Anda di halaman 1dari 53

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Prevalensi ibu hamil yang mengalami komplikasi kehamilan sekitar

35-75% dan semakin meningkat seiring dengan bertambah usia

kehamilan. Kematian ibu di negara berkembang 10% berkaitan dengan

kehamilan disebabkan oleh faktor ibu dan kurangnya pemeriksaan

kehamilan atau yang disebut antenatal care (ANC) (Kemenkes RI, 2010).

Pemeriksaan ANC adalah pelayanan yang diberikan kepada ibu

hamil oleh petugas kesehatan untuk memelihara kehamilanya

dilaksanakan sesuai Standar Pelayanan Kebidanan. Pemeriksaan ANC

bertujuan untuk mendeteksi komplikasi yang mungkin terjadi, menjaga

agar ibu hamil dapat melalui masa kehamilan, persalinan dan nifas

dengan baik dan selamat serta melahirkan bayi yang sehat, dan pada

akhirnya dapat menurunkan angka kematian ibu dan bayi (Sulistyawati,

2011).

Data World Health Organization (WHO) tahun 2014, Angka

Kematian Ibu (AKI) di dunia yaitu 289.000 jiwa. Amerika Serikat yaitu

sebanyak 9.300 jiwa, Afrika Utara sebanyak 179.000 jiwa dan Asia

Tenggara sebanyak 16.000 jiwa. Angka Kematian Ibu di negara-negara

Asia Tenggara, yaitu Indonesia sebanyak 214 per 100.000 kelahiran

hidup, Filipina sebanyak 170 per 100.000 kelahiran hidup, Vietnam

sebanyak 160 per 100.000 kelahiran hidup, Thailand sebanyak 44 per


100.000 kelahiran hidup, Brunai Darussalam sebanyak 60 per 100.000

kelahiran hidup, dan Malaysia sebanyak 39 per 100.000 kelahiran hidup

(WHO, 2014).

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Kementerian

Kesehatan Republik Indonesia 2015-2019 menunjukkan bahwa AKI

seiring dengan Target Sustainable Development Goal’s (SDG’s) bahwa

penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia ditargetkan

mengurangi sampai tiga perempat risiko jumlah kematian ibu atau

sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup. Data pemanfaatan Antenatal

Care (ANC) di Indonesia selama empat tahun terakhir cenderung

mengalami fluktiatif, hal ini ditunjukkan dengan data cakupan K1 dan K4

pada tahun 2014 sebesar 94,99% dan 86,70% (Kemenkes RI, 2015),

pada tahun 2015 meningkat menjadi K1 sebesar 95,75% dan K4 sebesar

87,48% (Kemenkes RI, 2016), pada tahun 2016 mengalami penurunan

menjadi K1 sebesar 92,16% dan K4 sebesar 85,06% (Kemenkes RI,

2017) dan pada tahun 2017 meningkat kembali menjadi K1 sebesar

93,57% dan K4 sebesar 86,57% dengan jumlah ibu hamil pada tahun

2017 yaitu sebesar 5.320.550 ibu hamil (Kemenkes RI, 2018).

Laporan Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara tentang

pemanfaatan Antenatal Care (ANC) selama empat tahun terakhir

cenderung mengalami penurunan, hal ini ditunjukkan dengan data

cakupan K1 dan K4 pada tahun 2014 sebesar 96,14% dan 81,41%

(Dinkes Provinsi Sultra, 2015), pada tahun 2015 menurun menjadi K1

2
sebesar 92,90% dan K4 sebesar 80,50% (Dinkes Provinsi Sultra, 2016),

pada tahun 2016 mengalami penurunan menjadi K1 sebesar 88,10% dan

K4 sebesar 73,96% (Dinkes Provinsi Sultra, 2017) dan pada tahun 2017

menurun menjadi K1 sebesar 80,31% dan K4 sebesar 72,53% dengan

jumlah ibu hamil pada tahun 2017 yaitu sebesar 64.390 ibu hamil (Dinkes

Provinsi Sultra, 2018).

Puskesmas Poasia merupakan salah satu Puskesmas di

Kecamatan Poasia Kota Kendari yang mempunyai kunjungan Antenatal

Care (ANC) masih rendah yakni, cakupan kunjungan pada tahun 2017

sebanyak 779 ibu hamil jumlah cakupan K1 sebanyak 436 orang

(55,69%) dan cakupan K4 sebanyak 442 orang (56,73%) sedangkan

pada tahun 2018 sebanyak 749 jumlah cakupan K1 sebanyak 662 orang

(88,38%) dan cakupan K4 sebanyak 665 (88,78%), sementara target dari

Puskesmas Poasia Kota Kendari adalah sebesar 100%. Hal tersebut

menunjukkan bahwa pemeriksaan ANC secara teratur masih kurang

dilakukan oleh ibu hamil (Puskesmas Poasia, 2018)

Antenatal Care (ANC) terdiri dari serangkaian kunjungan ibu hamil

oleh tenaga professional yang dikenal dengan istilah K1 dan K4.

Kunjungan pertama (K1) yaitu kunjungan yang pertama kali pada

pelayanan kesehatan dan Kunjungan keempat (K4) yaitu kunjungan yang

keempat kalinya pada pelayanan kesehatan. Setiap ibu hamil dapat

memeriksakan kehamilannya sesuai dengan standar minimal yaitu pada

kunjungan pertama saat usia kehamilan 0-13 minggu, kunjungan kedua

3
yaitu 14-27 minggu, kunjungan ketiga yaitu 28-36 minggu dan kunjungan

keempat yaitu setelah umur kehamilan 36 minggu sampai bayi lahir,

merupakan komponen pelayanan kesehatan ibu hamil yang penting

karena bila timbul gangguan kesehatan sedini mungkin dapat dikenali

sehingga dilakukan perawatan yang cepat dan tepat (Sulistyawati, 2011).

Ibu hamil merupakan periode yang sangat perlu mempersiapkan

persalinan yang aman dengan pemeriksaan kehamilan yang teratur dan

lengkap, sehingga dapat mengetahui kondisi kesehatan ibu dan janin.

Rendahnya K1 menunjukkan, bahwa akses petugas kepada ibu masih

perlu ditingkatkan dan rendahnya K4 menunjukkan rendahnya

kesempatan untuk menjaring dan menangani risiko tinggi obstetrik.

Berdasarkan standar pelayanan antenatal care (ANC) pada ibu hamil

yaitu 10 (sepuluh) T yaitu timbang berat badan dan pengukuran tinggi

badan, tes status dengan mengukur lingkar lengan atas (LiLA), tekanan

darah, tinggi fundus uteri, tentukan denyut jantung janin (DJJ), tentukan

presentasi janin, Tetanus Toxoid (TT) yaitu imunisasi pada ibu hamil,

tablet Fe 90 tablet selama kehamilan, tes laboratorium pada ibu hamil

dan temu wicara yaitu pemberian komunikasi informasi dan edukasi (KIE)

efektif (Kemenkes RI, 2013).

Dampak ketidakpatuhan dalam pemeriksaan kehamilan dapat

menyebabkan tidak diketahuinya berbagai komplikasi ibu yang dapat

mempengaruhi kehamilan atau komplikasi hamil sehingga terlambat

teratasi. Deteksi saat pemeriksaan kehamilan sangat membantu

4
persalinan dan pengendalian risiko. Apalagi ibu hamil yang tidak

melakukan pemeriksaan kehamilan, maka tidak akan diketahui

kehamilannya berjalan dengan baik, mengalami risiko tinggi dan

komplikasi obstetri yang dapat membahayakan ibu maupun janinnya.

Persepsi merupakan pendapat seseorang tentang suatu objek,

persepsi ibu hamil terhadap pelayanan ANC adalah tanggapan tentang suatu

pelayanan yang diberikan pada ibu hamil selama hamil sampai saat sebelum

melahirkan. Ibu hamil yang semakin paham dengan manfaat dari ANC bagi

kehamilan dan bayi yang dikandungnya akan mempunyai persepsi yang baik

sehingga meningkatkan motivasi ibu untuk melakukan antenatal care, sehingga

ibu hamil semakin patuh melakukan ANC, oleh karena itu frekuensi kunjungan

ibu akan teratur (Khoerunnisa, 2012).

Motivasi adalah dasar yang menggerakkan seseorang untuk

bertingkahlaku, hal ini berarti bahwa ibu hamil yang memiliki kebutuhan tinggi

akan melakukan pemeriksaan kehamilan, dengan kata lain semakin tinggi

kebutuhan ibu hamil maka ibu akan memiliki motivasi yang tinggi untuk

memeriksakan kehamilannya (Ermaya, 2015).

Observasi awal pada Ibu hamil yang dilakukan di Puskesmas Poasia pada

bulan Februari 2019, ibu hamil memiliki persepsi bahwa melakukan pemeriksaan

kehamilannya dilakukan hanya ingin mengetahui perkembangan janin yang

dikandungnya, selain itu pemeriksaan kehamilan dilakukan apabila merasakan

adanya keluhan. Hal tersebut menunjukkan bahwa adanya persepsi yang kurang

dari ibu hamil tentang pelayanan ANC selain itu mengindikasikan motivasi ibu

5
hamil untuk melakukan pemeriksaan ANC masih kurang (Observasi awal

Puskesmas Poasia, 2019).

Berdasarkan data rendahnya cakupan ANC, kurangnya persepsi

dan motivasi ibu hamil diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti dengan

judul,”Hubungan Persepsi dan Motivasi Ibu Hamil dengan Kunjungan

Antenatal Care (ANC) di Puskesmas Poasia Kota Kendari”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan

masalah, “Apakah ada hubungan persepsi dan motivasi ibu hamil dengan

kunjungan Antenatal Care (ANC) di Puskesmas Poasia Kota Kendari?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui adanya hubungan persepsi dan motivasi ibu

hamil dengan kunjungan Antenatal Care (ANC) di Puskesmas Poasia

Kota Kendari.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui persepsi ibu hamil tentang kunjungan Antenatal Care

(ANC) di Puskesmas Poasia Kota Kendari Tahun 2019.

b. Mengetahui motivasi ibu hamil dalam kunjungan Antenatal Care

(ANC) di Puskesmas Poasia Kota Kendari Tahun 2019.

c. Mengetahui hubungan persepsi ibu hamil dengan kunjungan

Antenatal Care (ANC) di Puskesmas Poasia Kota Kendari Tahun

2019.

6
d. Mengetahui hubungan motivasi ibu hamil dengan kunjungan

Antenatal Care (ANC) di Puskesmas Poasia Kota Kendari Tahun

2019.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Bagi Ilmu Pengetahuan

Penelitian ini diharapkan dapat menambah memperkaya ilmu

pengetahuan dan informasi teori tentang pemeriksaan kehamilan

yang paripurna dan jumlah cakupan kunjungan ibu hamil.

b. Bagi Institusi Pendidikan

Penelitian ini dapat memberikan sumbangan ilmiah yang

merupakan salah satu bacaan/referensi dan sebagai acuan bagi

peneliti selanjutnya tentang antenatal care.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Institusi Penelitian

Penelitian ini dapat memberikan masukan bagi Kepala

Puskesmas Poasia Kota Kendari dalam evaluasi dan perencanaan

kebijakan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas kunjungan

antenatal care pada ibu hamil.

b. Bagi Peneliti

Merupakan pengalaman yang berharga bagi penulis dalam

memperluas wawasan tentang antenatal care pada ibu hamil dan

aplikasi teori yang diperoleh penulis selama mengikuti pendidikan.

7
c. Bagi Bidan

Penelitian ini diharapkan dapat dipakai sebagai wacana

dalam memberikan meningkatkan pelayanan pemeriksaan

kehamilan sehingga cakupan ANC terpenuhi sesuai dengan

harapan.

d. Bagi Responden

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan

pengetahuan ibu hamil tentang manfaat pemeriksaan kehamilan

secara teratur sehingga dapat mencegah masalah dalam proses

kehamilan, persalinan dan nifas.

E. Keaslian Penelitian

Penelusuran kepustakaan yang dilakukan, penelitian yang mirip

dengan penelitian ini adalah:

1. Khoerunnisa, 2012, dengan judul, “Hubungan persepsi ibu hamil

terhadap pelayanan ANC dengan frekuensi kunjungan antenatal care

pada ibu hamil di BPS Pipin Yogyakarta”. Perbedaan penelitian yaitu

lokasi, waktu dan jumlah populasi, selain itu penelitian Khoerunnisa

variabel bebasnya hanya persepsi sedangkan penelitian ini

menambahkan variabel bebas yaitu motivasi ibu hamil dalam

kunjungan ANC.

2. Asihani, 2010, dengan judul, “Hubungan Antara Persepsi dan Sikap

Ibu Hamil tentang Antenatal Care dengan Kunjungan Pemeriksaan

Kehamilan di Rumah Bersalin Permata Bunda Sragen”. Perbedaan

8
penelitian yaitu lokasi, waktu dan jumlah populasi, selain itu variabel

bebas penelitian Asihani menambahkan sikap sedangkan penelitian

ini variabel bebas motivasi ibu hamil dalam kunjungan ANC.

3. Dinarohmayanti, 2014, dengan judul, “Faktor-faktor yang

Berhubungan dengan Motivasi Ibu Hamil Melakukan Kunjungan

Antenatal Care di Puskesmas Kauditan Kecamatan Kauditan

Kabupaten Minahasa Utara”. Perbedaan penelitian yaitu lokasi, waktu

dan jumlah populasi, selain itu variabel bebas penelitian

Dinarohmayanti yaitu pendidikan, pengetahuan dan dukungan

keluarga/suami sedangkan dalam penelitian ini persepsi dan motivasi

ibu hamil dalam kunjungan Antenatal Care.

4. Ermaya, 2015, dengan judul, “Pengaruh motivasi dan persepsi

pelayanan terhadap keteraturan Antenatal Care Pada Ibu Hamil di

Puskesmas Ngemplak Simongan Kota Semarang”. Perbedaan

penelitian yaitu lokasi, waktu dan jumlah populasi, selain itu analisis

data penelitian Ermaya menggunakan uji Pearson Corrrelation

Product Moment, uji F dan uji t, sedangkan penelitian ini

menggunakan uji Chi Square.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka

9
1. Persepsi

a. Pengertian Persepsi

Persepsi adalah suatu proses akhir dari suatu pengamatan

yang diawali dengan proses pengindraan, yaitu proses penerimaan

stimulus oleh alat indra, setelah itu terdapat perhatian pada

individu, lalu diteruskan ke otak, dan kemudian individu tersebut

menyadari sesuatu yang dinamakan persepsi. Sunaryo (2004).

Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh proses

pengindraan, yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh

individu melalui alat indera atau disebut juga proses sensoris

(Walgito, 2010).

b. Proses Terjadinya Persepsi

Persepsi tidak muncul seketika seseorang melihat sesuatu

di sekelilingnya, tetapi juga mempunyai proses dan dalam

mempersepsikan sesuatu. Menurut Sunaryo (2004) persepsi

melewati tiga proses, yaitu:

a) Proses fisik (kealaman) – Objek → stimulus → reseptor atau

alat indra.

b) Proses fisiologis–Stimulus → saraf sensori → otak.

c) Proses psikologis–Proses dalam otak sehingga membuat

individu mampu menyadari stimulus yang telah diterima. Jadi,

syarat untuk mengadakan persepsi perlu ada proses fisik,

fisiologis, dan psikolgis.

10
c. Macam-macam Persepsi

Menurut Sunaryo (2004) persepsi dibedakan menjadi dua

macam, yaitu Eksternal Perseption dan Self Perseption :

1. Eksternal Perseption, yaitu persepsi yang terjadi karena

datangnya rangsangan dari luar individu

2. Self Perseption, yaitu persepsi yang terjadi karena datangnya

rangsang dari dalam individu. Dalam hal ini obyeknya adalah

diri sendiri

d. Faktor Pembentukan Persepsi

Beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi antara lain:

1. Fungsional

Persepsi individu terhadap suatu objek tidak terjadi

begitu saja ada, beberapa faktor yang mempengaruhinya, yaitu

faktor fungsional yang berasal dari kebutuhan, pengalaman

masa lalu, dan hal lain yang termasuk dalam faktor personal.

Jadi persepsi tidak hanya ditentukan oleh jenis atau bentuk

stimuli, tetapi juga karakteristik orang yang memberikan respon

pada stimuli tersebut dan bermula dari kondisi biologisnya

(Rahmat, 2001).

2. Sikap

Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi,

berfikir dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi, atau

nilai (Rahmat, 2001).

11
3. Pendidikan (Pengetahuan)

Pengetahuan dapat membentuk kepercayaan. (Rahmat,

2001). Pengetahuan berhubungan dengan jumlah informasi

yang dimiliki seseorang.

4. Kepercayaan

Kepercayaan memberikan perspektif pada manusia

dalam mempersepsi kenyataan, memberikan dasar bagi

pengambilan keputusan dan menentukan sikap bagi objek

sikap.

5. Ekonomi

Masalah ekonomi keluarga bisa mempengaruhi dala

mempersepsi segala sesuatu termasuk dalam memilih

kontrasepsi.

2. Motivasi

a. Pengertian Motivasi

Motivasi awalnya merupakan bahasa latin yaitu "movere"

yang mengandung arti mendorong atau menggerakkan. Motivasi

ditujukan pada sumber daya manusia umumnya dan bawahan

khususnya. Motivasi adalah daya penggerak yang menciptakan

kegairahan kerja seseorang agar mereka mau bekerjasama,

bekerja efektif dan terintegrasi dengan segala upayanya untuk

mencapai kepuasan (Hasibuan, 2010).

12
Motivasi adalah suatu faktor yang mendorong seseorang

untuk melakukan suatu aktivitas tertentu, oleh karena itu motivasi

seringkali diartikan pula sebagai faktor pendorong perilaku

seseorang. Setiap aktivitas yang dilakukan oleh seseorang pasti

memiliki suatu faktor yang mendorong aktivitas tersebut pada

umumnya kebutuhan serta keinginan (Sutrisno, 2011).

Motivasi berasal dari perkataan motif yang artinya adalah

rangsangan dorongan dan ataupun pembangkit tenaga yang

dimiliki seseorang sehingga orang tersebut memperlihatkan

perilaku tertentu, dari hal tersebut motivasi ialah upaya untuk

menimbulkan rangsangan dorongan dan ataupun pembangkit

pada seseorang dan ataupun kelompok agar mau berbuat dan

bekerjasama secara optimal melaksanakan sesuatu yagn telah

direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan

(Azwar, 2010)

b. Unsur-Unsur Motivasi

Motivasi adalah proses psikologis yang dapat mejelaskan

perilaku seseorang. Perilaku hakikatnya merupakan orientasi pada

satu tujuan. Perilaku seseorang dirancang untuk mencapai tujuan.

Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan proses interaksi dari

beberapa unsur. Dengan demikian, motivasi merupakan kekuatan

yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu untuk

mencapai tujuan. Kekuatan-kekuatan ini pada dasarnya

13
dirangsang oleh adanya berbagai macam kebutuhan, seperti (1)

keinginan yang hendak dipenuhinya; (2) tingkah laku (3) tujuan; (4)

umpan balik. Proses interaksi ini disebut sebagai produk motivasi

dasar/ basic motivations process (Uno, 2011).

c. Tujuan Motivasi

Pemberian motivasi kepada pegawai memiliki beberapa tujuan

yaitu mendorong pegawai untuk bekerja lebih bersemangat,

meningkatkan kepuasan kerja pegawai, meningkatkan kedisplinan

pegawai, menciptakan kondisi dan hubungan kerja yang baik serta

meningkatkan rasa tanggung jawab terhadap tugas-tugas yang

dikerjakan. Hal tersebut menunjukkan bahwa pemberian motivasi

penting dilakukan karena pemimpin memerlukan kerja sama yang

baik dengan pegawainya dalam melaksanakan tugas-tugas

organisasi untuk mencapai tujuan organisasi. Selain itu pemberian

motivasi diperlukan untuk mendorong dan mengarahkan

kemampuan pegawai secara lebih baik dengan tetap

memperhatikan batas-batas kemampuan manusia (Hasibuan,

2010).

d. Klasifikasi Motivasi

Motivasi pada umumnya dibedakan menjadi dua yakni

motivasi positif dan motivasi negatif. Motivasi positif yaitu sesuatu

yang mendorong orang lain untuk berperilaku sesuai dengan

keinginan kita dengan cara memberikan uang, penghargaan dan

lainnya sedangkan motivasi negatif adalah sesuatu yang

14
mendorong orang lain untuk berperilaku sesuai keinginan kita

melalui ketakutan misalnya dengan hukuman atau sanksi. Selain

hal yang dijelaskan di atas, pembagian motivasi juga dibedakan

menjadi dua yakni motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik

(Wibowo, 2012).

Motivasi mempunyai dua klasifikasi penting yaitu Motivasi

Intrinsik dan Motivasi Ekstrinsik.

a) Motivasi Intrinsik

Motivasi intrinsik tidak memerlukan rangsangan dari luar

karena memang telah ada dalam diri individu, yaitu sesuai atau

sejalan dengan kebutuhannya (Uno, 2011).Konsep motivasi

intrinsic mengidentifikasikan tingkah laku seseorang yang

merasa senang terhadap kegiatan yang dikerjakan, maka akan

termotivasi untuk melakukan kegiatan.

b) Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik timbul karena adanya rangsangan

dari luar yang merupakan pengaruh dari orang lain atau

lingkungan individu yang disebabkan oleh keinginan untuk

mendapatkan pengahargaan (Uno, 2011).Perilaku yang

dilakukan dengan motivasi ekstrinsik tidak dapat dikendalikan

oleh individu tersebut yang meliputi lingkungan, pendidikan,

agama, sosial ekonomi, kebudayaan, orang tua, dan saudara.

c) Fungsi Motivasi

15
Menurut Notoatmodjo (2012), motivasi mempunyai 3

(tiga) fungsi yaitu :

a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak

atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini

merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan

dikerjakan.

b. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang

hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat

memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan

sesuai dengan rumusan tujuan yang sudah direncanakan

sebelumnya.

c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-

perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna

mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan

yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Pilihan

perbuatan yang sudah ditentukan atau dikerjakan akan

memberikan kepercayaan diri yang tinggi karena sudah

melakukan proses penyeleksian.

d) Pengukuran Motivasi

Motivasi tidak dapat diobservasi secara langsung namun

harus diukur. Pada umumnya, yang banyak diukur adalah

motivasi sosial dan motivasi biologis. Ada beberapa cara untuk

16
mengukur motivasi yaitu dengan 1) tes proyektif, 2) kuesioner,

dan 3) perilaku (Notoatmodjo 2012).

a. Tes Proyektif

Apa yang kita katakan merupakan cerminan dari apa

yang ada dalam diri kita. Dengan demikian untuk memahami

apa yang dipikirkan orang, maka kita beri stimulus yang harus

diinterprestasikan. Salah satu teknik proyektif yang banyak

dikenal adalah Thematic Apperception Test (TAT).

Dalam test tersebut klien diberikan gambar dan klien

diminta untuk membuat cerita dari gambar tersebut. Dalam

teori Mc Leland dikatakan, bahwa manusia memiliki tiga

kebutuhan yaitu kebutuhan untuk berprestasi (n-ach),

kebutuhan untuk power (n-power), kebutuhan untuk berafiliasi

(n-aff). Dari isi cerita tersebut kita dapat menelaah motivasi

yang mendasari diri klien berdasarkan konsep kebutuhan

diatas (Notoatmodjo 2012).

b.Kuesioner

Salah satu cara untuk mengukur motivasi melalui

kuesioner adalah dengan meminta klien untuk mengisi

kuesioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang dapat

memancing motivasi klien. Sebagai contoh adalah EPPS

(Edward’s Personal Preference Schedule). Kuesioner

tersebut terdiri dari 210 nomer dimana pada masing-masing

17
nomor terdiri dari dua pertanyaan. Klien diminta memilih salah

satu dari dua pertanyaan tersebut yang lebih mencerminkan

dirinya.

Dari pengisian kuesioner tersebut kita dapat melihat dari

ke-15 jenis kebutuhan yang dalam tes tersebut, kebutuhan

mana yang paling dominan dari dalam diri kita. Contohnya

antara lain, kebutuhan untuk berprestasi, kebutuhan akan

keteraturan, kebutuhan untuk berafiliasi dengan orang lain,

kebtuhan untuk membina hubungan dengan lawan jenis,

bahakan kebutuhan untuk bertindak agresif (Notoatmodjo

2012).

c. Observasi Perilaku

Cara lain untuk mengukur motivasi adalah dengan

membuat situasi sehingga klien dapat memunculkan perilaku

yang mencerminkan motivasinya. Misalnya, untuk mengukur

keinginan untuk berprestasi, klien diminta untuk memproduksi

origami dengan batas waktu tertentu. Perilaku yang

diobservasi adalah, apakah klien menggunakan umpan balik

yang diberikan, mengambil keputusan yang berisiko dan

mementingkan kualitas dari pada kuantitas kerja (Notoatmodjo

2012).

3. Antenatal care (ANC)

a. Pengertian

18
Antenatal Care (ANC) adalah pelayanan kesehatan atau

perawatan kepada ibu selama masa kehamilan (Kemenkes RI,

2010). Antenatal Care adalah pengawasan terhadap ibu hamil

dengan mempersiapkan sebaik-baiknya fisik dan mental ibu dalam

kehamilan, persalinan dan nifas sehingga selalu dalam keadaan

sehat dan normal (Saifuddin, 2011).

Pelayanan Antenatal adalah pelayanan kesehatan yang

diberikan kepada ibu selama masa kehamilannya sesuai dengan

standar pelayanan antenatal seperti yang ditetapkan dalam buku

pedoman pelayanan antenatal bagi petugas puskesmas. Kunjungan

ibu hamil adalah kontak antara ibu hamil dengan petugas kesehatan

yang memberikan pelayanan antenatal untuk mendapatkan

pemeriksaan kehamilan. Istilah kunjungan tidak mengandung arti

bahwa selalu ibu hamil yang datang ke fasilitas pelayanan

kesehatan, tetapi juga dapat sebaliknya yaitu, ibu hamil yang

dikunjungi oleh petugas kesehatan di rumah atau di posyandu

sesuai dengan standar yang dapat dianggap sebagai kunjungan ibu

hamil. Kunjungan baru ibu hamil (K1) adalah kontak ibu hamil yang

pertama kali dengan petugas kesehatan untuk mendapatkan

pemeriksaan kehamilan, yang dipakai sebagai indikator jangkauan

pelayanan. Sedangkan untuk kunjungan ulang adalah kontak ibu

hamil dengan tenaga kesehatan yang kedua dan seterusnya untuk

19
mendapatkan pelayanan antenatal sesuai dengan standar selama

satu periode (Kemenkes RI, 2010)

b. Tujuan Antenatal care (ANC)

Antenatal Care bertujuan untuk menjaga agar ibu hamil dapat

melalui masa kehamilan, persalinan dan nifas dengan baik dan

selamat serta menghasilkan bayi yang sehat, selain itu adalah

melindungi dan menjaga kesehatan serta kehidupan ibu dan janin

selama kehamilan dengan mempertimbangkan sosio kultural keluarga

(Kemenkes RI, 2010).

Pengawasan ANC terbukti dapat menurunkan angka kematian

ibu maupun angka kematian bayi sebagai cermin kemampuan setiap

bangsa untuk memberikan pelayanan dan pangayoman medis

tehadap masyarakatnya. Pengawasan ANC mempunyai kedudukan

yang sangat penting dalam upaya peningkatan kesehatan mental dan

fisik kehamilan untuk menghadapi persalinan dan pengawasan ANC

dapat diketahui melalui kunjungan ANC untuk mendeteksi adanya

komplikasi kehamilan sehingga dapat segera diatasi (Manuaba,

2011).

1). Tujuan umum pemeriksaan ANC adalah :

a). Memantau kemajuan kehamilan ibu untuk memastikan

tumbuh kembang bayi.

b). Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental

dan sosial ibu dan bayi.

20
c). Mengenali secara dini adanya ketidak normalan atau

komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil.

d). Mempersiapkan persalinan cukup bulan, ibu melahirkan bayi

dengan selamat tanpa adanya trauma (Saifuddin, 2011)

2). Tujuan khusus pemeriksaan ANC adalah :

a). Mengenali dan memahami penyakit-penyakit yang mungkin

dijumpai dalam kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu.

b). Mengenali dan mengobati penyakit-penyakit yang mungkin

diderita sedini mungkin.

c). Menurunkan angka morbiditas dan mortalitas ibu dan anak.

d). Memberikan nasehat-nasehat tentang cara huidup sehari-hari

dan keluaga berencana, kehamilan, persalinan, nifas dan

laktasi.

c. Jadwal Antenatal care (ANC)

Jadwal pemeriksaan ANC yaitu:

1) Pemeriksaan pertama

Sungguh sangat ideal bila tiap wanita hamil mau

memeriksakan kehamilannya ketika haidnya terlambat sekurang-

kurangnya satu bulan, keuntungannya ialah untuk mengetahui

kelainan yang mungkin ada atau kemungkinan timbul kehamilan

yang positif (Saifuddin, 2011).

2) Pemeriksaan lanjutan

Ibu hamil dianjurkan untuk melakukan pemerikasaan ANC

21
sebanyak 4 kali, yaitu setiap trimester, sedangkan trimester

terakhir sebanyak 2 kali, jumlah kunjungan yang diharapkan

dilakukan oleh wanita hamil secara ideal adalah :

a) Setiap bulan sampai umur kehamilan 6 – 7 bulan.

b) Setiap 2 minggu sampai umur kehamilan 8 bulan.

c) Setiap 1 minggu sejak umur kehamilan 8 bulan sampai terjadi

persalinan.

Setiap kunjungan melakukan pengukuran berat badan ibu,

tekanan darah, tinggi fundus, pemeriksaan leopold dan dengar DJJ.

Hasilnya harus dibandingkan dengan pemeriksaan sebelumnya

(Kemenkes RI, 2010).

Menurut Manuaba (2011), berdasarkan standar pemeriksaan

kehamilan dilakukan berulang dengan ketentuan sebagai berikut :

1). Pemeriksaan pertama dilakukan segera setelah diketahui

terlambat haid.

2). Satu dalam sebulan sampai umur kehamilan 7 bulan.

3). Dua kali sebulan sampai umur kehamilan 8 bulan.

4). Setiap minggu sejak umur kehamilan 8 bulan sampai terjadi

persalinan

Berdasarkan Kemenkes RI (2010) dalam pengelolaan program

KIA disepakati bahwa kunjungan ibu hamil yang keempat (K4) adalah

kontak ibu hamil yang keempat kali atau lebih dengan petugas

kesehatan, yang disepakati sebagai indikator tingkat perlindungan ibu

22
hamil, dengan distribusi kontak sebagai berikut:

1). Minimal satu kali pada triwulan I/Satu kali kunjungan selama

trimester pertama (selama usia kehamilan 0-13 minggu)

2). Minimal satu kali pada triwulan II/Satu kali kunjungan selama

trimester kedua (usia kehamilan antara 14-28 minggu)

3). Minimal dua kali pada triwulan III/ Dua kali kunjungan selama

trimester ketiga (usia kehamilan antara 29 – 33 minggu dan

sesudah usia kehamilan 34-36 minggu)

Tindakan yang dilakukan bidan dalam membantu seorang ibu

untuk melalui kehamilan dan persalinan yang sehat :

1). Membantu ibu dan keluarganya untuk mempersiapkan kelahiran

dan kedaruratan yang mungkin terjadi

2). Membantu setiap wanita hamil dan keluargaya untuk membuat

rencana persalinan (siapa yang akan mendampingi selama

persalinan, tempat melahirkan, peralatan yang diperlukan oleh ibu

dan bayi baru lahir).

3). Membantu setiap ibu hamil dan keluarganya untuk persiapan

menghadapi komplikasi (transportasi, keuangan, donor darah,

pengambilan keputusan) pada setiap kunjungan.

4). Melakukan penapisan untuk kondisi yang mengharuskan

melahirkan di Rumah Sakit.

23
5). Mendeteksi dan mengobati komplikasi – komplikasi yang dapat

mengancam jiwa (Preeklamsi, anemia, penyakit – penyakit

hubungan seksual).

6). Mendeteksi adanya kehamilan ganda setelah usia kehamilan 28

minggu dan adanya kelainan letak setelah usia kehamilan 36

minggu.

7). Memberikan suntikan imunisasi Tetanus Toxoid bila diperlukan.

8). Memberikan suplemen mikronutrisi, termasuk zat besi dan asam

folat secara rutin, serta vitamin A bila perlu.

d. Konsep Antenatal care (ANC) meliputi :

1). Anamnese antara lain tentang :

a) Pemeriksaan fisik

b) Pemeriksaan psikologis

c) Pemeriksaan laboratorium

d) Diagnosis kehamilan

e) Penatalaksanaan lebih lanjut

f) Pemeriksaan kehamilan

Pelayanan/Asuhan Standar Minimal Asuhan Kehamilan

termasuk dalam "10T" yang diuraikan sebagai berikut: (Kemenkes

RI, 2010)

1). Ukur Berat badan dan Tinggi Badan (T1).

Dalam keadaan normal kenaikan berat badan ibu dari

sebelu hamil dihitung dari Trimester I sampai Trimester III yang

24
berkisar antara 9-13,9 kg dan kenaikan berat badan setiap

minggu yang tergolong normal adalah 0,4 - 0,5 kg tiap minggu

mulai Trimester II. Pengukuran tinggi badan ibu hamil dilakukan

untuk mendeteksi faktor risiko terhadap kehamilan yang sering

berhubungan dengan keadaan rongga panggul.

2). Ukur Tekanan Darah (T2)

Tekanan darah yang normal 110/80-140/90 mmHg, bila

melebihi 140/90 mmHg perlu diwaspadai adanya Preeklampsi.

Hal yang harus diwaspadai adalah apabila selama kehamilan

terjadi peningkatan tekanan darah (hipertensi) yang tidak

terkontrol, karena dikhawatirkan dapat terjadinya preeklamsia

atau eklamsia (keracunan dalam masa kehamilan) dan dapat

menyebabkan ancaman kematian bagi ibu dan janin / bayinya.

Hal yang juga harus menjadi perhatian adalah tekanan darah

rendah (hipotensi), seringkali disertai dengan keluhan pusing dan

kurang istirahat, oleh sebab itu penting melakukan pengukuran

tekanan darah/tensi dilakukan secara rutin setiap ANC untuk

mengetahui setiap kenaikan tekanan darah pada kehamilan dan

mengenali tanda-tanda serta gejala preeklamsia lainnya, serta

mengambil tindakan yang tepat dan merujuknya.

3). Ukur Tinggi Fundus Uteri (T3)

Tujuan pemeriksaan TFU menggunakan tehnik Mc. Donald

adalah menentukan umur kehamilan berdasarkan minggu dan

25
hasilnya bisa di bandingkan dengan hasil anamnesis hari

pertama haid terakhir (HPHT) dan kapan gerakan janin mulai

dirasakan. TFU yang normal harus sama dengan Umur

kehamilan dalam minggu yang dicantumkan dalam HPHT.

Secara sederhana, bidan atau dokter saat melaksanakan

ANC pada seorang ibu hamil untuk menentukan usia kehamilan

dilakukan pemeriksaan abdominal/perut secara seksama. 

Pemeriksaan dilakukan dengan cara  melakukan palpasi

(sentuhan tangan secara langsung di perut ibu hamil) dan

dilakukan pengukuran secara langsung  untuk memperkirakan

usia kehamilan, serta bila umur kehamilan bertambah.

Pemeriksaan ini dilakukan pula untuk menentukan posisi, bagian

terendah janin dan masuknya kepala janin ke dalam rongga

panggul, untuk mencari kelainan serta melakukan rujukan tepat

waktu. Pemantauan ini bertujuan untuk melihat indikator

kesejahteraan ibu dan janin selama masa kehamilan.

Pemeriksaan abdominal secara seksama dan melakukan palpasi

untuk memperkirakan usia kehamilan, serta bila umur kehamilan

bertambah, memeriksa posisi, bagian terendah janin dan

masuknya kepala janin ke dalam rongga panggul, untuk mencari

kelainan serta melakukan rujukan tepat waktu.

4). Pemberian Tablet Fe sebanyak 90 tablet selama kehamilan (T4)

Wanita hamil cenderung terkena anemia (kadar Hb darah

26
rendah) pada 3 bulan terakhir masa kehamilannya, karena pada

masa itu janin menimbun cadangan zat besi untuk dirinya sendiri

sebagai persediaan bulan pertama sesudah lahir. Anemia pada

kehamilan disebabkan meningkatnya kebutuhan zat besi,

kurangnya asupan zat besi pada makanan yang dikonsumsi, pola

makan ibu terganggu akibat mual selama kehamilan, dan adanya

kecenderungan rendahnya cadangan zat besi (Fe) pada wanita

akibat persalinan sebelumnya dan menstruasi.

Kekurangan zat besi dapat mengakibatkan hambatan pada

pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun sel otak, kematian

janin, abortus, cacat bawaan, Berat Badan Lahir Rendah (BBLR),

anemia pada bayi yang dilahirkan, lahir prematur, pendarahan,

rentan infeksi. Defisiensi besi bukan satu-satunya penyebab

anemia, tetapi apabila prevalensi anemia tinggi, defisiensi besi

biasanya dianggap sebagai penyebab yang paling dominan.

Pertimbangan itu membuat suplementasi tablet besi folat selama

ini dianggap sebagai salah satu cara yang sangat bermanfaat

dalam mengatasi masalah anemia. Anemia dapat diatasi dengan

meminum tablet besi atau Tablet Tambah Darah (TTD). Kepada

ibu hamil umumnya diberikan sebanyak satu tablet setiap hari

berturut-turut selama 90 hari selama masa kehamilan. TTD

mengandung 200 mg ferrosulfat, setara dengan 60 miligram besi

elemental dan 0.25 mg asam folat.

27
5). Pemberian Imunisasi Tetanus Toxoid /TT (T5)

Salah satu kebijakan pemerintah yang bertujuan untuk

menurunkan angka kematian bayi atau neonatus yang

disebabkan oleh penyakit tetanus, maka dilakukan kegiatan

pemberian imunisasi TT. Manfaat dari imunisasi TT ibu hamil

diantaranya untuk melindungi bayi yang baru lahir dari penyakit

tetanus neonatorum. Tetanus neonatorum adalah penyakit

tetanus yang terjadi pada neonatus (bayi berusia kurang 1 bulan)

yang disebabkan oleh clostridium tetani, yaitu kuman yang

mengeluarkan toksin (racun) dan menyerang sistim saraf pusat.

Selain itu untuk melindungi ibu terhadap kemungkinan tetanus

apabila terluka.  Kedua manfaat tersebut adalah cara untuk

mencapai salah satu tujuan dari program imunisasi secara

nasional yaitu eliminasi tetanus maternal (pada ibu hamil) dan

tetanus neonatorum (bayi berusia kurang dari 1 bulan).

Pemberian imunisasi TT untuk ibu hamil diberikan 2 kali,

dengan dosis 0,5 cc di injeksikan intramuskuler/subkutan (dalam

otot atau dibawah kulit). Imunisasi TT sebaiknya diberikan

sebelum kehamilan 8 bulan untuk mendapatkan imunisasi TT

lengkap. TT1 dapat diberikan sejak di ketahui postif hamil dimana

biasanya di berikan pada kunjungan pertama ibu hamil ke sarana

kesehatan. Jarak pemberian (interval) imunisasi TT1 dengan TT2

adalah minimal 4 minggu. Imunisasi TT harus segera di berikan

28
pada saat seorang wanita hamil melakukan kunjungan yang

pertama dan dilakukan pada minggu ke-4. Pemberian imunisasi

TT sangat penting diberikan dalam kehamilan untuk memberikan

sistem kekebalan dan perlindungan pada ibu hamil selama ibu

berada dalam proses menyuplai dan sebagai sumber sistem

imun dari janin selama proses kehamilan.

Interval dan lama perlindungan Tetanus Toxoid untuk TT1

merupakan langkah awal pembentukan kekebalan tubuh

terhadap penyakit tetanus, TT2 selang waktu pemberian 1 bulan

setelah TT1 lama dengan lama perlindungan 3 tahun, TT3

selang waktu pemberian 6 bulan setelah TT2 dengan lama

perlindungan 6 tahun, TT4 selang waktu pemberian 12 bulan

setelah TT3 dengan lama perlindungan 10 tahun dan TT5 selang

waktu pemberian 12 bulan setelah TT4 dengan lama

perlindungan ≥25 Tahun.

6). Pemeriksaan Haemoglobin (T6)

Pemeriksaan Haemoglobin (Hb) pada Bumil harus

dilakukan pada kunjungan pertama dan minggu ke 28. bila kadar

Hb < 11 gr% Bumil dinyatakan Anemia, maka harus diberi

suplemen 60 mg Fe dan 0,5 mg As. Folat hingga Hb menjadi 11

gr% atau lebih.

7). Perawatan Payudara (T7)

Senam payudara atau perawatan payudara untuk bumil,

29
dilakukan 2 kali sehari sebelum mandi dimulai pada usia

kehamilan 6 Minggu.

8). Senam Hamil (T8)

Secara umum, tujuan utama dari senam hamil adalah

persiapan fisik, selain itu senam hamil memiliki tujuan untuk

mempersiapkan mental ibu hamil, yaitu tercapainya ketenangan

rohani dan terbentuknya rasa percaya diri. Persyaratan yang

harus diperhatikan untuk melakukan senam hamil adalah

sebagai berikut:

a). Kehamilan berjalan normal dengan rekomendasi/izin dari

dokter/bidan

b). Kehamilan berusia minimal 5 bulan

c). Diutamakan pada kehamilan pertama atau kehamilan

berikutnya yang mengalami kesulitan persalinan atau

melahirkan anak prematur.

d). Latihan harus dilakukan secara teratur dalam suasana yang

tenang

e). Berpakaian cukup longgar

f). Menggunakan kasur atau matras (jangan di lantai).

9). Pemberian Kapsul Minyak Yodium (T9)

Kapsul yang diberikan akibat kekurangan Yodium di daerah

endemis yang dapat berefek buruk terhadap tumbuh kembang

Manusia.

30
10). Temu wicara / Konseling (T10)

Temu wicara/konseling yaitu upaya bidan untuk

memberikan konsultasi atau melakukan kerjasama, penanganan

tindakan yang harus dilakukan oleh bidan atau dokter dalam

temu wicara, antara lain :

a). Merujuk ke dokter untuk konsultasi, menolong ibu

menentukan pilihan yang tepat.

b). Melampirkan kartu kesehatan ibu beserta surat rujukan

c). Meminta ibu untuk kembali setelah konsultasi dan membawa

surat hasil rujukan

d). Meneruskan pemantauan kondisi ibu dan bayi selama

kehamilan

e). Memberikan asuhan Antenatal (selama masa kehamilan)

f). Perencanaan dini jika tidak aman melahirkan dirumah

g). Menyepakati diantara pengambil keputusan dalam keluarga

tentang rencana proses kelahiran

h). Persiapan dan biaya persalinan dan memberikan saran yang

tepat kepada ibu hamil, suami serta keluarganya tentang

tanda-tanda risiko kehamilan (Kemenkes RI, 2010).

e. Cara bidan melakukan Antenatal care (ANC)

1). Menyapa ibu dan anggota keluarganya dan membuatnya merasa

nyaman.

31
2). Mendapatkan riwayat kehamilan ibu, mendengarkan dengan teliti

apa yang diceritakan oleh ibu.

3). Melakukan pemeriksaan fisik, seperlunya saja.

4). Melakukan dan menginstruksikan pemeriksaan laboratorium yang

penting.

5). Mengkaji riwayat, pemeriksaan fisik dan hasil laboratorium untuk

mengetahui kenormalannya.

6). Sesuai dengan umur kehamilannya, mengajari ibu tentang nutrisi,

istirahat, keluarga berencana, pemberian ASI, ketidaknyamanan

yang normal selama kehamilan.

7). Memulai atau melanjutkan perencanaan kelahiran dan

kegawatdaruratan.

8). Mengajarkan tentang tanda-tanda bahaya, pastikan bahwa ibu

memahami semua tanda-tanda bahaya tersebut.

9). Menjadwalkan kunjungan ulang.

10). Mendemonstrasikan hasil kunjungan tersebut dengan

menggunakan catatan subjektif, objektif, assesment, planning

(SOAP).

f. Pengambilan riwayat kesehatan (Anamnese) pada kunjungan

Pemeriksaan Kehamilan pertama

Tujuan Anamnese pada kunjungan pertama pemeriksaan

kehamilan adalah untuk mendeteksi kemungkinan adanya komplikasi

dan menyiapkan untuk persalinan dengan mempelajari keadaan

32
kehamilan ibu sekarang, kehamilan dan kelahiran terdahulu,

kesehatan secara umum dan kondisi sosial-ekonomi.. Selama

kunjungan pemeriksaan kehamilan pertama bidan mulai

mengumpulkan informasi mengenai ibu untuk membantu kita dalam

membina hubungan saling percaya dengan ibu, mendeteksi

komplikasi, dan merencanakan asuhan khusus yang dibutuhkan.

Dalam kunjungan selanjutnya bidan mengumpulkan lebih banyak

informasi mengenai kehamilan untuk mendeteksi komplikasi dan

melanjutkan memberikan asuhan individu yang khusus.

Isi anamnese riwayat pada kunjungan pemeriksaan kehamilan

pertama:

1). Informasi biodata : Nama dan usia ibu

2). Riwayat kehamilan sekarang

3). Haid pertama haid terakhir dan apakah normal

4). Gerakan janin

5). Masalah atau tanda – tanda bahaya

6). Keluhan lazim pada kehamilan

7). Penggunaan obat – obatan

8). Kekhawatiran lain yang dirasakan

9). Riwayat kebidanan yang lalu terdiri dari:

a) Jumlah kehamilan, anak yang lahir hidup, persalinan aterm,

persalinan premature, keguguran, persalinan tindakan.

b) Riwayat perdarahan pada kehamilan, persalinan atau nifasnya.

33
c) Hipertensi disebabkan kehamilan sebelumnya

d) Berat bayi sebelumnya < 2,5 kg atau > 4 kg

e) Masalah lainnya yang dialami

10). Riwayat kesehatan termasuk penyakit-penyakit yang diidap

dahulu dan sekarang

11). Riwayat sosial ekonomi

g. Pengambilan riwayat kesehatan (Anamnese) pada kunjungan ulang

Antenatal care (ANC)

Kunjungan ulang yaitu setiap kali kunjungan pemeriksaan

kehamilan berikutnya yang dilakukan setelah kunjungan pemeriksaan

kehamilan sebelumnya. Kunjungan ulang pemeriksaan kehamilan

difokuskan pada pendeteksian kemungkinan adanya komplikasi,

mempersiapkan kelahirandan kegawatdaruratan, pemeriksaan fisik

yang terfokus dalam pembelajaran. Elemen penting dari riwayat serta

pemeriksaan fisik selama kunjungan ulang pemeriksaan kehamilan :

1) Riwayat kehamilan sekarang

a). Gerakan janin

b). Setiap masalah atau tanda bahaya

c). Keluhan – keluhan lazim dalam kehamilan

d). Kekhawatiran yang lain.

2) Pemeriksaan fisik

a). Berat badan

b). Tekanan darah

34
c). Pengukuran tinggi fundus

d). Palpasi abdomen untuk mendeteksi kehamilan ganda

e). Manuver Leopold untuk mendeteksi kelainan letak

f). Detak jantung janin.

h. Faktor yang berperan dalam akses Antenatal Care (ANC)

Anderson (1974) dalam Notoatmodjo (2012) mengembangkan

model pemanfaatan pelayanan kesehatan yaitu, “a behavioral model

of families use of helath services”. Model ini menjelaskan bahwa

seseorang akan memutuskan memanfaatkan pelayanan kesehatan

tergantung pada:

1). Komponen Predisposing

Sebagian individu lebih cenderung menggunakan

pelayanan kesehatan dibandingkan individu lainnya.

Kecendrungan ini ditentukan oleh karateristik individu itu sendiri.

Karateristik itu ada sebelum individu itu sakit. Komponen

predisposing ini dikelompokkan dalam 3 variabel, yaitu : variabel

demografi, variabel struktur sosial, dan variabel kepercayaan

terhadap sistem pelayanan kesehatan. Variabel demografi terdiri

dari umur dan jenis kelamin. Variabel struktur sosial

menggambarkan status individu dalam masyarakat seperti

pendidikan, pekerjaan, ras dan sebagainya. Variabel

kepercayaan terhadap pelayanan kesehatan yaitu keyakinan

bahwa pelayanan kesehatan dapat menolong proses

35
penyembuhan penyakit (termasuk didalamnya nilai-nilai terhadap

kesehatan dan sakit, sikap terhadap pelayanan kesehatan dan

pengetahuan tentang penyakit).

2). Komponen Enabling

Enabling berarti kondisi yang memungkinkan seseorang

untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Komponen ini terdiri

dari sumber daya keluarga seperti pendapatan keluarga,

cakupan asuransi kesehatan, jenis dan keterjangkauan sarana

pelayanan kesehatan.

3). Komponen Need

Komponen predisposing dan enabling untuk memanfaatkan

pelayanan kesehatan akan terwujud kalau ada kebutuhan (need).

Komponen need merupakan komponen yang langsung

berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan.

Anderson menggunakan istilah kesakitan untuk mewakili

kebutuhan pelayanan kesehatan. Penilaian terhadap suatu

penyakit merupakan bagian dari faktor kebutuhan. Penilaian ini

dapat diperoleh dari dua sumber yaitu : pertama, penilaian

individu (perceived need) merupakan penilaian keadaan

kesehatan yang dirasakan oleh individu, besarnya ketakutan

terhadap penyakit dan hebatnya rasa sakit yang diderita dan

kedua penilaian klinik (evaluated need) merupakan penilaian

36
beratnya penyakit yang dinilai dari berbagai kondisi dan gejala

penyakit menurut diagnosa dokter.

Adapun uraian variabel penyebab pemanfaatan pelayanan

kesehatan yaitu antenatal care diuraikan sebagai berikut:

1). Status sosial ekonomi

Kondisi sosial ekonomi berpengaruh pada kemampuan

dalam pemanfaatan Prenatal Care selama kehamilan. Penelitian

Short dan Zhang menunjukkan status sosial ekonomi yang tinggi

akan lebih memungkinkan memanfaatkan pelayanan kesehatan

lebih sering dibandingkan pada status sosial ekonomi rendah

(Ozkan dan Mete, 2008).

2). Pendidikan

Pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang,

semakin baik pula tingkat pengetahuannya. Tingkat pendidikan

yang tinggi berkaitan dengan pemahaman mengenai masalah

kesehatan dan kehamilan yang mempengaruhi sikap terhadap

kehamilan maupun dalam pemenuhan gizi selama kehamilan.

3). Pengetahuan

Merupakan indikator seseorang dalam melakukan tindakan

atau dalam hal ini pengetahuan ibu hamil tentang ANC. Jika

seseorang didasari dengan pengetahuan yang baik terhadap

kesehatan maka orang tersebut akan memahami pentingnya

menjaga kesehatan dan memotivasi untuk diaplikasikan dalam

37
kehidupannya. Ibu hamil yang memiliki pengetahuan yang baik

tentang kesehatan selama kehamilan akan termotivasi untuk

menjaga kehamilannya dengan melakukan antenatal care yang

teratur (Ozkan dan Mete, 2008).

4). Sikap

Sikap adalah merupakan reaksi atau respon tertutup dari

responden terhadap pemeriksaan antenat care. Adanya sikap

lebih baik tentang antenatal care ini mencerminkan kepedulian

ibu hamil terhadap kesehatan dirinya dan janin. ibu hamil yang

memiliki sikap positif terhadap antenatal care lebih banyak

melakukan antenatal care dari pada ibu dengan sikap negatif

terhadap antenatal

5). Usia ibu

Prognosis kehamilan dan persalinan meningkat pada ibu

hamil usia tua begitu pula komplikasi pada usia muda sehingga

meningkatkan kunjungan antenatal. Riwayat komplikasi pada

masa kehamilan atau persalinan terdahulu memberi pengaruh

dalam pengambilan keputusan untuk melakukan kunjungan

antenatal (Ozkan dan Mate, 2008)

6). Perencanaan kehamilan

Wanita dengan kehamilan yang tidak diinginkan

kemungkinan lebih besar memiliki perilaku tinggi beresiko

(merokok, konsumsi alkohol) dan lebih kecil kemungkinan untuk

38
mengkonsumsi vitamin termaksud pemanfaatan pelayanan

kesehatan (Helen Baston, 2013).

7). Paritas

Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup yang dialami

oleh seorang wanita bagi ibu yang baru pertama kali hamil,

antenatal care merupakan suatu hal yang baru sehingga

memiliki motivasi tinggi dalam memeriksakan kehamilannya

pada pelayanan kesehatan. Sebaliknya ibu yang sudah pernah

melahirkan lebih dari satu kali mempunyai anggapan bahwa ia

sudah memiliki pengalaman sehingga tidak termotivasi untuk

memeriksakan kehamilannya.

8). Dukungan keluarga

(Helen Baston, 2013), menyebutkan ibu hamil yang

mendapatkan dukungan dari keluarga mempunyai motifasi yang

tinggi terhadap pemeriksaan ANC, sehingga terdapat hubungan

antara dukungan keluarga dan kepatuhan ANC pada ibu hamil

primigravida. Dukungan suami, dukungan keluarga,, dan

lingkungan sangat memberikan motifasi dalam pemeriksaan

ANC pada ibu hamil. Keluarga yang menerima kehamilan akan

memberikan pengaruh positif pada keadaan psikologis bayi

yang dikandung.

Dukungan keluarga dibagi menjadi dua yaitu dukungan

keluarga internatal dan eksternatal. Dukungan keluarga internal

39
yaitu dukungan suami, saudara kandung, mertua, dukungan dari

anak sedangkan dukungan eksternal yaitu sahabat, pekerjaan,

tetangga dan keluarga besar.

9). Persepsi

Persepsi terhadap pelayanan antenatal care. Dengan kata

lain, semakin baik persepsi ibu terhadap pelayanan, maka akan

semakin tinggi pula tingkat keteraturan dalam memeriksakan

kehamilannya. Indikator pengalaman masa lalu merupakan

indikator yang memiliki total skor tertinggi. Hal ini berarti bahwa

ibu hamil memiliki pengalaman masa lalu yang cukup terhadap

pemeriksaan kehamilan, dengan kata lain semakin cukup

pengalaman masa lalu ibu hamil, maka ibu akan memiliki

persepsi yang baik terhadap pelayanan untuk memeriksakan

kehamilannya. Pengalaman seseorang ibu hamil tentang

keberhasilan atau ketidakberhasilan tentang pengobatan

terhadap suatu penyakit berpengaruh terhadap tingkat

kepatuhan mereka terhadap tenaga kesehatan (Prawirohardjo,

2008)

10). Motivasi

Pemahaman ibu hamil yang baik tentang kehamilan akan

mendukung Ibu hamil memiliki sebuah motivasi untuk

melakukan sesuatu yang bersifat positif dan bermanfaat

sehingga menimbulkan perilaku untuk mengikuti kelas ibu hamil.

40
Suatu perilaku membutuhkan adanya motivasi yang cukup pada

seseorang untuk melaksanakan suatu tindakan dengan berhasil,

tanpa motivasi orang tidak akan dapat berbuat apa-apa karena

motivasi menyebabkan seseorang bersungguh-sungguh dalam

melakukan kegiatan, motivasi timbul oleh adanya pengetahuan,

keyakinan (kepercayaan), sarana yang ada dan kebutuhan yang

dirasakan (Shofiyana, 2014).

B. Landasan Teori

Persepsi adalah suatu proses akhir dari suatu pengamatan yang

diawali dengan proses pengindraan, yaitu proses penerimaan stimulus

oleh alat indra, setelah itu terdapat perhatian pada individu, lalu

diteruskan ke otak, dan kemudian individu tersebut menyadari sesuatu

yang dinamakan persepsi

Motivasi dapat diartikan sebagai dorongan internal dan eksternal

dalam diri seseorang yang diindikasikan dengan adanya 1) hasrat dan

minat untuk melakukan kegiatan, 2) dorongan dan kebutuhan untuk

melakukan kegiatan, 3) harapan dan cita-cita, 4) penghargaan dan

penghormatan atas diri, 5) lingkungan yang baik serta, 6) kegiatan yang

menarik

Pemeriksaan Antenatal Care (ANC) yaitu pemeriksaan dan

pengawasan kehamilan untuk mengoptimalkan kesehatan mental dan

flsik ibu hamil, sehingga mampu menghadapi persalinan, nifas,

persiapan pemberian ASI dan kembalinya kesehatan reproduksi secara

41
wajar. Faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan pada

ibu hamil dalam melakukan antenatal care. Konsep yang dikembangkan

Anderson (1974) mengemukakan seseorang memanfaatkan pelayanan

kesehatan tergantung pada komponen predisposing (yang

dikelompokkan dalam 3 variabel yaitu: variabel demografi, variabel

struktur sosial, dan variabel kepercayaan terhadap pelayanan

kesehatan), komponen enabling dan komponen need.

Faktor Predisposisi

 Demografi
- Usia Ibu
C. Kerangka
- Paritas Teori
- Jarak Kehamilan
D.
 Sosial
E. - Sosial Ekonomi
- Pekerjaan
- Pendidikan
- Dukungan Keluarga

 Kepercayaan
- Persepsi 42
- Motivasi
- Pengetahuan
- Sikap
Faktor
Enabling/Pemungkin

 Pendapatan keluarga
 Asuransi kesehatan Kunjungan Antenatal
 Jenis Pelayanan Care (ANC)
Kesehatan
 Keterjangkauan Sarana
Pelayanan Kesehatan

Faktor Need/Kebutuhan
 Kondisi Ibu Hamil

Gambar 1.1 Kerangka Teori Modifikasi


Notoatmodjo S, (2012) dan Wawan, A (2010)

F. Kerangka Konsep Penelitian

Variabel Independen Variabel Dependen

Persepsi
Kunjungan
Antenatal Care
43 (ANC)
Motivasi

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian

G. Hipotesis Penelitian

Ada hubungan persepsi dan motivasi ibu hamil dengan kunjungan

antenatal care.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

44
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode analitik dengan pendekatan cross sectional yang artinya bahwa

dalam penelitian ini, peneliti berupaya untuk mencari kaitan antara

variabel masalah dengan mengumpulkan data dalam waktu yang

bersamaan. Desain penelitian cross sectional (Notoatmodjo 2012):

Ibu Hamil

Persepsi Dan Persepsi Dan


Motivasi (+) Motivasi (-)

Baik Kurang Baik Kurang

Gambar 3.1 Rancangan penelitian cross sectional.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Tempat Penelitian

45
Tempat Penelitian telah dilakukan di Puskesmas Poasia Kota

Kendari.

2. Waktu Penelitian

Waktu Penelitian dilakukan pada bulan April-Mei tahun 2019

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah semua ibu hamil yang

terdaftar pada buku register kunjungan antenatal di Puskesmas

Poasia Kota Kendari pada bulan Januari-Februari tahun 2018

sebanyak 122 orang.

2. Sampel

Sampel pada penelitian ini yaitu semua ibu hamil yang

melakukan kunjungan antenatal care di Puskesmas Poasia Kota

Kendari pada bulan Januari-Februari tahun 2018 sebanyak 122 orang.

Besar sampel adalah banyaknya anggota yang dijadikan sampel

dengan menggunakan rumus slovin dan Riyanto (2013) yaitu sebagai

berikut :

n= N
1+N(d)2

n= 122
1+122 (0,1)2

= 55 orang

Keterangan :

n : Jumlah sampel

46
N : Jumlah populasi

D : tingkat signifikan (d = 0,1) (Notoatmodjo, 2012).

2. Sampling

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

sampel aksidental (accidental sampling) adalah metode pengampilan

sampel secara kebetulan.Teknik sampel ini dilakukan jika peneliti

mencari yang paling mudah dijangkau atau didapatkan dalam

pengambilan sampel, namun tetap memperhatikan ketentuan dan

persyaratan sampel dari populasi tertentu.Banyak peneliti yang

memilih teknik sampel ini karena cepat, murah, mudah, dan subjek

yang tersedia.(Notoatmodjo, 2012).

D. Variabel Penelitian

Penelitian ini menggunakan dua variable yaitu :

1. Variabel Independent

Variabel Independent yaitu Hubungan Persepsi dan Motivasi Pada

Ibu Hamil

2. Variabel dependen yaitu Antenatal Care

E. Definisi Operasional

1. Antenatal Care (ANC) yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

pemeriksaan kehamilan pada seorang ibu dengan jumlah kunjungan

ibu hamil pada sarana pelayanan kesehatan untuk periksa kehamilan

sesuai dengan ketentuan program, dengan frekuensi kunjungan

minimal 4 kali dalam pelayanan ANC yaitu 1 x pada Triwulan I (umur

47
kehamilan 0-3 bulan yang disebut KI), 1 x pada Triwulan II (umur

kehamilan 4-6 bulan yang disebut K2) dan 2 x pada Triwulan III (umur

kehamilan > 6 bulan yang disebut K3 dan K4). Penilaian

mempertimbangkan kesesuaian umur kehamilan dengan jumlah

pemeriksaan antenatal care.

Kriteria objektif :

Baik : Jika di buku KIA jumlah pemeriksaan kehamilan pada ibu

hamil sesuai umur kehamilannya yang telah ditentukan

yaitu apabila umur kehamilan 0-3 bulan minimal 1 kali

pemeriksaan, umur kehamilan 4-6 bulan minimal 2 kali

pemeriksaan dan umur kehamilan > 6 bulan minimal 4 kali

pemeriksaan

Kurang : Jika di buku KIA jumlah minimal pemeriksaan kehamilan

pada ibu hamil tidak sesuai umur kehamilannya

(Kemenkes RI, 2010)

2. Persepsi dalam penelitian ini adalah suatu tanggapan ibu hamil

terhadap pelayanan pemeriksaan kehamilan yang merupakan proses

akhir dari suatu pengamatan yang diawali dengan proses

pengindraan.

Kriteria objektif :

Baik : Bila jawaban benar > 50%

Kurang : Bila jawaban benar ≤ 50%

(Sugiyono, 2010).

48
3. Motivasi dapat diartikan sebagai dorongan internal dan eksternal

dalam diri seseorang.

Kriteria objektif :

Baik : Bila jawaban benar > 50%

Kurang : Bila jawaban benar ≤ 50%

(Sugiyono, 2010).

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian ini menggunakan Kuesioner. Kuesioner yang

digunakan merupakan kuesioner tertutup atau closedended dengan

variasi dichotomous choice yang terdiri dari 20 pertanyaan sehubungan

dengan ibu hamil tentang kunjungan Antenatal Care dan satu

pertanyaan untuk jumlah kunjungan ANC selama kehamilan. Untuk

pertanyaan varaibel persepsi dan motivasi, kuesioner penelitian masing-

masing variabel menggunakan 10 pertanyaan dengan alternatif jawaban

menggunakan Skala Likert jika menjawab sangat setuju nilai 5, setuju

nilai 4, netral nilai 3, tidak setuju nilai 2 dan sangat tidak setuju nilai 1 .

Adapun pengisian kuesioner dengan memberikan tanda centang (√)

pada lembar kuesioner yang sudah disediakan.

G. Alur Penelitian

Penentuan populasi dengan jumlah


122 orang Ibu Hamil

49
Penetapan jumlah sampel
55 orang
orang
Analisa Data

Pembahasan

Penutup

Gambar 3.2 Kerangka Alur Penelitian

H. Jenis Data

1. Data Primer

Data primer yang digunakan pada penelitian ini adalah berupa

data yang langsung dikumpulkan sendiri oleh peneliti (Handoko,

2009). Data primer ini merupakan data hasil pengisian kuesioner

tentang persepsi, motivasi ibu hamil dan kunjungan pemeriksaan

kehamilan.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang berupai informasi yang

diperoleh/bersumber dari Puskesmas Poasia seperti Buku Register

ibu hamil, Buku KIA tentang jumlah kunjungan ibu hamil, Instansi

terkait lainnya dan referensi buku maupun internet dan lain-lain yang

akan disesuaikan dengan kebutuhan penelitian.

I. Pengolahan Data

50
Pengolahan data pada dasarnya merupakan suatu proses untuk

memperoleh data atau data ringkasan berdasarkan suatu kelompok data

mentah dengan menggunakan rumus tertentu sehingga menghasilkan

informasi yang diperlukan. Pengolahan data dilakukan dengan cara:

1. Coding data yaitu memberikan kode pada setiap data yang ada

dengan maksud memudahkan dalam menganalisa.

2. Editing data dilakukan pada saat peneliti memeriksa semua lembaran

kuisioner yang telah di isi atau kelengkapan data, kesinambungan

data dan memeriksa keseragaman data.

3. Scoring yaitu memberikan nilai pada jawaban responden.

4. Tabulating yaitu menyusun data dalam bentuk tabel distribusi

frekuensi setelah dilakukan perhitungan secara manual

J. Penyajian Data

Data dari analisis univariat disajikan dalam bentuk tabel distribusi

frekuensi dan data analisis bivariat dalam bentuk tabel kontingensi yang

dinarasikan.

K. Analisis Data

1. Univariat

Data diolah dan di sajikan kemudian di presentasekan dan di

uraikan dalam bentuk table dengan menggunakan rumus:

x
X =f + K
n

Keterangan:

f : variabel yang diteliti

51
n : jumlah sampel penelitian

K : konstanta(100%)

X : Persentasehasilyang dicapai

2. Bivariat

Untuk mendeskripsikan hubungan antara variabel independen

dan variabel dependen. Uji statistik yang di ginakan adalah Chi-

square adalah:

∑ ( fo − fe )2
X2 = fe

Keterangan:

∑ : Jumlah

X2 : nilai chi-square

f0 : Nilai frekuensi yang di observasi

fe : Nilai frekuensi yang di harapkan

Pengambilan kesimpulan dari pengujian Hipotesa adalah ada

hubungan p value < 0,05 dan tidak ada hubungan jika p value > 0,05

atau X2 maka H0 di tolak dan H1 di terima yang berarti ada hubungan

dan jika < X2 maka H0 di terima dan H1 di tolak yang berarti tidak ada

hubungan.

L. Etika Penelitian

Dalam penelitian ini masalah etika sangat diperhatikan dengan

menggunakan metode:

52
1. Informed concent

Merupakan cara persetujuan antara peneliti dengan

responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan

(informed concent). Informed concent tesebut diberikan sebelum

penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk

menjadi responden. Tujuan informed concent adalah agar

responden mengerti maksud dan tujuan peneliti serta mengetahui

dampaknya.

2. Anonimity (tampa nama)

Menjaga kerahasiaan, peneliti tidak mencantumkan nama

responden tetapi hanya memberikan kode pada lembar kuesioner

yang dibagikan.

3. Confidentiality (kerahasiaan)

Menjamin kerahasian hasil penelitian baik informasi maupun

masalah-masalah lainnya. Informasi yang dikumpulkan di jamin

kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang

akan dilaporkan pada hasil riset (Hidayat, 2010).

53

Anda mungkin juga menyukai