Anda di halaman 1dari 29

Laporan Praktikum

Fisika Farmasi
“Objek 5 : Pengukuran Sudut Angkat Granul ”

Nama : Nur A’dilah


Nim : 1900079
Kelas : D3-2B
Hari Praktikum : Jumat (14.00-17.00)
Kelompok :4
Nama Dosen : Benni Iskandar , M.Si,Apt
Asisten Dosen : 1. Hamida Nur Azri
2. Nia Aprilia Suhari
3. Yolanda Maharani
4. Jihan Fahira Sasmita
5. Cahya Purwaningsih
6. Dellaviana Ariska

PROGRAM STUDI DIPLOMA III FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU
YAYASAN UNIV.RIAU PEKANBARU
2020
Judul Praktikum : Pengukuran Sudut Angkat Granul
I. Tujuan Praktikum : Mengetahui kecepatan alir sudut angkat dengan
menggunakan corong angkat

II. Tinjauan Pustaka

Granul yang mempunyai sifat fisik baik yaitu mudah mengalir dengan
baik dan mudah dikempa (kompresibilitas baik), sehingga dapat
menghasilkan tablet dengan variasi bobot dan kekerasan yang lebih kecil
(Fassihi dan Kanfer, 1986).

Beberapa uji yang biasa digunakan sebagai patokan untuk mengetahui


sifat alir granul antara lain : Waktu Alir, yaitu waktu yang diperlukan untuk
mengalir sejumlah granul atau serbuk pada alat yang dipakai. Mudah
tidaknya granul atau serbuk mengalir dipengaruhi oleh bentuk, luas
permukaan, kerapatan dan kelembaban granul. Ketidakseragaman dan
semakin kecilnya ukuran granul akan menaikan daya kohesi sehingga granul
menggumpal dan tidak mudah mengalir (Fassihi dan Kanfer, 1986).

Menurut Guyot, untuk 100 gram granul atau serbuk dengan waktu alir
lebih dari 10 detik akan mengalami kesulitan pada waktu penabletan
(Fudholi, 1983).

Granul adalah sejenis butiran kecil sebagai bahan dasar untuk membuat
tablet dan obat-obatan lainnya. Kualitas granul dapat dilakukan dengan
mengukur antara lain waktu alir sudut diam dan pengetapan tablet. Granula
merupakan gumpalan partikel-partikel yang kecil metode granulasi kering
dibentuk dengan penambahan bahan pengikat ke dalam campuran serbuk
kemudian dikempa menjadi tablet besar (slugging) setelah itu dipecahkan
menjadi granul yang lebih kecil . Metode ini baik bahan aktif maupun bahan
pengisi harus memiliki sifat kohesi supaya massa yang jumlahnya besar
dapat dibentuk metode ini khususnya untuk bahan-bahan yang tidak dapat
diolah dengan metode granulasi basah karena kepekaannya terhadap uap air
atau karena untuk mengeringkan dibutuhkan temperatur yang dinaikkan.
( Ansel, 2008 ).

Suatu bulk serbuk ada analoginnya dengan cairan non-Newton yang


memperlihatkan aliran plastis dan kadang-kadang aliran dilatan, pertikel-
partikelnya dipengaruhi oleh gaya tarik menarik sampai derajat bermacam-
macam. Oleh karena itu serbuk dapat mengalir bebas atau mampat. Faktor-
faktor yang mempengaruhi sifat alir dari serbuk, terutama yang jelas adalah
ukuran partikel, bentuk, porositas, kerepatan dan pola permukaan.
Serbuk-serbuk yang mengalir bebas dikarakteristikkan dengan dustibility
kebalikan dari stickiness. Lycopodium menunjukkan dustibility yang besar,
dinyatakan dustibilitinya 100%, talk mempunyai 37%, amylum solani 27%,
arang halus 23%, dan calomel yang diserbuk halus mempunyai dustibility
relative 0,7%. Nilai-nlai ini ada hubungannya dengan keseragaman
penyebaran dari serbuk-serbuk halus ( dusting powders ) jika digunakan
untuk kulit, dan stickness, suatu ukuran kohesi partikel dari suatu serbuk
yang kompak mempunyai sifat yang perlu diperhatikan dalam aliran serbuk
melalui mesin pengisi kapsul otomatik. Serbuk atau granulat yang mengalir
lemah menimbulkan banyak kesukaran pada indusyri farmasi. Unit-unit
penabletan diketahui tergantung dari beberapa sifat granul.

Waktu alir adalah waktu yang dibutuhkan sejumlah granul untuk


mengalir dalam suatu alat. Sifat alir ini dapat dipakai untuk menilai
efektivitas bahan pelicin, dimana adanya bahan pelicin dapat memperbaiki
sifat alir suatu granulat (Voigt, 1995: 161).

Sifat aliran serbuk dapat diperbandingkan dengan cairan bukan Newton,


yang dipengaruhi oleh bentuk dan ukuran partikel, memalui gaya kohesi
antara pertikel dan oleh pembentukan lapisan tipis permukaan (misalnya air)
dan faktor-faktor lainnya. Daya lekat atau daya ikat serbuk didasari atas gaya
Van der walls antar permukaan padat, perbandingan muatan elektrostatik
atau gaya diantara lapisan teradsorbsi. Sifat alir bubuk dan granulat dapat
diperbaiki melalui penambahan bahan pelican yang mampu menurunkan
gesekan antar partikel.

Parameter Sifat Alir: Waktu alir Sifat alir > 10 gram/ detik Sangat baik 4
10 gram/ detik Baik 1,6 4 gram/ detik Buruk < 1,6 gram/ detik Sangat buruk
Sudut Diam, yaitu sudut tetap yang terjadi antara timbunan partikel
berbentuk kerucut dengan bidang horizontal, jika sejumlah serbuk atau
granul dituang kedalam alat pengukur. Besar kecilnya sudut diam
dipengaruhi oleh bentuk, ukuran partikel, dan kelembaban granul. Granul
akan mengalir dengan baik apabila mempunyai sudut diam antara 25 sampai
45 .

Penghitungan daya alir granul dilakukan menggunakan persamaan:


Kecepatan Aliran = Berat Serbuk (g)
Waktu (detik )
Daya alir ditentukan berdasarkan harga daya alir dari Aulton (1988) yaitu:
bebas mengalir (f>10), mudah mengalir (fantara 4 – 10), kohesif (f antara 1,4
– 4), dam sangat kohesif .

Distribusi ukuran granul, yaitu evaluasi untuk mengetahui penyebaran


ukuran granul yang diperoleh. Zat padat yang secara alamiah berada dalam
bentuk partikel dan zat yang telah digranul memiliki bentuk yang tidak
beraturan dan ukuran partikel bervariasi. Metode statistik yang telah
dikembangkan menyatakan bahwa untuk ukuran partikel tidak beraturan
dinyatakan dengan diameternya .

Granul merupakan produk yang dihasilkan dari proses granulasi yang


selanjutnya akan dijadikan sediaan tablet. Tetapi granul tidak hanya
merupakan produk antara pada proses pembuatan tablet, akan tetapi juga
merupakan sediaan obat tersendiri. Dalam skala besar, banyak campuran
serbuk diubah menjadi serbuk granulat, agar lebih baik penggunaannya dan
takarannya lebih pasti.

Sudut diam merupakan suatu sudut tetap yang terjadi antara timbunan
partikel bentuk kerucut dengan bidang horizontal jika sejumlah serbuk
dituang kedalam alat pengukur. Dimana sudut diam yang baik, Jika kurang
dari 40o (Lachman, 1994: 685). Faktor-faktor yang mempengaruhi sudut
diam suatu granul adalah bentuk ukuran serta kelembaban granul.
Sudut diam diukur dengan rumus :
Tg α = r
h
Keterangan :
α = sudut diam
h = tinggi kerucut
r = jari-jari

Sudut diam merupakan uji granul yang penting untuk mengetahui sifat
alir dari granul. Serbuk akan membentuk kerucut, semakin datar kerucut
yang dihasilkan maka sudut diamnya makin kecil (Voight, 1995: 161).

Nilai dari sudut diam yang dapat diterima antara 20-40° nilai dari sudut
diam jarang di bawah 20°, dan nilai sampai 40° menunjukkan potensial
aliran yang baik serta di atas 50° serbuk hanya mengalir dengan susah,
itupun jika mungkin (Lachman dkk,1989: 142).

Hubungan sudut diam dengan sifat alir granul Sudut Sifat alir Sangat
mudah mengalir Mudah mengalir Mengalir >45 Kurang mengalir
Pengetapan, yaitu penurunan volume sejumlah granul atau serbuk akibat
hentakan (tapped) dan getaran (vibrating). Semakin kecil indeks pengetapan
(dalam persen) maka semakin baik sifat alirnya. Uji pengetapan dilakukan
Volumenometer yang terdiri dari gelas ukur yang dapat bergerak secara
teratur ke atas dan ke bawah dengan bantuan motor penggerak (Fudholi,
1987). Granul atau serbuk yang mempunyai indeks pengetapan kurang dari
20 mempunyai sifat alir yang baik .
III. Alat dan Bahan
a. Bahan
- Granul 20 g

b. Alat
- Pipa
- Spatel
- Penggaris
- Kertas Perkamen
- Kertas Grafik
- Timbangan

IV. Cara Kerja


1. Alas pipa dengan kertas perkamem pada ketinggian tertentu diatas kertas
grafik yang terletak pada bidang horizontal
2. Timbang granul yang akan diukur sebanyak 30 gram
3. Granul dituang perlahan-lahan kedalam pipa,kemudian buka alas pipa
kertas perkamen dan catat waktu yang diperlukan granul untuk mengalir
dengan stopwatch
Kecepatan aliran = berat serbuk (g)
waktu ( detik )
4. Amati dan ukur jari-jari (r) dari alas tumpukan granul yang berbentuk
kerucut dan tinggi tumpukan ( h )
5. Hitung sudut angkat granul
Tan α = tinggi ( h )
Jari-jari ( r )

V. Hasil dan Pembahasan


a. Hasil
Percobaan I
- Kecepatan Aliran = 20
0,82
= 24,3 gr/s

- Sudut Angkat Granul


Tan α = 2,2
6
= 0,36
α = 19,7 o

Percobaan II
- Kecepatan Aliran = 20
2
= 10 gr/s
- Sudut Angkat Granul
Tan α = 2
5,25
= 0,36
α = 20,8 o

Percobaan III
- Kecepatan Aliran = 20
1,5
= 13,3 gr/s

- Sudut Angkat Granul


Tan α = 1,9
7,5
= 0,25
α = 14,2 o

b. Pembahasan

Metode langsung menggunakan metode corong dengan


menuangkan sebanyak 20 g granul kedalam corong yang telah ditutup
bagian bawahnya,pengisian melalui bagian tepi corong untuk
menghindari adanya gaya tekan yang dapat memadatkan granul dan
mempengaruhi sifat alirnya.Waktu yang dibutuhkan granul untuk
mengalir jatuh seluruhnya digunakan untuk mengetahui kecepatan
alirnya.

Metode tidak lagsung digunakan pengukuran sudut angkat. Sudut angkat


adalah sudut yang dibentuk oleh tumpukan serbuk terhadap bidang datar
setelah serbuk tersebut mengalir secara bebas melalui suatu celah sempit.
Alat yang biasa digunakan adalah corong. Semakin kecil sudut angkat
maka semakin mudah serbuk tersebut mengalir. Sudut angkat dapat
diukur dengan mengamati tinggi kerucut yang terbentuk (h cm) di atas
alas dengan diameter tertentu(d cm).

Pada pengamatan sudut angkat sama seperti percobaan


pengamatan sifat alir di atas kemudian di ukur tingi kerucut yang
terbentuk, kemudian di ukur diameter kerucut yang terbentuk dengan
jangka sorong dan dilakukan replikasi sebanyak dua kali. Hasil
percobaan yang diperoleh adalah untuk rata-rata tinggi kerucut, rata-rata
r dan β yang jelek atau sebaliknya.

Didapatkan hasil untuk kecepatan alir. Pada percobaan pertama


kecepatan alir nya adalah 24,3 gr/s,percobaan kedua kecepatan alirnya
adalah 10 gr/s dan percobaan ketiga kecepatan alir nya adalah 13,3 gr/s.
Dari percobaan yang di lakukan dapat dinyatakan bahwa sifat alir dari
granul adalah bebas mengalir dengan kecepatan aliranya >10.

Pada percobaan sudut angkat di peroleh hasil. Percobaan pertama


sudut angkatnya adalah 19,7 o,percobaan kedua sudut angkatnya 20,8 o
dan percobaan ketiga sudut angkat nya 14,2 o. Dari percobaan yang
dilakukan dapat dinyatakan bahwa sudut angkat granul menunjukkan
sifat alir yang sangat mudah mengalir dan kualitas granul yang baik.

VI. Kesimpulan dan Saran


a. Kesimpulan
• Sifat alir granul adalah bebas mengalir dengan kecepatan alir >10.
• Sudut angkat granul menunjukkan sifat alir yang sangat mudah
mengalir dan kualitas granul yang baik karna sudut angkatnya antar
5-20o.
b. Saran
Diharapkan dalam pengerjakan benar-benar memperhatikan prosedur
kerja yang baik dan teliti dalam melakukan perhitungan terhadap
kecepatan alir dan sudut angkat granul.

VII. Daftar Pustaka


- Ansel C Howard 2008 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Jakarta: UI
Press

- Lachman L H A Lieberman dan J L Kanig 2008 Teori dan Praktek


Farmasi Industri Edisi Ketiga Jakarta: UI Press

- Moechtar, 1990, Farmasi Fisika, Gadjah Mada University Press,


Yogyakarta.

- Voight,R,1984, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, diterjemahkan oleh


Soewandhi,S.N.,Edisi 2, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

- M. Dafit Mulyadi, Ika Yuni Astuti, Binar Asrining


Dhiani.2011.Formulasi Granul Instan Jus Kelopak Bunga Rosela
(Hibiscus Sabdariffa L) Dengan Variasi Konsentrasi Povidon Sebagai
Bahan Pengikat Serta Kontrol Kualitasnya. PHARMACY, Vol.08 No.
03

- Prasetyorini1, Ikeyuliaw.2 Dan Murni Tiradisuci3 .2015.Formulasi Dan


Uji Stabilitas Granul Efervesen Sari Buah Sirsak (Annona Muricata L.).
Ekologia, Vol. 15 No.2 ,: 33-40
PHARMACY, Vol.08 No. 03 Desember 2011 ISSN 1693-3591

FORMULASI GRANUL INSTAN JUS KELOPAK BUNGA ROSELA (Hibiscus sabdariffa L)


DENGAN VARIASI KONSENTRASI POVIDON SEBAGAI BAHAN PENGIKAT
SERTA KONTROL KUALITASNYA

M. Dafit Mulyadi, Ika Yuni Astuti, Binar Asrining Dhiani

Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Puwokerto, Jl. Raya Dukuhwaluh,


PO BOX 202, Purwokerto 53182

ABSTRAK

Rosela (Hibiscus sabdariffa L) merupakan tanaman yang serba guna. Sebagai


obat tradisional, kelopak rosela berkhasiat sebagai antioksidan, antiseptik, diuretik,
antikolesterol. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi povidon terhadap
persyaratan mutu granul yang baik, tanggapan rasa dan deteksi kandungan flavonoid
dalam granul instan ekstrak rosela. Kelopak segar rosela dihaluskan dengan bantuan
berupa blender kemudian sari yang diperoleh diuapkan untuk menghilangkan
kandungan air sampai terbentuk ekstrak kental. Granul instan jus rosela dibuat dengan
metode granulasi basah dalam 3 formula yang berdasarkan konsentrasi povidon yang
berbeda yaitu F I 1%, F II 3%, FIII 5%. Uji yang dilakukan terhadap granul instant ekstrak
rosela adalah uji fisik granul dan uji tanggapan rasa. Hasil uji fisik granul instan
menunjukaan bahwa formula I memenuhi persyaratan sifat fisik granul yang baik. Untuk
uji waktu alir granul (8,29  0,38 detik), uji sudut diam (39,11  0,790), uji susut
pengeringan %MC (2,99  0,046), uji distribusi ukuran partikel (692,1797 µm). Hasil uji
tanggapan rasa menunjukan bahwa granul instan ekstrak rosela dapat diterima oleh
responden.

Kata kunci: kelopak bunga rosela, povidon, granul instan.

ABSTRACT

Roselle is a very useful plant. Widely used as traditional medicine, its calyx
functions as antioxidant, antiseptic, diuretic, and anticholesterol. This research is aimed
at knowing the concentrate of povidone toward the condition of a good quality of
granule, taste reaction, and the detection of content of flavonoid in the instant granule
of the roselle extract. The fresh calyx roselle was pounded with mixer and then the
obtained essence was steamed to lose the water content, until thick extract was derived.
The instant granule of rosella juice was formulated with wet granulation method in 3
formulas which is based on differrent concentrate of povidone, they are F I (1%), F II

29
PHARMACY, Vol.08 No. 03 Desember 2011 ISSN 1693-3591

(3%), F III (5%). The test were done to the instant granule from the extract Hibiscus
sabdariffa for its granule physical test and taste reaction test. The result of the test of
physical instant granule showed that F I meet the requirement of good granule. For flow
rate test (8,29  0,38 second), point of quit test (39,11  0,790), moisture content test
with %MC (2,99  0,046), and for test distribution of the size of particle with microscopis
method (692,1797 µm). The result of the test of taste reaction showed that the extract of
instant granule can be accept by the respodent.

Keyword ‫ ׃‬fresh calyx roselle, Povidone, granule instant

Pendahuluan ketinggian 0,5-3 meter, biasanya hidup


Tanaman rosela merupakan di daerah beriklim tropis dan subtropis
tanaman yang serba guna. Hampir (Hidayat, 2007: 1).
seluruh bagian tanaman rosela mulai Salah satu kandungan yang ada di
dari buah, kelopak dan bunga dapat dalam kelopak rosela adalah flavonoid
dimakan. Tanaman ini juga dimanfaatkan yaitu antosianin. Flavonoid adalah salah
sebagai bahan minuman, sari buah, satu senyawa metabolit sekunder yang
salad, sirup, puding dan asinan. biasanya ada diakar, batang, daun,
Minuman dari kelopak rosela, selain kelopak, biji dan lain-lain. Sedangkan
punya rasa yang enak juga berkhasiat antosianin adalah pigmen daun bunga
sebagai obat batuk dan lain-lain. Sebagai yang berwarna merah sampai biru.
obat tradisional, secara empiris rosela Flavonoid yang ada didalam metabolit
berkhasiat sebagai antiseptik, diuretik, sekunder mempunyai efek berbagai
pelarut, sedatif, dan tonik (Maryani dan macam, seperti dapat bekerja sebagai
Kristina, 2005: 3). Rosela merah (Hibiscus inhibitor kuat pernapasan, sebagai
sabdariffa L) termasuk dalam species antioksidan juga bermanfaat sebagai
hibiscus familia malvaceae. Tumbuhan pengobatan gangguan fungsi hati dan
kerabat bunga sepatu ini berasal dari mengurangi pembekuan darah
afrika barat tetapi ada juga yang (Robinson, 1991: 19).
mengatakan dari India. Rosela merah Jus merupakan sediaan yang
mulai dikenal dan ditanam di Asia pada berasal dari buah-buahan segar yang
abad ke 17. Rosela adalah sejenis bersifat cair dan digunakan dalam
tumbuhan herba tahunan yang dapat pembuatan sirup yang berguna sebagai
hidup lama, dapat tumbuh mencapai pembawa. walaupun jus-jus tersebut

30
PHARMACY, Vol.08 No. 03 Desember 2011 ISSN 1693-3591

tidak berasa seperti halnya jus alami ditambahkan pada pencampuran serbuk
namun hal ini lebih stabil dan mudah dalam keadaan kering dan granulasi in
dicampur kedalam bentuk sediaan situ dengan adanya penambahan air,
farmasi (Remington, 2000:729). alkohol.
Granul merupakan produk yang
dihasilkan dari proses granulasi yang Metode Penelitian
selanjutnya akan dijadikan sediaan Tempat dan Waktu Penelitian
tablet. Tetapi granul tidak hanya Penelitian dilaksanakan di
merupakan produk antara pada proses Laboratorium Biologi Farmasi dan
pembuatan tablet, akan tetapi juga Laboratorium Teknologi Sediaan Farmasi
merupakan sediaan obat tersendiri. Universitas Muhammadiyah Purwokerto.
Dalam skala besar, banyak campuran Bahan dan Alat
serbuk diubah menjadi serbuk granulat, Bahan yang digunakan dalam
agar lebih baik penggunaannya dan penelitian ini adalah ekstrak rosela,
takarannya lebih pasti. Dengan zat sorbitol, PVP, sukrosa, laktosa, aqua
tambahan rasa atau melalui penyalutan, destilata, pengaroma, asam asetat, air,
penggunaannya semakin mudah. Apalagi butanol. Alat yang digunakan dalam
pada saat ini konsumen banyak yang penelitian ini adalah alat-alat gelas,
memilih sesuatu yang praktis dan mortir, stamper, neraca analitik,
menarik. Sehingga banyak perusahaan stopwatch, pengayak, seperangkat alat
yang berlomba-lomba untuk uji sudut diam, seperangkat alat uji
menciptakan inovasi baru yang dapat waktu alir, lemari pengering, kertas
diterima oleh pasien dan masyarakat perkamen, mikroskopik, blender
luas. Bahan yang dibutuhkan dalam Jalannya Penelitian
pembuatan granul instan, berfungsi 1. Pengambilan Bahan
sebagai bahan pengisi, bahan pengikat, Rosela diambil dari daerah Purbalingga,
bahan pemanis dan bahan pelicin. Pada Jawa Tengah.
penelitian ini akan diteliti pengaruh 2. Determinasi Tanaman
bahan pengikat PVP. PVP bersifat Determinasi dan deskripsi tanaman ini
higroskopis sehingga memudahkan dimaksudkan untuk menetapkan
pengikatan dengan zat aktif nya. Dalam kebenaran sampel yang digunakan
proses granulasi padat PVP juga dapat dalam penelitian. Determinasi tanaman

31
PHARMACY, Vol.08 No. 03 Desember 2011 ISSN 1693-3591

Rosela (H. sabdariffa L) dilakukan kain flannel, tangaskan diatas waterbath


dengan cara mencocokkan ciri-ciri sampai terbentuk ekstrak kental. Dari 5
morfologi yang ada pada tanaman rosela Kg simplisia segar kelopak bunga rosela
terhadap kepustakaan dan dibuktikan di dihasilkan 138 gram ekstrak rosela.
Laboratarium Taksonomi Tumbuhan 4. Uji Tanggapan Rasa
Fakultas Biologi Universitas Jendral Uji dilakukan pada 30 orang responden
Soedirman, Purwokerto. dewasa. Responden disuruh merasakan
3. Pembuatan Ekstrak Rosela granul instan sebelum dan setelah granul
Kelopak rosela yang segar kemudian instan dilarutkan dalam air. Kemudian
dibuat jus menggunakan bantuan alat responden ditanyai tentang tanggapan
berupa blender. Kemudian ekstrak yang dan penerimaan rasa terhadap granul
diperoleh dikeringkan sampai diperoleh instan tersebut. Granul instan
ekstrak yang kental. Pembuatan jus dinyatakan memenuhi persyaratan atau
kelopak bunga rosela dilakukan dengan dapat diterima bila lebih dari 50%
mengambil simplisia segar kelopak responden menyatakan dapat menerima
bunga rosela, kemudian diblender, granul instan tersebut (Kharis, 1996: 73).
tambah dengan aquadest 400 ml, 5. Rancangan Formula Granul Instan
sampai halus, kemudian peras dengan Ekstrak Rosela

Tabel 1. Rancangan Formula Granul Instan Ekstrak Rosela 200 g.


Bahan komposisi (gram)
F1 F2 F3
Ekstrak Rosela 32 32 32
Sukrosa 10 6 2
Sorbitol 28 28 28
PVP 2 6 10
Laktosa 128 128 128
Pengaroma 0,3 0,3 0,3
aquadest qs qs qs
Jumlah 200 200 200

6. Proses Granulasi diperlukan dalam formula ditimbang


Cara pembuatan granul instan ekstrak sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan
kelopak bunga rosela menggunakan untuk membuat sejumlah granul instan
metode granulasi basah. Bahan yang dan campur, aduk. Setelah semua bahan
tercampur rata dan homogen kemudian

32
PHARMACY, Vol.08 No. 03 Desember 2011 ISSN 1693-3591

tambahkan air sedikit demi sedikit horizontal jika sejumlah serbuk dituang
sampai terbentuk massa yang kempal. kedalam alat pengukur. Dimana sudut
Setelah terbentuk massa yang kempal diam yang baik, Jika kurang dari 40o
kemudian diayak dengan menggunakan (Lachman, 1994: 685). Faktor-faktor
ayakan no. 12. Setelah semua bahan yang mempengaruhi sudut diam suatu
berubah menjadi granul kemudian granul adalah bentuk ukuran serta
ditebarkan diatas selembar kertas yang kelembaban granul. Sudut diam diukur
lebar dalam nampan yang dangkal dan dengan rumus :
dikeringkan pada suhu 40-50 0C. Setelah h
Tg α =
granul kering diayak dengan ayakan no. r
16 dan tambahkan flavor aduk sampai Keterangan :

tercampur homogen. Kemudian granul α = sudut diam

yang terbentuk dilakukan uji fisis granul. h = tinggi kerucut

7. Pemeriksaan sifat fisis granul r = jari-jari

a. Waktu alir c. Susut pengeringan

Waktu alir adalah waktu yang Susut pengeringan adalah banyaknya

dibutuhkan sejumlah granul untuk bagian zat yang mudah menguap

mengalir dalam suatu alat. Sifat alir ini termasuk air. Ditimbang seksama

dapat dipakai untuk menilai efektivitas seluruh granul basah yang sudah diayak

bahan pelicin, dimana adanya bahan dalam botol timbang yang telah

pelicin dapat memperbaiki sifat alir ditetapkan bobotnya kemudian


0
suatu granulat (Voigt, 1995: 161). keringkan pada suhu 40 C, tentukan

b. Sudut diam waktu yang menunjukkan granul

Sudut diam merupakan suatu sudut mencapai kelembaban 2-4%, setelah itu

tetap yang terjadi antara timbunan lakukan replikasi 3 kali.

partikel bentuk kerucut dengan bidang


bobot sampel basah - bobot sampel kering
Susut pengeringan = X 100
bobot sampel basah

d. Uji Tanggapan Rasa merasakan granul instan sebelum dan


Uji dilakukan pada 30 orang setelah granul instan dilarutkan dalam
responden dewasa. Responden disuruh air. Kemudian responden ditanyai

33
PHARMACY, Vol.08 No. 03 Desember 2011 ISSN 1693-3591

tentang tanggapan dan penerimaan rasa dianalisis dengan menggunakan dua


terhadap granul instan tersebut. Granul cara, yaitu:
instan dinyatakan memenuhi a. Pendekatan teoritis
persyaratan atau dapat diterima bila Data yang diperoleh dari beberapa
lebih dari 50% responden menyatakan pengujian diatas dibandingkan
dapat menerima granul instan tersebut dengan persyaratan dalam
(Kharis, 1996: 73). Farmakope Indonesia maupun
e. Pengukuran Diameter Partikel pustaka lain.
dengan Metode Pengayakan b. Pendekatan statistik
Disusun beberapa ayakan dengan Analisis data menggunakan metode
nomor tertentu berurutan dari atas ke statistik yaitu anava satu jalan yang
bawah, dengan makin besar nomor dilanjutkan uji LSD.
ayakan yang bersangkutan. Serbuk yang
telah ditimbang seksama dimasukkan Hasil dan Pembahasan
kedalam ayakan paling atas. Kemudian Pembuatan jus Rosela
serbuk tersebut diayak selama 5 menit Pembuatan jus kelopak bunga
pada getaran tertentu. Setelah diayak rosela dilakukan dengan mengambil
serbuk yang terdapat pada masing- simplisia segar kelopak bunga
masing ayakan ditimbang. Harga rosela, kemudian diblender,
diameter ditentukan ditambah dengan aquadest
f. Penentuan Banyaknya Sedimen secukupnya sampai halus, kemudian
dengan Metode peras dengan kain flannel,
Sedimentasi ditangaskan diatas waterbath
Penentuan banyaknya sedimen dengan sampai terbentuk ekstrak kental.
menggunakan metode sedimentasi Dari 5 kg simplisia segar kelopak
dilakukan dengan cara timbang 5 gram bunga rosela dihasilkan 138 gram
granul kemudian larutkan dalam 100 ml ekstrak rosela. Rendemen yang
aqua destilata. Aduk selama 20 detik dan diperoleh sebesar 2,76%.
amati banyaknya sedimen yang terjadi Tabel 2. Organoleptis ekstrak kelopak bunga
rosela
selama 1-15 menit. Organoleptis
Analisis Hasil Bau Khas rosella
Rasa Asam
Hasil pengujian yang telah Warna Merah

34
PHARMACY, Vol.08 No. 03 Desember 2011 ISSN 1693-3591

Pembuatan Granul Instan dikeringkan dalam almari pengering


Setiap formula membutuhkan pada suhu 40ºC selama 24 jam. Setelah
etanol 96% sebagai cairan penggranul granul kering, diayak kembali dengan
dengan volume yang berbeda-beda ayakan nomor 16 mesh untuk
seperti yang terlihat pada tabel 3. menyeragamkan ukuran partikel.
Kontrol Kualitas Granul
Tabel 3. Volume penambahan etanol 96% Waktu Alir Granul Instan
Penambahan etanol 96% (ml)
FI FII FIII Pemeriksaan waktu alir ini
12 11,5 11,5 dilakukan terhadap granul yang telah
dikeringkan. Hal ini dilakukan dengan
Setelah terbentuk massa kempal,
tujuan untuk mengetahui apakah granul
kemudian granul diayak dengan ayakan
instan tersebut memenuhi persyaratan
nomor 12 mesh untuk meningkatkan
sehingga diharapkan akan menghasilkan
luas permukaan kontak dan untuk
granul yang baik.
memudahkan pengeringan. Hasilnya

Tabel 4. Waktu alir 100 gram granul ekstrak rosela


Waktu alir (detik)
Formula I Formula II Formula III
1 8,18 9,41 12,52
2 8,72 8,84 12,39
3 7,98 9,25 12,16
Rata- 8,29 9,17 12,36
rata
SD 0,38 0,29 0,15
Keterangan :
Formula I : konsentrasi povidon 1 %
Formula II : konsentrasi povidon 3 %
Formula III : konsentrasi povidon 5 %

Berdasarkan hasil waktu alir 10 detik untuk 100 gram granul, untuk
menunjukkan bahwa formula I dan formula III tidak memenuhi syarat yaitu
formula II memenuhi syarat yang telah 12,36 detik. Hal ini dikarenakan pada
ditetapkan oleh Siregar (1992: 39) yaitu formula III konsentrasi PVP terlalu
8,29 detik dan 9,17 dimana syarat granul banyak, dimana sifat dari PVP adalah
yang baik memiliki waktu alir kurang dari higroskopis (Wade dan Raul, 1994: 392),

35
PHARMACY, Vol.08 No. 03 Desember 2011 ISSN 1693-3591

akibatnya granul saling menggumpal, dengan Formula III diperoleh t hitung


lengket dan membutuhkan waktu alir sebesar 16,599 > t tabel (2,776) dengan
yang lama. Dari hasil analisis demikian dapat disimpulkan bahwa
menggunakan analisis variansi satu jalan terdapat perbedaan bermakna waktu alir
dengan taraf kepercayaan 95% granul antara Formula I dengan Formula
menunjukkan nilai F hitung (154,674) > F III.
tabel (5,14). Hal ini menunjukkan ada Hasil uji t antara Formula II
perbedaan yang bermakna pada waktu dengan Formula III diperoleh t hitung
alir granul antar formula. sebesar 15,972 > t tabel (2,776) dengan
Hasil analisis variansi demikian dapat disimpulkan bahwa
menunjukkan perbedaan waktu alir terdapat perbedaan bermakna waktu alir
granul yang bermakna antar formula. granul antara Formula II dengan Formula
Untuk mengetahui kebermaknaan III.
perbedaan antar masing-masing formula 1. Hasil Uji Sudut Diam Granul Instan
kemudian dilakukan uji t. Hasil uji t Sudut diam merupakan uji
antara Formula I dengan Formula II granul yang penting untuk mengetahui
diperoleh t hitung sebesar 3,134 > t tabel sifat alir dari granul. Serbuk akan
(2,776) dengan demikian dapat membentuk kerucut, semakin datar
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan kerucut yang dihasilkan maka sudut
bermakna waktu alir granul antara diamnya makin kecil (Voight, 1995: 161).
Formula I dengan Formula II. Hasil uji sudut diam dapat dilihat pada
Hasil uji t antara Formula I tabel 5.

Tabel 5. Hasil uji sudut diam granul instan jus rosela 100 gram
Replikasi Sudut diam ( 0 )
Formula I Formula II Formula III

1 38,65 41,35 42,61


2 38,65 41,35 42,61
3 40,03 40,03 41,35
Rata-rata 39,11 40,91 42,19
SD 0,79 0,76 0,73

36
PHARMACY, Vol.08 No. 03 Desember 2011 ISSN 1693-3591

Nilai dari sudut diam yang dapat granul yang bermakna antar formula.
diterima antara 20-40° nilai dari sudut Untuk mengetahui kebermaknaan
diam jarang di bawah 20°, dan nilai perbedaan antar masing-masing formula
sampai 40° menunjukkan potensial kemudian dilakukan uji t. Hasil uji t
aliran yang baik serta di atas 50° serbuk antara Formula I dengan Formula II
hanya mengalir dengan susah, itupun diperoleh t hitung sebesar 2,828 > t tabel
jika mungkin (Lachman dkk,1989: 142). (2,776) dengan demikian dapat
Berdasarkan hasil uji sudut diam dari disimpulkan bahwa terdapat perbedaan
tabel 7 hanya formula II dan formula III bermakna w sudut diam granul antara
yang nilai sudut diamnya lebih dari 40° Formula I dengan Formula II.
yaitu 40,91° dan 42,19° ini dikarenakan Hasil uji t antara Formula I
penggunaan povidon yang banyak, dengan Formula III diperoleh t hitung
dimana povidon tersebut merupakan sebesar 4,945 > t tabel (2,776) dengan
serbuk halus (fines). Semakin demikian dapat disimpulkan bahwa
meningkatnya jumlah fines maka gaya terdapat perbedaan bermakna sudut
tarik menarik antar partikel akan diam granul antara Formula I dengan
semakin kuat sehingga akan terbentuk Formula III.
tumpukan granul akan sukar bergulir Hasil uji t antara Formula II
oleh karena itu formula I memiliki sudut dengan Formula III diperoleh t hitung
diam yang kecil. Sedangkan pada sebesar 2,104 < t tabel (2,776) dengan
formula II dan III nilai sudut diamnya demikian dapat disimpulkan bahwa tidak
diatas 40° yaitu 40,91° dan 42,19° terdapat perbedaan bermakna sudut
sehingga tidak memenuhi persyaratan. diam granul antara Formula II dengan
Dari hasil analisis menggunakan analisis Formula III.
variansi satu jalan dengan taraf 2. Uji Susut Pengeringan
kepercayaan 95% menunjukkan nilai F Uji susut pengeringan ini
hitung (12,349) > F tabel (5,14). Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui
menunjukkan ada perbedaan yang banyaknya bagian zat yang mudah
bermakna pada sudut diam granul antar menguap termasuk air yang terdapat
formula. dalam granul instan akibat proses
Hasil analisis variansi pemanasan yang terjadi pada granul
menunjukkan perbedaan sudut diam pada waktu pengeringan.

37
PHARMACY, Vol.08 No. 03 Desember 2011 ISSN 1693-3591

Tabel 8. Hasil % Kandungan Lembab


Replikasi %kandungan lembab (%MC)
Formula I Formula Formula III
II
1 3,03 3,80 3,06
2 2,94 3,00 3,80
3 3,00 3,70 3,92
Rata-rata 2,99 3,50 3,60
SD 0,046 0,44 0,47

Dari hasil tersebut, ketiga Hasil dari pengayakan pada


formulanya memenuhi persyaratan Tabel 9 menunjukkan bahwa FI
sebagai granul yang baik dimana % merupakan formula yang memiliki
kandungan lembabnya sesuai dengan diameter partikel rata-rata terbesar yaitu
persyaratan yaitu antara 2-4% (Lachman 692,1797 µm. Hal ini menunjukkan
dkk, 1994). Dari hasil analisis bahwa konsentrasi PVP mempengaruhi
menggunakan analisis variansi satu jalan diameter partikel dimana PVP berbentuk
dengan taraf kepercayaan 95% serbuk halus sehingga banyak granul
menunjukkan bahwa F hitung (2,321) > F yang melewati ayakan. Oleh karena itu
tabel (5,14). Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak PVP akan menghasilkan
tidak ada perbedaan yang bermakna diameter partikel yang kecil, sehingga
pada kandungan lembab granul antara pada formula III dengan konsentrasi
ketiga formula. povidon 5% memiliki diameter partikel
3. Hasil Distribusi Ukuran Partikel yang kecil yaitu 646,3532µm dan untuk
Metode pengayakan merupakan formula I dengan konsentasi PVP 1%
metode yang paling umum digunakan memiliki diameter partikel yang besar.
untuk mengukur distribusi ukuran Formula I juga mempunyai jumlah fines
partikel karena murah, sederhana dan dalam persen yang terkecil yaitu 0,72 %
cepat dengan variasi yang sedikit antara sedangkan formula III mempunyai
operator. jumlah partikel-partikel halus dalam
persen yang terbesar yaitu 0,82 %. Dari
Tabel 9. Hasil Diameter pada Metode hasil analisis menggunakan analisis
Pengayakan
Formula Diameter rata-rata variansi satu jalan dengan taraf
(µm) kepercayaan 95% menunjukkan bahwa F
I 692,1797 µm
II 665,7559 µm hitung (0,014) < F tabel (3,88). Hal ini
III 646,3532 µm

38
PHARMACY, Vol.08 No. 03 Desember 2011 ISSN 1693-3591

menunjukkan bahwa tidak ada sedimen yang terjadi pada waktu t. Cara
perbedaan yang bermakna pada melakukannya dengan cara 5 gram
kandungan lembab granul antara ketiga granul dilarutkan dalam 100 ml air,
formula. kemudian diaduk selama 20 detik, amati
5. Penentuan Tinggi Endapan banyaknya sedimen yang terjadi selama
Metode sedimentasi dilakukan 1-15 menit.
dengan cara mengukur banyaknya

Tabel 10. Hasil banyaknya sedimen yang terjadi pada waktu t


Waktu
Banyaknya sedimen
(menit)
I II III
1 - - -
5 + + +
10 ++ ++ +
15 +++ ++ ++
Keterangan: - = tidak ada + = ada endapan

Formula I memiliki banyak 6. Uji Tanggapan Rasa


sedimen, ini dikarenakan formula I Uji tanggapan rasa ini dilakukan
memiliki ukuran partikel yang besar untuk menilai apakah granul instan
sehingga terbentuk sedimen yang ekstrak jus rosela tersebut dapat
banyak. Selain itu faktor kelarutan juga diterima oleh konsumen dengan
dapat mempengaruhi banyak sedikitnya parameter uji bau, rasa dan penampilan
sedimen. Ini dapat dilihat dari baik dalam bentuk granul maupun yang
konsentrasi PVP pada formula I lebih sudah diseduh. Hasil pengamatan yang
sedikit daripada formula III dimana PVP dilakukan oleh 30 responden
itu dapat meningkatkan kelarutan. Oleh menyatakan bahwa ketiga formula
karena itu pada formula I sedimen yang tersebut dapat diterima, dimana batas
terbentuk banyak. penolakannya adalah nilai 5 artinya
apabila granul instan yang diuji
memperoleh nilai 5 atau dibawahnya
maka dinyatakan tidak diterima.

39
PHARMACY, Vol.08 No. 03 Desember 2011 ISSN 1693-3591

Tabel 11. Hasil Uji Tanggapan Rasa


Formula Nilai organoleptik
granul instan
Sebelum dilarutkan Sesudah dilarutkan
Batas bawah Batas atas Batas bawah Batas atas
I 7,0162 7,5618 7,0633 7,3594
II 6,6415 6,9372 6,8368 7,1639
III 6,6948 7,0832 6,4519 6,7474

Berdasarkan keseluruhan data formula. Hasil uji t antara Formula I


pada tabel 11 menyatakan bahwa ketiga dengan Formula II diperoleh t hitung
formula granul instan ekstrak jus kelopak sebesar 3,443 > t tabel (2,00) dengan
bunga rosela dapat diterima oleh demikian dapat disimpulkan bahwa
responden karena nilainya melebihi dari terdapat perbedaan bermakna
nilai penolakan yaitu lebih dari 5, akan tanggapan rasa sebelum dilarutkan
tetapi formula I merupakan formula antara Formula I dengan Formula II.
yang mempunyai batasan yang lebih Hasil uji t antara Formula I
tinggi dari yang lainnya. F I ini banyak dengan Formula III diperoleh t hitung
disukai responden karena dapat sebesar 2,443 > t tabel (2,00) dengan
menutupi bau dan rasa ekstrak serta demikian dapat disimpulkan bahwa
penampilan granul yang lebih baik dari terdapat perbedaan bermakna
formula yang lain. tanggapan rasa sebelum dilarutkan
Hasil analisis analisis variansi antara Formula I dengan Formula III.
satu jalan dengan taraf kepercayaan 95% Hasil uji t antara Formula II
menunjukkan adanya perbedaan yang dengan Formula III diperoleh t hitung
bermakna pada semua formula baik sebesar 0,835 < t tabel (2,00) dengan
pada saat sebelum dilarutkan maupun demikian dapat disimpulkan bahwa tidak
yang sudah dilarutkan. Perbedaan itu terdapat perbedaan bermakna
dapat ditunjukkan dengan nilai F hitung tanggapan rasa sebelum dilarutkan
pada saat sebelum dilarutkan (6,549) > F antara Formula II dengan Formula III.
tabel 0,05 (3,44) dan setelah dilarutkan F Hasil analisis variansi juga
hitung (17,184) > F tabel 0,05 (3,44). menunjukkan perbedaan tanggapan rasa
Hasil analisis variansi sesudah dilarutkan yang bermakna antar
menunjukkan perbedaan tanggapan rasa formula. Untuk mengetahui
sebelum dilarutkan yang bermakna antar kebermaknaan perbedaan antar masing-

40
PHARMACY, Vol.08 No. 03 Desember 2011 ISSN 1693-3591

masing formula kemudian dilakukan uji ukuran partikel dan uji tanggapan
t. Hasil uji t antara Formula I dengan rasa memenuhi kualitas granul
Formula II diperoleh t hitung sebesar instan yang baik.
1,956 < t tabel (2,00) dapat disimpulkan
bahwa tidak terdapat perbedaan Daftar Pustaka
bermakna tanggapan rasa sesudah Hidayat, T. 2007. Budi Daya Tanaman
Rosela. CV Sinar Cemerlang
dilarutkan antara Formula I dan II.
Abadi :Jakarta
Hasil uji t antara Formula I Kharis, A.N., Alifah S.O. 1996. Sifat fisik
Tablet Kunyah Asetol Dengan
dengan Formula III diperoleh t hitung
Bahan Pengisi Kombinasi
sebesar 5,982 > t tabel (2,00) dengan Manitol-Laktosa. Prossiding
Kongres Ilmiah XI ISFI 3-6 Juli.
demikian dapat disimpulkan bahwa
Universitas Gajah Mada:
terdapat perbedaan bermakna Yogyakarta
Lachman, L. Lieberman, H. A. Kanig. J.L.
tanggapan rasa sesudah dilarutkan
1994. Teori dan Praktek Farmasi
antara Formula I dengan Formula III. Industri edisi III (Terjemahan) Siti
Suyatni. UI Press : Jakarta.
Hasil uji t antara Formula II
Maryani dan Kristina. 2005. Khasiat dan
dengan Formula III diperoleh t hitung Manfaat Rosela. Jakarta. Agro
Media Pustaka.
sebesar 3,718 > t tabel (2,776) dengan
Remington 2000. The Science and
demikian dapat disimpulkan bahwa Practice Pharmacy 20th edition.
Philladelpia college of pharmacy
terdapat perbedaan bermakna
and science
tanggapan rasa sesudah dilarutkan Robinson. T. 1991. Kandungan Organik
Tumbuhan Tinggi. Penerbit ITB.
antara Formula II dengan Formula III.
Bandung.
Siregar, C. 1992. Proses Validasi
Manufaktur Sediaan Tablet.
Kesimpulan
FMIPA, ITB: Bandung.
1. Konsentrasi PVP pada formula I (1%) Voight, R. 1995. Buku Pelajaran
Teknologi Farmasi (Terjemahan)
memenuhi kualitas granul instan
Noerono, S. Edisi V. UGM press:
yang baik yaitu meliputi uji waktu Yogyakarta.
Wade. A & Raul. J.E. 1994. Handbook of
alir (8,29), sudut diam (39,11), susut
Pharmaceutical Exipients, 2nd
pengeringan (2,99) dan distribusi edition. London : American
Pharmaceutical Association and
ukuran partikel.
The Pharmaceutical Press.
2. Berdasarkan uji waktu alir, sudut
diam, susut pengeringan, distribusi

41
Ekologia, Vol. 15 No.2 , Oktober 2015: 33-40

FORMULASI DAN UJI STABILITAS GRANUL EFERVESEN


SARI BUAH SIRSAK (Annona muricata L.)

Prasetyorini1, IkeYuliaW.2 dan Murni Tiradisuci3


1
Program Studi Biologi FMIPA UNPAK
2,3
Program Studi Farmasi,FMIPA-UNPAK

E-mail : Prasetyorini67@yahoo.co.id

ABSTRACT

This event will be based on research by the large number of reports on the benefits of
soursop for various diseases especially antihipertensi and antihiperuresemia. Forms need to
be developed so that a more practical preparations and ketersediannya continuous, one of
which is in the form of effervescen granule juice. This research aims to find out whether the
soursop fruit juice can be a formulation in granule material of efervesen who meet the
requirements of quality, standards and terms of efervesen granule and making it acceptable
in society. In the study of fruit juice made with the soursop fruit flesh filter using Batiste,
juice drained using Freezedryer with the addition of maltodekstrin 20%. The powder is then
made 3 fruit formula granule effervesent with the difference of acid-catalyzed and the
manufacturing process is done by the method of smelting using alcohol 70% without binder.
Test results show the BSLT fruit pollen have toxic effects against larvae of shrimp
Artemiasalina Leach with LC50 108.914 ppm. The results of the evaluation of the third shows
the formula for granule corner quietly and solubility are eligible, cohesive, and the granule
flow values test froth above 70%, the test results of licentious formula2 has the most
preferred taste. Stability test for efervesen granule 8 weeks the most stable at a temperature
of 15 ° C containing Sodium ion levels 3, 97g/100 ggranul, potassium of 0, 24g/100 ggranul, 2,
19mg SAG polyphenols/ggranul and vitamins C51, 91mg/100ggranul.

Key words : granul, efervesen, stabilitas, sirsak

PENDAHULUAN α-murolen 5,5%, τ dan α kadinol 4,3%.


Buah sirsak memiliki kegunaan yang Menurut Cosmo et al., (2007) pada daun
luar biasa terutama dalam pengobatan dan sirsak mengandung β-kariopylen 40% dan
pencegahan kanker, dari berbagai pada biji mengandung ô-phelandren 25%.
penelitian buah sirsak dapat digunakan Dilaporkan Taylor (2002),
untuk penyembuhan luka, antimikroba, pemanfaatan buah sirsak sebagai anti
antiovarian, antioksidan, kemopreventif, reumatik sudah dilakukan di Brazil, hal ini
efek pada ginjal, efek pada hati (Trupti et bisa dipahami karena dalam buah sirsak
al., 2014). Disisi yang lain dilaporkan daun memiliki kandungan polifenol yang tinggi
sirsak dapat digunakan sebagai obat wasir, (Bora et al, 2004). Enzim xantin oksidase
sakit kantung air seni, diare bayi, disentri, berfungsi untuk mengkatalisis perubahan
dan sumber vitamin C, peluruh keringat, purin menjadi asam urat, dengan
antikejang dan mempercepat masaknya terhambatnya enzim xantin oksidase maka
bisul (Thomas, 1992). Menurut Pellsser et pembentukan asam urat akan terhambat
al., (1994) pada daun dan buahnya pula (Waring, et al. 2005, Feig et al, 2008).
teridentifikasi sebanyak 59 komponen yang Lebih jauh dilaporkan oleh Ardiansyah
terkandung didalamnya, terutama (2007) golongan flavonoid yang memiliki
β-kariopylen 31,4%, ô-kadinen 6,7%, efek antioksidan meliputi flavon,
Formulasi dan uji stabilitas granul efervesen Sari buah Sirsak …….………….. (Prasetyorini, dkk.)

33
Ekologia, Vol. 15 No.2 , Oktober 2015: 33-40

flavonol, flavanon, isoflavon, katekin menit, selanjutnya diperas menggunakan


dan kalkon. Dilaporkan juga bahwa kain batis sehingga menghasilkan sari
sebagian besar antioksidan alami berasal buah. Sari buah selanjutnya dikeringkan
dari tanaman, antara lain berupa senyawaan menggunakan Freezedryer dengan
tokoferol, karatenoid, asam askorbat, fenol penambahan maltodekstrin 20 %.Serbuk
dan flavonoid (Mardiana dan Ratnasari, sari buah kemudian dibuat 3 formula
2013). granul efervesen dengan perbedaan
Didasarkan potensi buah sirsak penambahan asam basanya, dan proses
seperti uraian diatas maka dirasa perlu pembuatannya dengan metode peleburan
dilakukan pengembangkan bentuk sediaan menggunakan alkohol 70% tanpa pengikat.
yang lebih praktis dan ketersediaan terjaga.
2. Uji Fitokimia
Salah satu sediaan tersebut adalah granul Serbuk sari buah diuji fitokimia
efervesen yang dapat dibuat dengan
kualitatif (untuk kandungan flavanoid,
metode peleburan dengan asam sitrat dan alkaloid, tanin, saponin dan polifenol)dan
asam tartrat sebagai sumber asam dan kuantitatif (untuk kandungan polifenol,
natrium bikarbonat sebagai sumber basa. vitamin C, Kalium dan Natrium). Uji
Bentuk sediaan ini lebih mudah kualitatif flavanoid dilakukan dengan 3
dikonsumsi, mudah diterima oleh pereaksi (yaitu FeCl3 1%, asam asetat 10%
masyarakat dan terjamin ketepatan dan serbuk Mg dan 1 mL HCl pekat). Uji
dosisnya. Granul efervesen juga alkaloid dengan 3 jenis pereaksi
memberikan variasi dalam penyajian (Dragendroff, Mayer, dan Wagner). Uji
minuman tradisional, praktis dalam tanin dilakukan dengan pereaksi ferri
penyimpanan dan transportasi. Keunggulan klorida 1%dan uji gelatin. Uji saponin
granul efervesen yang lain adalah dilakukan dengan uji sabun dan uji
kemampuan menghasilkan gas CO2 yang hemolisis (Rajendra, 2011). Uji kualitatif
memberikan rasa segar, gas tersebut dapat
polifenol dilakukan dengan larutan ferri
menutupi rasa kurang enak serta klorida 1%. Uji kuantitatif kadar polifenol
mempermudah proses pelarutannya tanpa dilakukan dengan metode Biru Prusi
melibatkan pengadukan secara manual. (Soebagjo,dkk, 2007). Penetapan
Penelitian ini bertujuan membuat kandungan vitamin C dilakukan dengan
formulasi sari buah sirsak menjadi sediaan titrasi iodometri. Uji kuantitatif Kalium dan
granul efervesen yang memenuhi standar Natrium dilakukan di Balai Penelitian
dan syarat-syarat pembuatan granul Peternakan Ciawi, Bogor dengan metode
efervesen serta dapat diterima oleh Micro plasma.
masyarakat. Penetapan kadar abu dilakukan
dengan menimbang sari buah sirsak
METODE PENELITIAN kering2-3 g, dimasukkan ke dalam krus
Penelitian dilaksanakan dari bulan silika yang telah ditera, masukkan ke
Februari-Juli 2014 di Laboratorium
dalam tanur pada suhu pemanasan 700°C.
Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Serbuk dipijarkan sampai menjadi abu.
Pengetahuan Alam Universitas Pakuan Dinginkan dalam eksikator lalu ditimbang
(FMIPA-UNPAK), Laboratorium Pusat (DepKes RI, 1995). Penetapan kadar air
Studi Biofarmaka dan Balai Penelitian dilakukan dengan menggunakan alat
Ternak di Bogor. moisture balance.
Penetapan kadar polifenol dilaku-
1. Preparasi Buah Sirsak kan dengan melarutkan uji, deret asam
Daging buah sirsak masak 10 kg galat dan blanko diukur serapan pada
diblansir dengan uap air mendidih selama 3 panjang gelombang maksimum. Nilai
Formulasi dan uji stabilitas granul efervesen Sari buah Sirsak …….………….. (Prasetyorini, dkk.)

34
Ekologia, Vol. 15 No.2 , Oktober 2015: 33-40

absorbansi dan konsentrasi dari asam galat 3. Formulasi Granul Efervescen Sari
kemudian dimasukkan ke dalam grafik Buah Sirsak Kering
untuk mendapatkan persamaan regresi Formula granul efervesen yang
liniernya. Nilai pada persamaan regresi akan dibuat beserta bahan tambahan yang
linier digunakan untuk menyetarakan digunakan dalam pembuatan 3 formula
kandungan polifenol pada larutan uji granul efervesen disajikan dalam Tabel 1.
dengan kandungan polifenol pada asam
galat. Kadar polifenol dihitung Tabel 1. Formulasi granul efervesen
menggunakan rumus berikut: serbuk sari buah
Kadar polifenol = Bahan
F1 F2 F3
( ) (gram) (gram) (gram)
x 100% Serbuk Sari Sirsak 4,2 4,2 4,2
Asam sitrat 0,69 0,69 0,69
Kadar polifenol didapat sebagai mg setara Asam Tartrat 1,02 1,02 1,02
asam galat/100 g sampel Natrium
1,94 2,25 1,94
Bikarbonat
Penetapan kadar vitamin C:
Sukralosa 0,025 0,025 0,025
ditimbang 1 g sampel, dilarutkan dalam
Laktosa 4,13 3,82 4,33
campuran 100 ml aquadest dan 25 ml asam
sulfat 2 N, tambahkan 3 mL indikator
kanji. Titrasi dengan iodium 0,1 N. Pembuatan granul dilakukan
Perhitungan: 1 ml 0,1 N iodium = 8,806 dengan cara masing-masing bahan diayak
mg asam askorbat. Rumus yang digunakan dengan pengayak mesh 30, kemudian
untuk menghitung mg asam askorbat/100g ditimbang sesuai takaran.Dibuat campuran
sampel adalah: Ayang terdiri dari campuran Natrium
Asam askorbat = Bikarbonat dan Laktosa, yang ditambahkan
serbuk sari buah, dan campuran B terdiri
x 100% dari sukralosa ditambah asam sitrat dan
Analisis Natrium dan Kalium asam tartrat. Selanjutnya campuran Adan B
dilakukan dengan menimbang 2 g sampel, masing-masing dibuat massa granul dengan
ditempatkan dalam cawan krus, selanjutnya menyemprotkan alkohol 70% sampai
diabukan dalam tanur 550°C semalam. terbentuk massa granul, massa yang basah
Abu ditimbang, kemudian diencerkan diayak menggunakan ayakan mesh 12,
dengan HCl dalam labu 200 mL (1:3) ad selanjutnya granul dikeringkan di dalam
dengan aduadest. Larutan dipipet 10 mL di lemari pengering yang telah dialasi kain
ad 100 dengan aquadest, sampel batis pada suhu 40-50°C sampai granul
dimasukkan dalam alat Micro plasma, menjadi kering. Selanjutnya campuran A
Larutan standar (blanko) menggunakan dan campuran B dicampur dan diayak
HCl 50 mL dan aquadest 150 mL. kembali menggunakan ayakan mesh 8.
Uji toksisitas serbuk sari buah
4. Evaluasi Granul Efervesen Sari Buah
dilakukan dengan metode BSLT untuk
Sirsak
menentukan LC50 (konsentrasi serbuk sari
Evaluasi granul efervesen meliputi
buah yang dapat mematikan ≥ 50 % jumlah
uji: aliran granul, sudut istirahat, kelarutan,
larva udang yang diuji). Uji tersebut
hedonik dan stabilitas. Uji aliran granul
dilakukan di Laboratorium Pusat Studi
dilakukan dengan mencatat waktu saat 20 g
Biofarmaka.
granul dilewatkan ke dalam Flowmeter
sampai masa granul melewati corong.
Pengukuran dilakukan 3 kali, dan

Formulasi dan uji stabilitas granul efervesen Sari buah Sirsak …….………….. (Prasetyorini, dkk.)

35
Ekologia, Vol. 15 No.2 , Oktober 2015: 33-40

penghitungan daya alir granul dilakukan sekitar wadah mulai menghilang.Bila


menggunakan persamaan: granul terdispersi dengan sempurna dalam
waktu ≤ 5 menit, maka sediaan tersebut
M memenuhi persyaratan waktu larut
f= (Anshory, dkk., 2007).
T Kontrol terhadap kandungan CO2
Keterangan: f = daya alir (g/detik), merupakan persyaratan awal dan jaminan
T = waktu (detik), stabilitas fisikokimia dari sediaan efervesen
M = massa granul (g). dengan cara uji buih. Perhitungan
kandungan CO2 dilakukan dengan
Daya alir ditentukan berdasarkan harga persamaan:
daya alir dari Aulton (1988) yaitu: bebas x 100%
mengalir (f>10), mudah mengalir (fantara
Keterangan:A= tinggi air+buih: B= Tinggi
4 – 10), kohesif (f antara 1,4 – 4), dam
air setelah buih menghilang
sangat kohesif (f<1,4).
Penentuan sudut istirahat dilakukan
5. Uji Kesukaan (Hedonik Test)
dengan memasukkan sejumlah massa
Hedonik test dilakukanterhadap 20
granul kedalam corong. Massa yang jatuh
orang panelis, masing-masingpanelis
akan membentuk kerucut, lalu diukur
diminta mencicipi dan memberikan
tinggi dan diameter kerucut. Percobaan ini
tanggapan terhadap minuman granul
dilakukan sebanyak 3 kali. Tipe aliran
efervesenuntuk ketiga formula setelah
berdasarkan sudut istirahat dapat dilihat
masing-masing dilarutkan dalam 200 mL
pada Tabel 3.Rumus yang digunakan untuk
air. Atribut mutu yang diuji meliputi
menentukan sudut diam adalah sebagai
aroma, warna, dan rasa. Dalam uji hedonik,
berikut.
penilaian dilakukan dengan menggunakan
lima skala numerik, yaitu sangat tidak
Tan-1 α = h
suka (5), tidak suka (4), agak tidak suka
r
(3), suka (2), sangat suka (1), dan hasil uji
panelis diolah dengan program SPSS.
6. Uji Stabilitas
Sampel dalam sachet kedap udara
ditempatkan pada beberapa suhu yang
h
berbeda, yaitu dipercepat (40oC), suhu
kamar (25°C) dan suhu sejuk (15°C).
Simpan selama 2 bulan, setiap 2 minggu
r α
dilakukan pengujian penampilan fisik
(warna, rasa dan aroma) dan setiap bulan
Tipe aliran dinyatakan: sangat mudah
dilakukan uji kadar polifenol dan
mengalir bila hargaα< 250, mudah mengalir
vitamin C.
bila harga α 250<α<400 dan sukar mengalir
bila harga α>400
HASIL DAN PEMBAHASAN
Uji kelarutan (dispersi) dilakukan
dengan memasukkan 12 g granul tiap 1. Preparasi Buah
formula ke dalam 200 mL akuades.Waktu Dari 10000 g daging buah sirsak
larut dihitung dengan menggunakan dihasilkan 5300 g sari buah (rendemen
stopwatch dimulai sejak granul tercelup ke 53,8 %) dan dikeringkan menggunakan
dalam akuades sampai semua granul Freezedryer dengan penambahan
terlarut dan gelembung-gelembung di maltodekstrin 20 % menghasilkan serbuk
Formulasi dan uji stabilitas granul efervesen Sari buah Sirsak …….………….. (Prasetyorini, dkk.)

36
Ekologia, Vol. 15 No.2 , Oktober 2015: 33-40

sari buah 1261,5 g (rendemen 12,6 %). dapat menghambat pembentukan asam
Kadar abu serbuk sari buah adalah 1,91 % urat.
dan kadar air 3,58 % (<5% memenuhi Penetapan kadar vitamin C
persyaratan MMI). dilakukan terhadap sari buah, serbuk sari
buah dan granul efervesen. Kadar vitamin
2. Uji FitokimiaKualitatif C pada sari buah 87,2 mg/100 g bahan,
Hasil uji fitokimia serbuk sari buah serbuk sari buah 82,1 mg/100 g bahan, dan
disajikan dalam Tabel 2. granul efervesen 58,8 mg/100 g bahan.
Reduksi kadar vitamin C sari buah dalam
Tabel 2. Hasil uji fitokimia serbuk sari
pembuatan serbuk sari buah (5,8%)
buah sirsak
Golongan Data Pengamatan Hasil disebabkan oleh penambahan malto-
Senyawa analisis dekstrin 20 %, sedangkan reduksi kadar
Flavonoid Merah jingga + vitamin C dalam pembuatan granul (28 %)
Alkaloid Endapan merah + disebabkan penambahan bahan-bahan
Dragendroff dalam formula dan kemungkinan
Alkaloid Wagner Endapan coklat + kerusakan vitamin C dalam proses
Alkaloid Mayer Endapan putih + pembuatan granul juga menggunakan
Saponin Terbentuk emulsi +
pemanasan oven sehingga menyebabkan
Tanin Endapan putih +
kandungan vitamin C dalam granul
Polifenol Hitam kehijauan +
berkurang. Reduksi vitamin C dari sari
buah sampai menjadi granul adalah 33 %.
3. Hasil Uji Fitokimia Kuantitatif
Penetapan kadar polifenol 4. Uji Toksisitas
dilakukan menggunakan metode biru prusi, Uji toksisitas serbuk sari buah
senyawa biru prusi yang terbentuk dapat sirsak merupakan uji pendahuluan untuk
dideteksi menggunakan spektrofotometer mengamati aktivitas farmakologi senyawa
pada panjang gelombang 730 nm, panjang aktif yang terkandung didalamnya. Hasil
gelombang ini menghasilkan serapan uji BSLT menunjukkan bahwa semua
maksimum. Penentuan waktu inkubasi konsentrasi serbuk sari buah yang diuji
dilakukan untuk mengetahui waktu menunjukkan nilai nilai LC 50 108,9 ppm.
penyimpanan yang menghasilkan absorban Mortalitas yang terjadi pada hewan uji
dengan nilai yang stabil, berdasarkan disebabkan sifat toksik dari serbuk sari
penentuan waktu inkubasi, didapat waktu buah sirsak. Semakin kecil nilai LC50 akan
optimum ialah 21 menit. Waktu optimun semakin toksik, tingkat toksisitas suatu
yang didapat digunakan untuk pengujian bahan aktif yang telah dikategorikan
deret dan sampel. olehMeyer (1982), maka sari buah sirsak
Hasil penetapan kadar polifenol dikategorikan toksik dan berpotensi
menunjukkan kadar polifenol sari buah sebagai senyawa sitotoksin. Dilaporkan
2,68 mg SAG/100 g bahan, serbuk sari beberapa penelitian menunjukkan bahwa
buah 2,40 mg SAG/100 g bahan dan granul Arthemia salina memiliki korelasi positif
efervesen sari buah 2,30 mg SAG/100 g terhadap ekstrak yang bersifat bioaktif
bahan. Kadar sari buah paling tinggi karena (Meyer et al., 2003).
masih berupa sari buah murni yang belum
mengalami pemosesan pembuatan granul, 5. Formulasi Granul Efervesen
berbeda dengan sari buah kering dan granul Kendala yang dihadapi pada saat
efervesen sari buah yang telah mengalami pembuatan granul adalah sifat dari sari
proses pengolahan. Kandungan polifenol buah sirsak yang sangat higroskopis
yang tinggi sebagai antioksidan ini yang sehingga masa granul yang terbentuk
Formulasi dan uji stabilitas granul efervesen Sari buah Sirsak …….………….. (Prasetyorini, dkk.)

37
Ekologia, Vol. 15 No.2 , Oktober 2015: 33-40

sangat lengket, oleh karena itupembuatan konsentrasi natrium bikarbonat dan asam
granul dilakukan di dalam peti dengan sitrat yang digunakan maka CO2 yang
kondisi kering pada kelembaban 20-50 dihasilkan semakin banyak. Semakin
%.Ketiga formula granul yang telah dibuat banyak CO2 yang dihasilkan menunjukkan
memperlihatkan hasil yang secara umum buih yang dihasilkan semakin banyakpula.
baik, kadar air semua formula memenuhi Hasil pengukuran tinggi buih menunjukkan
syarat yaitu kuarang dari 5 %, yaitu 3,49 % formula 2 paling banyak menghasilkan
(formula 1), 3,6 % (formula 2) dan 3,85 % buih.
(formula 3).

6. Evaluasi Granul Efervesen 7. Uji Hedonik


Hasil evaluasi granul yang meliputi Hasil analisis data dengan program
laju alir, sudut diam, kelarutan dan uji SPSS dari uji hedonik menunjukkan
tinggi buih dari granul efervesen disajikan parameter rasa memiliki hasil yang berbeda
dalam Tabel 3 berikut. nyata untuk setiap formula,artinya bahwa
respon setiap panelis berbeda terhadap rasa
Tabel 3. Hasil Evaluasi Granul setiap formula dan rasa yang paling banyak
Efervesen disukai adalah rasa formula 2. Untuk
Formulasi Laju alir Sudut Waktu Tinggi parameter warna dan aroma tidak berbeda
(g/s) diam (º) dispersi buih
1 2,38 30,53 1 menit 76,33
nyata untuk setiap formula dan semua
formula sangat disukai. Hasil uji hedonik
2 2,09 29,52 1 menit 77,40
secara keseluruhan ditampilkan dalam
3 2,35 30,11 1 menit 73,13
Gambar 1.

Tabel 3 menunjukkan ketiga


4,4
formula mempunyai laju alir kurang baik
4,2
karena sangat kohesif (≥4) sehingga gaya
4 Warna
tarik dan gaya gesek antara partikelsangat 3,8
tinggi. Hasil pengujian sudut diam semua 3,6 Rasa
formula mempunyai sudut diam memenuhi 3,4 Aroma
syarat untuk daya alir serbuk effervesen 3,2
mudah mengalir (≤40°). Hasil uji Formula Formula Formula
kelarutan menunjukkan semua formula 1 2 3
terdispersi dengan sempurna dalam waktu
1 menit. Menurut Mohrle (1989) syarat Gambar 1. Histogram Uji Hedonik
waktu larut granul efervesen adalah 1-2
8. Analisis Natrium dan Kalium
menit, oleh karena itu semua formula
Hasil analisis Natrium dan Kalium
granul efervesen yang dibuat memenuhi
menunjukkan bahwa pada serbuk sari buah
syarat waktu larut.
dan produk granulnya berbeda. Kandungan
Buih yang dihasilkan dalam
Kalium secara umum turun pada
pembuatan granul efervesen sangatlah
pembuatan granul efervescen dari 0,47
penting, karena mempunyai efek
g/100 g serbuk sari buah menjadi 0,24
menyegarkan. Banyaknya buih yang
g/100 g granul efervesen, jadi dalam hal ini
dihasilkan dalam granul efervesen karena
turun hampir 50 %. Sementara kandungan
penambahan asam dan basa dengan
Natriumnya naik dari 0,09 g/100 g serbuk
konsentrasi yang berbeda. Natrium
menjadi 3,97 g/100 g granul. Kondisi ini
bikarbonat ketika bereaksi dengan air akan
disebakan karena bahan tambahan yang
menghasilkan CO2, semakin tinggi
digunakan dalam pembuatan granul
Formulasi dan uji stabilitas granul efervesen Sari buah Sirsak …….………….. (Prasetyorini, dkk.)

38
Ekologia, Vol. 15 No.2 , Oktober 2015: 33-40

efervesen yang sama sekali tidak penyimpanan disajikan pada Tabel 4.


mengandung Kalium dan banyak berikut.
mengandung Natrium seperti penambahan
Natrium bikarbonat. Tabel 4. Kadar Polifenol (mgSAG/100g
bahan) granul efervesen selama
9. Hasil Stabilitas
penyimpanan
Hasil uji stabilitas yang dilakukan
Suhu Lama Penyimpanan
selama 2 bulan pada suhu 40°C kelihatan Penyimpanan Minggu 4 Minggu 8
kualitas granul menurun ditandai bentuk 40°C 1,69 1,09
fisik keras, warna coklat, aroma hilang, 25°C 2,29 1,97
rasa pahit dan kadar air 2,62 %. Granul 15°C 2,30 2,19
yang disimpan pada suhu 25°C dan 15°C Hasil uji vitamin C terhadap granul
untuk rasa dan aromanya sama yaitu asam efervesen yang telah disimpan pada suhu
manis, namun warna yang disimpan dalam yang berbeda selama 8 minggu disajikan
suhu 25°C menjadi putih kekuningan dan pada Tabel 5.
kadar air 4,59 % berbeda dengan yang Tabel 5. Kadar Vitamin C (mg/100g)
disimpan pada suhu 15°C, warnanya tetap bahan) granul efervesen selama
putih dan kadar air 3,20 %. Sediaan granul penyimpanan
yang paling stabil yaitu yang disimpan Suhu Lama Penyimpanan
pada suhu 15°C dengan semua parameter Penyimpanan Minggu 0 Minggu 4 Minggu 8
tidak berubah. 40°C 58,81 44,55 43,8
Demikian juga hasil evaluasi granul 25°C 58,81 54,64 51,97
setelah disimpan juga mengalami 15°C 58,81 54,97 51,91
perubahan, yang disimpan pada suhu 400C Hasil uji menunjukkan kadar
tidak dapat mengalir, uji buih turun vitamin C granul efervesen yang disimpan
menjadi 31,46. yang disimpan pada suhu pada suhu 40° C menurun secara significan
250 C lebih lembab daya alirnya 2,24 dan (25 %),sedangkan kandungan vitamin C
uji buihnya 57,26. dan yang disimpan pada yang disimpan pada suhu 25°Cdan
suhu 15°C lebih stabil baik untuk daya alir 15°Cmenunjukkan turunnya sebesar 11 %.
maupun tinggi buihnya. Kesimpulan Ini menunjukkan bahwa granul yang
sementara hasil uji stabilitas granul simpan pada suhu 25°C dan 15°C lebih
efervesen sari buah sirsak untuk semua stabil kandungan vitamin C nya.
parameter paling stabil yang disimpan pada
suhu 15°C. Granul yang disimpan pada SIMPULAN
suhu diatas 15°C menunjukkan semua Dari hasil penelitian dapat
parameter sudah menurun kualitasnya. disimpulkan bahwa sari buah sirsak dapat
Hasil uji polifenol terhadap granul dijadikan sediaan minuman berbentuk
efervesen setelah dilakukan penyimpanan granul efervesen yang diterima oleh panelis
pada suhu yang berbeda selama 8 minggu dan stabil sampai 2 bulan disimpan pada
menunjukkan bahwa suhu berpengaruh suhu 15°C untuk karakter granul dan
terhadap kadar polifenol granul efervesen. kandungan polifenol maupun vitamin C
Makin tinggi suhu penyimpanan kadar nya.
polifenol semakin kecil, artinya kadar
polifenol banyak yang hilang. Polifenol DAFTAR PUSTAKA
merupakan antioksidan yang sifatnya akan
menurun bila disimpan dalam suhu tinggi Aulton, M.E. 1988. Farmaceutich The
karena proses oksidasi. Secara keseluruhan Science Of Dosage Form Design.
penurunan kadar polifenol selama Churvill livingstone Edinburgh.

Formulasi dan uji stabilitas granul efervesen Sari buah Sirsak …….………….. (Prasetyorini, dkk.)

39
Ekologia, Vol. 15 No.2 , Oktober 2015: 33-40

Anshory, H., Syukri, Y., dan Malasari, Y., Meyer BN. NR Ferrigni, JE Putnam,
(2007). Formulasi TabletEfervesen jacobsen LB, Nicols DE & MC
Dari Ekstrak GinsengJawa (Tlinum Laughin JL. 1982. Brine shirmp: A
Convenent Gerieral Bioassay for
paniculatum) DenganVariasi Kadar
Active Plant Constituent. Planta
Pemanis Aspartam. Jurnal Ilmiah
Medica. Medicinal Plant Research,
Farmasi Vol 4 No.I.
Vol 45. Departemen of Chemistry
Bora PS, Holschuh HJ, dan Silva and Pharmacognosy, School of
Vasconcelos MA. 22004. Pharmacy and Pharmacal Science
Characterization of polyphenol and Cell Culture Laboratory,
oxidase of soursop (Annona Purdue Cancer Univercity, West
muricata L.) fruit and comparative Lafayett. Hal: 31-34.
study of its inhibition in enzyme
Pellssler Y., Marion, C., Lamaty,G. 1994.
extract and in pulp. Ciencia y
Volatile component of Annona
Technologia Alimentaria. 4 (4).
muricata L, J. EssentOil Res. 411-
267-273.
414
Cosmo, K., Mansour M., Victor A., 2007
Rajendra CE, Magadum DS, Nadaf MA,
Composition essential oil from
SV Yoshada, M Manjula. 2011.
Annona muricata L, Journal
Phytochemical screening of the
Essential oil Researc.
rhizome of Kaempferia galanga.
Dep.Kes.RI. 1995. Farmakope Indonesia. International Journal of
Edisi IV. Direktorat Jendral Pharmacognosy and Phytochemical
Pengawasan Obat dan Makanan. Research. 3(3): 61-63
Jakarta Soebagio, B., Rusdiana, T. dan Khairudin.
Feig DI., Duk-Hee Kang MD and Richard, 207. Pembuatan Gel dengan
J.J. 2008. Uric Acid and Aqupec HV-505 dari Ekstrak Umbi
Cardiovascular Risk, New England Bawang Merah (Alium cepa,
Journal Medicinal. 359, 1811-1821 L.)sebagai Antioksidan. Fakultas
Farmasi, Universitas Padjadjaran.
Hayden, M.R and Tyagi, S.C. 2004. Uric Bandung.
acid: A new look at an old risk Taylor L., 2002. Herbal Secrets of the Rain
marker for cardiovascular disease, Forest, 2ned, Sage Press. Inc.
metabolic syndrome, and type 2
diabetes mellitus ; the urate redox Thomas.1992. Tanaman obat tradisional,
shuttle, Nutrition & Metabolism, 1 Edisi 2. Yogyakarta: Kanisius.
: 10. Trupti P. Sawantand Dayanand P. Gogle.
Mardiana, L., 2012. Ramuan dan Khasiat 2014. A Brief review on recent
Sirsak. Bogor: Penebar Swadaya. advances in clinica lresearc of
(Annona muricata Lin,).
Mohrle, R.,1989, Efervesen Tablet, in International Journal of Universal
Lieberman. H., Lachman, L., Pharmacy and Bio Sciences3
andSchwart, J. B., Pharmaceutical (3):May-June 2014, page 268-304
Dosage forms: Tablet Volume I,
SecondEdition, Revised and Waring, SW., and Esmail Shahana. 2005.
Expanded, 282-294, 305, Marcel How should serum uric acid
Dekker Inc. ,United States of concentration be interpreted in
America. patiend with hypertension, Current
Hypertension Reviews,I, 89-95.
Formulasi dan uji stabilitas granul efervesen Sari buah Sirsak …….………….. (Prasetyorini, dkk.)

40
Ekologia, Vol. 15 No.2 , Oktober 2015: 33-40

Formulasi dan uji stabilitas granul efervesen Sari buah Sirsak …….………….. (Prasetyorini, dkk.)

Anda mungkin juga menyukai