RANGKUMAN
PSA.01 (SA Seksi 150) dalam Agoes (2012) menyatakan bahwa standar
auditing berkaitan dengan tidak hanya kualitas profesional auditor namun
juga berkaitan dengan pertimbangan yang digunakan dalam pelaksanaan
auditnya dan dalam laporannya. Standar auditing yang telah ditetapkan dan
disahkan oleh Ikatan Akuntan Publik Indonesia (2011) dalam Agoes (2012)
adalah sebagai berikut:
A. Standar Umum
Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki
keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.
Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi
dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.
Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib
B. Standar Pekerjaan Lapangan
Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan
asisten harus disupervisi dengan semestinya.
Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk
merencanakan audit dan menentukan staf, saat, dan lingkup pengujian
yang akan dilakukan.
Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi,
pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar
memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang
diaudit.
C. Standar Lapangan
Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah
disusun sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia.
Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada,
ketidakkonsistenan penerapan standar akuntansi dalam penyusunan
laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan
standar akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.
Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang
memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.
Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai
laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa
pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara
keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan.
Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka
laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat
pekerjaan, audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung
jawab yang dipikul oleh auditor.
PCAOB adalah badan yang dibentuk berdasarkan The Sarbanes – Oxly Act
(SOX) yaitu undang-undang reformasi praktik akuntansi perusahaan publik
serta perlindungan investor. PCAOB ditunjuk dan diawasi oleh Securities and
Exchange Commision (SEC). PCAOB bertugas untuk :
1. Mengawasi praktik audit perusahaan publik.
2. Menentukan standar audit dan standar pengendalian mutu KAP.
3. Melakukan inspeksi pengendalian mutu KAP melalui asesmen atas
tingkat kepatuhan terhadap aturan PCAOB dan SEC.
Pada awalnya standar audit PCAOB mengacu pada standar audit ASB, tetapi
selanjutnya mengacu pada standar audit ISA. ISA yang menjadi fokus
PCAOB adalah dalam hal efektifitas pengendalian internal atas pelaporan
keuangan. Standar audit PCAOB dikenal dengan Generally Accepted
Auditing Standards (GAAS), didasarkan pada 3 kelompok utama standar
audit dengan 10 elemen Standar audit yang sudah dibahas sebelumnya.
PCAOB menetapkan standar audit berdasarkan empat kelompok standar :
4. Standar Umum (General Standards)
5. Standar Pekerjaan Lapangan (Standards of Field Work)
6. Standar Pelaporan ( Standards of Reporting )
Laporan audit tidak baku adalah laporan memuat suatu pernyataan bahwa
laporan keuangan tidak menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang
material, posisi keuangan suatu entitas, hasil usaha, dan arus kas sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Dalam laporan
audit tidak baku beriisikan tiga macam pendapat yaitu :
pendapat wajar dengan pengecualian, menyatakan bahwa laporan
keuangan menyajikan secara wajar, sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum di Indonesia, kecuali untuk dampak hal yang berkaitan
dengan yang dikecualikan.
pendapat tidak wajar,menyatakan bahwa laporan keuangan tidak
menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
pernyataan tidak memberikan pendapat, menyatakan bahwa auditor tidak
menyatakan pendapat atas laporan keuangan (Mulyadi, 2001).
Etika berasal dari kata Yunani ethos, yang dalam bentuk jamaknya berarti “adat
istiadat” atau “kebiasaan”. Etika umum berbicara mengenai norma dan nilai
moral, kondisikondisi dasar bagi manusia untuk bertindak secara etis, bagaimana
manusia mengambil keputusan etis, teori-teori etika, lembagalembaga normatif
dan semacamnya (Keraf, 1988). Dalam menjalankan praktik profesinya, akuntan
publik harus menggunakan etika profesional sebagai acuan perilaku. Etika
profesional bagi praktik akuntan di Indonesia, disebut dengan istilah kode etik dan
dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia, sebagai organisasi profesi akuntan.
Dalam konggresnya tahun 1973, (IAI) untuk pertama kalinya menetapkan kode
etik bagi profesi akuntan di Indonesia. Kode etik ini kemudian disempurnakan
dalam Konggres IAI tahun 1981 dan tahun 1986, dan kemudian diubah lagi dalam
Konggres IAI tahun 1990, 1994 dan 1998. Pembahasan mengenai kode etik
profesi akuntan ini didasarkan pada Kode Etik IAI yang ditetapkan dalam
Konggres VIII tahun 1998. Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia dijabarkan ke
dalam Etika Kompartemen Akuntan Publik untuk mengatur perilaku akuntan yang
menjadi anggota IAI yang berpraktik dalam profesi akuntan publik.
Kode Etik IAI dibagi menjadi empat bagian, yaitu. (1) Prinsip Etika, (2) Aturan
Etika, (3) Interpretasi Aturan Etika, dan (4) Tanya dan Jawab. Aturan Etika ini
harus diterapkan oleh anggota Ikatan Akuntan Indonesia-Kompartemen Akuntan
Publik (IAI-KAP) dan staf profesional (baik yang anggota IAI-KAP maupun yang
bukan anggota IAI-KAP (yang bekerja pada satu Kantor Akuntan Publik (KAP).
Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik terdiri dari beberapa bagian, yaitu:
100 Independensi, Integritas dan Objektivitas
Interpendensi yaitu anggota KAP harus selalu mempertahankan sikap mental
independen, integritas dan obyektivitas yaitu harus bebas dari benturan
kepentingan.
200 Standar Umum dan Prinsip Akuntansi
Anggota KAP harus mematuhi standar seperti kompetensi professional,
Kecermatan dan keseksamaan professional, Perencanaan dan supervisi, dan
Data relevan yang memadai.
300 Tanggung Jawab kepada Klien
Anggota KAP tidak diperkenankan mengungkapkan informasi klien yang
rahasia, serta membahas besarnya fee professional.
400 Tanggung Jawab kepada, Rekan Seprofesi
Anggota wajib memelihara citra profesi, dengan tidak melakukan perkataan
dan perbuatan yang dapat merusak reputasi rekan seprofesi
500 Tanggung Jawab dan Praktik Lain
Anggota tidak diperkenankan melakukan tindakan dan/atau mengucapkan
perkataan yang mencemarkan profesi, promosi pemasaran dan kegiatan
pemasaran lainnya sepanjang tidak merendahkan citra profesi (Mannan,
2008).
Meski sampai saat ini belum ada akuntan yang diberikan sangsi berupa
pemberhentian praktek audit oleh dewan kehormatan akibat melanggar kode etik
dan standar professional akuntan, tidak berarti seorang akuntan dapat bekerja
sekehendaknya. Auditor secara umum sama dengan profesi lainnya merupakan
subjek hukum dan peraturan lainnya. Auditor akan terkena sanksi atas
kelalaiannya, seperti kegagalan untuk mematuhi standar profesional di dalam
kinerjanya. Kewajiban hukum auditor dalam pelaksanaan audit menurut
Loebbecke dan Arens serta Boynton dan Kell dalam Siregar (2017) yaitu :
1. Kewajiban kepada klien (liabilities to client) kewajiban akuntan publik
terhadap klien karena kegagalan untuk melaksanakan tugas audit sesuai
waktu yang disepakati, pelaksanaan audit yang tidak memadai, gagal
menemui kesalahan, dan pelanggaran kerahasiaan oleh akuntan publik.
2. Kewajiban kepada pihak ketiga menurut common law (liabilities to third
party) kewajiban akuntan publik kepada pihak ketiga jika terjadi kerugian
pada pihak penggugat karena mengandalkan laporan keuangan yang
menyesatkan.
3. Kewajiban perdata menurut hukum sekuritas federal (liabilities under
securities laws) kewajiban hukum yang diatur menurut sekuritas federal
dengan standar yang ketat.
4. Kewajiban kriminal (crime liabilities) kewajiban hukum yang timbul sebagai
akibat kemungkinan akuntan publik disalahkan karena tindakan kriminal
menurut undang-undang.
BAB 5. OVERVIEW OF THE FINANCIAL STATEMENT AUDIT
Audit adalah suatu kegiatan pemeriksaan atas beberapa laporan keuangan yang
dihasilkan oleh suatu individu, bisnis dan organisasi. Dalam pelaksanaan audit
terdapat rangkaian tata cara dan langkah-langkah yang disebut dengan proses
audit. Audit ada dua tipe yaitu audit internal dan audit eksternal. udit internal
dilaksanakan oleh karyawan dalam yang berada dilingkup perusahaan, sedangkan
audit Eksternal dilaksanakan oleh pihak dari luar perusahaan atau kantor akuntan
publik dan badan pengawas keuangan. Dalam setiap audit baik audit pada
perusahaan besar maupun pada perusahaan kecil, selalu terdapat 4 tehapan
kegiatan, yaitu (Jusup, 2001):
1. Penerimaan penugasan audit
Tahap awal dalam audit laporan keuangan adalah mengambil keputusan
untuk menerima/menolak suatu kesempatan menjadi auditor untuk klien
baru/ untuk melanjutkan sebagai auditor bagi klien yang sudah ada.
Penerimaan penugasan audit terdiri atas beberapa tahapan, yaitu :
Mengevaluasi integritas manajemen
Mengidentifikasi keadaan-keadaan khusus dan risiko tidak biasa
Menetapkan kompetensi untuk melakukan audit
Mengevaluasi independensi
Menentukan kemampuan untuk bekerja dengan cermat dan saksama
Menyiapkan surat penugasan
2. Perencanaan audit
Tahap kedua ini untuk pelaksanaan dan penentuan lingkup audit. Pada
tahap ini perlu diterapkan standar umum dan standar pekerjaan lapangan
dari standar auditing. Tahap ini terkait dengan penetapan strategi audit
untuk pelaksanaan dan penentuan lingkup audit. Tahap ini sangat penting
karena menentukan keberhasilan penugasan audit. Langkah-langkah
perencanaan audit yaitu :
Mendapatkan pemahaman tentang bisnis & bidang usaha klien
Melaksanakan prosedur analisis
Menetapkan pertimbangan awal tentang tingkat materialitas
Mempertimbangkan resiko audit
Menetapkan strategi audit awal untuk asersi-asersi penting
Mendapatkan pemahaman tentang struktur pengendalian
3. Pelaksanaan pengujian audit
Tahap ini dilakukan dengan maksud melaksanakan pengujian audit
(pelaksanaan pekerjaan lapangan). Tujuan utama tahap ini adalah
mendapatkan bukti audit mengenai efektivitas struktur pengendalian intern
klien dan kewajaran laporan keuangannya. Pada tahap ini harus diterapkan
standar umum dan standar pekerjaan lapangan dari standar auditing.
4. Pelaporan temuan
Laporan audit bisa berupa laporan standar, yaitu laporan audit dengan
pendapat wajar tanpa perkecualian/ bisa juga menyimpang dari laporan
standar.
DAFTAR PUSTAKA
Arens, A.A., Elder, R.J., Beasley, M.S. (2011). Auditing dan PelayananVerifikasi:
Pendekatan Terpadu, alih bahasa oleh Tim Dejakarta, edisikesembilan,
Jakarta: Indeks.
Boynton, Johnson, dan Kell. 2003. Modern Auditing Jilid 1 Edisi Ketujuh (Alih
Bahasa Rajoe, P.A., Gania, G., Budi, I. S.). Jakarta : Erlangga.