Anda di halaman 1dari 13

COVER

RANGKUMAN

BAB 2. AUDITOR’S RESPONSIBILITIES

2.1 Fundamental underlying F/S Audits (keterkaitan audit dan laporan


keuangan)

Auditing adalah akumulasi dan evaluasi bukti tentang informasi untuk


menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian antara informasi dan kinerja
yang telah ditetapkan. Auditing memberikan nilai tambah bagi laporan
keuangan perusahaan, karena akuntan publik sebagai pihak yang ahli dan
independen, pada akhir pemeriksaan akan memberikan pendapat mengenai
kewajaran posisi Menurut Boynton et.all, (2006: 20) ada empat alasan
mengapa laporan keuangan harus diaudit oleh akuntan publik, yaitu:
1. Pertentangan kepentingan (conflict of interest): adanya pertentangan
kepentingan aktual maupun potensial antara mereka sendiri dan
manajemen entitas.
2. Konsekuensi (consequence): menyajikan informasi yang penting, dan
dalam beberapa kasus, merupakan satu-satunya sumber informasi yang
digunakan untuk membuat keputusan investasi yang signifikan,
peminjaman, serta keputusan lainnya.
3. Kompleksitas (complexity). karena para pengguna merasa semakin sulit,
atau mustahil mengevaluasi sendiri mutu laporan keuangan, maka mereka
mengandalkan auditor independen untuk menilai mutu informasi yang
dimuat dalam laporan keuangan.
4. Keterpencilan (remoteness). pengguna laporan keuangan menganggap
tidak praktis lagi untuk memverifikasi sendiri laporan keuangan karena
adanya faktor jarak, waktu dan biaya, maka menggunakan jasa auditor.

2.2 Independent Auditor Relationships(sikap independen auditor)

Sikap independensi bermakna bahwa auditor tidak mudah dipengaruhi


(SPAP, 2001) sehingga auditor akan melaporkan apa yang ditemukannya
selama proses pelaksanaan audit. Independensi berarti akuntan publik tidak
mudah dipengaruhi karena auditor melaksanakan pekerjaan untuk
kepentingan umum. Akuntan publik tidak dibenarkan memihak kepentingan
siapapun. Auditor berkewajiban untuk jujut tidak hanya kepada manajemen
dan pemilik perusahaan namun juga kepada kreditur dan pihak lain yang
meletakkan kepercayaan atas pekerjaan auditor. R.K. Mautz (1961)
menyebutkan beberapa aspek dari independensi auditor, yaitu
 Independensi sikap mental : kejujuran di dalam diri akuntan dalam
mempertimbangkan fakta-fakta
 Independensi penampilan : berhubungan dengan persepsi masyarakat
terhadap independensi akuntan publik.
 Independensi praktisi : kemampuan auditor dalam bekerja sendiri
 Independensi profesi : nama baik akuntan publik harus dijaga oleh
seorang auditor
2.3 Auditing Standards (standar audit)

PSA.01 (SA Seksi 150) dalam Agoes (2012) menyatakan bahwa standar
auditing berkaitan dengan tidak hanya kualitas profesional auditor namun
juga berkaitan dengan pertimbangan yang digunakan dalam pelaksanaan
auditnya dan dalam laporannya. Standar auditing yang telah ditetapkan dan
disahkan oleh Ikatan Akuntan Publik Indonesia (2011) dalam Agoes (2012)
adalah sebagai berikut:
A. Standar Umum
 Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki
keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.
 Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi
dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.
 Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib
B. Standar Pekerjaan Lapangan
 Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan
asisten harus disupervisi dengan semestinya.
 Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk
merencanakan audit dan menentukan staf, saat, dan lingkup pengujian
yang akan dilakukan.
 Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi,
pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar
memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang
diaudit.
C. Standar Lapangan
 Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah
disusun sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia.
 Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada,
ketidakkonsistenan penerapan standar akuntansi dalam penyusunan
laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan
standar akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.
 Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang
memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.
 Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai
laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa
pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara
keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan.
Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka
laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat
pekerjaan, audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung
jawab yang dipikul oleh auditor.

2.4 Assurance Provided by an Audit (jaminan audit)


Audit merupakan salah satu dari assurance services. Assurance services
sendiri merupakan jasa profesional independen yang mampu meningkatkan
mutu informasi melalui peningkatan keandalan dan relevansi sehingga dapat
digunakan untuk pengambilan keputusan bagi pihak-pihak yang
berkepentingan. Keandalan meliputi penyajian yang sebenarnya atau jujur,
netral, dan konsisten antar periode. Sementara relevansi meliputi informasi
yang dapat dipahami, dapat diperbandingkan dengan entitas lain, lengkap,
serta dapat digunakan. Assurance services dalam auditing terdiri atas
beberapa kegiatan, yaitu :
 Jasa Akuntansi dan Jasa Kompilasi : misalnya adalah menyusun
pembukuan, membuat jurnal,menyiapkan dan menyusun laporan
keuangan.  
 Jasa Atestasi : merupakan jasa yang menghasilkan komunikasi tertulis
yang menyatakan kesimpulan tentang keandalan asersi yang merupakan
tanggung jawab pihak lain. Jasa ini meliputi: audit, pemeriksaan, review,
prosedur yang disepakati.
 Jasa lain : misalnya jasa konsultasi, jasa teknologi, perencanaan
keuangan, perpajakan, dan yang lainnya (Boynton, 2003).

BAB 3. AUDITOR’S REPORT ON FINANCIAL STATEMENT

3.1 Auditor’s report on financial statements


A. Reporting standards
Kondisi keuangan suatu perusahaan tercermin dalam laporan keuangannya.
Financial statement (laporan keuangan) merupakan output dari akuntansi.
Tujuan utama dari audit laporan keuangan adalah untuk menyatakan pendapat
apakah laporan keuangan klien telah menyajikan secara wajar, dalam semua
hal yang material sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku
umum. Sebelum ISA diadopsi di Indonesia, SPAP mengacu pada standar
audit yang berlaku di Amerika Serikat yaitu Generally Accepted Auditing
Standard (GAAS) (Harahap dkk, 2017). GAAS adalah aturan-aturan dan
pedoman umum yang digunakan akuntan publik yang terdaftar atau
bersertifikat dalam mempersiapkan dan melaksanakan pemeriksaan laporan
keuangan klien. Di dalam GAAS terdapat 10 standar audit yang menjadi
pedoman auditor dalam melaksanakan pemeriksaan laporan keuangan yang
dikelompokkan dalam 3 standar. yaitu :
1. Standar Umum (General Standards)
 Competence, dilaksanakan oleh seseorang atau lebih yang memiliki
keahlian dan pelatihan teknis cukup sebagai auditor.
 Independence, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan
oleh auditor.
 Due Professional Care, auditor wajib menggunakan kemahiran
profesionalisnya dalam cermat dan seksama.
2. Standar Pekerjaan Lapangan (Standards of Field Work)
 Adequate Planning and Proper Supervision, pekerjaan harus
direncanakan sebaik-baiknya
 Understanding the Entity, Environment, and Internal Control,
pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern
 Sufficient Competent Audit Evidence, bukti audit kompeten yang
cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, pengajuan
pertanyaan dan konfirmasi
3. Standar Pelaporan (Standards of Reporting)
 Financial Statements Presented in Accordance with GAAP, laporan
keuangan disusun sesuai dengan prinsip akuntansi umum.
 Consistency in the Application of GAAP, menunjukkkan keadaan
dimana prinsip akuntansi tidak secara konsisten diterapkan dalam
penyusunan laporan keuangan periode berjalan dalam hubungannya
dengan prinsip akuntansi yang diterapkan dalam periode sebelumnya.
 Adequacy of Informative Disclosures, pengungkapan informative
dalam laporan keuangan harus dipandang
 Expression of Opinion, memuat suatu pendapat mengenai laporan
keuangan secara menyeluruh atau suatu asersi bahwa pernyataan
demikian tidak dapat diterima (Anonim, 2015).

B. The standard report

Standar audit adalah pedoman umum pelaksanaan audit untuk membantu


auditor dalam memenuhi tanggungjawab profesionalnya dalam audit laporan
keuangan. Terdapat beberapa contoh standar audit, seperti:
 International Standards on Auditing (ISA),
 the American Institute of Certified Public Accountants (AICPA)
Auditing Standards,
 Public Company Accounting Oversight Board (PCAOB) Auditing
Standards, dan
 Di Indonesia, yaitu Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang
diterbitkan oleh Ikatan Akuntan Publik Indonesia (IAPI).

PCAOB adalah badan yang dibentuk berdasarkan The Sarbanes – Oxly Act
(SOX) yaitu undang-undang reformasi praktik akuntansi perusahaan publik
serta perlindungan investor. PCAOB ditunjuk dan diawasi oleh Securities and
Exchange Commision (SEC). PCAOB bertugas untuk :
1. Mengawasi praktik audit perusahaan publik.
2. Menentukan standar audit dan standar pengendalian mutu KAP.
3. Melakukan inspeksi pengendalian mutu KAP melalui asesmen atas
tingkat kepatuhan terhadap aturan PCAOB dan SEC.

Pada awalnya standar audit PCAOB mengacu pada standar audit ASB, tetapi
selanjutnya mengacu pada standar audit ISA. ISA yang menjadi fokus
PCAOB adalah dalam hal efektifitas pengendalian internal atas pelaporan
keuangan. Standar audit PCAOB dikenal dengan Generally Accepted
Auditing Standards (GAAS), didasarkan pada 3 kelompok utama standar
audit dengan 10 elemen Standar audit yang sudah dibahas sebelumnya.
PCAOB menetapkan standar audit berdasarkan empat kelompok standar :
4. Standar Umum (General Standards)
5. Standar Pekerjaan Lapangan (Standards of Field Work)
6. Standar Pelaporan ( Standards of Reporting )

C. Departures from the standard report


Laporan audit adalah media yang digunakan auditor untuk berkomunikasi
dengan pengguna laporan keuangan. Mulyadi (2001) menyebutkan bahwa
laporan audit wajar tanpa pengecualian adalah laporan yang paling
dibutuhkan oleh semua pihak. Laporan audit wajar tanpa pengecualian ini
disebut juga dengan laporan audit baku. Di dalam laporan audit baku terdapat
tiga bagian paragraf berdasarkan format yang ditetapkan Ikatan Akuntansi
Indonesia (IAI), yaitu paragraf pengantar (introductory paragraph), paragraf
lingkup (scope paragraph), dan paragraf pendapat (opinion paragraph).
 Paragraf pengantar, memuat tiga fakta: tipe jasa yang diberikan auditor,
objek yang di audit, pengungkapan tanggung jawab manajemen atas
laporan keuangan dan tanggung jawab auditor atas pendapat yang
diberikan atas laporan keuangan berdasarkan hasil audit.
 Paragraf lingkup. auditor menyatakan bahwa audit dilaksanakan
berdasarkan standar audit yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntansi
Indonesia (IAI) dan beberapa penjelasan tambahan.
 Paragraf pendapat, digunakan auditor untuk menyatakan pendapat
mengenai laporan keuangan auditan, contohnya kewajarannya (Mulyadi,
2001)

Laporan audit tidak baku adalah laporan memuat suatu pernyataan bahwa
laporan keuangan tidak menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang
material, posisi keuangan suatu entitas, hasil usaha, dan arus kas sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Dalam laporan
audit tidak baku beriisikan tiga macam pendapat yaitu :
 pendapat wajar dengan pengecualian, menyatakan bahwa laporan
keuangan menyajikan secara wajar, sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum di Indonesia, kecuali untuk dampak hal yang berkaitan
dengan yang dikecualikan. 
 pendapat tidak wajar,menyatakan bahwa laporan keuangan tidak
menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. 
 pernyataan tidak memberikan pendapat, menyatakan bahwa auditor tidak
menyatakan pendapat atas laporan keuangan (Mulyadi, 2001).

BAB 4. PROFESSIONAL ETHICS

Etika berasal dari kata Yunani ethos, yang dalam bentuk jamaknya berarti “adat
istiadat” atau “kebiasaan”. Etika umum berbicara mengenai norma dan nilai
moral, kondisikondisi dasar bagi manusia untuk bertindak secara etis, bagaimana
manusia mengambil keputusan etis, teori-teori etika, lembagalembaga normatif
dan semacamnya (Keraf, 1988). Dalam menjalankan praktik profesinya, akuntan
publik harus menggunakan etika profesional sebagai acuan perilaku. Etika
profesional bagi praktik akuntan di Indonesia, disebut dengan istilah kode etik dan
dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia, sebagai organisasi profesi akuntan.
Dalam konggresnya tahun 1973, (IAI) untuk pertama kalinya menetapkan kode
etik bagi profesi akuntan di Indonesia. Kode etik ini kemudian disempurnakan
dalam Konggres IAI tahun 1981 dan tahun 1986, dan kemudian diubah lagi dalam
Konggres IAI tahun 1990, 1994 dan 1998. Pembahasan mengenai kode etik
profesi akuntan ini didasarkan pada Kode Etik IAI yang ditetapkan dalam
Konggres VIII tahun 1998. Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia dijabarkan ke
dalam Etika Kompartemen Akuntan Publik untuk mengatur perilaku akuntan yang
menjadi anggota IAI yang berpraktik dalam profesi akuntan publik.

Kode Etik IAI dibagi menjadi empat bagian, yaitu. (1) Prinsip Etika, (2) Aturan
Etika, (3) Interpretasi Aturan Etika, dan (4) Tanya dan Jawab. Aturan Etika ini
harus diterapkan oleh anggota Ikatan Akuntan Indonesia-Kompartemen Akuntan
Publik (IAI-KAP) dan staf profesional (baik yang anggota IAI-KAP maupun yang
bukan anggota IAI-KAP (yang bekerja pada satu Kantor Akuntan Publik (KAP).
Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik terdiri dari beberapa bagian, yaitu:
 100 Independensi, Integritas dan Objektivitas
Interpendensi yaitu anggota KAP harus selalu mempertahankan sikap mental
independen, integritas dan obyektivitas yaitu harus bebas dari benturan
kepentingan.
 200 Standar Umum dan Prinsip Akuntansi
Anggota KAP harus mematuhi standar seperti kompetensi professional,
Kecermatan dan keseksamaan professional, Perencanaan dan supervisi, dan
Data relevan yang memadai.
 300 Tanggung Jawab kepada Klien
Anggota KAP tidak diperkenankan mengungkapkan informasi klien yang
rahasia, serta membahas besarnya fee professional.
 400 Tanggung Jawab kepada, Rekan Seprofesi
Anggota wajib memelihara citra profesi, dengan tidak melakukan perkataan
dan perbuatan yang dapat merusak reputasi rekan seprofesi
 500 Tanggung Jawab dan Praktik Lain
Anggota tidak diperkenankan melakukan tindakan dan/atau mengucapkan
perkataan yang mencemarkan profesi, promosi pemasaran dan kegiatan
pemasaran lainnya sepanjang tidak merendahkan citra profesi (Mannan,
2008).

Meski sampai saat ini belum ada akuntan yang diberikan sangsi berupa
pemberhentian praktek audit oleh dewan kehormatan akibat melanggar kode etik
dan standar professional akuntan, tidak berarti seorang akuntan dapat bekerja
sekehendaknya. Auditor secara umum sama dengan profesi lainnya merupakan
subjek hukum dan peraturan lainnya. Auditor akan terkena sanksi atas
kelalaiannya, seperti kegagalan untuk mematuhi standar profesional di dalam
kinerjanya. Kewajiban hukum auditor dalam pelaksanaan audit menurut
Loebbecke dan Arens serta Boynton dan Kell dalam Siregar (2017) yaitu :
1. Kewajiban kepada klien (liabilities to client) kewajiban akuntan publik
terhadap klien karena kegagalan untuk melaksanakan tugas audit sesuai
waktu yang disepakati, pelaksanaan audit yang tidak memadai, gagal
menemui kesalahan, dan pelanggaran kerahasiaan oleh akuntan publik.
2. Kewajiban kepada pihak ketiga menurut common law (liabilities to third
party) kewajiban akuntan publik kepada pihak ketiga jika terjadi kerugian
pada pihak penggugat karena mengandalkan laporan keuangan yang
menyesatkan.
3. Kewajiban perdata menurut hukum sekuritas federal (liabilities under
securities laws) kewajiban hukum yang diatur menurut sekuritas federal
dengan standar yang ketat.
4. Kewajiban kriminal (crime liabilities) kewajiban hukum yang timbul sebagai
akibat kemungkinan akuntan publik disalahkan karena tindakan kriminal
menurut undang-undang.
BAB 5. OVERVIEW OF THE FINANCIAL STATEMENT AUDIT

Audit adalah suatu kegiatan pemeriksaan atas beberapa laporan keuangan yang
dihasilkan oleh suatu individu, bisnis dan organisasi. Dalam pelaksanaan audit
terdapat rangkaian tata cara dan langkah-langkah yang disebut dengan proses
audit. Audit ada dua tipe yaitu audit internal dan audit eksternal. udit internal
dilaksanakan oleh karyawan dalam yang berada dilingkup perusahaan, sedangkan
audit Eksternal dilaksanakan oleh pihak dari luar perusahaan atau kantor akuntan
publik dan badan pengawas keuangan. Dalam setiap audit baik audit pada
perusahaan besar maupun pada perusahaan kecil, selalu terdapat 4 tehapan
kegiatan, yaitu (Jusup, 2001):
1. Penerimaan penugasan audit
Tahap awal dalam audit laporan keuangan adalah mengambil keputusan
untuk menerima/menolak suatu kesempatan menjadi auditor untuk klien
baru/ untuk melanjutkan sebagai auditor bagi klien yang sudah ada.
Penerimaan penugasan audit terdiri atas beberapa tahapan, yaitu :
 Mengevaluasi integritas manajemen
 Mengidentifikasi keadaan-keadaan khusus dan risiko tidak biasa
 Menetapkan kompetensi untuk melakukan audit
 Mengevaluasi independensi
 Menentukan kemampuan untuk bekerja dengan cermat dan saksama
 Menyiapkan surat penugasan
2. Perencanaan audit
Tahap kedua ini untuk pelaksanaan dan penentuan lingkup audit. Pada
tahap ini perlu diterapkan standar umum dan standar pekerjaan lapangan
dari standar auditing. Tahap ini terkait dengan penetapan strategi audit
untuk pelaksanaan dan penentuan lingkup audit. Tahap ini sangat penting
karena menentukan keberhasilan penugasan audit. Langkah-langkah
perencanaan audit yaitu :
 Mendapatkan pemahaman tentang bisnis & bidang usaha klien
 Melaksanakan prosedur analisis
 Menetapkan pertimbangan awal tentang tingkat materialitas
 Mempertimbangkan resiko audit
 Menetapkan strategi audit awal untuk asersi-asersi penting
 Mendapatkan pemahaman tentang struktur pengendalian
3. Pelaksanaan pengujian audit
Tahap ini dilakukan dengan maksud melaksanakan pengujian audit
(pelaksanaan pekerjaan lapangan). Tujuan utama tahap ini adalah
mendapatkan bukti audit mengenai efektivitas struktur pengendalian intern
klien dan kewajaran laporan keuangannya. Pada tahap ini harus diterapkan
standar umum dan standar pekerjaan lapangan dari standar auditing.
4. Pelaporan temuan
Laporan audit bisa berupa laporan standar, yaitu laporan audit dengan
pendapat wajar tanpa perkecualian/ bisa juga menyimpang dari laporan
standar.

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Sukrisno. 2012. “Auditing: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh


Akuntan Publik”. Jilid 1, Edisi 4, Jakarta: Salemba empat.

Anonim. 2015. 10 Standar Audit Menurut GAAS.


https://accounting.binus.ac.id/2015/09/21/10-standar-audit-menurut-gaas/.
Diakses pada 27 Mei 2020.

Arens, A.A., Elder, R.J., Beasley, M.S. (2011). Auditing dan PelayananVerifikasi:
Pendekatan Terpadu, alih bahasa oleh Tim Dejakarta, edisikesembilan,
Jakarta: Indeks.

Boynton, Johnson, dan Kell. 2003. Modern Auditing Jilid 1 Edisi Ketujuh (Alih
Bahasa Rajoe, P.A., Gania, G., Budi, I. S.). Jakarta : Erlangga.

Harahap, D.Y., NR Handiani, Evita P., dan Sakina R. 2017. Pengaruh


Pelaksanaan Standar Audit Berbasis International Standards On
Auditing (ISA) Terhadap Kualitas Audit. JURNAL ASET (AKUNTANSI
RISET), 9 (1), hal. 55-72.

Jusup, Al. Haryono (2001). Pengauditan. Buku 1. Yogyakarta: Bagian Penerbitan


STIE YKPN.
Mannan, S. 2008. Profesi Akuntan Publik. Publikasi online Repository
Universitas Terbuka: http://repository.ut.ac.id/4493/1/PAJA3337-M1.pdf.
Diakses pada 27 Mei 2020.

Mulyadi. 2001. Sistem Akuntansi Edisi Tiga. Jakarta : Salemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai