Anda di halaman 1dari 41

A.

PENGERTIAN
Persalinan adalah suatu proses dimana fetus dan plasenta keluar dari
uterus, ditandai dengan peningkatan aktifitas myometrium (frekuensi dan
intensitas kontraksi) yang menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks
serta keluarnya lendir darah (“show”) dari vagina. Persalinan dan kelahiran
normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup
bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang
berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada
janin. (Prawirohardjo, 2001)
Menurut WHO persalinan normal adalah : persalinan yang dimulai
secara spontan, beresiko rendah pada awal persalinan dan tetap demikian
selama proses persalinan. Dari seluruh persalinan, didapatkan lebih dari 80%
proses persalinan berjalan normal dan sekitar 15-20% terjadi komplikasi
persalinan. UNICEF dan WHO menyatakan bahwa hanya 5% - 10% saja
yang membutuhkan seksio sesarea. Namun kenyataannya menurut sensus
survey demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 bahwa
kematian ibu penyebab utama adalah komplikasi karena partus lama. Insiden
ini menyebabkan persalinan sering berlangsung ditengah proses persalinan
dengan tindakan.

B. ETIOLOGI
Sebab-sebab terjadinya persalinan sampai saat ini belum diketahui
secara pasti, kemungkinan adanya banyak faktor yang saling berkaitan,
sehingga pemicu persalinan menjadi multifaktor. Beberapa teori yang
kompleks yang dianggap berpengaruh terhadap kejadian persalinan, yaitu
faktor hormon, fetus, plasenta, struktur uterus, sirkulasi uterus, pengaruh
tekanan pada saraf dan nutrisi.

C. TANDA DAN GEJALA PERSALINAN


1. Gejala awal
a. Lightening/drapping
Proses terjadinya penurunan bagian kepala janin memasuki pintu bawah
panggul. Lightening terjadi beberapa minggu atau beberapa jam sebelum
persalinan. Penurunan kepala janin biasanya bervariasi waktunya pada
primigravida maupun multigravida. Pada primigravida penurunan kepala
berlangsung pada usia kehamilan 36 minggu dan pada multigravida
berlangsung pada usia kehamilan 38 minggu. Proses lightening dipengaruhi
oleh adanya peregangan pada jaringan otot dan bagian persendian tulang
pelvis, diameter pelvis anterior-posterior sedikit bertambah luas.
b. Perubahan bentuk perut
Penurunan kepala, berdampak terhadap fundus uteri. Fundus uteri turun
dan perut tampak melebar ke samping.
c. Perubahan pola berkemih
Terjadi lightening yakni penurunan kepala ke dalam rongga
panggul akan menekan kandung kemih yang ada di bagian anterior
panggul. Kondisi ini membuat ibu sering mengalami frekuensi
berkemih yang berlebihan dan hampir tidak dapat menahan kontraksi
untuk berkemih.
d. Braxton hicks
Braxton hicks diawal kehamilan telah ada, namun semakin usia
kehamilan matur intensitas braxton hicks semakin kuat dan tidak
menimbulkan nyeri. Kondisi ini dipengaruhi adanya penekanan kepala
janin di daerah lumbal dan thorakal pada saat kepala janin memasuki
rongga panggul. Faktor lain yakni pengaruh hormon estrogen dan
progesterone yang berkurang diakhir kehamilan sehingga memicu
sekresi oksitosis dari posterior hipofisis. Dengan demikian kontraksi
uterus akan muncul yang diawali dengan braxton hicks. Sehingga
braxton hickssering disebut dengan gejala false labor.
e. Pengeluaran mucus vagina
Sekresi serviks meningkat yang dikeluarkan lewat vagina.
Konsentrasinya pada awalnya kental dan berangsur-angsur seperti
lender. Dengan demikian serviks mulai mengalami pendataran
(effacement) dan terjadi pengeluaran plug mucus. Plug mucus adalah
yang menutupi kanalis servikalis dan sering bercampur dengan darah
(blood sleem).
1. Gejala Inpartu
Beberapa minggu menjelang persalinan, intensitas braxton
hickscontraction semakin meningkat. Pada masa-masa itu terjadi
pembentukan segmen bawah uterus untuk mengakomodasi bagian
terbawah janin. Proses dilatasi dan pendataran seringkali terjadi sebelum
persalinan terutama pada multipara. Pada multipara, tanda show jarang
terlihat dan untuk menetapkan awal persalinan seringkali diperlukan
waktu yang agak lama.
a. Kontraksi uterus
Kontraksi berlangsung teratur, intensitas semakin kuat,
durasinya semakin lama dan semakin sering. Kontraksi ini membuat
miometrium meregang sehingga membuat ibu merasa tidak nyaman.
Munculnya kontraksi dalam 10 menit pada awalnya 2 kali dalam
yakni 5 menit sekali.
b. Pengeluaran
Mucus serviks yang keluar semakin sering, konsistensi encer
dan bercampur dengan darah.
c. Kadang disertai adanya ketuban pecah dini. Kondisi ini berlangsung
bila ada masalah pada selaput amnion. Dalam hal ini bukan
merupakan gejala persalinan normal.
d. Pada saat pemeriksaan dalam/vaginal touché, serviks sudah
mengalami effacement (pendataran) dan dilatasi (pembukaan).
2. Tanda-tanda pasti melahirkan
i. Posisi bayi berubah turun
Sekitar satu sampai empat minggu sebelum persalinan dimulai,
mungkin merasa posisi bayi di dalam kandungan berubah. Bahkan
terkadang, tanda-tanda persalinan yang satu ini bisa berlangsung
beberapa jam sebelumnya.
Dari yang tadinya posisi kepala berada di atas dan kaki di bawah,
kini malah sebaliknya. Ibaratnya, bayi secara perlahan mulai
“merosot” atau turun ke panggul Anda. Kondisi dikenal sebagai
“pengenduran”. Ini berarti bayi sedang mengatur ulang tubuhnya
menjadi posisi kepala di bawah, sebagai tanda-tanda mau
melahirkan.Ketika bayi berubah ke posisi yang lebih rendah, ini akan
meringankan tekanan pada diafragma ibu sehingga lebih mudah
untuk bernapas. Namun, perubahan pada posisi bayi ini juga
memberikan lebih banyak tekanan pada kandung kemih.Alhasil,
mungkin menjadi lebih sering bolak-balik ke kamar mandi meski
baru saja buang air kecil. Bagi beberapa ibu yang baru akan
melahirkan pertama kali, perubahan posisi ini mungkin terjadi di
detik-detik akhir menjelang persalinan atau saat persalinan dimulai.
ii. Leher rahim terbuka
Ketika tubuh mempersiapkan untuk kelahiran bayi, tanda-tanda
mau melahirkan bisa terasa ketika leher rahim (serviks) mulai
melebar dan menipis. Kondisi ini umumnya mulai muncul pada
beberapa minggu atau hari sebelum persalinan tiba.
Di awal, pelebaran leher rahim ini biasanya masih berkembang
dengan sangat lambat. Setelah tanda-tanda persalinan mulai masuk
ke masa aktif, pelebaran serviks akan berlangsung dengan sangat
cepat.Selama pemeriksaan, dokter biasanya akan melakukan
pemeriksaan dalam guna melihat apakah leher Rahim sudah mulai
melebar. Proses pelebaran atau “bukaan” leher rahim ini diukur
dalam skala sentimeter (cm), atau dengan memasukkan jari.
Jika 10 jari sudah dapat dimasukkan atau sekitar 10 cm lebarnya,
artinya pembukaan lengkap sehingga ibu dan bayi sudah siap untuk
menjalani proses persalinan. Lebar 10 cm atau 10 jumlah jari yang
bisa masuk bisa disebut sebagai pembukaan penuh.Pembukaan leher
rahim atau serviks sepenuhnya ini biasanya disertai dengan
munculnya kontraksi yang teratur.
iii. Leher rahim menipis
Di samping mengalami pembukaan, servis atau leher rahim juga
akan mulai melebar dan menipis sebagai tanda-tanda ibu mau
melahirkan sebentar lagi.Semakin tipis leher rahim, otomatis
semakin mudah untuk melebar dan membuka selama proses
persalinan berlangsung nantinya.Mungkin ibuakan merasa sedikit
tidak nyaman. Kontraksi juga bisa muncul tapi masih dalam tingkat
yang cukup ringan.
iv. Kram perut dan nyeri punggung yang semakin parah
Menjelang dan selama persalinan, ibu mungkin merasa tekanan
atau kram di daerah panggul dan dubur. Bukan hanya itu.Ibu juga
mungkin mengeluhkan nyeri di area paha dan punggung bagian
bawah, terutama jika ini bukan kehamilan pertama.Dalam kondisi
ini, otot dan sendi tubuh biasanya sedang meregang dan bergeser
sebagai tanda-tanda mau melahirkan.
v. Diare, mual, dan muntah
Salah satu tanda-tanda mau melahirkan yang kerap tidak disadari
yakni diare, mual, dan muntah. Ini karena hormon yang diproduksi
oleh tubuh untuk memudahkan kelahiran bayi dapat merangsang
usus untuk lebih aktif bekerja.
Hal ini yang kemudian membuat ibu jadi lebih rutin bolak-balik ke
kamar mandi untuk muntah atau karena diare. Kondisi ini tentu akan
sangat menggangu. Namun, ini merupakan cara alami tubuh untuk
menunjukkan tanda-tanda persalinan akan tiba, terlebih jika disertai
dengan ciri khas melahirkan lainnya.
Selama persalinan, ibu juga mungkin mengalami dorongan untuk
buang air besar. Cara terbaik untuk menangani ini adalah untuk
menjaga tubuh tetap terhidrasi dengan minum banyak cairan.
vi. Perubahan energi dalam tubuh
Perut yang makin hari makin membesar diiringi dengan sistem
pencernaan yang semakin berantakan, dapat membuat ibu sulit tidur
nyenyak di malam hari. Ini yang kemudian membuat ibu cenderung
lebih memilih untuk menutup mata dan tetap berbaring di tempat
tidur, meskipun matahari sudah bersinar terik.
Sebaliknya, beberapa ibu hamil lainnya justru merasakan adanya
ledakan energi yang besar mendekati hari kelahiran sang buah hati.
Saking kuatnya energi tersebut, ibu mungkin merasa seperti ada
keinginan kuat untuk membersihkan dan merapikan segala sesuatu
yang tampak di depan mata.Intinya, tanda-tanda persalinan ini
membuat ibu merasa jadi lebih bersemangat untuk menjalani
aktivitas sembari menanti waktu melahirkan yang sesungguhnya
tiba. Kedua tanda-tanda mau melahirkan tersebut normal dan tidak
perlu dikhawatirkan.
vii. Perubahan mood (suasana hati)
Selain energi di dalam tubuh yang berubah, entah lebih meningkat
atau malah menurun, suasana hati Anda juga bisa ikut terpengaruh.
Ya, kondisi ini bisa menjadi satu dari beberapa tanda-tanda mau
melahirkan.Sadar atau tidak, perubahan mood ini yang nantinya
memengaruhi peningkatan atau penurunan energi di dalam tubuh
Anda.
viii. Keluarnya lendir seperti keputihan
Tanda-tanda persalinan sudah sangat dekat lainnya yakni keluarnya
cairan vagina seperti keputihan tapi lebih kental. Selama masa
kehamilan, ada sumbatan lendir yang menumpuk di dalam leher
rahim atau serviks.Ketika serviks mulai menipis dan terbuka sebagai
tanda-tanda mau melahirkan, sumbatan lendir tersebut akan keluar
melalui vagina. Lendir tersebut memiliki tekstur yang kental, dengan
warna bening, merah muda, atau agak merah karena darah.
Lendir ini biasanya keluar atau muncul beberapa menit, jam, atau
hari sebelum persalinan tiba. Meski begitu, tidak semua wanita
memerhatikan tanda-tanda persalinan yang satu ini.Jika lehir yang
keluar menyerupai perdarahan berat seperti sedang menstruasi,
kemungkinan ada masalah pada kehamilan, khususnya plasenta.
Jangan tunda untuk segera memeriksakannya ke dokter apabila
kondisi ini terjadi.
ix. Muncul kontraksi dengan pola yang kuat dan teratur
Kontraksi rahim saat hamil pada awalnya akan berpola tidak
beraturan dan muncul jarang-jarang. Ini disebut sebagai kontraksi
Braxton Hicks, dan bukan merupakan tanda-tanda mau melahirkan
yang sebenarnya.Kontraksi Braxton Hicks alias palsu ini biasanya
mulai muncul saat masa kehamilan memasuki trimester ketiga, meski
ada beberapa juga yang merasakannya di trimester kedua. Kontraksi
palsu merupakan hal normal yang memang akan terjadi sebelum
Anda merasakan kontraksi persalinan yang sebenarnnya.
Sementara kontraksi yang sebenarnya sebagai tanda-tanda persalinan
biasanya menyebabkan rasa tidak nyaman atau sakit di punggung dan
perut bagian bawah. Ketidaknyamanan tersebut bisa datang bersamaan
dengan adanya tekanan di sekitar bagian panggul.Kontraksi seolah
bergerak seperti gelombang yang dimulai dari bagian atas rahim,
hingga menjalar ke bawah rahim. Beberapa wanita menggambarkan
rasa kontraksi sungguhan ini seperti kram perut saat menstruasi, tapi
dengan intensitas yang jauh lebih kuat.
Namun, sensasi yang ditimbulkan dari kontraksi sungguhan ini tidak
selalu sama pada setiap wanita. Perbedaan ciri dari kontraksi
sungguhan ini juga bisa berubah-ubah antara kehamilan pertama dan
selanjutnya.Kontraksi tanda-tanda mau melahirkan yang akan
berlangsung sebentar lagi memiliki jarak antar kontraksi yang lebih
seragam. Sekitar 30-70 detik per kontraksi setiap setiap lima, tujuh,
maupun sepuluh menit sekali, misalnya. Kondisi ini biasanya akan
semakin parah dan lebih sering mendekati waktu melahirkan.
Bahkan, berbeda dengan kontraksi palsu. Tidak peduli jika Anda
berganti posisi, tidur, atau dibawa jalan-jalan, kontraksi yang
sebenarnya tetap akan terasa. Maka itu, jika Anda belum berada di
rumah sakit, sebaiknya segera mendatangi dokter agar dapat diberikan
penanganan yang tepat.
x. Air ketuban pecah
Kantung ketuban adalah selaput pembungkus cairan yang berperan
sebagai pelindung bayi selama berada di dalam kandungan. Nah, air
ketuban pecah adalah salah satu tanda-tanda pasti bahwa Anda sudah
mau melahirkan.
Kebanyakan kasus air ketuban yang pecah umumnya terjadi
beberapa jam sebelum persalinan dimulai. Akan tetapi, ini tak selalu
terjadi di awal sebelum Anda masuk ke ruang bersalin. Beberapa ibu
hamil yang hendak melahirkan juga bias mengalami pecah ketuban
selama proses persalinan berlangsung.Mungkin Anda mengira kalau
pecahnya air ketuban ini akan menimbulkan semburan deras dalam
jumlah yang banyak. Padahal, nyatanya tidak demikian. Cairan
ketuban yang bocor akan keluar seperti tetesan, dan bukan langsung
banyak.
Namun, cairan tersebut akan keluar secara tidak beraturan dan
berlangsung terus-menerus melalui vagina. Namun, pada kondisi
tertentu, ketuban yang pecah dapat timbul seperti semburan mendadak.
Selain itu, keluarnya air ketuban sering kali tidak dapat ditahan
berbeda dengan urin. Anda dapat menggunakan pembalut untuk
menjaga diri tetap kering selagi Anda menghubungi dokter atau bidan
Anda.
Sebaliknya, jika cairan menyembur dan membuat pakaian dalam
Anda basah kuyup, segera hubungi dokter atau pergi ke rumah sakit.
Pasalnya, ini merupakan tanda-tanda bahwa proses persalinan mungkin
akan segera dimulai.Begitu ketuban pecah, bayi tak lagi dikelilingi
oleh bantalan pelindung sehingga lebih rentan terkena infeksi.
Semakin lama proses persalinan dimulai, semakin besar risiko bayi
untuk terkena infeksi karena akan semakin banyak air ketuban yang
diminumnya.
3. Tanda-tanda tidak pasti melahirkan
Selama kehamilan, ibu akan mengalami beberapa kali kontraksi namun
itu bukanlah tanda-tanda melahirkan, karena terjadi sebelum mencapai
usia persalinan dan sifatnya berbeda dengan yang asli, itulah yang kita
sebut sebagai "kontraksi palsu"
Braxton Hicks adalah istilah medis untuk menamai kontraksi palsu ini.
Ini merupakan cara tubuh untuk bersiap-siap dari jauh-jauh hari
mengkondisikan rahim dan jalan lahir agar nantinya siap
melakukan persalinan. Kontraksi melahirkan atau yang asli memiliki
karakteristik yang khas, sehingga kita akan dapat membedakan apakah itu
kontraksi palsu atau asli.
Beberapa wanita menggambarkan kontraksi Braxton Hicksseperti
pengetatan atau mengencangnya perut yang hilang timbul. Banyak wanita
mengatakan kontraksi palsu terasa seperti kram menstruasi ringan.
Kontraksi Braxton Hicks ini mungkin akan terasa tidak nyaman, namun
ini bukanlah tanda-tanda persalinan, makanya disebut palsu.Kontraksi
Palsu Memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
1. Tidak begitu menyakitkan
2. Tidak terjadi secara berkala
3. Munculnya jarang-jarang
4. Tidak menjadi semakin sakit saat berjalan
5. Waktu munculnya lebih sebentar dibanding tidaknya
6. Semakin lama tidak semakin kuat kontraksinya

Ibu hamil biasanya merasakan kontraksi palsu Braxton Hicks ini selama


trimester ketiga atau akhir trimester kedua. Ini adalah normal, maka tidak
perlu khawatir. Namun, apabila kontraksi palsu ini sampai membuat tidak
nyaman, maka dapat melakukan tips di bawah ini untuk meringankan:

7. Jalan-jalan. Kontraksi persalinan palsu sering


berhenti ketika mengubah posisi atau bangun dan bergerak.
8. Istirahat atau tidur yang cukup.
9. Buat badan menjadi rileks dengan mandi air hangat atau dengan
mendengarkan musik.

Pertanyaan Kontraksi Asli Kontraksi Palsu


Seberapa sering Kontraksi datang secara Kontraksi sering tidak
kontraksi terjadi? berkala dan berlangsung teratur dan jarang
sekitar 30-70 detik.
Dengan berjalannya
waktu, akan menjadi lebih
sering dan kuat.
Apakah ada perubahan Kontraksi terus terjadi Kontraksi mungkin
saat berpindah posisi? meskipun Anda berhenti ketika berjalan
memindahkan atau atau istirahat, atau bahkan
mengubah posisi. Juga mungkin berhenti jika
akan terus terjadi Anda mengubah posisi.
meskipun Anda
beristirahat.
Seberapa kuat kontraksi Kontraksi akan terus Kontraksi biasanya lemah
yang terjadi? menjadi kuat dan semakin dan tidak begitu kuat.
kuat lagi. Atau mungkin kuat pada
awalnya dan kemudian
menjadi lemah.
Di bagian mana yang Kontraksi yang lebih Biasanya hanya terasa
terasa sakit? intens dan mungkin rasa sakit perut di bagian
sakit mulai di punggung depan atau panggul.
bawah dan bergerak ke
perut bagian depan. Atau
mungkin mulai di perut
dan pindah ke punggung.

2. PERSIAPAN PERSALINAN
1. Persiapan Fisik
Proses persalinan adalah proses yang banyak melelahkan, untuk itu
perlunya dilakukan persiapan fisik semenjak kehamilanmemasuki bulan ke
8 kehamilan, hal ini disebabkan persalinan bisa terjadi kapan saja.
Persiapan fisik berkaitan dengan masalah kondisi kesehatan ibu, dimana
ibu perlu menyiapkan kondisi fisik sebelum hamil. Ibu memahami berupa
adanya perubahan fisiologi sebelum terjadi persalinan kira-kira 2 minggu,
dimana ibu akan lebih mudah bernafas karena fundus uteri agak menurun
berhubung kepala janin mulai masuk ke dalam pintu atas pinggul (PAP),
Ibu akan sering buang air kecil (BAK) karena turunnya kepala janin ke
dalam PAP yang menekan vesika urinaria serta ibu merasakan adanya
gambaran his palsu yaitu kadang-kadang perut mengejang.
Makan makanan bergizi dan minum yang cukup banyak, serta tetap
melakukan aktivitas seperti berjalan pagi, atau kegiatan rumah lainnya
(untuk yang bekerja dipastikan sudah cuti), dan tetap istirahat yang cukup.
Hal tersebut di atas dimaksudkan bahwa dengan aktivitas, istirahat dan
gizi yang baik, energi dan tenaga untuk menghadapi persalinan nanti
diharapkan cukup baik, dan dapat membantu prosesnya agar lancar dan
cepat, ibu juga tidak anemia dan mengalami lemas kehabisan energi,
karena proses persalinan bisa berbeda-beda waktunya pada setiap orang,
ada yang lama, ada yang cepat, dan umumnya melelahkan (Isnandi. 2009)
Selain hal di atas ibu perlu memahami gambaran jelas dan sistemis
tentang jalannya persalinan, mengetahui teknik mengedan dan bernafas
yang baik, harus menjaga kebersihan badan dan kesesuaian pakaian.
Persiapan fisik berupa kebersihan badan menjelang persalinan karena
bermanfaat jika dengan mandi dan membersihkan badan akan mengurangi
kemungkinan adanya kuman yang masuk selama persalinan dan dapat
mengurangi terjadinya infeksi sesudahmelahirkan. Ibu akan merasa
nyaman selama menjalani proses persalinan. Persiapan fisik lain yang
perlu diperhatikan adalah dengan melakukan olah raga misalnya senam
hamil, karena seorang perempuan memerlukan fisik yang fit untuk
melahirkan. Kondisi fit ini ada hubungannya juga dengan ada atau
tidaknya penyakit berat yang diidap oleh calon ibu. Jika ditemukan
riwayat darah tinggi atau asma berat, misalnya, berarti tidak bisa dilakukan
persalinan normal. sehingga sejak awal kehamilan, sudah harus
direncanakan kelahiran dengan operasi (Iskandar, 2007).
Senam hamil ini hanya bisa dilakukan ketika kandungan berusia
22-36 minggu. Namun, yang perlu diperhatikan, tidak semua kondisi ibu
hamil dapat melakukan treatment ini, sehingga disarankan melakukan
konsultasi terlebih dahulu dengan dokter pendamping kandungan. Ada dua
tipe kondisi wanita yang tidak bisa melakukan senam hamil, yaitu yang
bersifat relatif (riwayat kebidanan jelek, janin kembar, menderita diabetes,
letak bayi sungsang). Sementara yang bersifat mutlak tidak boleh
dilakukan senam hamil adalah (menderita penyakit jantung, hipertensi,
resiko kalahiran prematur). Latihan senam ini harus dihentikan jika terjadi
keluhan nyeri di bagian dada, nyeri kepala, dan nyeri persendian, kontraksi
rahim yang sering, keluar cairan, denyut jantung meningkat > 140/menit,
kesulitan untukberjalan, dan mual, serta muntah yang menetap. Senam
hamil dibagi menjadi empat tahap berdasarkan usia kandungan. Tahap
pertama (usia kehamilan 22-25 minggu), tahap kedua (usia kehamilan 26-
30 minggu), tahap ketiga (31-35 minggu) dan tahap keempat (36-
melahirkan) (Indarti, 2008).
Persiapan fisik yang lain adalah rutinitas dalam memeriksakan
kehamilan ke petugas kesehatan. Setiap trimester masa kehamilan
memiliki proses tersendiri. Karena itu, penting bagi ibu hamil mengetahui
pertanyaan apa saja yang tepat diajukan setiap kali berkonsultasi ke dokter
berkaitan dengan kondisi kehamilannya.
2. Persiapan psikologi
Persiapan pada ibu primigravida umumnya belum mempunyai
bayangan mengenai kejadian-kejadian yang akan dialami pada akhir
kehamilannya saat persalinan terjadi. Salah satu yang harus dipersiapkan
ibu menjelang persalinan yaitu hindari kepanikan dan ketakutan dan
bersikap tenang, dimana ibu hamil dapat melalui saatsaat persalinan
dengan baik dan lebih siap serta meminta dukungan dari orang-orang
terdekat, perhatian dan kasih sayang tentu akan membantu memberikan
semangat untuk ibu yang akan melahirkan. Keluarga baik dari orang tua
maupun suami merupakan bagian terdekat bagi calon ibu yang dapat
memberikan pertimbangan serta bantuan sehingga bagi ibu yang akan
melahirkan merupakan motivasi tersendiri sehingga lebih tabah dan lebih
siap dalam menghadapi persalinan (Sjafriani, 2007).
Dalam mengatasi perasaan takut dalam persalinan, ibu dapat
mengatasinya dengan meminta keluarga atau suami untuk memberikan
sentuhan kasih sayang, meyakinkan ibu bahwa persalinan dapat berjalan
lancar, mengikutsertakan keluarga untuk memberikandorongan moril,
cepat tanggap terhadap keluhan ibu/ keluarga serta memberikan bimbingan
untuk berdo’a sesuai agama dan keyakinan. Hal lain yang perlu
diperhatikan oleh para ibu primigravida ini adalah dengan cara mencari
pengetahuan seluas-luasnya tentang masalah kehamilan dan persalinan
dengan membaca buku atau hal-hal lain yang berkaitan dengan masalah
kehamilan serta konsultasi kepada petugas kesehatan.
Perasaan cemas pada ibu hamil bisa berdampak pada janin, untuk
itu perlu adanya stimulus dari untuk menentramkan hati ibu. Hal yang
dapat dilakukan adalah dengan cara mendengarkan musik. Musik telah
dipakai sebagai media pengobatan sejak tahun 550 Sebelum Masehi, dan
dikembangkan Pithagoras dari Yunani. Konsep musik ini diterapkan
bersama oleh pakar musik Peter Huebner dan komposerkomposer musik
klasik Jerman, dalam bentuk musik terapi-medisresonansi atau istilah
asingnya Medical Resonance Therapy Music, disingkat MRT-M. Daya
pengobatan MRT-M ini membawa dampak positif pada ibu hamil, baik
yang sehat maupun dengan gangguan. Penurunan angka kelahiran
prematur merupakan salah satu pengaruh efek pengobatan musik tersebut
(Umi, 2009).

3. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Pemeriksaan darah lengkap
1) Hb normal = 11,4 – 15,1 gr/dl
2) Golongan darah = A, B, AB, & O
3) Faktor RH = +/-
4) Waktu pembekuan
5) Protein urine
6) Urine reduksi
b. Ultrasonografi
Ultrasonografi dapat mengidentifikasi kehamilan ganda, animaly
janin, atau melokalisai kantong amnion pada amniosintesis.
c. Amniosintesis
Guna mengidentifikasi secara dini adanya kelainan kongenital yang
dialami oleh janin sehingga dapat ditentukan tindakan untuk terminasi
kehamilan atau melanjutkan kehamilan.
d. Amnioskopi
Guna membantu menseleksi kasus secara cermat untuk dilakukan
induksi persalinan bila pada kehamilan ditemukan risiko janin.

4. PERUBAHAN FISIOLOGIS & PSIKOLOGIS PADA KALA I, II, III,


IV
1. Kala satu (kala pembukaan)
Kala satu persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus atau
dikenal dengan “his” yang teratur dan meningkat (baik frekuensi maupun
kekuatannya) hingga serviks berdilatasi hingga 10 cm (pembukaan lengkap)
atau kala pembukaan berlangsung dari mulai adanya pembukaan sampai
pembukaan lengkap. Pada permulaan kala satu, his yang timbul tidak begitu
kuat sehingga ibu masih koperatif dan masih dapat berjalan-jalan. Kala satu
persalinan dibagi menjadi tiga fase, yaitu:
a. Fase laten
1) Pembukaan servik 0 cm (awal) sampai 5 cm (akhir).
2) Kontraksi tidak teratur dan kemajuan dari teratur menjadi ringan ke
sedang, durasi 5 sampai 30 menit terpisah, 30 sampai 45 detik.
3) Pembukaan dan penipisan servik sebagian.
4) Pecahnya membrane/ketuban secara spontan (SROM) atau pecahnya
membran/ketuban buatan (AROM).
5) Ibu banyak berbicara dan bersemangat.
b. Fase aktif : Tahap 1 berakhir 8 sampai 20 jam (primigravida) atau 2
sampai 14 jam (multigravida/multipara) setelah mencapai fase ini.
a. Pembukaan servik 4 cm (awal) sampai 7 cm (akhir)
b. Kontraksi tidak teratur, sedang menjadi kuat, durasi 3 sampai 5
menit terpisah, 40 sampai 70 detik.
c. Servik membuka 7 cm dengan penipisan servik yang cepat.
d. Dimulainya penurunan janin.
e. Ibu menjadi sangat cemas dan gelisah seiring dengan kontraksi yang
intensif; perasaan ketidaberdayaan mungkin dilaporkan.
c. Fase transisi : Berakhir saat pembukaan lengkap pada 10 cm
1) Pembukaan serviks 8 sampai 10 cm.
2) Kontraksi teratur, kuat menjadi sangat kuat, durasi 2 sampai 3 menit
terpisah, 45 sampai 90 detik.
3) Ibu lelah, marah, gelisah dan merasa tidak berdaya dan tidak mampu
menangani persalinan (ini adalah fase tersulit dalam persalinan).
4) Mual dan muntah dan sensasi kebutuhan untuk memiliki gerakan
usus mungkin terjadi.
5) Desakan untuk mengejan terjadi.
6) Blood show/pengeluaran lendir darah meningkat seiring dengan
pengeluaran air ketuban.
Perubahan fisiologis Kala I
1. Uterus
Saat mulai persalinan, jaringan dari myometrium berkontraksi dan
berelaksasi seperti otot pada umumnya. Pada saat otot retraksi, ia tidak
akan kembali ke ukuran semula tapi berubah ke ukuran yang lebih
pendek secara progresif.
Dengan perubahan bentuk otot uterus pada proses kontraksi,
relaksasi, dan retraksi maka cavum uteri lama kelamaan akan menjadi
semakin mengecil. Proses ini merupakan salah satu faktor yang
menyebabkan janin turun ke pelvic.
Kontraksi uterus mulai dari fundus dan terus melebar sampai ke
bawah abdomen dengan dominasi tarikan ke arah fundus (fundal
dominan). Kontraksi uterus berakhir dengan masa yang terpanjang
dan sangat kuat pada fundus. Dan berikut adalah perubahan kapasitas
uterus saat persalinan.
2. Serviks
Sebelum onset persalinan, serviks mempersiapkan kelahiran dengan
berubah menjadi lembut. Saat persalinan mendekat, serviks mulai
menipis dan membuka.
a. Penipisan Serviks (effacement)
Berhubungan dengan kemajuan pemendekan dan penipisan
serviks. Seiring dengan bertambah efektifnya kontraksi, serviks
mengalami perubahan bentuk menjadi lebih tipis. Hal ini
disebabkan oleh kontraksi uterus yang bersifat fundal dominan
sehingga seolah-olah serviks tertarik ke atas dan lama kelamaan
menjadi tipis. Batas antara segmen atas dan bawah rahim
(retraction ring) mengikuti arah tarikan ke atas sehingga seolah-
olah batas ini letaknya bergeser ke atas. Panjangnya serviks pada
akhir kehamilan normal berubah-ubah (dari beberapa mm menjadi
3 cm). dengan dimulainya persalinan, panjang serviks berkurang
secara teratur sampai menjadi pendek (hanya beberapa mm).
Serviks yang sampai tipis ini disebut dengan “menipis penuh”.
b. Dilatasi
Proses ini merupakan kelanjutan dari effacement. Setelah serviks
dalam kondisi menipis penuh, maka tahap berikutnya adalah
pembukaan. Serviks membuka disebabkan daya tarikan otot uterus
ke atas secara terus-menerus saat uterus berkontraksi. Dilatasi dan
diameter serviks dapat diketahui melalui pemeriksaan intravaginal.
Berdasarkan diameter pembukaan serviks, proses ini terbagi
menjadi 2 fase, yaitu :
1. Fase laten
Berlangsung selama kurang lebih 8 jam. Pembukaan terjadi
sangat lambat sampai mencapai diameter 3 cm.
2. Fase aktif
1. Fase akselarasi, dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm kini
menjadi 4 cm
2. Fase dilatasi maksimal, dalam waktu 2 jam pembukaan
berlangsung sangat cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm
3. Fase deselarasi. Pembukaan melambat kembali, dalam 2
jam pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap (10cm).
Pembukaan lengkap berarti bibir serviks dalam keadaan tak
teraba dan diameter lubang seviks adalah 10cm.
Fase diatas dijumpai pada primigravida. Pada multigravida
tahapannya sama namun waktunya lebih cepat untuk setiap
fasenya. Kala I selesai apabila pembukaan serviks telah
lengkap. Pada primigravida berlangsung kira-kira 13 jam,
sedangkan pada multigravida kira-kira 7 jam.
Mekanisme membukanya seviks berbeda antara
primigravida dan multigravida. Pada primigravida ostium uteri
internum akan membuka lebih dahulu sehingga serviks akan
mendatar dan menipis, kemudia ostium uteri eksternum
membuka. Namun pada multigravida, ostium uteri internum
dan eksternum serta penipisan dan pendataran serviks terjadi
dalam waktu yang sama.
Pendataran dan dilatasi serviks melonggarkan memberan
dari daerah ostium uteri interna dengan sedikit perdarahan dan
menyebabkan lendir bebas dari sumbatan atau operculum.
Pengeluaran lendir dan darah ini disebut sebagai “bloody
show” yang mengindikasikan telah dimulainya proses
persalinan.
c. Ketuban
Ketuban akan pecah dengan sendirinya ketika pembukaan
hampir atau sudah lengkap. Tidak jarang ketuban harus
dipecahkan ketika pembukaan sudah lengkap. Bila ketuban telah
pecah sebelum pembukaan 5cm, disebut Ketuban Pecah Dini
(KPD).
d. Tekanan Darah
1. Tekanan darah akan meningkat selama kontrkasi, disertai
peningkatan sistol rata-rata 15-20 mmHg dan diastole rata-rata
5-10 mmHg.
2. Pada waktu-waktu tertentu di antara kontraksi, tekanan darah
kembali ke tingkat sebelum persalinan. Untuk memastikan
tekanan darah yang sebenarnya, pastikan untuk melakukan cek
tekanan darah selama interval kontraksi.
3. Dengan mengubah posisi pasien dari telenteang ke posisi
miring, perubahan tekanan darah selama persalinan dapat
dihindari.
4. Nyeri, rasa takut, dan kekhawatiran dapat semakin
meningkatkan tekanan darah.
5. Apabila pasien merasa sangat takut atau khawatir,
pertimbangkan kemungkinan bahwa rasa takutnya
menyebabkan peningkatan tekanan darah (bukan pre-
eklampsia). Cek parameter lain untuk menyingkirkan
kemungkinan pre-eklamsi. Berikan perawatan dan obat-obat
penunjang yang dapat merelaksasikan pasien sebelum
menegakkan diagnosis akhir, jika preeklampsi tidak terbukti.
e. Metabolisme
1. Selama persalinan, metabolisme karbohidrat baik aerob
maupun anaerob meningkat dengan kecepatan tetap.
Peningkatan ini terutama diakibatkan oleh kecemasan dan
aktivitas otot rangka.
2. Peningkatan aktivitas metabolic dari peningkatan suhu tubuh,
denyut nadi, pernapasan, curah jantung, dan cairan yang hilang.
f. Suhu Tubuh
1. Suhu tubuh meningkat selama persalinan, tertinggi selama dan
segera setelah melahirkan.
2. Peningkatan suhu yang tidak lebih dari 0,5-10C dianggap
normal, nilai tersebut mencerminkan peningkatan metabolisme
persalinan.
3. Peningkatan suhu tubuh sedikit adalah normal dalam
persalinan, namun bila persalinan berlangsung lebih lama
peningkatan suhu tubuh dapat mengindikasikan dehidrasi,
sehingga parameter lain harus di cek. Begitu pula pada kasus
ketuban pecah dini, peningkatan suhu dapat mengindikasikan
infeksi dan tidak dapat dianggap normal dalam keadaan ini.
g. Detak jantung
1. Perubahan yang mencolok selama kontraksi disertai
peningkatan selama fase peningkatan, penurunan selama titik
puncak sampai frekuensi yang lebih rendah daripada frekuensi
diantara kontraksi, dan peningkatan selama fase penurunan
hingga mencapai frekuensi lazim diantara kontraksi.
2. Penurunan yang mencolok selama puncak kontraksi uterus
tidak terjadi jika wanita berada pada posisi miring bukan
telentang.
3. Frekuensi denyut nadi diantara kontraksi sedikit lebih tinggi
di banding selama periode menjelang persalinan. Hal ini
mencerminkan peningkatan metabolisme yang terjadi selama
persalinan.
4. Sedikit peningkatan denyut jantung dianggap normal, maka
diperlukan pengecekan parameter lain untuk menyingkirkan
kemungkinan proses infeksi.
h. Pernapasan
1. Sedikit peningkatan frekuensi pernapasan dianggap normal
selama persalinan, hal tersebut mencerminkan peningkatan
metabolisme. Meskipun sulit untuk memperoleh temuan yang
akurat mengenai frekuensi pernapasan, karena snagat
dipengaruhi oleh rasa senang, nyeri, rasa takut, dan
pengggunan teknik pernapasan.
2. Hiperventilasi yang memanjang adalah temuan abnormal dan
dapat menyebabkan alkalosis. Amati pernapasan pasien dan
bantu ia mengendalikannya untuk menghindari hiperventilasi
berkelanjutan, yang ditandai oleh rasa kesemutan pada
ekstremitas dan perasaan pusing.
i. Perubahan Renal (berkaitan dengan ginjal)
1. Poliuri sering terjadi selama persalinan. Kondisi ini dapat
diakibatkan karena peningkatan lebih lanjut curah jantung
selama persalinan dan kemungkinan peningkatan laju filtrasi
glomerulus dan aliran plasma ginjal. Poliuri menjadi kurang
jelas pada kondisi telentang karena posisi ini membuat aliran
urin berkurang selama kehamilan.
2. Kandung kemih harus sering dievaluasi (setiap 2 jam) untuk
mengetahui adanya distensi, juga harus dikosongkan untuk
mencegah obstruksi persalinan akibat kandung kemih yang
penuh. Yang akan mencegah penurunan bagian presentasi
janin, dan trauma pada kandung kemih akibat penekanan yang
lama, yang akan menyebabkan hipotonia kandung kemih dan
retensi urin selama periode pascapersalinan
3. Sedikit proteinuria (+1) umum ditemukan pada sepertiga
sampai setengah jumlah ibu bersalin. Lebih sering terjadi pada
primipara,
pasien yang mengalami anemia, atau yang persalinannya lama.
4. Proteinuria yang nilainya +2 atau lebih adalah data yang
abnormal. Hal ini mengindikasikan pre-eklampsi.
j. Gastrointestinal
1. Motilitas dan absorbsi lambung terhadap makanan padat jauh
berkurang. Apabila kondisi ini diperburuk oleh penurunan
lebih lanjut sekresi asam lambung selama persalinan, maka
saluran cerna bekerja dengan lambat sehingga waktu
pengosongan lambung menjadi lebih lama. Cairan tidak
dipengaruhi dan waktu yang dibutuhkan untuk pencernaan di
lambung tetap seperti biasa. Makanan yang dimakan
selama periode menjelang persalinan atau fase prodromal atau
fase laten persalinan cenderung akan tetap berada di dalam
lambung salama persalinan.
2. Lambung yang penuh dapat menimbulkan ketidaknyamanan
selama masa transisi. Oleh karena itu, pasien dianjurkan untuk
tidak makan dalam porsi besar atau minum berlebihan, tetapi
makan dan minum ketika keinginan timbul guna
mempertahankan energi dan hidrasi.
3. Mual dan muntah umum terjadi selama fase transisi yang
menandai akhir fase pertama persalinan. Pemebrian obat-
obatan oral tidak efektif selama persalinan. Perubahan saluran
cerna kemungkinan timbul sebagai respon terhadap salah satu
kombinsi antara faktorfaktor seperti kontraksi uuerus, nyeri,
rasa takut, khwatir, obat atau komplikasi.
k. Hematologi
1. Haemoglobin meningkat rata-rata 1,2 mg% selama persalinan
dan kembali ke kadar sebelum persalinan pada hari pertama
pascapersalinan jika tidak ada kehilangan darah yang
abnormal.
2. Jangan terburu-buru yakin bahwa seorang pasien tidak anemia.
Tes darah yang menunjukkan kadar darah berada dalam batas
normal membuat kita terkecoh sehingga mengabaikan
peningkatan resiko pada pasien anemia selama masa
persalinan.
3. Selama persalinan, waktu koagulasi darah berkurang dan
terdapat peningkatan fibrinogen plasma lebih lanjut.
Perubahan ini menurunkan resiko perdarahan pascapersalinan
pada pasien normal.
4. Hitung sel darah putih secara progresif meningkat selama kala
I sebesar kurang lebih 5 ribu/ul hinggaa jumlah rata-rata
15ribu/ul pada saat pembukaan lengkap, tidak ada peningkatan
lebih lanjut setelah ini. Peningkatan hitung sel darah putih
tidak selalu mengindikasikan proses infeksi ketika jumlah ini
dicapai. Apabila jumlahnya jauh di atas nilai ini, cek parameter
lain untuk mengetahui adanya prosesinfeksi.
5. Gula darah menurun selama proses persalinan, dan menurun
drastis pada persalinan yang alami dan sulit. Hal tersebut
kemungknan besar terjadi akibat peningkatan aktivitas otot
uterus dan rangka. Penggunaan uji laboratorium untuk menapis
seorang pasien terhadapkemungkinan diabetes selama masa
persalinan akan menghasilkan data yang tidak akurat dan tidak
dapat dipercaya. ( Sulistiyowati).

Perubahan Psikologi kala I


a. Perubahan Psikologi skala I
Pada setiap tahap persalinan, pasien akan mengalami perubahan
psikologis dan perilaku yang cukup spesifik sebagai respon dari apa
yang ia rasakan dari proses persalinannya. Berbagai perubahan ini dapat
digunakan untuk mengevaluasi kemajuan persalinan pada pasien dan
bagaiaman ia mengatasi tuntutan terhadap dirinya yang muncul dari
persalinan dan lingungan tempat ia bersalin.
a. Kala I fase laten
Pada awal persalinan, kadang pasien belum cukup yakin bahwa ia
akan benar-benar melahirkan meskipun tanda persalinan sudah cukup
jelas. Pada tahap ini penting bagi orang terdekat dan bidan untuk
meyakinkan dan memberikan support mental terhadap kemajuan
perkembangan persalinan. Seiring denga kemajuan proses persalinan
dan intensitas rasa sakit akibat his yang menngkat, pasien akan mulai
merasakan putus asa dan lelah. Ia akan selalu menanyakan apakah ini
sudah hampir berakhir? Pasien akan senang setiap kali dilakukan
pemeriksaan dalam (vaginal toucher) dan berharap bahwa hasil
pemeriksaan mengindikasikan bahwa proses persalinan akan segera
berakhir. Beberapa pasien akhirnya dapat mencapai suatu coping
mechanism terhadap rasa sakit yang timbul aktibat his, mislanya dengan
pengetauran nafas atau dengan posisi yang dirasa paling nyaman dan
pasien dapat menerima keadaan bahwa ia harus menghadapi tahap
persalinan dari awal sampai selesai.
b. Kala I fase aktif
Memasuki kala I fase aktif, sebagaian besar pasien akan
mengalami penurunan stamina dan sudah tidak mampu lagi untuk turun
dari tempat tidur, terutama pada primipara. Pada fase ini pasien sangat
tidak suka jika diajak bicara atau diberi nasehat menganai apa yang
seharusnya ia lakukan. Ia lebih fokuss untuk berjuang mengendalikan
rasa sakit dan keinginan untuk meneran. Jika ia tidak dapat
mengendalikan rasa sakit dengan pengaturan nafas dengan benar. Maka
ia akan mulai menangis atau bahkan berteriak-teriak dan mungkin akan
meluapkan kemarahan pada suami atau orang terdekatnya. Perhatian
terhadap orang-orang disekitarnya akan sangat sedikit berpengaruh,
sehingga jika ada keluarga atau teman yang datang untuk memberikan
dukungan mental, sama sekali tidak akan bermanfaat dan mungkin
justru akan sangat mengganggunya. Kondisi ruangan yang tenang dan
tidak banyak orang akan sedikit mengurangi perasaan kesalnya. Hal
yang paling tepat untuk dilakukan adalah membiarkan pasien mengatasi
keadaannya sendiri namun tidak meninggalkannya. Pada beberapa
kasus akan sangat membantu jika suami berada di sisinya sambil
membisikkan doa di telinganya. Secara singkat berikut perubahan
psikologis pada ibu bersalin kala I.
a. Perasaan tidak enak
b. Takut dan ragu akan persalinan yang akan dihadapi
c. Sering memikirkan apakah persalinan berjalan normal
d. Menganggap persalinan sebagai percobaan
e. Apakah penolong persalinan dapat sabar dan bijaksana dalam
menolongnya
f. Apakah bayinya normal apa tidak
g. Apakah ia sanggup merawat bayinya
h. Ibu merasa cemas

b. Kala dua (pengeluaran bayi)


Kala dua persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah
lengkap (10 cm) dan berakhir dengan kelahiran bayi. Kala dua disebut juga
dengan kala pengeluaran bayi. Tanda dan gejala kala dua adalah:
a. Ibu merasa ingin meneran bersama dengan terjadinya kontraksi.
b. Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum dan/atau
vaginanya.
c. Perineum menonjol.
d. Vulva-vagina dan spingter ani membuka.
e. Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah.
Pada kala dua persalinan his/kontraksi yang semakin kuat dan
teratur. Umumnya ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap
dengan diikuti keinginan meneran. Kedua kekuatan, his dan keinginan untuk
meneran akan mendorong bayi keluar. Kala dua berlangsung hingga 2 jam
pada primipara dan 1 jam pada multipara.
Pada kala dua, penurunan bagian terendah janin hingga masuk ke
ruang panggul sehingga menekan otot-otot dasar panggul yang secara
reflektoris menimbulkan rasa ingin meneran, karena adanya penekanan pada
rektum sehingga ibu merasa seperti mau buang air besar yang ditandai
dengan anus membuka. Saat adanya his bagian terendah janin akan semakin
terdorong keluar sehingga kepala mulai terlihat, vulva membuka dan
perineum menonjol.

Perubahan fisiologi kala 2


Menurut Damayanti et al (2014) Perubahan fisiologis pada kala II
adalah sebagai berikut.
1. Serviks
Serviks akan mengalami pembukaan yang biasanya didahului oleh
pendataran serviks yaitu pemendekan dari kanalis servikalis, yang
semula berupa sebuah saluran yang panjangnya 1-2 cm, menjadi suatu
lubang saja dengan pinggir yang tipis. Lalu akan terjadi pembersaran
ostium eksternum yang tadinya berupa suatu lubang dengan beberapa
milimeter mejadi lubang yang dapat dilalui anak, kira-kira 10 cm. Pada
pembukaan lengkap tidak teraba bibir portio, segmen bawah rahim,
serviks dan vagina telah merupakan satu saluran.
2. Uterus
Saat ada his, uterus teraba sangat keras karena seluruh ototnya
berkontraksi. Proses ini akan efektif hanya jika his bersifat fundal
dominan, yaitu kontraksi didominasi oleh otot fundus yang menarik
otot bawah rahim keatas sehinga akan menyebabkan pembukaan
serviks dan dorongan janin ke bawah secara alami.
3. Vagina
Sejak kehamilan vagina mengalami perubahan-perubahan
sedemikian rupa, sehingga dapat dilalui bayi. Setelah ketuban pecah,
segala perubahan, terutama pada dasar panggul diregang menjadi
saluran dengan dinding-dinding yang tipis oleh bagian depan anak.
Waktu kepala sampai di vulva, lubang vulva menghadap ke depan atas.
4. Pergeseran organ dasar panggul
Tekanan pada otot dasar panggul oleh kepala janin akan
menyebabkan pasien ingin meneran, serta diikuti dengan perenium
yang menonjol dan menjadi lebar dengan anus membuka. Labia mulai
membuka dan tak lama kemudiaan kepala janin tampak pada vulva saat
ada his.
5. Ekspulsi janin
Dengan his serta kekuatan meneran maksimal, kepala janin
dilahirkan dengan suboksiput di bawah simfisis, kemudian dahi,
muka, dan dagu melewati perenium. Setelah istirhatat sebentar, his
mulai lagi untuk mengeluarkan badan dan anggota tubuh bayi. Pada
primigravida, kala II berlangsung kira-kira satu setengah jam
sedangkan pada multigravida setengah jam.
6. Sistem Cardiovaskuler
1) Kontraksi menurunkan aliran darah meuju uterus sehingga
jumlah darah dalam sirkulasi ibu meningkat
2) Resistensi perifer meningkat sehingga tekanan darah meningkat
3) Saat mengejan, cardiac output meningkat 40-50%
4) Tekanan darah sistolik meningkat rata-rata 15mmHg saat
kontraksi. Upaya meneran juga akan memengaruhi tekanan
darah, dapat meningkatkan dan kemudian menurun kemudian
akhirnya kembali lagi sedikit di atas normal. Rata-rata normal
peningkatan tekanan darah selama kala II adalah 10 mmHg.
5) Janin normalnya dapat beradaptasi tanpa masalah
6) Oksigen yang menurun selama kontraksi menyebabkan hipoksia
tetapi dengan kadar yang masih adekuat tidak menimbulkan
masalah serius.
7. Respirasi
1) Respon terhadap perubahan sistem kardiovaskuler : konsumsi
oksigen meningkat
b. Percepatan pematangan surfaktan (fetus labor speed maturation
of surfactant)
h) Pengaturan Suhu
a. Peningkatan suhu tertinggi terjadi pada saat proses persalinan dan
segera setelahnya, peningkatan suhu normal adalah 0,5-10C.
b. Keseimbangan cairan : kehilangan cairan meningkat oleh karena
meningkatnya kecepatan dan kedalaman respirasi yang
menyebabkan restriksi cairan.
i) Urinaria
Penekanan kepala janin menyebabkan tonus vesical kandung kencing
menurun.
j) Musculoskeletal
1) Hormon relaxin menyebabkan pelunakan kartilago di antara
tulang
2) Fleksibilitas pubis meningkat
3) Nyeri punggung
4) Tekanan kontraksi mendorong janin sehingga terjadi flexi
maksimal
k) Saluran cerna
1. Praktis inaktif selama persalinan
2. Prose pencernaan dan pengosongan lambung memanjang
3. Penurunan motilitas lumbung dan absorbsi yang hebat berlanjut
sampai pada kala II. Biasanya mual dan muntah pada saat transisi
akan mereda selama kala II persalinan, tetapi bisa terus ada pada
beberapa pasien. Bila terjadi muntah, normalnya hanya sesekali.
Muntah yang konstan dan menetap selama persalinan merupakan
hal yang abnormal dan mungkin merupakan indikasi dari
komplikasi obstetric, seperti ruptur uterus atau toksemia.
l) System syaraf
Kontraksi menyebabkan penekanan pada kepala janin, sehingga
denyut jantung janin menurun.
m) Metabolisme
Peningkatan metabolisme terus berlanjut hingga kala II persalinan.
Upaya meneran pasien menambah aktivita otot-otot rangka
sehingga meningkatkan metabolisme.
n) Denyut nadi
Frekuensi denyut nadi bervariasi tiap kali pasien meneran. Secara
keseluruhan frekuensi nadi meningkat selama kala II disertai
takikardi yang nyata ketika mencapai puncak menjelang kelahiran
bayi.

Perubahan psikologi kala 2


Perubahan Psikologi Persalinan Kala II Menurut Sondakh (2013)
mengungkapkan bahwa perubahan emosional atau psikologi dari ibu bersalin pada
kala II ini semakin terlihat, diantaranya yaitu.
i. Emotional distress
ii. Nyeri menurunkan kemampuan mengendalikan emosi, dan cepat marah
iii. Lemah
iv. Takut
v. Kultur (respon terhadap nyeri, posisi, pilihan kerabat yang mendampingi,
perbedaan kultur juga harus diperhatikan)

Kala tiga (pelepasan uri)


Kala tiga persalinan disebut juga dengan kala uri atau kala
pengeluaran plasenta. Kala tiga persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan
berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban. Setelah kala dua
persalinan, kontraksi uterus berhenti sekitar 5 sampai 10 menit. Dengan
lahirnya bayi, sudah mulai pelepasan plasenta pada lapisan Nitabuch, karena
sifat retraksi otot rahim. Lepasnya plasenta sudah dapat diperkirakan dengan
memperhatikan tanda-tanda:
a. Perubahan bentuk uterus dan tinggi fundus uteri.
1. Setelah bayi lahir dan sebelum miometrium mulai berkontraksi,
uterus berbentuk bulat penuh dan umum tinggi fundus uteri di
bawah pusat.
2. Setelah uterus berkontraksi dan plasenta terdorong ke bawah,
uterus berubah bentuk menjadi seperti buah pear/alpukat dan tinggi
fundus uteri menjadi di atas pusat.
b. Tali pusat bertambah panjang.
c. Terjadi semburan darah secara tiba-tiba perdarahan (bila pelepasan
plasenta secara Duncan/dari pinggir).
Masalah/komplikasi yang dapat muncul pada kala tiga adalah
retensio plasenta, plasenta lahir tidak lengkap, perlukaan jalan lahir. Pada
kasus retensio plasenta, tindakan manuak plasenta hanya dapat dilakukan
dengan pertimbangan terdapat perdarahan.

Perubahan fisiologi kala3


Menurut Sondakh J S (2013) menjelaskan bahwa ada tiga perubahan
utama yang terjadi pada saat proses persalinan kala III, yaitu :
A. Perubahan bentuk dan tinggi fundus uteri
Setelah bayi lahir dan sebelum miometrium mulai berkontraksi,
uterus berbentuk bulat penuh, dan tinggi fundus biasanya terletak
dibwah pusat. Setelah uterus berkontraksi dan plasenta terdorong ke
bawah, uterus berbentuk segetiga atau berbentuk menyerupai buah
pir atau alpukat, dan fundus berada diatas pusat (sering kali
mengarah ke sisi kanan).
B. Semburan darah mendadak dan singkat
Darah yang terkumpul di belakang plasenta akan membantu
mendorong plasenta keluar dan dibantu oleh gaya gravitasi. Apabila
kumpulan darah (retroplacental pooling) dalam ruang di antara
dinding uterus dan permukaan dalam plasenta melebihi kapasitas
tampungnya, maka darah akan tersembur keluar dari tepi plasenta
yang terlepas

Perubahan psikologi kala 3


Adapun perubahan psikologis ibu bersalin yang tampak pada kala III dan IV ini
adalah sebagai berikut.
a. Bahagia
Karena saat – saat yang telah lama di tunggu akhirnya datang juga
yaitu kelahiran bayinya dan ia merasa bahagia karena merasa sudah
menjadi wanita yang sempurna (bisa melahirkan, memberikanan
anak untuk suami memberikan anggota keluarga yang baru), bahagia
karena bisa melihat anaknya.
b. Cemas dan Takut
Cemas dan takut kalau terjadi bahaya atas dirinya saat persalinan
karena persalinan di anggap sebagai suatu keadaan antara hidup dan
mati
-Cemas dan takut karena pengalaman yang lalu.
-Takut tidak dapat memenuhi kebutuhan anaknya

4. Kala empat (pemantauan)


Kala empat dimulai dari setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam
setelah itu. Pada kala paling sering terjadi perdarahan postpartum, yaitu
pada 2 jam pertama postpartum. Masalah/komplikasi yang dapat muncul
pada kala empat adalah perdarahan yang mungkin disebabkan oleh atonia
uteri, laserasi jalan lahir dan sisa plasenta. Oleh karena itu harus dilakukan
pemantauan, yaitu pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan
pervaginam. Pemantauan pada kala IV dilakukan:
a. Setiap 15 menit pada satu jam pertama pascapersalinan.
b. Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascapersalinan.
c. Jika utrus tidak berkontraksi dengan baik, lakukan penatalaksanaan
atonia uteri yang sesuai.
Kontraksi uterus selama kala empat umumnya tetap kuat dengan
amplitudo sekitar 60 sampai 80 mmHg, kekuatan kontraksi ini tidak diikuti
oleh interval pembuluh darah tertutup rapat dan terjadi kesempatan
membentuk trombus. Melalui kontraksi yang kuat dan pembentukan
trombus terjadi penghentian pengeluaran darah postpartum. Kekuatan his
dapat diperkuat dengan memberi obat uterotonika. Kontraksi ikutan saat
menyusui bayi sering dirasakan oleh ibu postpartum, karena pengeluaran
oksitosin oleh kelenjar hipofisis posterior. Pengeluaran oksitosin sangat
penting yang berfungsi:
a. Merangsang otot polos yang terdapat disekitar alveolus kelenjar
mamae, sehingg ASI dapat dikeluarkan.
b. Oksitosin merangsang kontraksi uterus dan mempercepat involusi uteri.
c. Kontraksi otot uterus yang disebabkan oksitosin mengurangi
perdarahan postpartum.

Perubahan fisiologi kala 4


Perubahan fisiologi kala IV Dua jam pertama setelah persalinan
merupakan saat yang paling kritis bagi pasien dan bayinya. Tubuh pasien
melakukan adaptasi yang luar biasa setelah kelahiran bayinya agar kondisi
tubuh kembali stabil, sedangkan bayi melakukan adaptasi terhadap perubahan
lingkungan hidupnya di luar uterus. Kematian ibu terbanyak terjadi pada kala
ini, oleh karena itu bidan tidak boleh meninggalkan pasien dan bayi sendirian.
a. Tanda Vital Dalam dua jam pertama setelah persalinan, tekanan darah, nadi,
dan pernapasan akan berangusr kembali normal. Suhu pasien biasanya akan
mengalami sedikit peningkatan, tapi masih dibawah 380C, hal ini disebabkan
oleh kurangnya cairan dan kelelahan. Jika intake cairan baik, maka suhu akan
berangsur normal kembali setelah dua jam.
b. Gemetar Kadang dijumpai pasien pasca persalinan mengalami gemetar,
hal ini normal sepanjang suhu kurang dari 38oC dan tidak dijumpai
tanda-tanda
infeksi lain. Gemetar terjadi karena hilangnya ketegangan dan sejumlah
energi selama melahirkan dan merupakan respon fisiologis terhadap
penurunan volume intrabdominal serta pergeseran hematologik.
c. Sistem gastrointestinal Selama dua jam pascapersalinan kadang dijumpai
pasien merasa mual sampai muntah, atasi hal ini dengan posisi tubuh
yang memungkinkan dapat mencegah terjadinya aspirasi corpus aleanum
ke saluran pernapasan dengan setengah duduk atau duduk di tempat tidur.
d. Perasaan haus pasti dirasakan pasien, oleh karena itu hidrasi sangat
penting diberikan untuk mencegah dehidrasi.
e. Sistem Renal
Selama 2-4 jam pascapersalinan kandung kemih masih dalam keadaan
hipotonik akibat adanya alostaksis, sehingga sering dijumpai kandung
kemih dalam keadaan penuh dan mengalami pembesaran. Hal ini
disebabkan oleh tekanan pada kandung kemih dan uretra selama
persalinan. Kondisi ini dapat minimalisir dengan selalu mengusahakan
kandung kemih sebaiknya tetap kosong guna mencegah uterus berubah
posisi dan terjadi atoni. Uterus yang berkontraksi dengan buruk
meningkatkan perdarahan dan nyeri.
f. Sistem Kardiovaskular
Selama kehamilan, volume darah normal digunakan untuk menampung
aliran darah yang meningkat yang diperlukan oleh plasenta dan
pembuluh darah uterus. Penarikan kembali estrogen menyebabkan
diuresis yang terjadi secara cepat sehingga mengurangi volume plasma
kembali pada proporsi normal. Aliran ini terjadi dalam 2-4 jam pertama
setelah kelahiran bayi. Pada persalinan per vagina kehilangan darah
sekitar 200-500 ml sedangkan pada persalinan SC pengeluaran dua kali
lipat. Perubahan terdiri dari volume darah dan kadar Hematokrit. Setelah
persalinan, shunt akan hilang dengan tiba-tiba.
Volume darah pasien relative akan bertambah. Keadaan ini akan
menyebabkan beban pada jantung dan akan menimbulkan
dekompensasio kaordis pada pasien dengan vitum kardio. Keadaan ini
dapat diatasi dengan mekanisme kompensasi dengan adanya
hemokonstrasi sehingga volume darah kembali seperti kondisi awal.
g. Serviks
Perubahan pada serviks terjadi segera setelah bayi lahir, bentuk serviks
agak menganga seperti corong. Bentuk ini disebabkan oleh korpus uterus
yang dapat mengadakan kontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi
sehingga seolah-olah pada perbatasan antara korpus dan serviks
berbentuk semacam cincin. Serviks berwarna merah kehitaman karena
penuh dengan pembuluh darah. Konsistensi lunak, kadang-kadang
terdapat laserasi atau perlukaan kecil. Karena robekan kecil terjadi
selama berdilatasi, maka serviks tidak akan pernah kembali lagi ke
keadaan seperti sebelum hamil. Muara serviks yang berdilatasi sampai
10cm sewaktu persalinan akan menututp secara perlahan dan bertahap.
Setelah bayi lahir tangan bisa masuk ke dalam rongga rahim, setelah dua
jam hanya dapat dimasuki dua atau tiga jari
h. Perenium
Segera setelah melahirkan, perenium menjadi kendur karena sebelunya
teregang oleh tekanan bayi yang bergerak maju.
i. Vulva dan vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat
besar selama proses melahirkan, dan dalam beberapa hari pertama
sesudah proses tersebut kedua organ ini tetap dalam keadaan kendur.
Setelah 3 minggu vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak hamil
dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali,
seperti labia menjadi lebih menonjol.

J) Penegeluaran ASI
Dengan menurunnya hormon estrogen, progesterone, dan Human
Placenta Lacctogen Hormon setelah plasenta lahir prolactin dapat
berfungsi mebentuk ASI dan mengeluarkannya ke dalam alveoli bahkan
sampai ductus kelenjar ASI. Isapan langsung pada puting susu ibu
menyebabkan reflex yang dapat mengeluarkan oksitosin dari hipofisis
sehingga mioepitel yang terdapat di sekitar alveoli dan ductus kelenjar
ASI berkontraksi dan mngelluarkan ASI ke dalam sinus yang disebut
“let down reflex”.

Perubahan psikologi kala 4


Adapun perubahan psikologis ibu bersalin yang tampak pada kala III dan IV
ini adalah sebagai berikut.
a. Bahagia
Karena saat – saat yang telah lama di tunggu akhirnya datang juga yaitu
kelahiran bayinya dan ia merasa bahagia karena merasa sudah menjadi
wanita yang sempurna (bisa melahirkan, memberikanan anak untuk suami
dan memberikan anggota keluarga yang baru), bahagia karena bisa melihat
anaknya.
b. Cemas dan Takut
Cemas dan takut kalau terjadi bahaya atas dirinya saat persalinan karena
persalinan di anggap sebagai suatu keadaan antara hidup dan mati
-Cemas dan takut karena pengalaman yang lalu.
-Takut tidak dapat memenuhi kebutuhan anaknya
5. PATOFISIOLOGI

Progesteron ↓ oksitosin ↑ oto-otot rahim pengaruh janin prostaglandin


Estrogen ↑ pd akhir kehamilan meregang

Kerentanan otot kontraksi otot


rahim ↑ rahim

Kala I

Laten aktif

estrogen dan rahim besar napas mulut kontraksi ↑


progesteron dan meregang

oksitosin ↑ iskemia alat sirkulasi O2 dilatasi uterus


rahim maternal 4-8 cm

kadar sirkulasi uretroplasenta hipoksia tekanan pada


prostaglandin↑ terganggu jaringan janin jaringan
kontraksi uterus hipoksia jaringan

nyeri Resti cedera Resti kerusakan Resti kerusakan


pd janin pertukaran gas pertukaran gas

Transisi

metabolisme ↑ kepala bayi turun

kadar aliran darah ↓ menekan janin

aliran balik vena ↓


Hipoksia jaringan

Resti penurunan
curah jantung
Kala II

Kontraksi uterus Kelelahan Pada ibu pada kala I

Dorongan fetus ke uterusDorong kuat pada janin ke arah serviks dan perinium
dan serviks
Upaya meneran lemah dan terputus putus

Terjadi
regangan pada uterus danperegangan
serviks ↑ yang sangat besar di daerah serviks&perinium
Tahanan serviks terhadap janin

Perangansangan reseptor nyeri pada uterus dan serviks


Resiko Kerusakan Integritas Kulit (Ibu) Janin terjepit di jalan lahir

Risiko Cidera Janin


Nyeri
Kala III
(Pelepasan dan Pengeluaran Uri)

Terlepasnya plasenta dari endometrium

Trauma Jaringan Kesulitan dengan pelepasan plasenta Diikuti oleh pengeluaran sisa plasenta

Terputusnya klien kontinuitas jaringan


Teknik pelepasan dan pengeluaran uri yang tidak tepatKeluarnya darah (normal 150-300 cc)

Kala IV
Pelepasan neurotransmitter nyeri di korteks serebral Risiko Kekurangan Volume Cairan
Risiko Cedera Maternal

Nyeri
Plasenta lahir kelahiran bayi robekan pada
jalan lahir

kontraksi uterus pemulihan sistem tubuh pertambahan anggota keluarga trauma jaringan (perineum)

sirkulasi tremor otot Perubahan proses episiotomi


uteroplasenta keluarga
berlanjut trauma mekanis Resti infeksi

atau edema otot

perdarahan Nyeri

Resti kekurangan
volume cairan
DAFTAR PUSTAKA

Bobak. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC

Johnson , Joyce Y. 2014. Keperawatan Maternitas. Diterjemahkan oleh: Diana Kurnia S.

Yogyakarta: Rapha Publishing.

Manurung, Suryani. 2011. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Asuhan Keperawatan

INTRANATAL. Jakarta: Trans Info Media

Martin, Reeder dkk. 2011. Keperawatan Maternal Kesehatan Wanita, Bayi danKeluarga.

Vol I. Edisi 18. EGC: Jakarta

Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika

Prawirohardjo, S. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternaldan

Neonatal. Jakarta: Bina Pustaka FKUI

Anda mungkin juga menyukai