Kultur Anther
Anther adalah kepala sari. Anther mengandung serbuk sari (pollen), sehingga
kultur anther berarti mengikutsertakan pollen di dalamnya. Pollen yang masih
muda (immature) atau mikrospora yang terkandung dalam anther dapat secara
langsung beregenerasi membentuk embrio, disebut androgenesis, atau membentuk
jaringan kalus yang selanjutnya dapat diinduksi untuk bergenerasi menjadi
tanaman di bawah pengaruh zat pengatur tumbuh yang terkandung dalam media
tanam. Pollen bersifat haploid, dan tentunya sel-sel yang diproduksi oleh pollen
selama dikultur adalah haploid pula (Iswari, 2010).
8.2.1.Eksplan
Eksplan adalah bagian tanaman yang digunakan sebagai bahan untuk inisiasi
suatu kultur (Gunawan, 1992). Pertumbuhan eksplan secara in vitro sangat
ditentukan oleh: umur tanaman, ukuran tanaman, dan metode inokulasi (Abbas,
2011).
Umur fisiologi dan ontogenetik jaringan tanaman yang dijadikan eksplan juga
berpengaruh terhadap potensi morfogenetiknya. Umumnya, eksplan yang berasal
dari tanaman juvenile (tanaman muda) mempunyai daya regenerasi tinggi untuk
membentuk tunas lebih cepat dibandingkan dengan eksplan yang berasal dari
tanaman yang sudah dewasa. Fase pertumbuhan atau umur fisiologis, jaringan
dapat dikategorikan muda atau tua tergantung dari bagian tanaman yang diambil
pada fase juvenile atau dewasa (Sjahril, 2011). Abbas (2011) menyebutkan bahwa
jaringan embrio biasanya memiliki kemampuan regenerasi tinggi untuk tanaman
serealia. Dengan demikian embrio atau biji banyak digunakan sebagai bahan
penelitian kultur jaringan. Bahan tanaman yang lebih tua kemampuan
regenerasinya kurang. Bagian tanaman yang masih juvenil lebih baik digunakan
untuk tanaman pepohonan dan perdu.
Setiap jenis tanaman maupun organ memiliki ukuran optimum untuk
dikulturkan. Eksplan yang terlampau kecil akan kurang daya tahannya jika
dikulturkan, sementara bila terlalu besar akan sulit mendapatkan eksplan yang
steril. Pertumbuhan atau morfogenesis eksplan dapat juga dipengaruhi oleh cara
penempatan eksplan dalam medium. Faktor ini erat kaitannya dengan transportasi
hara dan zat pengatur tumbuh ke dalam eksplan (Wattimena et al., 1992). Abbas
(2011) menyebutkan bahwa umumnya eksplan yang lebih kecil seperti sel,
kelompok sel dan meristem (apeks) lebih sulit ditumbuhkan disbanding eksplan
yang lebih besar seperti daun, batang, dan umbi. Bagian eksplan yang lebih besar
mempunyai cadangan makanan dan ZPT yang lebih banyak dibanding eksplan
yang lebih kecil. Eksplan yang ukurannya lebih besar, penambahan nutrisi
(sumber karbon dan mineral) dan zat pengatur tumbuh kurang efektif.
Eksplan dapat diletakan pada media dengan cara berbeda. Eksplan dapat
diletakan secara polar (tegak dengan bagian pangkal berada pada media) dan
apolar (bagian ujung diletakan pada media). Regenerasi akar dan tunas lebih
mudah dan lebih cepat pada eksplan yang diinokulasi secara polar . Hal ini
disebabkan oleh suplai oksigen yang baik dan juga factor lain. Eksplan yang
diinokulasi secara polar mempunyai subtansi terakumulasi pada ujung pangkal
yang menyebabkan tidak dapat berdifusi ke agar selama tidak bersentuhan dengan
media (Abbas, 2011). Sasmita (2007) menyebutkan bahwa kepadatan eksplan
dalam proses induksi kalus pada kultur antera tanaman padi adalah sebanyak 120-
150 antera dari 25 spikelet di setiap cawan petri. Adapun dalam proses regenarasi
menggunakan kalus berukuran 1-2 mm di setiap botolnya.