Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN

THALASEMIA

Oleh :

AFRISA MAULANA AYU PARAMITA

(2017.01.002)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

BANYUWANGI

2020
A. Definisi
Thalasemia adalah kelainan kongenital, anomali pada eritropoeisis yang diturunkan
dimana hemoglobin dalam eritrosit sangat berkuarang, oleh karenanya akan terbentuk
eritrosit yang relatif mempunyai fungsi yangsedikit berkurang (Supardiman, 2011).
Thalasemia merupakan kelompok kelainan genetik heterogen yang timbul akibat
berkurangnya kecepatan sintesis rantai alpha atau beta (Hoffbrand, 2010).
Menurut Setianingsih (2008), Talasemia merupakan penyakit genetik yang
menyebabkan gangguan sintesis rantai globin, komponen utama molekul hemoglobin
(Hb).
Thalasemia adalah gangguan pembuatan hemoglobin yang diturunkan. Pertama kali
ditemukan secara bersamaan di Amerika Serikat dan Itali antara 1925-1927. Kata
Talasemia dimaksudkan untuk mengaitkan penyakit tersebut dengan penduduk
Mediterania, dalam bahasa Yunani Thalasa berarti laut. (Permono, & Ugrasena, 2006)

B. Etiologi
Menurut Suriadi (2011), penyakit thalassemia adalah penyakit keturunan yang tidak
dapat ditularkan.banyak diturunkan oleh pasangan suami isteri yang mengidap thalassemia
dalam sel – selnya/ Faktor genetik.
Jika kedua orang tua tidak menderita Thalassaemia trait/pembawasifat Thalassaemia,
maka tidak mungkin mereka menurunkan Thalassaemia trait/pembawa sifat Thalassaemia
atau Thalassaemia mayor kepada anak-anak mereka. Semua anak-anak mereka akan
mempunyai darah yang normal.
Apabila salah seorang dari orang tua menderita Thalassaemia trait/pembawa sifat
Thalassaemia sedangkan yang lainnya tidak, maka satu dibanding dua (50%)
kemungkinannya bahwa setiap anak-anak mereka akan menderita Thalassaemia
trait/pembawa sifat Thalassaemia, tidak seorang diantara anak-anak mereka akan
menderita Thalassaemia mayor. Orang dengan Thalassaemia trait/pembawa sifat
Thalassaemia adalah sehat, mereka dapat menurunkan sifat-sifat bawaan tersebut kepada
anak-anaknya tanpa ada yang mengetahui bahwa sifat-sifat tersebut ada di kalangan
keluarga mereka.
Apabila kedua orang tua menderita Thalassaemia trait/pembawa sifat Thalassaemia,
maka anak-anak mereka mungkin akan menderita Thalassaemia trait/pembawa sifat
Thalassaemia atau mungkin juga memiliki darah yang normal, atau mereka mungkin juga
menderita Thalassaemia mayor.
C. Manifestasi Klinis
1. Anemia yaitu disebabkan eritropoisis yang tidak efektif, proses
hemolisis dan reduksi sintesa Hb
2. Hipoksia jaringan yaitu disebabkan akibat kondisi anemia kronis
3. Deformitas tulang yaitu disebabkan oleh peningkatan produksi
eritropoitin berdampak pada ekspansi susunan tulang
4. Hipersplenisme /splenomegali yaitu disebabkan oleh peningkatan
proses hemolisis
5. Nyeri kepala, anoreksia, nyeri dada dan tulang serta intoleransi
aktifitas disebabkan oleh hipoksia jaringan dan anemia kronis
6. Pada tahap lanjut pasien berisiko mengalami gangguan
pertumbuhan dan perkembangan reproduksi
7. Pertumbuhan struktur tulang yang ditandai disebabkan dengan
penampilan wajah yang khas berupa tulang maksilaris menonjol,
dahi yang lebar dan tulang hidung datar
8. Ikterik/jaundice, ulkus, batu empedu dan pembesaran hati
(hepatomegali) disebabkan pada thalasemia β
9. Palpitasi disebabkan Hb yang mengangkut O2 ke jantung menurun
dan jantung akan berkontraksi lebih keras sehingga menyebabkan
kelemahan pada otot jantung
D. Klasifikasi
Secara klinik talasemia di bagi menjadi 2 golongan sebagai berikut:
1. Talasemia mayor, memberikan gejala klinik yang jelas
2. Talasemia minor, biasanya memberikan gejala klinik yang tidak jelas.
Pada talasemia terjadi kelainan pada gen-gen yang mengatur pembentukan dari rantai
globin sehingga produksinya terganggu. Gangguan dari pembentukan rantai globin ini
akan mengakibatkan kerusakan pada sel darah merah yang pada akhirnya akan
menimbulkan pecahnya sel darah tersebut. Berdasarkan dasar klasifikasi tersebut, maka
terdapat beberapa jenis talasemia, yaitu talasemia alfa, beta, dan delta.
1. Talasemia alfa
Pada talasemia alfa, terjadi penurunan sintesis dari rantai alfa globulin. Dan kelainan ini
berkaitan dengan delesi pada kromosom 16. Akibat dari kurangnya sintesis rantai alfa,
maka akan banyak terdapat rantai beta dan gamma yang tidak berpasangan dengan rantai
alfa. Maka dapat terbentuk tetramer dari rantai beta yang disebut HbH dan tetramer dari
rantai gamma yang disebut Hb Barts. Talasemia alfa sendiri memiliki beberapa jenis
a. Delesi pada empat rantai alfa
b. Delesi pada tiga rantai alfa
c. Delesi pada dua rantai alfa
d. Delesi pada satu rantai alfa
2. Talasemia beta
Disebabkan karena penurunan sintesis rantai beta. Dapat dibagi berdasarkan tingkat
keparahannya, yaitu talasemia mayor, intermedia, dan karier. Pada kasus talasemia mayor
Hb sama sekali tidak diproduksi. Mungkin saja pada awal kelahirannya,anak-anak
talasemia mayor tampak normal tetapi penderita akan mengalami anemia berat mulai usia
3-18 bulan. Jika tidak diobati, bentuk tulang wajah berubah dan warna kulit menjadi hitam.
Selama hidupnya penderita akan tergantung pada transfusi darah. Ini dapat berakibat fatal,
karena efek sampingan transfusi darah terus menerus yang berupa kelebihan zat besi (Fe)
Salah satu ciri fisik dari penderita talasemia adalah kelainan tulang yang berupa tulang pipi
masuk ke dalam dan batang hidung menonjol (disebut gacies cooley), penonjolan dahi dan
jarak kedua mata menjadi lebih jauh, serta tulang menjadi lemah dan keropos.

E. Tanda dan Gejala


1. Thalasemia Mayor:
a. Pucat
b. Lemah
c. Anoreksia
d. Sesak napas
e. Peka rangsang
f. Tebalnya tulang kranial
g. Pembesaran hati dan limpa / hepatosplenomegali
h. Menipisnya tulang kartilago, nyeri tulang
i. Disritmia
j. Epistaksis
k. Sel darah merah mikrositik dan hipokromik
l. Kadar Hb kurang dari 5gram/100 ml
m. Kadar besi serum tinggi
n. Ikterik
o. Peningkatan pertumbuhan fasial mandibular; mata sipit, dasar hidung lebar dan
datar.
2. Thalasemia Minor
a. Pucat
b. Hitung sel darah merah normal
c. Kadar konsentrasi hemoglobin menurun 2 sampai 3 gram/ 100ml di bawah kadar
normal Sel darah merah mikrositik dan hipokromik sedang
F. PATHWAY
Pernikahan Diturunkan Penyakit Gangguan sintesis
penderita secara autosomal
thalasemia resesif rantai globulin α dan β

Sel darah merah


mudah rusak Kerusakan pada Hb Produksi rantai
gloin

berkurang/tidak ada

suplai o2 dan nutrisi keseluruh tubuh Pucat MK : Perfusi


berkurang anemia Tidak ada pertambahan
perifer tidak
berat badan meingkat
Ketidak efektif
seimbangan
antara suplai
HB menurun perlu
O2 dan nutrisi
Menurunkan suplai
transfusi
dengan
komponen darah
Tidak ada pertambahan
yang mengandung
Metabolisme sel berat badan kurang Terjadi
antibodi
terganggu peningkatan Fe
Sistem kekebalan
MK : Defisit Gangguan pada
tubuh menurun
Pertumbuhan sel nutrisi kurang dari
jantung
dan otak keutuhan tubuh
terhambat MK : Resiko
Infeksi
Hemosidoriosis
Perubahan
pembentukan ATP Peningkatan
pigmentasi kulit
Energy yang (warna coklat)
dihasilkan
menurun MK : Gangguan
Integritas kulit
Kelemahan fisik

MK : Intoleransi MK : Gangguan tumbuh


aktifitas kembang berhubungan
dengan kemampuan
fisik menurun
G. Komplikasi
1. Kelainan tulang
Tulang penderita thalasemia menjadi tipis dan rapuh (osteoporosis), sehingga
penderita berisiko untuk mengalami patah tulang. Kondisi ini terjadi akibat
sumsum tulang bekerja keras dalam menghasilkan sel darah, sehingga rongga
sumsum tulang melebar.
2. Pembesaran limpa
Kerusakan sel darah merah akibat thalasemia dapat menyebabkan limpa harus
bekerja lebih keras untuk menghancurkan sel darah yang rusak. Hal ini
mengkibatkan organ limpa semakin membesar. Jika limpa membesar, bukan hanya
sel darah rusak yang akan dihancurkan, melainkan juga darah yang sehat dari
pendonor.
3. Gangguan jantung
Thalasemia yang parah juga dapat menimbulkan gangguan jantung, seperti
gangguan irama jantung (aritmia) dan gagal jantung.
4. Pertumbuhan pada anak menjadi terhambat
Thalasemia dapat menyebabkan pertumbuhan anak menjadi lambat. Selain itu,
anak juga akan terlambat mengalami pubertas.
Selain karena penyakitnya sendiri, komplikasi dapat terjadi akibat penanganan
thalasemia. Penderita thalasemia memerlukan transfusi darah secara berulang, dan
prosedur ini dapat menyebabkan penumpukan zat besi di dalam tubuh. Kondisi ini akan
menyebabkan kerusakan beberapa organ tubuh, seperti jantung, hati, pankreas, atau
tulang.

H. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan pada penderita Thalasemia menurut (Ganis, 2011) sebagai berikut:
1. Laboratorium meliputi hematologi rutin (mengetahui kadar Hb dan ukuran
sel-sel darah), gambaran darah tepi (melihat bentuk, warna, dan
kematangan sel- sel darah), feritin / serum iron (melihat status / kadar
besi), dan analisis hemoglobin (menegakkan diagnosis dan menentukan
jenis Thalasemia).
2. Pemeriksaan DNA, untuk mendiagnosis kelainan genetik prenatal pada
janin.
3. Bone Marrow Punction (BMP), akan memperlihatkan perubahan sel- sel
darah berdasarkan jumlah, ukuran dan bentuk yang akan membantu
membedakan jenis Thalasemia yang diderita pasien.
I. Penatalaksanaan
Penatalaksaan pada penderita Thalasemia beta mayor secara umum ada 3 yaitu
(Regar, 2012)

1. Tranfusi darah
Tujuan dari tranfusi darah yaitu mempertahankan kadar Hb sebagai
dampak adanya anemia berat. Hb penderita dipertahankan antara 8 g/dl
sampai 9,5 g/dl, dimana keadaan ini akan memberikan supresi sumsum
tulang yang adekuat, darah diberikan dalam bentuk Hb 1 g/dl. Tranfusi
biasanya dilakukan setiap 3 minggu sekali, tergantung pada kondisi
penderita

2. Splenectomy
Tindakan ini dilakukan untuk mengurangi hemolisis. Adapun indikasi
dilakukan tindakan splenectomy adalah limpa yang terlalu besar sehingga
membatasi gerak pada penderita dan menimbulkan peningkatan tekanan
abdomen dan bahaya terjadinya ruptur.

3. Kelasi besi
Kelasi besi harus segera diberikan ketika kadar feritin serum sudah
mencapai 1000 mg/dl atau saturasi trasferin lebih dari 50% atau sekitar
10 sampai 20 kali pemberian tranfusi darah.

J. Pengkajian
Pengkajian yang dilakukan meliputi pengumpulan data, analisis data, dan

penentuan masalah. Pengumpulan data diperoleh dengan cara intervensi,

observasi, dan pemeriksaan fisik (Rizki, 2015)

1. Biodata
Pada penderita Thalasemia mayor yang gejala klinisnya jelas,
gejala telah terlihat sejak anak berumur kurang dari 1 tahun,
sedangkan pada thalasemia minor biasanya anak mengalami
pusing, lemas, pucat, dan bisa mengatasi penyakitnya karena
penyakitnya masih ringan, biasanya anak akan dibawa ke RS
setelah usia 4 tahun.

2. Riwayat Keperawatan
a. Riwayat Penyakit Sekarang
1). Keluhan Utama
Biasanya klien akan mengeluh sakit kepala, lemah, badan
pucat

2). Riwayat penyakit saat ini


Klien biasanya dibawa kerumah sakit setelah mengalami
tanda- tanda anemia berat

b. Riwayat Keperawatan Keluarga


Akan didapatkan data dari salah satu anggota kelurga / kedua
orang tuanya yang menderita Thalsemia

c. Riwayat psiko, social, dan spiritual


Klien akan terlihat gelisah dan sulit bersosialisasi dengan
orang lain

3. Pola nutrisi
Anoreksia yaitu gangguan nafsu makan yang menurun
menyebabkan seseorang terobsesi dengan berat badan dan pola
makan yang menurun adanya kesulitan menelan dan mengalami
mual mutah

Pola eliminasi
Obstipasi / diare disebabkan dengan mengonsumsi makanan yang
kurang bergizi dan dikarenakan mikroorganisme masuk ketubuh

4. Personal hygiene
Klien ketergantungan dengan keluarga / orang tua

5. Aktivitas
Klien akan mudah lelah dan letih yaitu karena disebabkan nutrisi
yangmenurun

6. Riwayat tumbuh kembang


Sering didapatkan data adanya kecenderungan gangguan terhadap
tumbang sejak masih bayi. Terutama untuk Thalasemia mayor,
pertumbuhan fisik anak, adalah kecil untuk umurnya dan adanya
keterlambatan dalam kematangan seksual, seperti tidak ada
pertumbuhan rambut pubis dan ketiak, kecerdasan anak juga
mengalami penurunan. Namun pada jenis Thalasemia minor,
sering terlihat pertumbuhan dan perkembangan anak normal

7. Pemeriksaan fisik
a. KU : lemah dan kurang bergairah, tidak selincah anak lain
yang seusianya, suhu tubuh tidak stabil
b. Pemeriksaan fisik
1) Kepala dan bentuk muka. Anak yang belum mendapatkan
pengobatan mempunyai bentuk khas, yaitu kepala
membesar dan muka mongoloid
2) Mata dan konjungtiva pucat dan kekuningan
3) Ekstrimitas biasanya terjadi fraktur patologik karena
penipisan pada tulang, kuku- kuku jari terlihat berwarna
pucat
c. Pemeriksaan laboratorium
1) Analisis Hb : untuk mendeteksi hemoglobin yang
abnormal, baik jumlah produksi maupun jenisnya
2) Gambaran darah tepi : untuk melihat morfologi eritrosit
(bentuk/ gambaran sel darah merah)
8. Riwayat tumbuh kembang
Sering didapatkan data adanya kecenderungan gangguan terhadap
tumbang sejak masih bayi. Terutama untuk Thalasemia mayor,
pertumbuhan fisik anak, adalah kecil untuk umurnya dan adanya
keterlambatan dalam kematangan seksual, seperti tidak ada
pertumbuhan rambut pubis dan ketiak, kecerdasan anak juga
mengalami penurunan. Namun pada jenis Thalasemia minor,
sering terlihat pertumbuhan dan perkembangan anak normal

9. Pemeriksaan fisik
a. KU : lemah dan kurang bergairah, tidak selincah anak lain
yang seusianya, suhu tubuh tidak stabil
b. Pemeriksaan fisik
1) Kepala dan bentuk muka. Anak yang belum mendapatkan
pengobatan mempunyai bentuk khas, yaitu kepala
membesar dan muka mongoloid
2) Mata dan konjungtiva pucat dan kekuningan
3) Ekstrimitas biasanya terjadi fraktur patologik karena
penipisan pada tulang, kuku- kuku jari terlihat berwarna
pucat
c. Pemeriksaan laboratorium
1) Analisis Hb : untuk mendeteksi hemoglobin yang
abnormal, baik jumlah produksi maupun jenisnya
2) Gambaran darah tepi : untuk melihat morfologi eritrosit
(bentuk/ gambaran sel darah merah)
10. Riwayat tumbuh kembang
Sering didapatkan data adanya kecenderungan gangguan terhadap
tumbang sejak masih bayi. Terutama untuk Thalasemia mayor,
pertumbuhan fisik anak, adalah kecil untuk umurnya dan adanya
keterlambatan dalam kematangan seksual, seperti tidak ada
pertumbuhan rambut pubis dan ketiak, kecerdasan anak juga
mengalami penurunan. Namun pada jenis Thalasemia minor,
sering terlihat pertumbuhan dan perkembangan anak normal

11. Pemeriksaan fisik


a. KU : lemah dan kurang bergairah, tidak selincah anak lain
yang seusianya, suhu tubuh tidak stabil
b. Pemeriksaan fisik
1) Kepala dan bentuk muka. Anak yang belum mendapatkan
pengobatan mempunyai bentuk khas, yaitu kepala
membesar dan muka mongoloid
2) Mata dan konjungtiva pucat dan kekuningan
3) Ekstrimitas biasanya terjadi fraktur patologik karena
penipisan pada tulang, kuku- kuku jari terlihat berwarna
pucat
c. Pemeriksaan laboratorium
1) Analisis Hb : untuk mendeteksi hemoglobin yang
abnormal, baik jumlah produksi maupun jenisnya
2) Gambaran darah tepi : untuk melihat morfologi eritrosit
(bentuk/ gambaran sel darah merah)
3) Badan inklusi HbH : untuk mendeteksi kemungkinan
pembawa sifat Thalasemia
4) Hematologi urin : untuk mengetahui nila MCV-volume
hemoglobin dalam sel darah merah dan MCH- konsentrasi
hemoglobin di dalam sel darah merah
5) Ferritin : untuk mengetahui apakah anemia disebabkan
oleh defisiensi/kekurangan zat besi, penyakit kronik, atau
Thalasemia
6) Tes presipitasi DCIP : untuk mendeteksi kelainan
hemoglobin varian HbE.

K. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan laboratorium darah :
- Hb : Kadar Hb 3 – 9 g%
- Pewarnaan SDM : Anisositosis, poikilositosis, hipokromia berat,target cell, tear drop cell.
2. Gambaran sumsum tulang eritripoesis hiperaktif
3. Elektroforesis Hb :
- Thalasemia alfa : ditemukan Hb Bart’s dan Hb H
- Thalasemia beta : kadar Hb F bervariasi antara 10 – 90 % ( N : <= 1 % )

L. Diagnosa Keperawatan
1. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan kadar Hb darah
2. Risiko infeksi berhubungan dengan menurunnya imunitas
3. Gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan efek ketidakmampuan fisik
(PPNI, 2017)
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik
5. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan Fe
6. Defisit nutrisi berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolisme.
M. Tumbuh kembang
Pertumbuhan (Growth) dan perkembangan (Development) memiliki definisi
yang sama yaitu sama-sama mengalami perubahan, namun secara khusus keduanya
berbeda. Pertumbuhan menunjukan perubahan yang bersifat kuantitas sebagai akibat
pematangan fisik yang ditandai dengan makin kompleksnya system jaringan otot,
system syaraf serta fungsi system organ tubuh lainnya dan dapat diukur.
1. Tahapan tumbuh kembang yaitu :
a. Cephalocaudal : merupakan rangkaian pertumbuhan berlangsung
terus dari kepala ke arah bawah bagian tubuh.
b. Proximodistal : perkembangan berlangsung terus dari daerah pusat
(proximal) tubuh ke arah luar tubuh (distal).
c. Differentiation yaitu ketika perkembangan berlangsung terus dari
2. Ciri-ciri pertumbuhan dan perkembangan :
yang mudah ke arah yang lebih kompleks. Pertumbuhan akan terjadi perubahan
ukuran dalam hal bertambahnya ukuran fisik, seperti berat badan, tinggi badan,
lingkar kepala, lingkar lengan,lingkar dada, dan lain-lain
3. Factor yang mempengaruhi tumbuh kembang
a. Factor herediter
b. Factor hormonal
c. Factor lingkunga
4. Menurut Piaget dalam Syamsussabri (2013), perkembangan kognitif anak dari
usianya sangat berbeda. Perkembangan kognitif ini meliputi kemampuan intelegensi,
kemampuan berpersepsi dan kemampuan mengakses informasi, berfikir logis,
memecahkan masalah kompleks menjadi simpel dan Memahami ide yang abstrak
menjadi konkrit.
a. Pada tahap sensori-motor (0-2 tahun)
perilaku anak banyak melibatkan motorik, belum terjadi kegiatan mental yang
bersifat berpikir.

b. Pada tahap pra operasional (2-7 tahun)


pada tahap ini operasi mental yang jarang dan secara logika tidak memadai.
Anak belajar menggunakan dan merepresentasikan objek dengan gambaran dan
kata-kata. Mereka hanya menggunakan penalaran intuitif bukan logis dan
mereka cenderung ego sentris.
c. Pada tahap operasional konkrit (7-12)
anak sudah mampu menggunakan logika serta mampu mengklasifikasikan objek
menurut berbagai macam cirinya seperti, tinggi, besar, kecil,warna,bentuk,dan
seterusnya.
d. Pada tahap operasional-formal (mulai 12 tahun)
anak dapat melakukan representasi simbolis tanpa menghadapi objek-objek
yang ia pikirkan. Pola pikir menjadi lebih fleksibel melihat persoalan dari
berbagai sudut yang berbeda.
N. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujua Intervensi Rasion


keperawatan n al
1. Perfusi Setelahdilakukan SIKI
Indikator Nilai
Edema Menu
tindakanasuhan 1.Perawatan 1. (I.02079)
ferifer run perifer tidak keperawatan 3x24 sirkulasi a. Adanya
Kelemahan Menu jam (I.02079) pemeriksaan
otot run efektif diharapkanperfusi Observasi : sirkulasi perifer
Bruit Menu berhubunan perifer menjadi 1. Periksa adalah manifestasi
femoralis run
dengan efektif dengan sirkulasi perubahan perfusi
penurunan kriteria hasil: perifer b. Pemasangan infus
kadar Hb Perfusi Perifer (mis,nadi merupakan cara
darah (SLKI, L.02011) ferifer, untuk pemberian
edema, obat yang
pengisian dilakukan
kapiler,warna, secara
suhu, langsung
anklebrachial
index) melalui pembuluh
Terapiutik : darah
2. Hindari c. Infeksi bisa
pemasangan berdampak
infus atau terhadap perubahan
pengambilan sistemik
darah
3. Lakukan
pencegah
an infeksi

2. (I.02065)
2. Pemberian a. Reaksi tidak
obat intravena normal dari sistem
(I.02065) kekebalan tubuh
Observasi : terhadap obat
a. Indentifiksi
b. Pemberian
kemungkinan obat dengan
alergi cara
obat, memasukkan obat
interaksi, ke dalam pembuluh
darah vena
dan
menggunakan spuit
kontraindikasi
obat
b. Berikan obat
IV dengan
kecepatan
yang tepat
2. Risiko Setelah SIKI 1. (I.14539)
1. Pencegahan a. Mengetahui gejala
infeksi dilakukan infeksi dan infeksi
berhubungan tindakan (I.14539) akan
dengan Observasi memperburuk
menurunnya asuhan 1. Monitor tanda pasien
Indikator Nilai keperwatan selama dan gajala b. Cuci tangan
Kebersihan Meni
imunitas
1x24 jam risiko infeksi local sebelum akan
tangan ngkat
infeksi dapat dan sistemik meminimalkan
Kebersihan Meni
badan ngkat dihindari dengan Terapeutik : infeksi silang
Nafsu Meni kriteria hasil : 2. Cuci c. Mendapatkan
makan ngkat Tingkat tangan asupan nutrisi
Kadar sel Mem sebelum dan sesuai kebutuhan,
darah putih baik
infeksi (SLKI, sesudah pertumbuhan
Kultur Mem
darah baik L.14137) kontak dengan dan perkembangan
pasien dan d. Meningkarkan
lingkungan proses untuk
pasien membuat seseorang
Edukasi : imun atau kebal
3. Anjurkan terhadap penyakit
meningkatk
an asupan
nutrisi
4. Kolabor
asi
pemberi
an
imunisas
i
2. Pemantauan 2. (I.03123)
Nutrisi
(I.03123) a. Kelainan pada
Observasi: kulit yaitu kondisi
a. Indentifikasi saat lapisan luar
kelaianan tubuh mengalami
masalah baik iritasi
pada kulit atau meradang
(mis, memar
yang
berlebihan,
luka yang sulit
sembuh,
dan
pendrahan)
3. Gangguan Setelah SIKI
tumbuh dilakukan1. Perawatan 1. (I.10339)
kembang asuhan perkembang a. Mengetahui tugas
berhubungan an (I.10339) perkembangan
dengan keperawatan selama Observasi : anak yaitu belajar
2x24 1. Identifikasi untuk
efek jam pencapaian menyesuaikan diri
ketidakmamp diharapkan tugas terhadap pola-pola
Indikator Nilai ua n fisik pertumbuhan perkembangan hidup baru, belajar
Kecepatan Meni dan anak untuk memiliki
pertambaha ngkat perkembangan Terapeutik : cita- cita yang
n berat 2. Motivasi
mengalami tinggi
badan anak b. Memberikan anak
Indeks Meni kemajuan
berinteraksi dorongan dari
masa tubuh ngkat dengan kriteria
dengan anak dalam yang
Asupan Meni hasil : Status
nutrisi ngkat lain mendorong harapan
pertumbuhan
3. Dukung
(SLKI, L.10102) dan keinginan anak
anak c. Memberikan anak
mengekpresika penghargaan
n diri melalui usahanya
melalui sehingga anak bisa
penghargaan termotivasi
positif d. Memberikan
atau umpan kemampuan yang
balik atau komplek
usahanya untuk
Edukasi :
menunjukkan
4. Ajarkan
perilaku yang baik
anak
dinilai secara
keterampilan
berinteraksi
positiif maupuan
negatif oleh
lingkungan
2. Promosi 2. (I.10340)
Perkembangan a. Mengetahui suatu
Anak (I.10340) perilaku yang
Observasi sangat kompleks
a. Identikasi karena didalamnya
kebutuhan melibatkan
khusus anak sejumlah fungsi
dan dan intelektual
kemampuan b. Mainan anak yaitu
adaptasi anak salah satu alat
Terapiutik
interaksi yang
b. Berikan
dapat membantu
mainan yang
dan
sesuai dengan
mengembangkan
usia anak
pertumbuhan anak
4. Intoleransi Setelah SIKI
aktivitas dilakukan 1. Manajemen 1. (I.05178)
berhubungan tindakan energi 1. Mengetahui suatu
dengan keperawatan (I.05178) kondisi
kelemahan selama 2x 24 Observasi : yang memiliki
fisik jam 1. Identifikasi tanda dan
diharapkan gangguan kurangnya
Indikator Nilai fungsi tubuh
Keluhan Menu aktivitas kapasitas yang
lelah run kembali efektif yang dimiliki
Dispnea Menu dengan kriteria mengakibatka seseorang untuk
saat run hasil : Toleransi n kelelahan bekerja dan
aktivitas 2. Monitor menjaga tubuh
Perasaan Menu lokasi dan
lemah run aktivitas dari penyakit
Frekuensi Mem (SLKI, L.05047) ketidaknyama 2. Adanya
napas baik nan salama peningkatan
melakukan kelemahan
aktivitas aktivitas untuk
Terapeutik : mengetahui
3. Lakukan
letaknya
latihan rentang kelemahan pada
gerak pasif dan sistem tubuh
atau aktif 3. Latihan gerak
Edukasi :
aktif dan pasif
4. Anjurkan tirah
adalah melatih
baring
Kolaborasi : atau menggerakan
5. Kolaborasi anggota gerak
dengan ahli tangan dan kaki
gizi tentang agar tidak terjadi
cara kekakuan otot
meningkatkan 4. Dapat melakukan
asupan berbaring
makanan ditempat tidur
untuk suatu
jangka
yang sinambung
5. Meningkatkan
kesehatan
dan mencegah
penyakit, dari
asupan nutrisi
yang tidak sehat
2. Terapi 2. (05186)
aktivitas a. .Melakuan
(05186) aktivitas fisik
Observasi :
a. Anjurkan misalnya
melakukan mobilisasi untuk
aktivitas melemaskan
fisik, social, tubuh
spiritual, dan

kognitif dalam
menjaga fungsi
dan dan
kesehatan
5. Gangguan Setelah SIKI
integritas dilakukan 1. Perawatan 1. (I.11353)
Indikator Nilai kulit/ jaringan tindakan 2x24 integritas 1. Kerusakan
Perfusi Meni berhubungan jam tidak integritas kulit
jaringan ngkat dengan terjadi gangguan kulit (I.11353) adalah keadaan
Kerusakan Menu peningkatan integritas kulit Observasi seseorang
jaringan run 1. Identifikasi individu
Kerusakan Menu
Fe dengan kriteria
penyebab mengalami atau
lapisan run hasil : Integritas
gangguan berisiko terhadap
kulit kulit dan jaringan
integritas kerusakan
Nyeri Menu (L.14125)
run kulit (mis, jaringan
perubahan epidermis dan
sirkulasi, dermis
perubahan 2. Mempertahankan
status nutrisi, struktur dan
penurunan, fungsi kulit dari
kelemahan, berbagai faktor
eksternal untuk
suhu menghindari
lingkungan paparan
ekstrem, sinar matahari
penurunan 3. Asupan buah dan
mobilitas) sayur sangat
Edukasi :
penting bagi
2. Anjurkan
kesehatan tubuh
menggunakan
sebagai
pelembab
sumber energi
(mis, lotion,
makanan dan
serum)
minuman
3. Anjurkan
yang
meningkatkan
dikonsumsi tubuh
asupan buah
setiap hari
dan sayur
4. Gunakanlah
4. Anjurkan
sabun untuk
mandi dan
membersihkan
menggunakan
tubuh sehingga
sabun
tubuh tetap bersih
secukupnya
dan terhindar
dari penyakit
2. Manajemen 2. (08238)
Nyeri a. Adanya
(I.08238) peningkatan suatu
Observasi : pengalaman
a. Indentifika sensorik
si skala dan emosional
nyeri yang tidak
Edukasi : menyenangkan
b. Anjurkan biasanya
menggunakan berkaitan dengan
analgetik menimbulkan
secara tepat kerusakan
jaringan terhadap
tubuh
b. Memberikan
obat analgesik
adalah obat untuk
menghilangkan
rasa sakit akibat
radang sendi dan
untuk
menghilangkan
rasa nyeri
6. Defisit Setelah SIKI
1. Manajemen 1.(I.03119)
nutrisi dilakukan asuhan nutrisi a. Monitor asupan
berhubungan keperawatan (I.03119) nutrisi dapat
dengan tindakan a. Monitor asupan meningkatkan
peningkatan asuhan makanan. metabolism tubuh.
Indikator Nilai
kebutuhan keperawatan 1x24 b. Berikan b. Makanan tinggi
Porsi Meni
makan yang ngkat metabolisme jam diharapkan makanan yang kalori dan tinggi
dihabiskan nutrisi pasien tinggi kalori serat dapat menjaga
Berat badan Mem tepenuhi dengan dan tinggi serat. kesehatan tubuh.
baik kriteria hasil : c. Kolaborasi c. Dengan
Nafsu Mem dengan ahligizi kolaborasi pasien
makan baik
Status nutrisi
(SLKI, L.03030) untuk makan sesuai diet
menentukan dan kebutuhan
jumlah kalori tubuh.
dan jenis
nutrient yang
dibutuhkan,
jika perlu.

2.Pemantauan 2.(I.03123)
nutrisi d. Mual dan muntah
(I.03123) merupakan rasa
a. Monitor yang tidak nyaman
mual dan dalam tubuh yang
muntah. ingin dikeluarkan.
b. Timbang e. Timbang berat
berat badan. badan untuk

mengetahui kenaikan
dan penurunan berat
badan.
O. Implementasi keperawatan
Implementasi adalah fase ketika perawat mengimplimentasikan
intervensi keperawatan (Kozier, 2011). Implementasi merupakan
langkah keempat dari proses keperawatan yang telah direncanakan
oleh perawat untuk dikerjakan dalam rangka membantu klien untuk
mencegah, mengurangi, dan menghilangkan dampak atau respons
yang ditimbulkan oleh masalah keperawatan dan kesehatan (Ali, 2014)
Proses Implementasi yaitu :

1) Mengkaji kembali pasien


2) Menentukan kebutuhan perawat terhadap bantuan
3) Mengimplementasikan intervensi keperawatan
4) Melakukan supervise terhadap asuhan yang didelegasikan
5) Mendokumentasikan tindakan keperawatan
P. Evaluasi keperawatan
Evaluasi merupakan komponen terakhir dari proses
keperawatan. Evaluasi merupakan upaya untuk menentukan apakah
seluruh proses sudah berjalan dengan baik atau belum. Apabila hasil
tidak mencapai tujuan maka pelaksanaan tindakan diulang kembali
dengan melakukan berbagai perbaikan.

Untuk penilaian keberhasilan tindakan, maka selanjutnya


dilakukan penilaian. Penilaian dilaksanakan dengan menggunkan
metode komunikasi SBAR, Komunikasi SBAR adalah komunikasi
dengan menggunakan alat yang logis untuk mengatur informasi
sehingga dapat ditransfer kepada orang lain secara akurat dan efisien.
Komunikasi dengan menggunakan SBAR (Situation, Background,
Assesment, Recomendation) untuk mencapai ketrampilan berfikir kritis,
dan menghemat waktu (NHS, 2012)
DAFTAR PUSTAKA

Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. 2014. NANDA International Nursing Diagnosis:


Definitions & Clasification, 2015-2017. Oxford: Wiley Blackwell
Nurarif, Amin Huda dan Kusuma, Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda NIC-NOC Edisi Revisi Jilid 2. Jogjakarta:
Mediaction.
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta :EGC
Suyono, Slamet. 2011. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3. Jilid I II. Jakarta.: Balai
Penerbit FKUI
Tambayong, Jan, dr. 2000. Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai