Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pencahayaan alami pada ruang difungsikan untuk memenuhi kebutuhan ruang akan cahaya dan
juga untuk segi estetika. Sebuah ruangan yang memiliki pencahayaan alami yang baik akan dapat
menghemat kebutuhan energi karena semakin berkurangnya pencahayaan buatan yang diperlukan. Di
dalam arsitektur, pemanfaatan pencahayaan alami selalu menjadi bagian penting yang diperhitungkan
dalam perancangan karena kualitas sebuah ruang juga bergantung pada baiknya pencahayaan di ruang
tersebut. Pencahayaan yang terlalu terang akan menyebabkan silau dan tidak baik bagi mata, Sedangkan
jika sebuah ruangan memiliki sedikit cahaya maka akan terkesan gelap dan dingin. Menurut Lechner,
perancang yang peka selalu menyadari apa yang dilihat merupakan konsekuensi baik dari kualitas
rancangan maupun kualitas cahaya yang jatuh keatasnya.
Penerangang cahaya alami siang hari dimanfaatkan antara jam 08.00 pagi sampai dengan jam
jam 16.00 WIB. Pada waktu tersebut, cahaya yang masuk ke dalam ruangan melalui bukaan atau celah
dapat berasal dari cahaya langit dan cahaya matahari langsung. Jumlah cahaya matahari yang masuk ke
dalam ruangan selalu berubah dari waktu ke waktu, tergantung dari waktu pagi, siang, sre dan juga
keadaan cuaca saat itu sehingga tingkat penereangan pada bidang kerja dalam ruangan pun akan selalu
berubah. Namun demikian , perbandingan tingkat penerangan pada lapangan terbuku pada saat yang
sama selalu mempunyai harga yang tetap. Perbandingan tersebut biasa disebut faktor penerangan alami
siang hari.
Posisi dan iklim di Indonesia sangat kaya akan cahaya matahari, sehingga sangat menguntungkan
memanfaatkan matahari sebagai sumber pencahayaan siang hari di dalam setiap ruangan. Model
bangunan gedung kuliah di ITS telah dirancang sesuai dengan kondisi iklim dan posisi tersebut, oleh
karena itu seharusnya pencahayaan di seluruh ruangan lebih banyak memakai pencahayaan siang hari dan
sedikit memakai pencahayaan buatan (artificial lighting) sebagai sumber penerangan di dalam kelas.Oleh
karena itu akan dilakukan penelitian untuk dapat menganalisis sistem pencahayaan siang hari pada salah
satu ruang kelas di ITS.

1.2 Permasalahan
Adapun permasalahan yang dihadapi pada penelitian ini ialah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah pengukuran kuat pencahayaan pada titik-titik ukur utama (TUU) dan titik-titik ukur
samping (TUS)
2. Bagaimanakah analisis sistem pencahayaan siang hari ruang yang saat ini sedang dipakai.

1
1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini ialah sebagai berikut :
1. Mahasiswa mampu melakukan pengukuran kuat pencahayaan pada titik-titik ukur utama (TUU) dan
titik-titik ukur samping (TUS)
2. Mahasiswa mampu menganalisis sistem pencahayaan siang hari ruang yang saat ini sedang dipakai.

2
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Faktor Pencahayaan Alami Siang Hari


Faktor pencahayaan alami siang hari adalah perbandingan kuat pencahayaan di suatu titik pada
bidang horisontal di lapangan terbuka pada waktu yang sama. Kedua kuat pencahayaan tersebut tidak
memperhatikan cahaya matahari sedangkan bidang kerja yang dimaksud di atas adalah bidang horisontal
yang letaknya 0,75 meter di atas lantai. Untuk memudahkan perhitungan faktor cahaya alami siang hari,
dianggap langit mempunyai luminasi yang merata. Faktor pencahayan alami siang hari terdiri dari 3
komponen, yaitu
1. Komponen langit (KL)
2. Komponen refleksi luar (KRL)
3. Komponen refleksi dalam (KRD).
Besarnya faktor pencahayaan alami siang hari dapat dihitung dengan menjumlahkan 3 macam
komponen tersebut.
FP = KL + KRL + KRD …………….(2.1)
dengan FP adalah faktor pencahayaan alami siang hari.

2.1.1 Komponen Langit (KL)


Komponen langit atau faktor langit adalah perbandingan antara kuat pencahayaan di suatu titik
pada bidang kerja di dalam ruang yang ditimbulkan oleh cahaya langsung dari langit dengan kuat
pencahayaan pada bidang horisontal di lapangan terbuka pada saat yang sama. Perhatikan sebuah lubang
cahaya segi empat yang terletak pada dinding vertikal. Titik U pada bidang kerja yang proyeksinya pada
bidang lubang cahaya akan tepat pada salah satu sudut dari lubang cahaya segi empat.

H dan W masing-masing adalah tinggi dan lebar lubang cahaya. D adalah jarak titik U terhadap bidang
lubang cahaya.
Besarnya komponen langit (KL) di titik U :

.................(2.2)

3
2.1.2 Komponen Refleksi Luar (KRL)
Komponen refleksi luar adalah perbandingan antara kuat pencahayaan di suatu titik pada bidang
kerja di dalam ruang yang ditimbulkan oleh cahaya pantul dari penghalang yang berada di luar bangunan
dengan kuat pencahayaaan pada bidang horisontal di lapangan terbuka pada saat yang sama. Besarnya
komponen refleksi luar di suatu titik pada bidang kerja oleh sebuah lubang cahaya yang terletak pada
dinding vertikal adalah :
KRL = S . PL ……….(2.3)
dengan S adalah komponen langit dari bagian yang terhalang, PL adalah perbandingan antara luminansi
penghalang dengan luminansi langit.

2.1.3 Komponen Refleksi Dalam (KRD)


Komponen refleksi dalam adalah perbandingan antara kuat pencahayaan di suatu titik pada
bidang kerja di dalam ruang yang ditimbulkan oleh cahaya pantul dari permukaan-permukaan yang ada di
dalam ruang dengan kuat pencahayaan pada bidang horisontal di lapangan terbuka pada saat yang sama.
Besarnya komponen refleksi dalam (KRD) dapat dihitung melalui persamaan :

.........(2.4)
dengan
τ : faktor transmisi cahaya dari kaca penutup lubang cahaya
Aw : lubang cahaya (jendela)
A : luar total dari permukaan ruang
R : faktor refleksi rata-rata seluruh permukaan dalam ruang
Rfw : faktor refleksi rata-rata dari lantai dan dinding bagian bawah dimulai dari bidang yang melalui
tengah-tengah lubang cahaya, tidak termasuk dinding dimana lubang cahaya terletak
Rcw : faktor refleksi rata-rata dari langit-langit dan dinding bagian atas dimulai dari bidang yang
melalui tengah-tengah lubang cahaya, tidak termasuk dinding dimana lubang cahaya terletak.
C : konstanta yang besarnya tergantung dari sudut penghalang

secara pendekatan α adalah besarnya sudut penghalang dalam derajat.

4
Gambar P-1.2 : Tiga komponen cahaya langit yang sampai pada suatu titik bidang kerja

2.2 Titik Ukur


Adalah titik didalam ruang yang kuat pencahayaannya dipilih sebagai indikator untuk keadaan
pencahayaan seluruh ruang. Titik ukur terletak pada bidang kerja (bidang horisontal) yang letaknya
setinggi 0,75 meter diatas lantai.
Ada 2 macam titik ukur yaitu :

5
a. Titik ukur utama (TUU), yaitu titik ukur yang letaknya ditengah-tengah kedua dinding samping
dan berjarak 1/3 d dari bidang lubang cahaya
b. Titik ukur samping (TUS), yaitu titik ukur yang letaknya 0,5 meter dari dinding samping dan
berjarak 1/3 d dari bidang lubang cahaya. Yang dimaksud dengan bidang lubang cahaya adalah
bidang vertikal setelah dalam dari lubang cahaya sedang d adalah jarak antara bidang lubang
cahaya dengan dinding seberangnya.
Bila d ≤ 6 meter, maka ketentuan 1/3 d diganti dengan 2 meter. Jarak antara 2 titik ukur tidak
boleh lebih dari 3 meter. Jadi bila ruangan mempunyai panjang lebih besar dari 7 meter, maka jumlah
titik ukur utama harus ditambah.

2.3 Standar perancangan pencahayaan alami siang hari


Departemen pemukiman dan prasarana wilayah, asosiasi profesi, konsultan, kontraktor, supplier,
pengelola bangunan gedung dan perguruan tinggi telah menyusun standar “tata cara perancangan sistem
pencahayaan alami pada bangunan gedung” yang selanjutnya dibakukan oleh Badan Standardisasi
Nasional menjadi SNI 03-0000-2001. Dalam standart tersebut disebutkan bahwa pemilihan komponen
langit (faktir langit) sebagai angka karakteristik untuk digunakan sebagai ukuran keadaan pencahayaan
alami siang hari adalah untuk memudahkan perhitungan oleh karena komponen langit merupakan
komponen yang terbesar pada titik ukur. Untuk menjamin tercapainya suatu keadaan pencahayaan alami
yang cukup memuaskan didalam suatu ruang, maka komponen langit (faktor langit) di dua titik ukur
yaitu di TUU dan TUS harus memenuhi suatu nilai tertentu yang ditetapkan menurut fungsi dan ukuran
ruangnya.
Tabel 2.1 Nilai komponen langit atau faktor langit untuk bangunan sekolah (dalam proses).

Tabel 7.2 Nilai komponen langit atau faktor langit untuk bangunan tempat tinggal (dalam proses).

6
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang dipergunakan dalam percobaan ialah sebagai berikut :
1. Lux Meter
2. Meteran

3.2 Prosedur Penelitian


Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam percobaan ialah sebagai berikut :
1. Tinggi dan lebar bidang jendela kaca diukur pada tiap dinding yang menjadi sumber cahaya
dalam ruangan tersebut. Ukuran-ukuran tersebut kemudian ditetapkan sebagai nilai W dan H
2. Panjang ruangan diukur sesuai dengan titik ukur yang akan dipakai untuk menentukan kuat
pencahayaan di dalam ruangan itu, kemudian ditetapkan sebagai nilai d (akan didapat banyak
nilai d, sesuai dengan jumlah dinding yang berjendela kaca tertembus oleh cahaya matahari atau
langit)
3. Tinggi titik pengukuran diukur 75 cm di atas lantai.
4. Tentukan titik ukur utama (TUU) = d/3 dan titik ukur samping (TUS) maksimal berjarak 3 m dari
TUU dan minimal 1/2 m dari dinding samping.
5. Kuat pencahayaan diukur diluar ruangan dan didalam ruangan untuk menentukan factor cayaha
siang hari
6. Kuat pencahayaan diukur pada titik ukur dengan menggunakan lux meter dengan posisi sensor
menghadap keatas. Pada tiap titik ukur lakukan sebanyak 3 kali dan hitunglah harga rata-ratanya
kemudian.

7
BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Data

Data ruangan p103:


Data spesifikasi ruangan yang diambil ialah sebagai berikut :
Ruangan p103 : lebar ruangan p103 : 700 cm
Panjang ruangan p103: 855 cm
Lebar jendela : 495 cm
Tinggi jendela : 100 cm

Pintu

7m
8,55 m

D= 2,85 m

Jendela

Data pengukuran:

Dari data yang diambil yaitu spesifikasi ruangan ialah sebagai berikut :

Kemudian dapat dihitung nilai KL sebagai berikut :

1 4 . 95 2. 85 4 . 95
KLTUU =
2π [
arctg −
2 . 85 √ 2. 852 +11
arctg
√ 2. 852+11 ]
=0 . 015

1 4 . 95 4 . 514 4 .95
KLTUS =
2π [
arctg −
4 . 514 √ 4 . 5142 +11
arctg
√ 4 .514 2+11 ]
=0. 003

Sedangkan data yang didapat dari hasil pengukuran dengan luxmeter ialah sebagai berikut

8
ETUU 75
KLTUU = = =0. 0075
10000 10000

ETUU 50
KLTUS = = =0 . 005
10000 10000

Pembahasan
Dalam standart SNI 03-0000-2001 disebutkan bahwa pemilihan komponen langit (faktor
langit) sebagai angka karakteristik untuk digunakan sebagai ukuran keadaan pencahayaan alami
siang hari adalah untuk memudahkan perhitungan oleh karena komponen langit merupakan
komponen yang terbesar pada titik ukur. Nilai komponen langit atau faktor langit untuk bangunan
sekolah menurut SNI 03-0000-2001, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.1 Nilai Komponen Langit untuk Bangunan Sekolah (dalam proses)

Untuk menjamin tercapainya suatu keadaan pencahayaan alami yang cukup memuaskan
didalam suatu ruang, maka komponen langit (faktor langit) di dua titik ukur yaitu di TUU dan
TUS harus memenuhi suatu nilai tertentu yang ditetapkan menurut fungsi dan ukuran ruangnya.

Pada Tabel 4.1 di atas dapat dilihat bahwa nilai KL min TUU untuk ruang kelas biasa
adalah 0,35d dan nilai KL min TUS adalah 0,20d.

Nilai KL min TUU: 0,35 d = 0,35 x 8,55 meter = 2,99


Nilai KL min TUS : 0,20 d = 0,20 x 8,55 meter = 1,71

Nilai diatas merupakan nilai Standart pencahayaan dari SNI untuk nilai KL pada suatu
ruangan. Sedangkan pada ruangan kelas P-103 yang diukur nilai KL nya hanya memiliki nilai
KL untuk TUU senilai 0,015 dan nilai KL untuk TUS senilai 0,003. Perbedaan yang terdapat
cukup jauh, sehingga pada ruangan perlu diberikan pencahayaan buatan (artificial lighting).

Nilai KL pencahayaan standart = nilai KL pencahayaan alami (hasil pengukuran) + nilai


KL pencahayaan buatan.

Untuk TUU

2,99 = 0,015 + KL TUU buatan

9
KL TUU buatan = 2,975
Intensitas cahaya buatan untuk artificial lighting pada ruang kelas = 2,975 x 10000 = 29750 lux

Sehingga, agar pencahayan ruangan kelas sesuai dengan standart SNI maka harus ditambah
pencahayaan alami sebesar 29750 lux.

Untuk TUS

1,71 = 0,003 + KL TUS buatan


KL TUS buatan = 1,707
Intensitas cahaya buatan untuk artificial lighting pada ruang kelas = 1,707 x 10000 = 17070 lux.

Sehingga, agar pencahayan ruangan kelas sesuai dengan standart SNI maka harus ditambah
pencahayaan alami sebesar 17070 lux.

10

Anda mungkin juga menyukai