Anda di halaman 1dari 12

PR 1.

Pemeriksaan fisik diagnostik pada paru

Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi Diagnosis


Ketertinggalan gerak Vokal fremitus Redup/pekak Vesikuler Efusi pleura
bagian yang terdapat menurun menurun/hilang
lesi
Ketertinggalan gerak Vokal fremitus Hipersonor Vesikuler Pneumothoraks
bagian yang terdapat menurun menghilang
lesi biasanya unilateral Silent chest
Ketinggalan gerak jika Vokal fremitus Redup jika di Wheezing jika di Massa paru
terdapat pada salah normal/meningkat salah satu lobu bronkus/obstruksi
satu lobus. Dispneu jika paru
terletak di Sonor jika Seperti abses paru
tengah/obstruksi jalan terletak di
napas tengah/bronkus
Ketertinggalan gerak Vokal fremitus Redup Bronkial dan ronki Abses paru
jika terjadi piotoraks menurun/ Amforik sound jika
(pleura terisi pus akibat menghilang jika dekat dinidng dada
pecahnya abses dekat piotoraks
pleura) Nyeri tekan lokal
Ketertinggalan gerak Vokal fremitus Redup/pekak Vesikuler Emfiema torakis
yang terkena menghilang menghilang (piotoraks)
Dispneu, posisi Vokal fremitus Redup Ronki basah basal Edem pulmo
membungkuk ke depan meningkat Ronki dapat muncul
di apeks jika
memburuk
S3 gallop, murmur
Dispneu, retraksi Vokal fremitus Sonor Wheezing Asma
sternocleido, normal
substernal
Dispneu, retraksi Vokal fremitus Pekak Ronki basah kasar Pneumonia
sternocleido, meningkat nyaring
substernal Bronkial meningkat
Pleural friction rub
Berat: Dispneu sianosis Vokal fremitus Redup Ronki basah kasar Bronkiektasis
meningkat
Multiformis, gejala Vokal fremitus Redup Jika infiltrat luas, di TB Paru
seperti pneumonia, meningkat Hipersonor apek:
efusi pleura, bila (kavitas) Bronkial meningkat
fibrosis: atrofi, retraksi Ronki basah kasar
interkostal nyaring

Amforik sound
PR 2. Alur Diagnosis TB di Indonesia
Pemeriksaan tambahan pada semua pasien TB yang terkonfirmasi baik secara bakteriologis
maupun klinis adalah pemeriksaan HIV dan gula darah. Pemeriksaan lain dilakukan sesuai
indikasi misalnya fungsi hati, fungsi ginjal, dll)

PR 3. Pemeriksaan dahak ulang untuk pemantauan hasil pengobatan


PR 4. Pengobatan TB
Kategori-1:
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru:
a) Pasien TB paru terkonfirmasi bakteriologis.
b) Pasien TB paru terdiagnosis klinis.
c) Pasien TB ekstra paru.
a) Dosis harian (2(HRZE)/4(HR))
Kategori -2
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif
yang pernah diobati sebelumnya (pengobatan ulang)
yaitu:
a) Pasien kambuh.
b) Pasien gagal pada pengobatan dengan paduan OAT
kategori 1 sebelumnya.
c) Pasien yang diobati kembali setelah putus berobat
(lost to follow-up).
a) Dosis harian {2(HRZE)S/(HRZE)/5(HRE)}
PR 5. Hasil pengobatan pasien TB
PR 6. Jelaskan mengenai PPOK

Definisi PPOK
-Ditandai oleh hambatan aliran udara yang tidak sepenuhnya reversibel
-Bersifat progresif & berhubungan dengan respons inflamasi paru terhadap partikel atau gas yang
beracun/berbahaya
-Disertai efek ekstraparu yang berkontribusi terhadap derajat penyakit
-Karakteristik hambatan aliran udara pada PPOK disebabkan oleh gabungan antara obstruksi saluran
napas kecil (obstruksi bronkiolitis) & obstruksi parenkim (emfisema) yang bervariasi pada setiap
individu.
Anamnesis
•Riwayat merokok atau bekas perokok dengan atau tanpa gejala pernapasan
-Riwayat terpajan zat iritan yang bermakna di tempat kerja
-Riwayat penyakit emfisema pada keluarga
-Terdapat faktor predisposisi pada masa bayi/anak, mis berat badan lahir rendah (BBLR), infeksi
saluran napas berulang, lingkungan asap rokok dan polusi udara
-Batuk berulang dengan atau tanpa dahak
-Sesak dengan atau tanpa bunyi mengi
Pemeriksaan fisis (PPOK dini umumnya tidak ada kelainan)
 Inspeksi Pursed - lips breathing (mulut setengah terkatup mencucu)
-Barrel chest (diameter antero - posterior dan transversal sebanding),Penggunaan otot bantu
napas
-Hipertropi otot bantu napas,Pelebaran sela iga
-Bila telah terjadi gagal jantung kanan terlihat denyut vena jugularis di leher dan edema
tungkai.
 Palpasi: pada emfisema fremitus melemah, sela iga melebar
 Perkusi: pada emfisema hipersonor dan batas jantung mengecil, letak diafragma rendah, hepar
terdorong ke bawah
 Auskultasi :suara napas vesikuler normal, atau melemah,terdapat ronki dan atau mengi pada
waktu bernapas biasa atau pada ekspirasi paksa,ekspirasi memanjang,bunyi jantung terdengar
jauh, gagal jantung kanan terlihat denyut vena jugularis di leher dan edema tungkai

•Pink puffer :Gambaran yang khas pada emfisema, penderita kurus, kulit kemerahan dan pernapasan
pursed – lips breathing
•Blue bloater :Gambaran khas pada bronkitis kronik, penderita gemuk sianosis, terdapat edema
tungkai dan ronki basah di basal paru, sianosis sentral dan perifer
•Pursed - lips breathing
–Adalah sikap seseorang yang bernapas dengan mulut mencucu dan ekspirasi yang memanjang. Sikap
ini terjadi sebagai mekanisme tubuh untuk mengeluarkan retensi CO2 yang terjadi sebagai mekanisme
tubuh untuk mengeluarkan retensi CO2 yang terjadi pada gagal napas kronik.
PPOK: diagnosis dan penatalaksanaan. PDPI 2011
Emphysema
Bronchitis Cronic
Pemeriksaan penunjang antara lain:
–Uji spirometri  merupakan gold standar akan tampak
•FEV1 / FVC < 70 % (GOLD); <75% (pneumobile Indonesia)
•Uji bronkodilator (saat diagnosis ditegakkan) : FEV1 pasca bronkodilator < 80 % prediksi; serta
FEV1 / FVC < 75 % memastikan adanya hambatan aliran udara yang tidak sepenuhnya reversibel
•Obstruksi jalan napas dikatakan reversibel bila setelah pemakaian bronkodilator VEP1> 12% dan
200 cc dr nilai awal
–Uji coba kortikosteroid
–Analisis gas darah dilakukan pada pasien dengan VEP1 < 40% prediksi dan secara klinis
diperkirakan gagal napas dan payah jantung kanan.

Radiologi PPOK:
–Pada emfisema terlihat:
•Hiperinflasi
•Hiperlusen
•Ruang retrosternal melebar
•Diafragma mendatar
•Jantung menggantung (jantung pendulum/teardrop/eye drop)
–Pada bronkitis kronik:
•Normal
•Corakan bronkovaskular bertambah pada 21% kasus.

Anda mungkin juga menyukai