Pembimbing :
Oleh:
FAKULTAS KEDOKTERAN
2020
BAB I
PENDAHULUAN
Pada dewasa ini, ilmu di dunia kedokteran berkembang sangat pesat, bukti
ilmiah yang tersedia begitu banyak dan bukti riset yang dipublikasikan pun
sangat banyak jumlahnya. Hampir dua juta artikel kedokteran diterbitkan setiap
tahun. Padahal, “not all evidences are created equal”. Tidak semua artikel
diagnosis, dokter harus memeriksa pasien dengan prosedur yang tepat sesuai
dengan sebuh prinsip yang disebut Evidence Based Medicine (EBM). EBM dapat
diartikan sebagai pemanfaatan bukti ilmiah secara seksama, ekplisit dan bijaksana
dalam pengambilan keputusan untuk tatalaksana pasien. EBM ini dijadikan dasar
keputusan klinis berbasis bukti atau EBM. Hal ini sejalan dengan UU No. 29
dokter dan dokter gigi dalam menjalankan praktik wajib mengikuti standar
bahwa dokter dan dokter gigi dalam menjalankan praktik wajib memberikan
pelayanan medis sesuai standar profesi dan standar prosedur operasional serta
kedokteran ini diterjemahkan dalam PerMenkes No. 1438 tahun 2010 tentang
Standar Pelayanan Kedokteran, yang secara prinsip menganut filosofi evidence-
based medicine.
kualitas yang tinggi, namun sebagian lain juga dapat berkualitas buruk. EBM,
semua bukti ilmiah ini harus disaring untuk mendapatkan yang terbaik, salah satu
Pada EBM dokter juga diajari tentang menilai apakah jurnal tersebut
dapat dipercaya dan digunakan. Karena itu para dokter dan tenaga kesehatan
bukti-bukti terbaik yang bisa memberikan informasi yang relevan dan terpercaya,
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
– hati, tegas, dan bijaksana. EBM mengaplikasikan bukti atau evidence terbaik
yang dapat ditemukan dalam literatur medis kepada pasien dengan masalah medis
2.3 Tujuan
klinis berdasarkan bukti yang terbaik (Best Evidence Based) dan Memberikan
pelayanan medis yang berpusat pada pasien (Patient Centered Medical Care),
(Murti, 2013)
2. Mendapatkan (Acquire) bukti terbaik yang ada dan sesuai dengan pertanyaan
anda.
Desain penelitian sesuai dengan tipe pertanyaan menurut Leen et al, 2014.
Setelah memperoleh bukti yang sesuai dengan pertanyaan, sangatlah perlu
hasil penelitian secara hati – hati dan sistematis apakah penelitian tersebut dapat
al,2014).
kesehatan modern dan semakin dikenal sebagai inti kompetensi klinis. Secara
dikatakan belum berhasil jika klinisi membutuhkan waktu terlalu lama untuk
mendapatkan bukti yang dibutuhkan, atau klinisi mendapat bukti namun kualitas
dasar praktik klinis. Dalam audit klinis dilakukan kajian pelayanan yang telah
memberikan saran agar dilakukan upaya perbaikan pelayanan dan klinis pasien.
baik, efektif, dan efisien, sehingga EBM menjadi program perbaikan kualitas
KESIMPULAN
dan keunikan, nilai-nilai dan harapan pasien, untuk pelayanan yang lebih baik
kepada pasien. EBM adalah suatu pendekatan medik yang didasarkan pada bukti-
lebih baik agar diperoleh hasil klinis (clinical outcome) yang optimal bagi pasien,
dengan cara memadukan bukti terbaik yang ada, keterampilan klinis, dan nilai-
nilai pasien. di dalam mencari sumber belajar dengan pelacakan publikasi ilmiah,
http://www.nettingtheevidence.org.uk/the-history-of-evidence-based-
http://clinicalevidence.bmj.com/x/set/static/ebm/learn/665073.html
Medicine UNS
Tumbelaka A, 2016. Evidence Based Medicine, Sari Pediatri, Vol. 3, No. 4, pp:
247 – 248