1. PENGERTIAN
Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik,
bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam
Cedera luka bakar dapat mempengaruhi semua sistem organ. Besarnya respons
patofisiologis berkaitan erat dengan luasnya luka bakar, bahkan sistem
hemodinamik kardiovaskuler dapat terpengaruh secara signifikan sehingga sangat
berpotensi terjadi syok hipovolemik yang dapat mengancam keselamatan jiwa
pasien (Tyas, 2016). Luka bakar adalah cedera yang terjadi akibat pajanan
terhadap panas, bahan kimia, radiasi, atau arus listrik (Lemone. P, 2015)
b. Menurut Texas EMS Trauma & Acute Care Foundation tingkat klasifikasi
luka bakar berdasarkan derajat luka adalah sebagai berikut:
1) Luka bakar derajat pertama
Kemerahan dan nyeri pada kulit yang terkena. Kerusakan epitel minor
terjadi tanpa pembentukan lepuh. Biasanya terjadi dengan terbakar sinar
matahari.
2) Luka bakar derajat dua superfisial (luka bakar ketebalan parsial
superfisial)
Kerusakan epitel lengkap dan hanya kerusakan kulit papiler yang terjadi.
Tingkat ini tidak meninggalkan kerusakan neurovaskular. Ini
menyebabkan rasa sakit, berdarah dan timbul lepuh. Perbaikan epitel
terjadi dalam 14 hari, dan sebagian besar tidak meninggalkan bekas luka
setelah penyembuhan. Terkadang perubahan warna tetap ada.
3) Luka bakar derajat kedua dalam (luka bakar ketebalan parsial dalam)
Kerusakan epitel lengkap dan kerusakan pada dermis retikuler ada. Lepuh juga
bisa ada tetapi lebih besar dari pada tingkat kedua yang dangkal terbakar.
Penyembuhan dapat terjadi tetapi membutuhkan waktu lebih dari 14 hari.
4) Luka bakar derajat ketiga (luka bakar ketebalan penuh)
Epidermis, dermis, dan jaringan subkutan terlibat. Kulit tampak putih dan /
atau kasar dengan pembuluh trombosis.
5) Luka bakar derajat keempat
Klasifikasi ini dapat digunakan ketika luka bakar melibatkan fasia, otot, dan
bahkan tulang yang mendasarinya.
4. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Nurarif & Hardhi (2016) :
a. Berdasarkan kedalaman luka bakar
1) Luka bakar derajat I
a) Kerusakan terjadi pada lapisan epidermis
b) Kulit kering, hiperemi berupa eritema
c) Tidak dijumpai bullae
d) Nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi
e) Penyembuhan terjadi spontan dalam waktu 5-10 hari
2) Luka bakar derajat II
a) Kerusakan meliputi epidermis dan Sebagian dermis, berupa eaksi
inflamasi disertai proses eksudasi
b) Dijumapi bullae
c) Nyeri karena ujung-ujung saraf triritasi
d) Dasar luka berwarna merah atau pucat, sering terletak lebih tinggi
diatas kulit normal
3) Luka bakar derajat II dangkal (superficial)
a) Kerusakan mengenai bagian superfisial dari dermis
b) Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar
sebasea masih utuh.
c) Penyembuhan terjadi spontan dalam waktu 10-14 hari.
4) Luka bakar derajat II dalam (deep)
a) Kerusakan hamper mengenai hamper seluruh bagian dermis
b) Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar
sebasea Sebagian besar masih utuh
c) Penyembuhan terjadi lebih lama, tergantung epitel yag tersisa,
biasanya penyembuhan terjadi lebih dari sebulan
5) Luka bakar derajat III
a) Kerusakan meliputi seluruh lapisan dermis dan lapisan yag lebih dalam
b) Organ-organ kulit mengalami kerusakan
c) Tidak dijumpai bullae
d) Kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan pucat
e) Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan dermis yang dikenal
sebagai eskar
f) Tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi
g) Penyembuhan terjadi lama
b. Berdasarkan kedalaman luka bakar
1) Luka bakar mayor
a) Luka bakar dengan luas lebih dari 25% pada orang dewasa dan lebih
dari 20% pada ank-anak
b) Luka bakar fullthickness lebih dari 20%
c) Terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga, kaki dan
perinium
d) Terdapat trauma inhalasi dan mulitiple injuri tanpa memperhitungkan
derajat luka bakar listrik bertegangan tinggi
2) Luka bakar moderat
a) Luka bakar dengan luas 15-25% pada orang dewasa dan 10-20% pada
anak-anak
b) Luka bakar fullthickness kurang dari 10%
c) Tidak terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga, kaki dan
perinium
3) Luka bakar minor
a) Luka bakar dengan luas kurang dari 15% pada orang dewasa dan
kurang dari 10% pada anak-anak
b) Luka bakar fullthickness kurang dari 2%
c) Tidak terdapat luka bakar didaerah wajah, tangan dan kaki
d) Luka tidak sirkumfer
e) Tidak terdapat trauma inhalasi, elektrik, fraktur.
`
5. PATOFISIOLOGI
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Memurut Stauss, S. & Gordon. L. (2018) pemeriksaan penunjang luka bakar
dapat dilakukan sebagai berikut:
a. Berbagai tes laboratorium akan diperlukan dalam 24 jam pertama dari
penerimaan pasien (beberapa selama periode resusitasi awal dan lainnya
setelah pasien distabilkan). Setiap pasien akan dilakukan pemeriksaan
darah lengkap, elektrolit, nitrogen urea darah, kreatinin, dan kadar glukosa
yang diambil. Jika luka bakar terjadi di ruang tertutup, gas darah arteri dan
kadar karboksihemoglobin akan diperlukan karena racun di udara dapat
menyebabkan karbon dioksida untuk menggantikan oksigen dalam sel
darah merah; gas darah arteri juga membantu jika dicurigai adanya cedera
inhalasi.
b. Eelektrokardiogram
Dilakukan pada awal sebelum resusitasi cairan dimulai karena aritmia
jantung dapat terjadi selama tahap awal resusitasi untuk luka bakar besar
c. Rontgen dada
Dilakukan untuk mendeteksi akumulasi cairan, posisi tabung ET (jika
diperlukan intubasi), atau atelektasis yang disebabkan oleh resusitasi
cairan volume besar
d. Serum laktat
Dilakukan untuk membantu mendeteksi ketidakseimbangan asam-basa
dan dapat membantu dalam memprediksi kelangsungan hidup
e. Kadar sianida
Dilakukan jika asidosis laktat yang tidak dapat dijelaskan terjadi; pasien
dengan inhalasi asap berisiko terhadap toksisitas sianida
f. Golongan darah dan crossmatch
Untuk pasien dengan trauma parah selain luka bakar yang mungkin
membutuhkan darah atau produk darah
g. mioglobin urin, serum creatine kinase
membantu mendeteksi cedera pada ginjal atau otot dan digunakan untuk
membantu mendiagnosis rhabdomiolisis, yang dapat terjadi dengan luka
bakar tingkat tiga yang listrik atau ekstensif. Imunisasi tetanus harus
diberikan pada setiap pasien dengan luka bakar yang lebih dalam daripada
permukaan.
(Tyas, 2016).
DAFTAR PUSTAKA
Moenadjat. (2001). Luka bakar pengetahuan klinis dan praktis. Edisi kedua. Jakarta:
FKUI
Moenadjat. (2005). Resusitasi : dasar-dasar manajemen luka bakar fase akut. Jakarta
: Komite Medik Asosiasi Luka Bakar Indonesia
Stauss, S. & Gordon. L. (2018). Initial assessment and management of burn patients.
American Nurse Today. 13(6). 15-19
Texas EMS Trauma & Acute Care Foundation Trauma Division. (2016). Burn
Clinical Practice Guideline. Austin : TETAF.