PROPOSAL TESIS Nama Subhan Nim 801002130
PROPOSAL TESIS Nama Subhan Nim 801002130
PROPOSAL TESIS
Nama : Subhan
Nim : 80100213045
Konsentrasi : Pendidikan dan Keguruan
Judul Tesis : Implementasi Pendidikan Agama Islam Berwawasan
Multikultural di MAN 1 Polewali Mandar
Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara pendidik dengan peserta didik,
untuk mencapai tujuan pendidikan yang berlangsung dalam lingkungan tertentu yang
terciptanya generasi muda yang siap menjalani hidup, baik secara individu, maupun
sasaran yang hendak dicapai dalam sebuah proses pendidikan sering tidak
memberikan out put yang baik yang bisa menjawab tantangan zaman.
mewujudkan tujuan asasi hidup, yaitu beribadah kepada Allah dengan segala
maknanya yang luas.2 Karenanya, tujuan pendidikan Islam tidak terlepas dari tujuan
hidup manusia dalam Islam; yaitu untuk menciptakan pribadi-pribadi hamba Allah
1
Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Cet. 6; Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2011), h. 3.
2
Hery Noer Aly dan Munzier, S, Watak Pendidikan Islam, (Cet.III; Jakarta: Friska Agung
Insani, 2008), h. 55.
2
yang selalu bertaqwa kepada-Nya, dan dapat mencapai kehidupan yang berbahagia di
hubungan yang baik dan harmonis terhadap sesama manusia (hablun minallah wa
hablun minannas) sebagai bentuk implementasi dari makna ibadah secara luas.
Allah SWT. Dalam pengertian ini, ibadah didefinisikan oleh Ibnu Taimiyah sebagai
“sebuah kata yang menyeluruh, meliputi segala yang dicintai dan diridhai Allah,
menyangkut segala ucapan dan perbuatan yang tidak tampak maupun yang tampak”. 5
Jadi, ibadah adalah kepatuhan dan kepasrahan secara total terhadap perintah dan
larangan Allah SWT. ibadah tidak hanya dimaknai dalam bentuk ketundukan dan
kepetuhan yang bersifat ritual akan tetapi juga ibadah yang bersifat sosial.
Dari pemaknaan ibadah tersebut, maka pola hubungan antar sesama manusia
terhadap Sang Penciptanya. Salah satu upaya mewujudkan pola hubungan tersebut,
3
Azyumardi Azra, Pendidikan Islam:Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru, (Cet.
IV; Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2002), h. 8.
4
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (PT. Sinergi Pustaka Indonesia,
2012), h. 756.
5
Jalaluddin Rakhmat, Islam Alternatif: Ceramah-Ceramah di Kampus, (Cet. XI; Jakarta:
Mizan, 2004), h. 46.
3
perbedaan. Islam mengajarkan tentang toleransi sebagai salah satu cara membangun
pola hubungan yang baik terhadap sesama manusia yang hidup dalam kemajemukan.
berbeda akan tetapi mengakui hak dan kebebasan orang lain untuk memliki dan
pihak yang berbeda untuk melakukan apa yang diyakininya dan memperlakukan
Jika kita kembali pada Al-Qur’an dan hadis, menurut Zuhari Misrawi akan
kita temukan bagaimana para Nabi terdahulu telah menjadikan ajaran tentang
kehanifan, toleransi dan penyerahan diri kepada Tuhan secara total (hanifan
Musliman)8 sebagai ajaran yang telah lama diperaktekan. Nabi saw sendiri hanya
sekedar melanjutkan dari apa yang sudah diamanatkan dan diperaktekan oleh Nabi
Ibrahim a.s. bahkan Nabi Ibrahim a.s. dalam Al-Qur’an meminta kepada Tuhan agar
Ismail dan keturunannya nanti menjadi Nabi-nabi yang mengamalkan ajaran tersebut,
tunduk, patuh, dan berserah diri kepada Tuhan.9lebih tegas ia katakan bahwa agama
yang mempunyai mandat dari Tuhan adalah agama yang mempunyai dua unsur
6
Lanny Octavia, dkk, Pendidikan Karakter Berbasis Tradisi Pesantren (Cet. I; Jakrta:
renebook dan Rumah Kitab, 2014), h. 85.
7
Lanny Octavia, dkk, Pendidikan Karakter Berbasis Tradisi Pesantren, 85
8
Lihat, QS Ali ‘Imran, 3/67.
9
Lihat, QS Al-Baqarah, 2/128 dan 133.
10
Lihat, Zuhairi Misrawi, Al-Qur’an Kitab Toleransi: Inklusivisme, Pluralisme dan
Multikulturalissme, (Cet. I; Jakarta: Fitrah, 2007), h.177-178.
4
harmonis dengan sesama, toleran terhadap perbedaan dan saling menghargai satu
sama lain, perbedaan yang muncul dalam kehidupan tidak harus menjadi bencana
akan tetapi menjadi rahmat. Pluralitas budaya, suku, ras, etnik, agama dan keyakinan
perbedaan harus tetap harmoni agar perdamain dapat terwujud. Abd Moqsith Gazhali
menegaskan bahwa menghadapi dunia yang makin plural, yang dibutuhkan bukan
bagaimana menjauhkan diri dari adanya pluralitas, melainkan bagaimana cara atau
mekanisme untuk menyikapi pluralitas itu.11 Salah satu cara menyikapi pluralitas
Dalam konteks sejarah kita disuguhi uswah yang baik dari Nabi saw ketika
masyarakat yang majemuk, yang terdiri atas berbagai komponen etnik dan agama. 13
Barat). Dalam Piagam Madinah itu ditetapkan adanya pengakuan kepada semua
11
Abd. Moqsith Ghazali, Argumen Pluralisme Agama : Membangun Toleransi Berbasis Al-
qur’an,(Cet. I ; Depok: KataKita, 2009), h. 3.
12
Nurcholis Madjid, Asas-asas Pluralisme dan Toleransi dalam Masyarakat Madani,
Makalah pada seminar nasional, Masyarakat Madani Dalam Persfektif Agama dan Politik, Jakarta,
1999, dikutip dari, Ali Masykur Musa, Membumikan Islam Nusantara: Respon Islam Terhadap Isu-
isu Aktual, (Cet: I; Jakarta: Serambi, 2014), h. 20.
13
Ali Masykur Musa, Membumikan Islam Nusantara: Respon Islam Terhadap Isu-isu Aktual,
h. 20.
5
penduduk Madinah tanpa memandang perbedaan agama dan suku sebagai anggota
ummat yang tunggal (ummah wahidah) dengan hak-hak dan kewajiban yang sama.14
Dalam hal ini, negara Indonesia yang dipandang sebagai sebuah negara yang
memiliki tingkat pluralitas sangat tinggi, perbedaan suku, ras, agama, budaya serta
bahasa yang cukup besar, sangat potensial menjadi ladang pertikaian dan perpecahan,
Indonesia rentan terhadap konflik sosial yang mengangancam integrasi bangsa jika
tidak terbangun sebuah hubungan yang baik dan harmonis terhadap sesama anak
bangsa. Fakta sosilogis historis yang sering muncul adalah jargon Bhinneka Tunggal
Ika yang menjadi pengikat pluralitas dan keberagaman bangsa ini lebih sering dinodai
Di satu sisi, sebenarnya keragaman dan perbedaan budaya bisa menjadi satu
anugerah dan menjadi kekayaan bangsa Indonesia yang amat tinggi nilainya,
membuat kehidupan masyarakat itu dinamis, penuh warna, tidak membosankan, dan
membuat antara satu dengan yang lainnya saling melengkapi dan saling
esensi kehidupan masyarakat. Tentunya, jika realitas ini mampu dikelola dengan baik.
menjadi prioritas, terutama dalam konteks masyarakat yang plural dan multikultural.
rangka membangun sebuah masa depan yang lebih baik. Hanya dengan cara itu,
Berangkat dari realitas sosial yang ada, di mana tingkat pertikain dan konflik
dalam masyarakat yang terus terjadi hingga beberapa tahun terakhir ini. Maka,
permasalahan. Konflik etnis, suku dan budaya yang terjadi di negeri ini menjadi
bagian lain dari sejarah konflik berkepanjangan yang muncul di luar konflik
keagamaan. Berbagai konflik yang berlatar belakang etnis, suku, agama dan budaya
tersebut lebih sering dipicu oleh ketidak adilan, kesenjangan ekonomi, faktor politik
lokal. Sikap eksklusif dari kelompok ini berakibat pada tertutupnya pintu dialog.
mengannggap sebagai ideologi kafir dan harus diganti dengan negara Islam.
menyentuh kelompok agama saja. Akan tetapi paradigma toleransi diharapkan dapat
Karena itu, multikulturalisme menjadi salah satu paham baru yang diharapkan
mampu memberikan tempat bagi kelompok minoritas.16 Arus globalisasi dan gerakan
16
Zuhairi Mizrawi, Al-Qur’an Kitab Toleransi: Inklusivisme, Pluralisme dan
Multikulturalisme, h. 215.
7
Islam trans-nasional harus segera disikapi dengan bijak demi mencegah dampak
Salah satu solusi yang perlu diaplikasikan sebagai bentuk peran aktif
peserta didk.
sama pada seluruh anak bangsa tanpa membedakan perlakuan karena perbedaan-
manapun latar belakang budaya, dalam konteks Indonesia yang sarat dengan
kemajemukan, pendidikan ini memiliki peran sangat strategis untuk dapat mengelola
merayakan keberagaman budaya atau belajar untuk menjadi bicultural. Dan ini
17
Zamroni, Pendidikan Demokrasi Pada Masyarakat Multikultur, (Cet. I; Yogyakarta:
Ombak, 2009), h. 184.
8
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
salah satu media yang dianggap mampu memberikan out put generasi muda yang
menghargai perbedaan dan keragaman dan menjadikannya sebagai bagian yang harus
18
Mundzier Suparta, islamic Multicultural Education: Sebuah Refleksi atas Pendidikan
Agama Islam di Indonesia, (Cet. I; Al-Gazali Center: 2008) h. 38.
19
Depdiknas, Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tetntang Sistem
Pendidikan Nasional, (Jakarta: Pusat Data dan Informasi Pendidikan, 2003), h. 65.
9
agama Islam, dibarengi dengan tuntunan untuk menghormati penganut agama lain
kesatuan dan persatuan bangsa.20 Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa
mengapresiasi perbedaan dan keragaman. Hal ini dapat pula kita lihat dari Firman
Allah SWT yang mempertegas perbedaan dan keragaman sebagi sunnatullah yang
mesti diterima sebagai rahmat. Perbedaan sebagai realitas kehidupan yang mesti kita
sikapi dengan bijaksana, karena dengan perbedaan itu manusia bisa saling kenal
Terjemahnya:
"Wahaimanusia! Sesungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-
laki dan seorang perempuan, kemudian kami jadikan kamu berbangsa-bangsa
dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia
diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah
Maha mengetahui, maha meneliti.21
Ayat di atas secara tegas memberikan penjelasan akan keberadaan perbedaan
ayat ini mengajari kita bahwa Pendidikan Islam mengapresiasi penerapan pendidikan
20
Abdul Majid dan Diana Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Cet. I;
Bandung: Remaja Rosdakaraya, 2006), h. 130.
21
Kementerian Agama, Al-qur’an dan Terjemahnya, h. 745
10
yang sejalan dengan nilai-nilai multikultural. Tinggal bagaimana sekolah dan yang
dimana sekolah ini berada. Sekolah ini berlokasi di desa Lampa kec. Mapilli Kab.
kemajemukan yang sangat tinggi. Daerah ini tidak hanya memiliki struktur sosial
yang terdiri dari penduduk lokal akan tetapi memilki masyarakat yang multikultural
karena daerah ini menjadi salah satu tujuan transmigrasi dan berada dekat dengan
salah satu pusat perekonomian di Polewai Mandar di mana daerah tersebut menjadi
tujuan banyak pedagang yang datang dari luar Polewali Mandar dan menjadikan
potensi besar akan terjadinya gesekan sosial. Karenanya, penulis menilai perlunya
pendidikan agama islam yang berbasis multikultural dalam proses belajar mengajar
11
generasi kedepan dapat tercerahkan sehingga konflik yang muncul sebagai dampak
dari transformasi dan reformasi sosial dapat diminimalkan bahkan dicegah untuk
tidak terjadi.
Berangkat dari latar belakang tersebut diatas, peneliti melihat bahwa kondisi
toleransi kebersamaan. Upaya tersebut sebagai bekal bagi generasi bangsa dalam
membangun kehidupan masyarakat kedepan yang lebih damai dan harmonis. Peniliti
1 Polewali Mandar”.
B. Rumusan Masalah
pembaca dalam memahami penelitian ini maka, peneliti menentukan fokus penelitian
sehingga masalah dalam penelitian ini tidak meluas. Penelitian ini berjudul
Polewali Mandar”. Adapun fokus dan deskripsi fokus dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
22
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Cet. VII; Bandung: Alfabeta, 2012), h. 32. Lihat
juga Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Cet.
XXI; Bandung: Alfabeta, 2015), h. 285.
13
Melihat berbagai peristiwa konflik berbau SARA yang sering terjadi akhir-
akhir ini, menjadikan pendidikan multukultural sebagai satu tema penting dalam
Penelitian tesis yang dilakukan oleh Sukri dengan judul “Pluralisme dan
Multikulturalisme dalam Pendidikan Islam (Telaah atas Buku Ajar PAI SMA)” 23,
penelitian ini menjelaskan bahwa buku ajar PAI SMA yang digunakan di sekolah,
liberal atheory of minority Right”, diterjemahkan oleh Edlina Hafmini Eddin dengan
isu baru tentang minoritas-minoritas nasional dan etnis yang menuntut pengakuan
dan dukungan terhadap identitas kultur mereka buku ini juga memuat konsepsi
23
Sukri, “Pluralisme dan Multikulturalisme dalam Pendidikan Islam (Telaah atas Buku Ajar
PAI SMA)”, Tesis (Makassar: Ps. UIN Alauddin, 2014).
24
Jumandar, “Paradigma Pendidikan Islam Berbasis Multikultural dan Penerapannya pada
Madrasah Tsanawiyah Jangkali, Kabupaten Bone”, Tesis (Makassar, Ps. UIN Alauddin, 2014).
25
Will Kymlicky, Multicultural Citizenship: a liberal atheory of minority Right (Kewarggan
Multikultural), terj. Edlina Hafmini Eddin, (Cet.II; Jakarta: LP3ES, 2011).
14
ini membahas tentang sejarah dan konsep pendidikan multikultural serta urgensi
masyarakat.
Sebuah Refleksi atas Pendidikan Islam di Indonesia”27. Buku ini menekankan bahwa
kohesifitas, soliditas, dan intimitas di antara keragaman etnik, ras, agama, dan
budaya.
multikultural di semua sisi proses belajar mengajar di sekolah, baik itu dalam visi
misi, aktivitas peserta didik, dan kurikulum pengajaran. Hal tersebut dilakukan agar
26
Choirul Mahfud, Pendidikan Multikultural (Cet.VII; Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014).
27
Mundzier Suparta, Islamic Multicultural Education: Sebuah Refleksi atas Pendidikan
Agama Islam di Indonesia, (Cet. I; Jakarta: Al-Gazali Center, 2008).
28
Ngainun Naim dan Achmad Sauqi, Pendidikan Multikultural (Konsep dan Aplikasi)
(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2008).
29
Saliman, dkk., “Model Pendidikan Multikultural Pada Sekolah Pembaruan di Medan,
Sumatera Utara”, Laporan Hasil Penelitian (Yogyakarta, Universitas Negeri Yogyakarta, 2013).
15
E. Metode Penelitian
untuk meneliti kondisi obyek yang alamiah, yakni sesuatu yang apa adanya, tidak
menekankan pada indeks-indeks dan pengukuran empiris.33 Metode ini sangat relevan
dengan tujuan atau arah penelitian peneliti, yaitu memahami situasi lokasi penelitian
multikultural.
30
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Cet. I; Bandung: Alfabeta, 2013), h. 1.
31
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,
(Cet. XXI; Bandung: Alfabeta, 2015), h. 14.
32
Lihat Lexy j. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Rremaja Rosdakarya,
2007), h. 8.
33
S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan (Cet. I; Jakarta: PT Rinneka Cipta, 1997), h.
35.
16
tersebut, peneliti melihat pertama, bahwa latar belakang peserta didik di madrasah
tersebut sangat beragam, baik etnis, budaya, maupun suku. kedua karena letak
geografis sekolah ini berada dekat dengan daerah yang menjadi tujuan transmigrasi,
serta pusat perekonomian sehingga peneliti melihat bahwa pesrta didik dimungkinkan
2. Pendekatan Penelitian
hubungan dengan orang yang diteliti.34Pendekatan dalam penelitian adalah salah satu
aspek yang digunakan untuk melihat dan mengamati persoalan atau penomena yang
dasar Islam sesuai dengan apa yang terdapat dalam Alquran dan hadis serta
34
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat, (Cet. I;
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 306.
17
itu, Pendidikan Agama Islam merupakan bagian tak terpisahkan dari pendidikan
nasional.
3. Sumber Data
Sumber data merupakan hal yang paling penting dalam proses penelitian,
sumber data adalah satu komponen utama yang menjadi sumber informasi sehingga
peneliti dapat menggambarkan hasil dari suatu penelitian. 35Sumber data merupakan
hal yang akurat untuk mengungkap permasalahan, juga untuk menjawab masalah
a) Data primer adalah data yang langsung dikumpulkan peneliti. 36 Data primer
Mandar diimplementasikan.
b) Selanjutnya adalah data sekunder, yaitu data yang biasanya disusun dalam bentuk
yang memberikan informasi dan secara tidak langsung memberikan data kepada
4. Instrumen Penelitian
35
Lihat Sugiyono, Memehami Penelitian Kualitatif, h. 53.
36
Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 1998), h. 22
37
Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, h. 85.
18
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam
arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. 39 Instrumen
dapat juga diartikan sebagai alat bantu yang digunakan oleh peneliti untuk
memperoleh hasil penelitian. Instrumen kunci dalam penelitian ini adalah peneliti
sebagai acuan dalam menggali informasi atau sejumlah pertanyaan yang akan
diajukan kepada para informan untuk mendapatkan data yang benar-benar akurat.
informasi berupa pedoman pengumpulan data yang digunakan pada saat prosedur
penelitian.
38
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, h.
148.
39
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi V (Cet.
XII; Jakarta: PT Asdi Mahasatya, 2002), h. 136.
40
Ridwan, Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian (Cet. I; Bandung: Alfabeta, 2005),
h. 25.
41
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, h.
306.
19
langsung kepada obyek yang akan diteliti dengan menggunakan tiga teknik
a) Observasi
partisipatif dan non partisipatif. Dalam observasi partisipatif, peneliti ikut serta dalam
peneliti tidak ikut serta dalam kegiatan, hanya berperan mengamati kegiatan.43
pencatatan secara praktis yang berkaitan dengan rumusan masalah penelitian tentang
b) Interview (wawancara)
42
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan Kuantitatif, kualitatif, dan R&D, h.
313.
43
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2007), h. 220.
20
wawancara. Teknik ini dapat digunakan untuk mengumpulkan data apabila peneliti
diteliti, dan untuk mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam. 44
Wawancara dilakukan dalam bentuk yang direncanakan dan strukturnya telah disusun
terlebih dahulu untuk menggali dan mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan
c) Dokumentasi
Teknik ini merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara
kredibel atau dapat dipercaya. Dokumen yang dimaksud dalam penelitian ini meliputi
keadaan guru dan siswa sarana dan prasarana, dapat pula berupa, dokumen yang
berbentuk tulisan, seperti; peraturan, visi dan misi, struktur organisasi, struktur
kurikulum dan dokumen yang berbentuk gambar, seperti; foto kegiatan guru dan
siswa dalam proses belajar mengajar yang ada hubungannya dengan implementasi
penafsiran, serta menghubungkan makna data yang ada kaitannya dengan masalah
44
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, h.
317.
45
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, h.
329.
21
penelitian.46 Penelitian ini akan menggunakan analisis deskriftif kualtatif di mana data
yang telah diperoleh melalui proses observasi, wawancara dan dokumentasi akan
dijelaskan atau dianalisis melalui pemaknaan dan interpretasi. Analisis deskriftif ini
Mapilli.
Aktivitas analisis data menurut Miles dan Huberman sebagaimana dikutif oleh
Sugiyono bahwa analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung
secara terus menerus sampai tuntas, sampai datanya sudah jenuh. Selanjutnya, proses
pengolahan data dapat dilakukan melalui tiga tahap, yaitu reduksi data (data
reduction), penyajian data (data display) dan penarikan kesimpulan atau verifikasi
tersebut:
Untuk mendapatkan gambaran yang jelas dari hasil observasi, wawancara, dan
merangkum, dengan cara memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal
yang penting, mencari tema dan polanya, serta membuang yang tidak perlu.48 Dengan
Data-data yang direduksi dalam penelitian ini, berupa hasil wawancara, foto-
disederhanakan dan disajikan dalam bentuk naratif sehingga menjadi satu kesimpulan
Mapilli.
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah penyajian data (data
display). Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk
uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya.49 Akan
mengungkapkan bahwa yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam
penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. 50 Sehingga, dalam
penelitian ini penyajian data dilakukan dalam bentuk deskriftif naratif dan matriks.
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman
Kesimpulan awal yang diambil sifatnya sementara dan terus mengalami perubahan
apabila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap
pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila didukung oleh bukti-bukti yang valid
49
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D, h.
341.
50
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, h,
341.
51
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, h.
345.
23
MAN 1 Polewali Mandar Kec. Maplli mulai dari awal peneliti mengadakan penelitian
sampai pada saat pengumpulan data, akan terus diverifikasi sehingga diperoleh satu
penelitian ini diharapkan dapat menjawab rumusan masalah yang telah dirumuskan
sejak awal.
untuk menemukan. Menemukan berarti sebelumnya belum pernah ada atau belum
1. Tujuan Penelitian
52
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, h.
345.
53
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, h.
397.
24
Polewali Mandar
2. Kegunaan Penelitian
tersebut bisa bersifat teoritis atau praktis. Untuk penelitian ini diharapkan memiliki
a. Kegunaan teoritis
b. Kegunaan praktis
KOMPOSISI BAB
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Fokus Penelitian
D. Kajian Penelitian Terdahulu
E. Metode Penelitian
F. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
G. Garis Besar Isi
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Rekomendasi
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
27
DAFTAR PUSTAKA
Aly, Hery Noer dan Munzier, S. Watak Pendidikan Islam, Cet.III; Jakarta: Friska
Agung Insani, 2008
Machasin, Islam Dinamis Islam Harmonis; Lokalitas Puluralisme dan Terorisme Cet.
I; Yogyakarta: LKis, 2011.
Musa, Ali Masykur. Membumikan Islam Nusantara: Respon Islam Terhadap Isu-isu
Aktual, , Cet: I; Jakarta: Serambi, 2014
Naim, Ngainun dan Achmad Sauqi. Pendidikan Multikultural (Konsep dan Aplikasi)
Cet. I; Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2008.
Octavia, Lanny dkk. Pendidikan Karakter Berbasis Tradisi Pesantren Cet. I; Jakrta:
renebook dan Rumah Kitab, 2014.
Sukri, “Pluralisme dan Multikulturalisme dalam Pendidikan Islam (Telaah atas Buku
Ajar PAI SMA)”, Tesis. Makassar: Ps. UIN Alauddin, 2014.