Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Trauma ginjal merupakan trauma pada sistem urologi yang paling sering
terjadi. Kejadian penyakit ini sekitar 8-10% dengan trauma tumpul atau
trauma abdominal. Pada bayak kasus, trauma ginjal selalu dibarengi dengan
trauma organ penting lainnya. Pada trauma ginjal akan menimbulkan rupture
beerupa perubahan organic pada jaringannya. Sekitar 85-90% trauma ginjal
terjadi akibat trauma tumpul yang biasanya diakibatkan oleh kecelakaan lalu
lintas.
Trauma ginjal biasanya terjadi akibat kecelakaan lalu lintas atau jatuh.
Trauma ini biasanya juga disertai dengan fraktur pada vertebra thorakal 11-
12. Jika terdapat hematuria kausa trauma harus dapat menyebabkan
perdarahan dalam rongga peritoneum.
Tujuan dari penanganan trauma ginjal adalah untuk resusitasi passion,
mendiagnosa trauma dan memutuskan penangan terapi secepat mungkin.
Penanganan yang efisien dengan teknik resusitasi dan pemeriksaan radiologi
yang akurat dibutuhkan untuk menjelaskan manajemen klinikyang tepat. Para
radiologis memainkan peranan yang sangat penting dalam mencapai hal
tersebut, memainkan bagian yang besar dalam diagnosis dan stadium trauma.
Lebih jauh, campur tangan dari radiologis menolong penanganan trauma
arterial dengan menggunakan angiografi dengan transkateter embolisasi.
Sebagai bagian yang penting dari trauma, radiologis harus menyediakan
konsultasi emergensi, keterampilan para ahli dalam penggunaan alat-alat
radiologis digunakan dalam evaluasi trauma, dan biasanya disertai trauma
tumpul pada daerah abdominal.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar trauma ginjal?
2. Bagaimana cara pengaplikasian asuhan keperawatan pada klien dengan
trauma ginjal dengan benar?

1
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini agar mahasiswa-
mahasiswi mampu memahami tentang trauma ginjal dan dapat
menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan trauma ginjal.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penyusunan makalah, agar supaya
mahasiswa/i dapat :
a. Mampu menjelaskan mengenai konsep dasar trauma ginjal
b. Mengaplikasikan asuhan keperawatan pada klien dengan trauma ginjal
dengan benar dan bertanggung jawab.

2
BAB II
LANDASAN TEORI
I. KONSEP MEDIS
A. Definisi
Trauma ginjal adalah kecederaan yang paling sering pada sistem
urinari. Walaupun ginjal mendapat proteksi dari otot lumbar, thoraks,
badan verterbrata dan viscera, ginjal mempunyai mobility yang besar yang
bisa mengakibatkan kerusakan parenchymal dan kecederaan vascular
dengan mudah. Trauma sering kali disebabkan karena jatuh, kecelakaan
lalu lintas, luka tusuk, dan luka tembak.
Trauma ginjal adalah cedera pada ginjal yang disebabkan oleh
berbagai macam rudapaksa baik tumpul maupun tajam. Klasifikasi trauma
ginjal menurut Sargeant dan Marquadt yang dimodifikasikan oleh Federle
1. Grade I
Lesi meliputi :
a. Kontusio ginjal
b. Minor laserasi korteks dan medulla tanpa gangguan pada sistem
pelviocaces
c. Hematom minor dari cubcaspular atau perinefron (kadang-kadang)
75-80 % dari keseluruhan trauma ginjal
2. Grade II
Lesi meliputi :
a. Laserasi parenkim yang berhubungan dengan tubulus kolektivus
sehingga terjadi extravasasi urine
b. Sering terjadi hematom perinefron
c. Luka yang terjadi biasanya dalam dan meluas sampai ke medulla 10-
15% dari keseluruhan trauma ginjal
3. Grade III
Lesi meliputi :
a. Ginjal yang hancur

3
b. Trauma pada vaskularisasi pedikel ginjal 5% dari keseluruhan
trauma ginjal
4. Grade IV
Meliputi lesi yang jarang terjadi yaitu
a. Avulsi pada uretoropelvic junction
b. Laserasi dari pelvis renal
B. Etiologi
1. Trauma Tumpul
Trauma tumpul sering menyebabkan luka pada ginjal, misalnya
karena kecelakaan kendaraan bermotor, terjatuh atau trauma pada saat
berolahraga. Luka tusuk pada ginjal dapat karena tembakan atau
tikaman.
a. Trauma langsung biasanya disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas,
olahraga, kerja atau perkelahian . Trauma ginjal biasanya menyertai
trauma berat yang juga mengenai organ-organ lain.
b. Trauma tidak langsung misalnya jatuh dari ketinggian yang
meyebabkan pergerakan ginjal secara tiba-tiba di dalam rongga
peritoneum. Kejadian ini dapat menyebabkan avulse pedikel ginjal
atau robekan tunika intima arteri renalis yang menimbulkan
thrombosis.
2. Trauma Iatrogenik
Trauma iatrogenic pada ginjal dapat disebabkan oleh tindakan
operasi atau radiologi intervensi, dimana di dalamnya teermasuk
retrograde pyelography, percutaneous nephrostomy, dan percutaneous
lithotripsy.
3. Trauma Tajam
Trauma tajam adalah trauma yang disebabkan oleh tusukan benda
tajam misalnya tusukan pisau. Lalu karena senjata api dan pisau
merupakan luka tembus terbanyak yang mengenai ginjal sehingga bila
terdapat luka pada pinggang harus dipikirkan trauma ginjal sampai

4
terbukti sebaliknya, pada luka tembus ginjal, 80 % berhubungan dengan
trauma viscera abdomen
C. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala trauma ginjal antara lain :
1. Nyeri
2. Hematuria
3. Mual dan muntah
4. Distensi abdomen
5. Syok akinat trauma multisystem
6. Nyeri pada bagian punggung
7. Hematoma di daerah pinggang yang semakin hari semakin besar
8. Masa di rongga panggul
9. Ekimosis
10. Laserasi atau luka pada abdomen lateral dan rongga panggul
D. Patofisiologi
Trauma tumpul merupakan penyebab utama dari trauma ginjal.
Dengan lajunya pembagunan, penambatan ruas jalan dan jumlah kendaran,
kejadian trauma akibat kecelakaan lalulintas juga semakin meningkat.
Trauma tumpul ginjal bersifat langsung maupun tidak langsung. Trauma
tumpul ginjal dapat bersifat langsung biasanya disebabkan oleh kecelakaan
lalulintas, olahraga, kerja dan perkelahian. Trauma ginjal biasanya
menyertai trauma berat yang juga mengenai organ-organ lain. Trauma
tidak langsung misalnya jatuh dari ketinggian yang menyebabkan
pergerakan ginjal secara tiba-tiba di dalam rongga peritoneum.
Kejadian inidapat menyebabkan evulsi pedikel ginjal atau robekan
tunika intima arteri renalis yang menimbulkan thrombosis. Ginjal yang
terletak pada rongga retroperitoneal bagian atas hanya terfiksasi oleh
pedikel pembulu darah serta ureter, sementara masa ginjal melayang bebas
dalam bantalan lemak yang berada dalam fascia gerota. Fascia gerota
sendiri yang efektif dalam mengatasi sejumlah kecil hematom, tidak
sempurna dalam perkembangannya. Kantong fascia ini meluas kebawah

5
sepanjang ureter meskupun menyatu pada dinding anterior aorta serta vena
cava inferior, namun mudah untuk sobek oleh adanya perdarahan hebat
sehingga perdarahan melewati garis tengah dan mengisi rongga
retroperitoneal. (Guerriero,1984). Karena miskinnya fiksasi, ginjal mudah
mengalami dislokasi oleh adanya akselerasi maupun deselerasi mendadak,
yang bisa menyebabkan trauma seperti avulse collecting system atau
sobekan pada intima arteri renalis sehingga terjadi oklusi parsial maupun
komplet pembuluh darah. Sejumlah darah besar dapat terperangkap di
dalam rongga retroperitoneal sebelum dilakukan stabilisasi. Keadaan
ekstrem ini sering terjadi pada pasien yang dating di ruang gawat darurat
dengan kondisi stabil sementara terdapat perdarahan retroperitoneal.
Korteks ginjal ditutupi kapsul tipis yang cukup kuat. Trauma yang
menyebabkan robekan kapsul sehingga menimbulkan perdarahan pada
kantong gerota perlu lebih mendapat perhatian disbanding trauma yang
tidak menyebabkan robekan pada kapsul. Vena renalis kiri terletak ventral
aorta sehingga luka penetrans di daerah ini bisa menyebabkan trauma pada
kedua struktur. Karena letaknya yang berdekatan antara pancreas dan pole
atas ginjal kiri serta duodenum dengan tepi medial ginjal kanan bisa
menyebabkan trauma kombinasi pada pancreas, duodenum dan ginjal.
Anatomi ginjal yang mengalami kelainan seperti hidronefrosis atau tumor
maligna lebih mudah mengalami rupture hanya oleh adanya trauma ringan
(McAninch, 2000).
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
Urinalisa, darah rutin, dan kreatinin merupakan pemeriksaan
laboratorium yang penting. Urinalisa merupakan pemeriksaan penting
untuk menegetahui adanya cedera pada ginjal. Hematuria mikroskopik
atau gross, sering terlihat tetapi tidak cukup sensitive dan spesifik untuk
membedakan apakah suatu trauma minor atau mayor. Tambahan pula,
untuk trauma ginjal yang berat seperti robeknya ufreteropelvic junction,

6
trauma pedikel ginjal, atau thrombosis arteri dapat tampil dapat disertai
dengan hematuria. (Purnomo, 2011)
Hematokrit serial dan vital sign merupakan pemeriksaan yang
digunakan untuk mengevaluasi pasien trauma. Penurunan hematokrit
dan kebutuhan untuk tranfusi darah merupakan tanda kehilangan darah
dan respon terhadapa resusitasi akan menjadi pertimbangan dalam
pengammmbilan keputusan. peningkatan kreatinin dapat dikatakan
sebagai tanda patologis pada ginjal. (Purnomo, 2011)
2. Pemeriksaan Radiologi ( Pencitraan)
Indikasi untuk melakukan pemeriksaan radiologi padad trauma ginjal
adalah gross hmaturia, hematuria mikroskopoik yang disertai syok, atau
cedera pada organ lain. Pada luka tembus, setiap kecurigaan adalah
luka yang mengarah pada ginjal maka perlu melakukan pemeriksaan
radiologi tanpa mempeerhatikan derajat hematuria.
3. Pemeriksaan Intravenous
Pemeriksaan intravenous adalah foto yang dapat menggambar
keadaan sistem urinaria melalui bahan kontras (dengan menyuntikkan
bahan kontras dosis tinggi ±2 ml/kgBB) digunakan untuk menilai
tingkat kerusakan ginjal dan menilai keadaan ginjal kontralateral.
Periksaan IVU dilakukan apabila di duga terdapat
a. Luka tusuk atau lika tembak yang mengenai ginjal
b. Cedera tumpul ginjal yang memberikan tanda-tanda hematuria
makroskopik
c. Cedera tumpul ginjal yang memberikan tanda-tanda hematuria
makroskopik yang disertai syok. (Purnomo, 2011)
4. Pemeriksaan Ultrasonografi
Pemeriksaan ultrasonografi (USG) dilakukan sebagai pemeriksaan
penujang apabila diduga cedera tumpul pada ginjal yang menunjukkan
tanda hematuria mikroskopik tanda disertai syok. Pemeriksaan USG ini
dapat menemukan adanya kontusio parenkim ginjal atau hematoma
subkapsuler. Dengan pemeriksaan ini dapat juga diperlihatkan ada atau

7
tidak robekan kapsul ginjal. Pemeriksaan USG pada ginjal
dipergunakan :
a. Untuk mendeteksi keberadaan dan keadaan ginjal (hidronefrosis
kista, masa, atau pengkerutan ginjal) yang menunjukkan non
visualized pada pemeriksaan IVU.
b. Visualized penuntun pada saat melakukan fungsi ginjal atau
nefrostomi perkutan (Purnomo, 2011).
5. Pemeriksaan Computed Temograpy
Pemeriksaan computed temograpy atau CT adalah teknik
pencitraan non invasive, yang lebih superior daripada USG.
Pemeriksaan CT scan ini dilakukan untk menerangkan kelainan pada
ginjal, arteri dna vena renalis, vena cava dan masa di retroperitoneal.
Pemeriksaan CT scan dapat menunjukan adanya robekan jaringan
ginjal. Selain itu, Pemeriksaan CT scanjuga dapat mendeteksi adanya
trauma pada organ yang lain. Alat CT scan ini dapat mendeteksi
kelainan dalam waktu cepat < 30 detik, sehingga dapat dipakai untuk
menilai penyebab kolik ureter atau ginjal. Pemeriksaan CT scan
merupakan pemeriksaan radiologis yang utama bagi pasien trauma
ginjal dengan hemodinamik stabil. (Purnomo, 2011)
F. Penatalaksanaan
1. Konservatif
Tindakan konservatif ditunjukan pada trauma minor. Pada keadaan
ini dilakukan observasi tanda-tanda vital (tensi, nadi, suhu tubuh).
Kemungkinan adanay penambahan masa dipinggang, adanya
pembesaran lingkar perut, penurunan kadar hemoglobin dan perubahan
warna urin pada pemeriksaan urin. Trauma ginjal minor 85 % dengan
hematuri akan berhenti dan sembh secara spontan. Bed rest dilakukan
sampai hematuri berhenti.
2. Eksplorasi
a. Indikasi Absolut

8
Ditandai oleh adanya hematom retroperitoneal yang meluas dan
brdenyut. Tanda lain adalah adanya avulsi vasa renalis utama pada
pemeriksaan ct scan atau arteriografi.
b. Indikasi Relatif
1) Jaringan Nofiable
parengkim ginjal yang nekrosis lebih dari 25% adalah indikasi
relative untuk dilakuan eksploitasi.
2) Ekstravikasi Urin
Ekstrasi urin menandakan adanya cedera ginjal mayor. Bila
ekstrafasasi menetap maka membutuhkan intervensi bedah.
3) Incomplete Staging.
Penatalaksanaan nonoperatif dimungkinkan apabila telah
dilakukan pemeriksaan imaging untuk menilai derajat trauma
ginjal.Adanya incomplete staging memerlukan pemeriksaan
imaging dahulu atau eksplorasi /rekontruksi ginjal.Pada pasien
dengan kondisi tidak stabil yang memerlukan tindakan
laparotomi segera,pemeriksaan imaging yang bisa dilakukan
hanyalah oneshot IVU dimeja operasi.Bila hasil IVU
abnormalatau tidak jelas atau adanya perdarahan pasien pada
ginjal harusdilakukan eksplorasi ginjal.
4) Trombusis Arteri
Thrombosis arteri renalis bilateral komplit atau adanya ginjal
soliter
Dibutuhkan eksplorasi segera dan revaskularisasi.
5) Trauma Tembus
Pada trauma tembus indikasi absolute dilakukan eksplorasi
adalah perdarahan arteri parsisten.Hampir semua trauma tembus
renal dilakukan tindakan bedah. perkecualian adalah trauma
ginjal tampa adanya pemetrasi peluru intraperitoneum luka
tusuk sebelah posterior linea aksilaris posterior relatif tidak
melibatkan cedera organ lain.(Brandes, 2003)

9
3. Teknik Operasi
G. Komplikasi
1. Komplikasi awal terjadi 1 bulan pertama setelah cedera
a. Urinoma
b. Delayed bleending
c. Urinary fistula
d. Abes
e. Hipertensi
2. Komlikasi Lanjut
a. Hidronefrosis
b. Arteriovenous fistula
c. Piolenofritis
II. KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Anamnesa
a. Identitas Klien
Identitas klien terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa,
agama, pendidikan, pekerjaan, status, alamat, tanggal masuk, No
registrasi dan diagnose medis.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama : klien mengeluh nyeri pada daerah abdomen
2) Riwayat kesehatan sekarang : klien mengeluh nyeri pada
abdomen, hematuria, mengalami pendarahan.
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
Riwayat kesehatan sebelumnnya harus digali apakah ada
riwayat disfungsi organ sebelum terjadinya trauma atau adanya
riwayat penyakit ginjal sebelumnya yang dpat menyebabkan
trauma, hidronefrosis, batu ginjal, kista, atau tumor telah di
laporkan dapat menimbulkan komplikasi yang berat.
4) Riwayat kesehatn keluarga : dalm keluarga klien tidak ada
yang mempunyai riwayat penyakit seperti yang dialami klien,

10
keluarga klien juga tidak pernah mengalami hipertensi,
jantung, ginjal, dm atau penyakit menular atau penyakit
menurun lainnya.
2. Aktivitas Istrahat
Gejal : Keletihan, kelemahan, dan malaise
a
Tanda : Kelemahan otot, kehilangan tonus otot
3. Sirkulasi
Tand : Hipotensi, hipertensi
a
Distrimia jantung
Nadi lemah dan halus
Edema jaringan umum
Pucat kecenderungan perdarahan
4. Eliminasi
Gejal : Perubahan pola berkemih, nyeri ketika berkemih
a Perubahan warna aurin, distensi urin
Tanda : Hematuria, urin pekat, merah
5. Makanan dan cairan
Gejal : Peningkatan berat badan (edema)
a Anoreksia, nyeri uluhati
Tanda : Perubahan tergor kulit edema (umumnya bagian bawah)
6. Neurosensori
Gejal : Sakit kepala, penglihatan kabur, kram otot, kejang
a
Tanda : Penurunan tingkat kesadaran (azotemia, ketidak seimbangan
elektrolit)
7. Nyeri dan Kenyamanan
Gejal : Nyeri abdomen kiri/kanan atas, insomnia
a
Tanda : Perilaku berhati-hati/disraksi, gelisa, mengeluh nyeri
8. Pernapasan
Gejal : Napas pendek
a
Tanda : Tachipnea, dispnea, peningkatan frekuensi
9. Pemeriksaan Diagnostik
Volume : Biasanya <400/24 jam setelah ginjal rusak

11
Warna : Kotor, sedimen kotor menunjukan, adanya darah
Berat jenis : <1,020 menunjukan adanya kerusakan berat pada
ginjal
Osmolaritas : < 350 mosm/kg menunjukan kerusakan pada ginjal
SDM : Mungkin ada infeksi karna pengaru trauma
Ph : >7 menunjukan ada infeksi saluran kemih
Darah : Hb turun, Ph> 7,2 asidosis metabolic (karna
kemampuan ginjal untuk mengaksresi hydrogen dan
hasil akhir metabolisme).
PIV : Dilakukan jika luka tusuk dan luka tembak melukai
ginjal, cedera tumpul ginjal
yang memberikan tanda-tanda hemeturia makroskopik
yang diserti syok.
USG : Dilakukan pada cedera tumpul pada ginjal yang
menunjukan hematuria mikroskopik tampa di sertai
syok.
CT SCAN : Pemriksaan ini dapat menunjukan adanya robekan
jaringan ginjal dan adanya nekrosis jaringan ginjal
yang luas
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik
2. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan kerusakan pada ginjal
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan
tubuh sekunder dan sistem imun, malnutrisi, prosedur invasive
C. Intervensi Keperawatan
Diagnose Kriteria Hasil (Tujuan) Intervensi
Nyeri akut Setelah dilakukan 1. Kaji intentitas nyeri,
berhubungan tindakan keperawatan perhatikan lokasi dan
dengan agen selama 3x24 jam karakteristik.
cedera fisik diharapkan nyeri 2. Bed rest dan atur posisi
berkurang dengan kriteria yang nyaman
hasil : 3. Dorong penggunaan
1. Nyeri berkurang (0-10) teknik relaksasi
2. Luka pasien membaik 4. Anjurkan pasien untuk

12
3. Klien tidak tampak menghindari posisi
meringis yang menekan lumbal,
daerah trauma
5. Kolaborasi pemberian
analgesik
Gangguan Setelah dilakukan 1. Monitor asupan dan
eliminasi urine tindakan keperawatan keluaran urine
berhubungan selama 3x24 jam 2. Monitor paralisis ileus
dengan diharapkan eliminasi urine (bising usus)
kerusakan tidak mengalami 3. Amankan inspeksi, dan
pada ginjal gangguan dengan kriteria bandingkan setiap
hasil : specimen urine
1. Warna urin normal 4. Lakukan kateterisasi
2. BAK lancar bila diindikasikan
5. Pantau posisi selang
drainase dan kantung
sehingga
memungkinkan tidak
terhambatnya aliran
urine
Resiko tinggi Setelah dilakukan 1. Cuci tangan sebelum
infeksi tindakan keperawatan melakukan tindakan
berhubungan selama 3x24 jam 2. Jaga personal hygiene
dengan tidak diharapkan tidak terjadi pasien dengan baik
adekuatnya infeksi tidak mengalami 3. Monitor temperature
pertahanan gangguan dengan kriteria 4. Kaji semua sistem
tubuh hasil : untuk melihat tanda-
sekunder dan 1. Tidak ada tanda tanda tanda infeksi
sistem imun, infeksi 5. Kolaborasi pemberian
malnutrisi, 2. TTV dalam batas antibiotic bila di
prosedur normal (TD : 120/90, N : indikasikan

13
invasive 60 x/mnt, RR : 24 x/
mnt, TM : 37 ºC)

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Trauma ginjal adalah cedera pada ginjal yang disebabkan oleh berbagai
macam rudapaksa baik tumpul maupun tajam. Penyebabnya adalah dari

14
trauma tumpul, trauma iatrogenic, dan trauma tajam. Adapun tanda dan gejala
yang muncul diantaranya, luka, jika terkena benda tajam, jejas jika terkena
benda tumpul, nyeri, perdarahan. Adapun penetalaksanaan medis yaitu secara
konservatif dan opperatif. untuk farmakologi yang bias digunakan yaitu :
analgetik, antibiotic, diuretic dan kortikosteroid.
B. Saran
Trauma pada sistem perkemihan sangat fatal akibatnya bagi kesehatan
tubuh. Hal ini tidak bisa ditindaklanjuti sembarangan. Diperlukan penanganan
khusus dan serius agar tidak terjadi komplikasi yang lebih parah lagi. Bahkan
sampai penanganannya memerlukan pembedahan. Untuk itu agar tidak terjadi
trauma sistem perkemihan dapat tertangani dengan baik maka sebaiknya kita
mempercayakan kepada tim medis yang sudah berpengalaman dan mengerti
mengenai penanganan masalah sisitem perkemihan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
1. Carpenito, Linda Jual. (1995). Rencana Asuhan & Dokumentasi
Keperawatan (terjemahan).. Jakarta PT EGC.
2. Doenges, et al. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan (terjemahan). PT
EGC. Jakarta.

15
3. Engram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah.
Volume I (terjemahan).. Jakarta PT EGC.
4. Guyton. (1995) Fisiologi manusia dan mekanisme penyakit. Alih bahasa
petrus Andrianto. Jakarta: EGC
5. Hardjowidjoto S. (1999).Benigna Prostat Hiperplasia. Surabaya Airlangga
University Press.
6. Indraputra, I Made & Tri Hartono. (2016). Tatalaksana Konservatif
Pasien Dewasa dengan Trauma Ginjal Derajat IV Terisolasi CDK-237 /
vol. 43 No. 2
7. Long, Barbara C. (1996). Perawatan Medikal Bedah. Volume I.
(terjemahan).. Bandung. Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan
Pajajaran
8. Meutia, Sri. C., Zuhirman., Siti Mona Amelia. (2014). Gambaran Klinis
Trauma Urologi JOM FK volume 1 No. 2
9. NANDA International. (2012). Nursing Diagnosis: Definition &
Classifications 2012- 2014. Jakarta: EGC
10. Soeparman. (1990). Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Jakarta FKUI.
11. Sylvia Anderson Price (1992). Patofisiologi.. Buku 2 edisi 4. Jakarta EGC
12. Purnomo ,B.2011.Dasar-Dasar Urologi.Jakarta:Sanggang Seto
13. http://id.Scribd.Com/Doc/81798526/Askep Trauma Ginjal(diakses tanggal
22 April 2020 pukul 20.00 WITA)
14. http://id.scribd.com/document/332163050/asuhan-keperawatan-trauma-
ginjal oleh UwhaDestura (diakses tanggal 22 April 2020 pukul 20.05)

16

Anda mungkin juga menyukai