Disusun oleh:
David Mirza Mahendra P0722011
Hana Huwaida P07220118084
Mardiyana P0722011
Risa Asri S P0722011
Miftahurrahmah P0722011
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat taufik dan hidayah-Nya,
makalah ini dapat di selesaikan. Makalah ini sendiri di buat guna memenuhi salah satu
tugas kuliah dari dosen mata kuliah keperawatan jiwa dengan judul “Isolasi Sosial”. Di
dalam penulisan makalah ini, penyusun mendapat banyak bantuan dari pihak lain karena
itu kritik serta saran dari para pembaca sangat di perlukan demi kemajuan pada
pembuatan makalah berikutnya. Semoga Allah SWT dapat memberikan balasan yang
setimpal atas bimbingan dan bantuan yang telah di berikan kepada penulis. Akhirnya
penyusun mengharapakan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Isolasi Sosial atau Menarik diri adalah suatu keadaan pasien yang
mengalami ketidak mampuan untuk mengadakan hubungan dengan orang
lain atau dengan lingkungan di sekitarnya secara wajar. Pada pasien dengan
perilaku menarik diri sering melakukan kegiatan yang ditujukan untuk
mencapai pemuasan diri, dimana pasien melakukan usaha untuk melindungi
diri sehingga ia jadi pasif dan berkepribadian kaku, pasien menarik diri
juga melakukan pembatasan (isolasi diri), termasuk juga kehidupan
emosionalnya, semakin sering pasien menarik diri, semakin banyak kesulitan
yang dialami dalam mengembangkan hubungan sosial dan emosional dengan
orang lain. Dalam membina hubungan sosial, individu berada dalam rentang
respon yan adaptif sampai dengan maladaptif. Respon adaptif merupakan respon
yang dapat diterima oleh norma-norma sosial dan kebudayaan yang berlaku,
sedangkan respon maladaptif merupakan respon yang dilakukan individu
dalam menyelesaikan masalah yang kurang dapat diterima oleh norma-norma
sosial dan budaya.
Respon sosial dan emosional yang maladaptif sering sekali terjadi
dalam kehidupan sehari hari, khususnya sering dialami pada pasien menarik
diri sehingga melalui pendekatan proses keperawatan yang komprehensif
penulis berusaha memberikan asuhan keperawatan yang semaksimal mungkepada
pasien dengan masalah keperawatan utama kerusakan interaksi sosial :
menarik diri. Menurut pengajar Departemen Psikiatri, Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Surjo Dharmono, penelitian Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO) di perbagai Negara menunjukkan, sebesar 20-30 persen pasien yang
datang ke pelayanan kesehatan dasar menunjukkan gejala gangguan jiwa.
Bentuk yang paling sering adalah kecemasan dan depresi.
Dari segi kehidupan sosial kultural, interaksi sosial adalah merupakan
hal yang utama dalam kehidupan bermasyarakat, sebagai dampak adanya
4
kerusakan interaksi sosial : menarik diri akan menjadi suatu masalah besar
dalam fenomen kehidupan, yaitu terganggunya komunikasi yang merupakan
suatu elemen penting dalam mengadakan hubungan dengan orang lain atau
lingkungan disekitarnya (Carpenito, 1997)
B. Rumusan masalah
C. Tujuan penulisan
Adapun tujuan penulisan sebagai berikut :
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar
1. Definisi
B. Psikodinamika
1. Etiologi
3. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin ditimbulkan pada kliendengan isolasi
sosial antara lain :
a. Defisit perawatan diri
b. Resiko terjadinya gangguan sensori persepsi halusinasi
C. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
3) Faktor Sosiokultural
Menurut (Gail,2006 : hal 431) Isolasi sosial merupakan faktor
utama dalam gangguan hubungan. Hal ini akibat dari transiensi: norma
yang tidak mendukung pendekatan terhadap orang lain atau tidak
menghargai anggota masyarakat yang kurang produkstif seperti lanjut usia
(lansia), orang cacat, penderita kronis. Isolasi dapat terjadi karena
mengadopsi norma, perilaku, dan system nilai yang berbeda dari yang
dimiliki budaya mayoritas.
b. Faktor Presipitasi
Menurut (Gail, 2006 : hal 280) faktor presipitasi terdiri dari :
1) Stresor Sosiokultural
Stres dapat ditimbulkan oleh menurunnya stabilitas unit keluarga dan
berpisah dari orang yang berarti, misalnya karena dirawat di rumah sakit.
2) Stresor Psikologis
Ansietas berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan dengan
keterbatasan kemampuan untuk mengatasinya. Tuntutan untuk berpisah
dengan orang terdekat atau kegagalan orang lain untuk memenuhi kebutuhan
ketergantungan dapat menimbulkan ansietas tingkat tinggi.
c. Manifestasi Klinis
Observasi yang dilakukan pada klien dengan isolasi sosial akan
ditemukan data objektif meliputi apatis, ekspresi wajah sedih, afek tumpul,
menghindar dari orang lain, klien tampak memisahkan diri dari orang lain,
komunikasi kurang, klien tampak tidak bercakap – cakap dengan klien orang
lain, tidak ada kontak mata atau kontak mata kurang, klien lebih sering
menunduk, berdiam diri di kamar klien. Menolak berhubungan
dengan orang lain, tidak melakukan kegiatan sehari – hari, meniru posisi janin
pada saat tidur. Sedangkan untuk data subjektif sukar didapat jika klien
menolak komunikasi. Beberapa data subjektif adalah menjawab dengan singkat,
dengan kata – kata “tidak”, “ya “, dan “tidak tahu”. (Dalami, 2009 : hal 10).
d. Mekanisme Koping
Individu yang mengalami respon sosial maladaptif, menggunakan
berbagai mekanisme dalam upaya mengatasi ansietas. Mekanisme tersebut
berkaitan dengan dua jenis masalah hubungan yang spesifik (Gail, 2006 :
hal 281). Koping yang berhubungan dengan gangguan kepribadian anti
sosial antara lain :proyeksi, merendahkan orang lain. Koping ini
berhubungan dengan gangguan kepribadian ambang : formasi reaksi, isolasi,
idelisasi orang lain dan merendahkan orang lain.
1) Diagnosa Keperawatan:
2) Perencanaan Keperawatan
a. Perencanaan keperawatan
b. Penatalaksanaan Medis
Jenis penatalaksanaan yang biasa dilakukan dalam kelompok penyakit
skizofrenia termasuk isolasi sosial adalah :
a) Psikofarmaka
3) Pelaksanaan Keperawatan
4) Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan
keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan terus – menerus pada respons
klien terhadap tindakan keperawatan yang dilaksanakan (Keliat, 2005: hal
17)Hasil yang diharapkan pada klien, yaitu: klien dapat membina hubungan
saling percaya dengan orang lain, klien dapat menyebutkan penyebab
menarik diri, klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan sosial, klien
dapat melaksanakan hubungan sosial, klien mampu menjelaskan perasaannya
setelah berhubungan sosial dengan orang lain, kelompok. Klien mendapat
dukungan keluarga dalam memperluas hubungan sosial, klien dapat
memanfaatkan obat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Adapun saran yang penulis berikan agar tercapai kesehatan jiwa optimal
adalah :
1. Diharapkan pada keluarga klien apabila sudah pulang maka keluarga
tetap melakukan kontrol ke RSJ.
2. Diharapkan adanya kerja sama dengan baik antara dokter, perawat dan
tim medis lainnya guna memperlancar proses keperawatan.
3. Diharapakan kepala keluarga harus sering mengunjungi klien ke RSJ
karena dapa membantu proses penyembuhan.
DAFTAR PUSTAKA