinik Dr. Ahmad karena pasien mendapat informasi bahwa
pelayanan di ini baik. Pasien mempunyai keluhan sering mual, muntah, lemas, cepat lelah,
dan sesak. Dokter kemudian melakukan pemeriksaan fisik bersama bidan. Pada pemeriksaan
ditemukan bahwa kandungan dalam posisi yang baik namun ibu tampak pucat, takikardi,
murmur, takipnea, dan terdapat nyeri tekan epigastrium.
Dr. Ahmad menyarankan agar pasien mengikuti pemeriksaan ANC yang teratur dan
menjelang partus kelak pasien akan dirujuk ke spesialis Obgyn yang sudah bekerja sama
dengan klinik dokter keluarga tersebut. Pasien menanyakan ke dokter tentang pilihan
pembiayaan persalinan, mengingat kemungkinan membutuhkan biata yang lebih besar.
Prosedur Pemeriksaan (Standar Kedokteran Keluarga)
Pelayanan yang disediakan dokter keluarga adalah pelayanan medis strata pertama untuk
semua orang yang bersifat paripurna (comprehensive), yaitu termasuk pemeliharaan dan
peningkatan kesehatan (promotive), pencegahan penyakit dan proteksi khusus (preventive
and spesific protection), pemulihan kesehatan (curative), pencegahan kecacatan
(disability limitation) dan rehabilitasi setelah sakit (rehabilitation) dengan memperhatikan
kemampuan sosial serta sesuai dengan mediko legal etika kedokteran.
a. Pelayanan medis strata pertama untuk semua orang
Pelayanan dokter keluarga merupakan praktik umum dengan pendekatan kedokteran
keluarga yang memenuhi standar pelayanan dokter keluarga dan diselenggarakan oleh
dokter yang sesuai dengan standar profesi dokter keluarga serta memiliki surat ijin
pelayanan dokter keluarga dan surat persetujuan tempat praktik.
b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan
Pelayanan dokter keluarga memiliki sistim untuk memperhatikan pemeliharaan
kesehatan dan peningkatan kesehatan pasien dan keluarganya.
c. Pencegahan penyakit dan proteksi khusus
Pelayanan dokter keluarga memiliki sistim untuk menggunakan segala kesempatan
dalam menerapkan pencegahan masalah kesehatan pada pasien dan keluarganya.
d. Deteksi dini
Pelayanan dokter keluarga memiliki sistim untuk menggunakan segala kesempatan
dalam melaksanakan deteksi dini penyakit dan melakukan penatalaksanaan yang tepat
untuk itu.
e. Kuratif medik
Pelayanan dokter keluarga memiliki sistim untuk melaksanakan pemulihan kesehatan
dan pencegahan kecacatan pada strata pelayanan tingkat pertama, termasuk
kegawatdaruratan medik, dan bila perlu akan dikonsultasikan dan / atau dirujuk ke
pusat pelayanan kesehatan dengan strata yang lebih tinggi.
f. Rehabilitasi medik dan sosial
Pelayanan dokter keluarga memiliki sistim untuk menerapkan segala kesempatan
rehabilitasi pada pasien dan/atau keluarganya setelah mengalami masalah kesehatan
atau kematian baik dari segi fisik, jiwa maupun sosial.
g. Kemampuan sosial keluarga
Pelayanan dokter keluarga memiliki sistim untuk memperhatikan kondisi sosial
pasien dan keluarganya.
h. Etik medikolegal
Pelayanan dokter keluarga memiliki sistim yang sesuai dengan mediko legal dan etik
kedokteran.
Pelayanan yang disediakan dokter keluarga merupakan pelayanan medis yang
melaksanakan pelayanan kedokteran secara lege artis.
a. Anamnesis
Pelayanan dokter keluarga melaksanakan anamnesis dengan pendekatan pasien
(patient-centered approach) dalam rangka memperoleh keluhan utama pasien,
kekhawatiran dan harapan pasien mengenai keluhannya tersebut, serta memperoleh
keterangan untuk dapat menegakkan diagnosis
b. Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
Dalam rangka memperoleh tanda-tanda kelainan yang menunjang diagnosis atau
menyingkirkan diagnosis banding, dokter keluarga melakukan pemeriksaan fisik
secara holistik; dan bila perlu menganjurkan pemeriksaan penunjang secara rasional,
efektif dan efisien demi kepentingan pasien semata.
c. Penegakkan diagnosis dan diagnosis banding
Pada setiap pertemuan, dokter keluarga menegakkan diagnosis kerja dan beberapa
diagnosis banding yang mungkin dengan pendekatan diagnosis holistik.
d. Prognosis
Pada setiap penegakkan diagnosis, dokter keluarga menyimpulkan prognosis pasien
berdasarkan jenis diagnosis, derajat keparahan, serta tanda bukti terkini (evidence
based).
e. Konseling
Untuk membantu pasien (dan keluarga) menentukan pilihan terbaik penatalaksanaan
untuk dirinya, dokter keluarga melaksanakan konseling dengan kepedulian terhadap
perasaan dan persepsi pasien (dan keluarga) pada keadaan di saat itu.
f. Konsultasi
Pada saat-saat dinilai perlu, dokter keluarga melakukan konsultasi ke dokter lain yang
dianggap lebih piawai dan / atau berpengalaman. Konsultasi dapat dilakukan kepada
dokter keluarga lain, dokter keluarga konsultan, dokter spesialis, atau dinas kesehatan,
demi kepentingan pasien semata.
g. Rujukan
Pada saat-saat dinilai perlu, dokter keluarga melakukan rujukan ke dokter lain yang
dianggap lebih piawai dan/atau berpengalaman. Rujukan dapat dilakukan kepada
dokter keluarga lain, dokter keluarga konsultan, dokter spesialis, rumah sakit atau
dinas kesehatan, demi kepentingan pasien semata.
h. Tindak lanjut
Pada saat-saat dinilai perlu, dokter keluarga menganjurkan untuk dapat dilaksanakan
tindak lanjut pada pasien, baik dilaksanakan di klinik, maupun di tempat pasien.
i. Tindakan
Pada saat-saat dinilai perlu, dokter keluarga memberikan tindakan medis yang
rasional pada pasien, sesuai dengan kewenangan dokter praktik di strata pertama, dan
demi kepentingan pasien.
j. Pengobatan rasional
Pada setiap anjuran pengobatan, dokter keluarga melaksanakannya dengan rasional,
berdasarkan tanda bukti (evidence based) yang sahih dan terkini, demi kepentingan
pasien.
k. Pembinaan keluarga
Pada saat-saat dinilai bahwa penatalaksanaan pasien akan berhasil lebih baik, bila
adanya partisipasi keluarga, maka dokter keluarga menawarkan pembinaan keluarga,
termasuk konseling keluarga.

Pelayanan yang disediakan dokter keluarga bersifat menyeluruh, yaitu peduli bahwa pasien
adalah seorang manusia seutuhnya yang terdiri dari fisik, mental, sosial dan spiritual, serta
berkehidupan di tengah lingkungan fisik dan sosialnya.
a. Pasien adalah manusia seutuhnya
Pelayanan dokter keluarga memiliki sistim untuk memandang pasien sebagai manusia
yang seutuhnya.
b. Pasien adalah bagian dari keluarga dan lingkungannya.
Pelayanan dokter keluarga memiliki sistim untuk memandang pasien sebagai bagian dari
keluarga pasien, dan memperhatikan bahwa keluarga pasien dapat mempengaruhi
dan/atau dipengaruhi oleh situasi dan kondisi kesehatan pasien.
c. Pelayanan menggunakan segala sumber di sekitarnya
Pelayanan dokter keluarga mendayagunakan segala sumber di sekitar kehidupan pasien
untuk meningkatkan keadaan kesehatan pasien dan keluarganya.

Pelayanan yang disediakan dokter keluarga bersifat terpadu, selain merupakan kemitraan
antara dokter dengan pasien pada saat proses penatalaksanaan medis, juga merupakan
kemitraan lintas program dengan berbagai institusi yang menunjang pelayanan kedokteran,
baik dari formal maupun informal.
a. Koordinator penatalaksanaan pasien
Pelayanan dokter keluarga merupakan koordinator dalam penatalaksanaan pasien yang
diselenggarakan bersama, baik bersama antar dokter-pasien-keluarga, maupun bersama
antar dokter – pasien - dokter spesialis / rumah sakit.
b. Mitra dokter – pasien
Pelayanan dokter keluarga merupakan keterpaduan kemitraan antara dokter dan pasien
pada saat proses penatalaksanaan medis.
c. Mitra lintas sektoral medik
Pelayanan dokter keluarga bekerja sebagai mitra penyedia pelayanan kesehatan dengan
berbagai sektor pelayanan kesehatan formal di sekitarnya.
d. Mitra lintas sektoral alternatif dan komplimenter medik
Pelayanan dokter keluarga mempedulikan dan memperhatikan kebutuhan dan perilaku
pasien dan keluarganya sebagai masyarakat yang menggunakan berbagai pelayanan
kesehatan nonformal di sekitarnya.

Pelayanan yang disediakan dokter keluarga merupakan pelayanan bersinambung, yang


melaksanakan pelayanan kedokteran secara efektif efisien, proaktif dan terus menerus demi
kesehatan pasien.
a. Pelayanan proaktif
Pelayanan dokter keluarga menjaga kesinambungan layanan secara proaktif.
b. Rekam medik bersinambung
Informasi dalam riwayat kesehatan pasien sebelumnya dan pada saat datang, digunakan
untuk memastikan bahwa penatalaksanaan yang diterapkan telah sesuai untuk pasien
yang bersangkutan.
c. Pelayanan efektif efisien
Pelayanan dokter keluarga menyelenggarakan pelayanan rawat jalan efektif dan efisien
bagi pasien, menjaga kualitas, sadar mutu dan sadar biaya.
d. Pendampingan
Pada saat-saat dilaksanakan konsultasi dan / atau rujukan, pelayanan dokter keluarga
menawarkan kemudian melaksanakan pendampingan pasien, demi kepentingan pasien.

a. Pembiayaan Kesehatan Klinik Dokter Keluarga


 Macam dan sumber pembiayaan
biaya kesehatan adalah besarnya dana yang harus disediakan untuk menyelenggarakan
dan atau memanfaatkan berbagai upaya kesehatan yang diperlukan oleh perorangan,
keluarga, kelompok dan masyarakat.
 Biaya kesehatan dapat dilihat dari dua sudut:
1. penyedia pelayanan kesehatan (health provider)
besarnya dana yang harus disediakan untuk dapat menyelenggarakan upaya
kesehatan dan lebih menunjuk pada seluruh biaya investasi (investment cost) dan
biaya operasional (operational cost). Ini merupakan persoalan utama dari pihak
pemerintah atau swasta yakni pihak-pihak yang menyelenggarakan upaya
kesehatan.

2. pemakai jasa kesehatan (health consumer)


besarnya dana yang harus disediakan untuk dapat memanfaatkan jasa
pelayanan.ini menjadi persoalan utama para pemakai jasa pelayanan.

 Sumber biaya kesehatan:


pemerintah, swasta, masyarakat, sumber lain(hibah, pinjaman dari luarnegri).

1. seluruhnya bersumber dari anggaran pemerintah


tergantung dari bentuk pemerintahan yang dianut, ada ditemukan suatu negara
yang menanggung biaya kesehatan sepenuhnya (cuma-cuma), pada negara
seperti ini tidak ditemukan pelayanan kesehatan swasta.
2. sebagian ditanggung oleh masyarakat
masyarakat diajak berperan serta, baik dalam menyelenggarakan upaya
kesehatan ataupun pada waktu memanfaatkan jasa pelayanan kesehatan. Dapat
ditemukan pelayanan kesehatan swasta,dalam hal ini masyarakat diharuskan
membayar pelayanan kesehatan yang dimanfaatkannya.
 Macam-macam biaya kesehatan:
Tergantung dari jenis dan kompleksitas pelayanan kesehatan yang diselenggarakan
dan atau dimanfaatkan. Hanya saja disesuaikan dengan pembagian pelayanan
kedokteran, maka biaya kesehatan tersebut.
secara umum dapat dibedakan atas dua macam yakni:
1. biaya pelayanan kedokteran
biaya yang dimaksud adalah yang dibutuhkan intuk menyelenggarakan dan atau
memanfaatkan pelayanan kedokteran. Yakni yang tujuan utamanya untuk
mengobati penyakit serta memulihkan kesehatan penderita.
2. biaya pelayanan kesehatan masyarakat
biaya yang dimaksud adalah yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan dan atau
memanfaatkan pelayanan kesehatan masyarakat. Yakni yang tujuan utamanya
untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta untuk mencegah penyakit.
 asuransi kesehatan
adalah suatu mekanisme pengalihan resiko(sakit) dari resiko perorangan menjadi
resiko kelompok. Dengan cara mengalihkan resiko individu menjadi resiko kelompok,
beban ekonomi yang harus dipikul oleh masing0masing peserta asuransi akan lebih
tetapu mengandung kepastian karena memperoleh jaminan.
 Unsur-unsur asuransi kesehatan:
◦ ada perjanjian
◦ ada pembelian perlindungan
◦ ada pembayaran premi oleh masyarakat
 jenis-jenis asuransi kesehatan di Indonesia:
a) asuransi kesehatan sosial (social health insurance)
asuransi ini memegang teguh prinsipnya bahwa kesehatan adalah sebuah
pelayanan sosial, pelayanan kesehatan tidak boleh semata-mata diberikan
berdasarkan status sosial masyarakat sehingga semua lapisan berhak untuk
memperoleh jaminan pelayanan kesehatan. contoh: PT.askes, PT.jamsostek
Prinsip kerja:
▪ keikutsertaannya bersifat wajib
▪ menyertakan tenaga kerja dan keluarganya
▪ iuran/premi berdasarkan persentase gaji/pendapatan. Idealnya harus dihitung
5% dari GDP
▪ premi untuk tenaga kerja ditanggung bersama (50%) oleh pemberi kerja dan
tenaga kerja
▪ premi tidak ditentukan oleh resiko perorangan tetapi didasarkan pada resiko
kelompok (collective risk sharing)
▪ tidak diperlukan pemeriksaan awal
▪ jaminan pemeliharaan kesehatan yang diperoleh bersifat menyeluruh
(universal coverage)
▪ peran pemerintah sangat besar untuk mendorong berkembangnya asuransi
kesehatan sosial di Indonesia. Semua pegawai negeri diwajibkan untuk
mengikuti asuransi kesehatan
b) asuransi kesehatan komersial perorangan(private voluntary health insurance)
jenis asuransi ini dapat dibeli preminya baik individu maupun segmen masyarakat
kelas menengah keatas.contoh: lipo life, BNI life, Tugu Mandiri dll.
Prinsip kerja:
▪ kepersertaan bersifat perorangan dan sukarela
▪ iuran/premi berdasarkan angka absolut, ditetapkan berdasarkan jenis
tanggungan yang dipilih.
▪ Premi berdasarkan atas resiko perorangan dan ditentukan faktor usia, jenis
kelamin, jenis pekerjaan.
▪ Dilakukan pemeriksaan kesehatan awal
▪ Santunan diberikan sesuai kontrak
▪ Peranan pemerintah relatif kecil
c) asuransi kesehatan komersial kelompok (regulated private health insurance)
ini merupakan alternatif lain sistem asuransi kesehatan komersial dengan prinsip-
prinsip dasar sbb:
▪ keikutsertaan bersifat sukarela berkelompok
▪ iuran/preminya dibayar berdasarkan atas angka absolut
▪ perhitugan premi bersifat community rating yang berlaku untuk kelompok
masyarakat
▪ santunan (jaminan pemeliharaan kesehatan) diberikan sesuai dengan kontrak
▪ tidak diperlukan pemeriksaan awal
▪ peranan pemerintah cukup besar dengan membuat peraturan perundang-
undangan.
Manajemen klinik

Pelayanan dokter keluarga dilaksanakan oleh klinik dokter keluarga (family clinic).
Pada bentuk ini sarana yang menyelenggarakan pelayanan dokter keluarga adalah suatu
klinik yang didirikan secara khusus yang disebut dengan nama klinik dokter keluarga (family
clinic/center). Pada dasarnya klinik dokter keluarga ini ada dua macam. Pertama, klinik
keluarga mandiri (free-standing family clinic). Kedua, merupakan bagian dari rumah sakit
tetapi didirikan diluar komplek rumah sakit (satelite family clinic). Di luar negeri klinik
dokter keluarga satelit ini mulai banyak didirikan. Salah satu tujuannya adalah untuk
menopang pelayanan dan juga penghasilan rumah sakit.

Terlepas apakah klinik dokter keluarga tersebut adalah suatu klinik mandiri atau
hanya merupakan klinik satelit dari rumah sakit, lazimnya klinik dokter keluarga tersebut
menjalin hubungan kerja sama yang erat dengan rumah sakit. Pasien yang memerlukan
pelayanan rawat inap akan dirawat sendiri atau dirujuk ke rumah sakit kerja sama tersebut.
Klinik dokter keluarga ini dapat diselenggarakan secara sendiri (solo practice) atau bersama-
sama dalam satu kelompok (group practice). Dari dua bentuk klinik dokter keluarga ini, yang
paling dianjurkan adalah klinik dokter keluarga yang dikelola secara berkelompok. Biasanya
merupakan gabungan dari 2 sampai 3 orang dokter keluarga.

Pada klinik dokter keluarga berkelompok ini diterapkan suatu sistem manajernen yang
sama. Dalam arti para dokter yang tergabung dalam klinik dokter keluarga tersebut secara
bersama-sama membeli dan memakai alat-alat praktek yang sama. Untuk kemudian
menyelenggarakan pelayanan dokter keluarga yang dikelola oleh satu sistem manajemen
keuangan, manajemen personalia serta manajemen sistem informasi yang sama pula. Jika
bentuk praktek berkelompok ini yang dipilih, akan diperoleh beberapa keuntungan sebagai
berikut (Clark, 1971) :

a. Pelayanan dokter keluarga yang diselenggarakan akan lebih bermutu Penyebab


utamanya adalah karena pada klinik dokter keluarga yang dikelola secara kelompok,
para dokter keluarga yang terlibat akan dapat saling tukar menukar pengalaman,
pengetahuan dan keterampilan. Di samping itu, karena waktu praktek dapat diatur,
para dokter mempunyai cukup waktu pula untuk menambah pengetahuan dan
keterampilan. Kesemuannya ini, ditambah dengan adanya kerjasama tim (team work)
disatu pihak, serta lancarnya hubungan dokter-pasien di pihak lain, menyebabkan
pelayanan dokter keluarga yang diselenggarakan akan lebih bermutu.
b. Pelayanan dokter keluarga yang diselenggarakan akan lebih terjangkau Penyebab
utamanya adalah karena pada klinik dokter keluarga yang dikelola secara
berkelompok, pembelian serta pemakaian pelbagai peralatan medis dan non medis
dapat dilakukan bersama-sama (cost sharing). Lebih dari pada itu, karena pendapatan
dikelola bersama, menyebabkan penghasilan dokter akan lebih terjamin. Keadaan
yang seperti ini akan mengurangi kecenderungan penyelenggara pelayanan yang
berlebihan. Kesemuanya ini apabila berhasil dilaksanakan, pada gilirannya akan
menghasilkan pelayanan dokter keluarga yang lebih terjangkau.

Manajemen keuangan
Keuangan dalam praktik DOGA tercatat secara seksama dengan cara yang umum dan
bersifat transparansi. Manajemen keuangannya dapat mengikuti sistem pembiayaan praupaya
maupun sistem pembiayaan fee for service.

b. Sistem rujukan dalam Klinik Dokter Keluarga


Sistem rujukan adalah penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang mengatur
pelimpahan tugas dan tanggung jawab pelayanan dan kesehatan secara timbal balik baik
vertical maupun horizontal yang wajib dilaksanakan oleh peserta jaminan kesehatan atau
asuransi kesheatan sosial, dan seluruh fasilitas keshatan.

Ketentuan Umum dalam sistem rujukan di antaranya:


1. Pelayanan kesehatan perorang terdiri dari 3 (tiga) tingkatan yaitu:
a. Pelayanan keshetaan tingkat pertama
b. Pelayanan kesehatan tingkat kedua, dan
c. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga
2. Pelayanan kesehatan tingkat pertama merupakan pelayanan esehatan dasar yang
diberikan oleh fasilitas kesehatan tingkat pertama
3. Pelayanan kesehatan tingkat kedua merupakan pelayanan kesehatan spesialistik yang
dilakukan oleg dokter spesialis atau dokter gigi sepsialis yang menggunakan
pengetahyan dan teknologi kesehatan spesialistik
4. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga merupakan pelayanan kesehatan sub spesialistik
yang dilakukan oleh dokter sub spesialis atau dokter gigi sub spesialis yang
menggunakan pengetahuan dan teknologi kesehatan sub spesialistik
5. Dalam menjalamkan pelayanan kesehatan, fasilitas kesheatan tingkat pertama, dan
tingkat lanjutan wajib melakukan sistem rujukan dengan mengacu pada peraturan
perundang-undangan yang berlaku
6. Peserta yang ingin mendapatkan pelayanan yang tidak sesuai dengan sistem rujukan
dapat dimasukkan ke dalam kategori pelayanan yang tidak sesau dengan prosedur
sehingga tidak dapat dibayarkan oleh BPJS Kesehatan
7. Fasilitas kesehatan yang tidak menetapkan sistem rujukan maka BPJS Kesehatan akan
melaukan recredentialling terhadap kinerja fasilitas kesheatan tersebut dan dapat
berdampak pada kelanjutan kerjasama
8. Pelayanan rujukan dapat dilakukan secara horizontal maupun vertical
9. Rujukan horizontal adalah rujukan yang dilakukan antara pelayanan kesehatan dalam
saty tingkat aoabila oerujuk tidak dapat memberikan pelayanan karena kesehatan
sesuai dengan kebutuhan pasien karena keterbatasan fasilitas, perlaatan dan/atau
ketenagaan yang sifatnya sementara atau menetap
10. Rujukan vertical adalah rujukan yang dilakukan antara pelayanan keehatan yang
berbeda tingkatana, dapat dilakukan dari tingkat pelayanan rendah ke tingkat
pelayanan yanglebih tinggi atau sebaliknya
11. Rujukan vertical dari tingkatan pelayanan lebih rendah ke tingkat pelayanan yang
lebih tinggi dilakukan apabila:
a. Pasien membutuhkan pelayanan kesehatan spesialistik atau sub spesialistik
b. Perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan
kebutuhan pasien karena keterebatasan fasulutas, peralatan dan/atau
ketenagaan
12. Rujukan vertical dari tingkatan pelayanan yang lebih tinggi ke tingkatan pelayanan
yang lebih rendah dilakukan apabila:
a. Permasalahan kesehayan pasien dapat diatangani oleh tingkatan pelayanan
kesehatan oleh tingkatan pelayanan kesehatan yang lebih rendah sesuai
dengan kompetensi dan kewenangannya
b. Kompetensi dan kewenangan pelayanan tingkat pertama atau kedua lebih baik
dalam menangani pasien tersebut
c. Pasien membutuhkan pelayanan lanjutan yangdapat ditangani oleh tingkatan
pelayanan kesehatan yang lebih rendah dan untuk alasan kemudahan, efisiensi,
dan pelayanan jangka panjang, dan/atau
d. Perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan
kebutuhan pasien karena keterbatasan sarana, prasarana, peralatan dan/atau
ketenagaan
Tata Cara Pelaksanaan Sistem Rujukan Berjenjang
1. Sistem rujukan pelayanan kesehatan dilaksanakan secara berjenjang sesuai kebutuhan
medis, yaitu:
a. Dimulai dari pelayanan kesehatan tingkat pertama oleh fasilitas kesehatan tingkat
pertama
b. Jika diperlukan pelayanan lanjutan oleh spesialis, maka pasien dapat dirujuk ke
fasilitas kesehatan tingkat kedua
c. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga di faskes tersier hanya dapat diberikan atas
rujukan dari faskess sekunder dan faskes primer
2. Pelayanan kesehatan di faskes primer yang dapat dirujuk langsung ke faskes tersier
hanya untuk kasus yang sudah ditegakkan diagnosis dan rencana terapinya,
merupakan pelayanan berulang dan hanya tersedia di faskes tersier
3. Ketentyan pelayanan rujukan berjenjang dapat dikecualikan dalam kondisi:
a. Terjadi keadaan gawat darurat, kondisi kegawatdaruratan mengikuti ketentuan
yang berlaku
b. Bencana, kriteria bencana ditetapkan oleh pemerintah pusat dan atau pemerintah
daerah
c. Kekhususan permasalahan kesehatan pasien, untuk kasus yang sudah ditegakkan
rencana terapinya dan terapi tersebut hanya dapat dilakukan di fasilitas kesehatan
lanjutan
d. Pertimbangan geografis, dan
e. Pertimbangan letersediaan fasilitas
4. Pelyanan oleh bidan dan perawat
a. Dalam keadaan tertentu, bidan atau perawat dapat memberikan pelayanan
kesehatan tingkat pertama sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan
b. Bidan dan perawat hanya dapat melakukan rujukan ke dokter dan/atau dokter gigi
pemberi pelayanan kesehatan tingkat pertama kecuali dalam kondisi gawat darurat
dan kekhususan permasalah kesehatan pasien, yaitu kondisi di luar kompetensi
dokter dan/atau dokter gigi pemberi pelayanana kesehatan tingkat pertama
5. Rujukan parsial
a. Rujukan parsial adalah pengiriman pasien atau specimen ke pemberi pelayanan
kesehatan lain dalam rangka menegakkan diagnosis atau pemberian terapi, yang
merupakan suatu rangkaian perawatan pasien di faskes tersebut
b. Rujukan parsial dapat berupa:
1. Pengiriman pasien untuk dilakukan pemeriksaan penunjang atau tindakan
2. Pengiriman spesiem untuk pemeriksaan penunjang
c. Apabila pasien tersebut adalah pasien rujukan parsial, maka penjamin pasien
dilakukan oleh fasilitas kesehatan perujuk

c. Peran Dokter dan Mitra kerja dalam Klinik Dokter Keluarga

Bentuk komunikasi/kerjasama antara dokter dan teman sejawatnya di lakukan dalam berbagai
hal seperti :
 Merujuk pasien.
Pada pasien rawat jalan, karena alasan kompetensi dokter dan keterbatasan
fasilitas pelayanan, dokter yang merawat harua merujuk pasiennya pada teman sejawat
lainnya.
 Bekerjasama dengan sejawat.
Dokter harus memperlakukan teman sejawat tanpa membeda-bedakan jenis kelamin,
ras,usia, kecacatan, agama, status sosial atau perbedaan kompetensi yang dapat
merugikanhubungan profesional antar sejawat.
 Bekerja dalam tim.
Asuhan kesehatan selalu di ingatkan melalui kerjasama dalam tim multidisiplin.
 Mengatur dokter pengganti.
Ketika seorang dokter berhalangan, dokter tersebut harus menentukan dokter
pengganti serta mengatur proses mengalihkan yang efektif dan komunikatif dengan
dokter  pengganti.
 Mematuhi tugas.
Seorang dokter yang bekerja pada institusi pelayanan atau pendidikan kedokteran
harus mematuhi tugas yang digariskan pimpinan institusi, termasuk sebagai dokter
pengganti.
 Pendelegasian wewenang.
Pendelegasian wewenang kepada perawat, peseta prograrm pendidikan spesialis,
mahasiswa kedokteran dalam hal pengobatan atau perawatan atas nama dokter yang
merawat, harus disesuaikan dengan kompetensi dalam melaksanakan prosedur dan terapi
yang sesuai dengan peraturan baru.

Komunikasi dokter – Profesi lain :


 Kolaborasi dokter –perawat
 Komunikasi dokter-Apoteker

Kolaborasi  Prinsip : Perencanaan


Pengambilan keputusan bersama
Berbagi saran / ide
Kebersamaan
Tanggung gugat
 Pendekatan Praktik Hirarkis
Dokter  Registerd nurse  Pemberi pelayanan lain  Pasien
 Menekankan komunikasi satu arah
 Kontak Dokter dengan pasien terbatas
 Dokter merupakan tokoh yang dominan
 Cocok untuk diterapkan di keadaan tertentu, sepert IGD
Pendekatan ini sekarang masih dominan dalam praktik dokter di Indonesia

 Model kolaboratif tipe II :

Registerd
DOKTER
nurse
PASIEN

Pemberi
pelayana
n lain
 Lebih berpusat pada pasien
 Semua pemberi pelayanan harus
bekerjasama
 Ada kerja sama dengan pasien
 Tidak ada pemberi pelayanan yang
mendominasi secara terus-menerus

Anda mungkin juga menyukai