Anda di halaman 1dari 19

WACANA Vol. 12 No. 2 April 2009 ISSN.

1411-0199

MANAJEMEN KONFLIK SOSIAL DALAM MASYARAKAT NELAYAN


(Studi Kasus Pertentangan dan Pertikaian Nelayan Tradisional di Kelurahan Pasar
Bengkulu dengan Nelayan Modern di Kelurahan Kandang Kota Bengkulu).
Social Conflict Management in Fishermen Community
(A Case Study upon Conflict and Dispute between Traditional Fishermen from Kelurahan
Pasar Bengkulu and Modern Fishermen from Kelurahan Kandang in Bengkulu City).

ANTONY WIJAYA
Mahasiswa Program Magister IAP, PPSUB

Siti Rochmah dan Ismani, HP


Dosen Jurusan Ilmu Admnistrasi Publik, FIA UB

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini antara lain untuk mengetahui penyebab terjadinya konflik
antara nelayan tradisional dengan nelayan modern di Kota Bengkulu serta bagaimana
konflik kedua kelompok nelayan tersebut diselesaikan oleh Pemerintah Kota dan
Pemerintah Propinsi Bengkulu.
Penelitian dilakukan di dua kelurahan, yaitu Kelurahan Pasar Bengkulu yang
merupakan kelurahan terbanyak masyarakat nelayan tradisionalnya dan Kelurahan
Kandang yang merupakan kelurahan terbanyak kelompok nelayan modernnya, dan konflik
yang terjadi sejak tahun 1985 hingga tahun 1999 selalu melibatkan masyarakat nelayan di
kedua kelurahan tersebut. Metode penelitian dilakukan dengan menggunakan analisis data
dari Strauss-Corbin melalui 3 tahapan analisis yaitu : Kode Pembuka (Open Coding), Kode
Analisis (Axial Coding) dan Pemilihan Kode (Selective Coding).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyebab terjadinya konflik antara nelayan
tradisional dengan nelayan modern disebabkan oleh beberapa faktor : (1) masih
beroperasinya alat tangkap trawl (jaring pukat harimau) yang dilarang penggunaannya oleh
pemerintah; (2) pelanggaran jalur penangkapan; (3) perbedaan teknologi penangkapan; (4)
kurang optimalnya fungsi dan peran kelembagaan atau institusi pemerintah; dan (5) belum
tegasnya pelaksanaan hukum dan peraturan perikanan.
Konflik yang terjadi antara nelayan tradisional dengan nelayan modern di Kota
Bengkulu dapat diselesaikan melalui upaya-upaya : (1) Kapal-kapal trawl dilarang untuk
melakukan kegiatan penangkapan ikan di perairan nelayan tradisional (0-3 mil laut), jika
memang tetap beroperasi, nelayan tradisional menghendaki adanya kontribusi kepada para
nelayan tradisional berupa 5 % dari hasil tangkapan nelayan modern: (2) Penetapan jalur
penangkapan yang jelas bagi nelayan tradisional dan bagi nelayan modern, sehingga tidak
terjadi lagi pelanggaran jalur penangkapan; (3) Sikap tegas dari Pemerintah Provinsi dan
Kota Bengkulu terhadap segala macam pelanggaran yang terjadi; (4) Kemitraan usaha
antara nelayan tradisional dengan nelayan modern.
Upaya-upaya yang dilakukan Pemerintah Kota maupun Pemerintah Propinsi
Bengkulu dalam menyelesaikan konflik yang terjadi tersebut adalah melalui upaya-upaya
sebagai berikut : (1) Masih bersifat insidentil, dimana pemerintah baru turun tangan jika
konflik yang terjadi telah berbentuk benturan fisik seperti : penyerangan kapal-kapal di
tengah laut, penyerangan rumah nelayan dan sebagainya, sedang upaya pra konflik terjadi
dalam rangka mengantisipasinya belum ada yang dilakukan oleh pemerintah; (2) Pasca
konflik terjadi, pemerintah melakukan pengawasan terhadap kegiatan para nelayan
terutama nelayan modern, melalui tim yang dibentuk oleh Dinas Perikanan dan Kelautan

351
WACANA Vol. 12 No. 2 April 2009 ISSN. 1411-0199

Propvinsi Bengkulu berkoordinasi dengan Polresta dan AL agar tidak ada lagi yang
mengoperasikan alat tangkap yang telah dilarang penggunaannya; (3) Memanggil para
perwakilan nelayan tradisional dan perwakilan nelayan modern untuk berdamai dan
bermusyawarah untuk menyelesaikan konflik yang telah terjadi selama ini; (4) Bantuan
kapal motor kepada kelompok nelayan tradisional untuk digunakan sebagai tindakan
pengawasan terhadap kegiatan nelayan modern dalam melakukan penangkapan ikan.

Kata kunci: Nelayan, konflik sosial

ABSTRACT

The purpose of this research is to identify the causes of conflict between


traditional fishermen and modern fishermen in the city of Bengkulu and to figure out how
the municipality (pemkot) and province government solve the conflict between the two
fishermen communities.
This research was conducted at two districts, Kelurahan Pasar Bengkulu as a
district where traditional fishermen is the major population and Kelurahan Kandang which
is a district with modern fishermen as its major population. The conflicts between these two
districts having occurred since 1985 to 1999 always involve the fishermen settlers from
both districts. The research method is taken from the data analyses of Strauss-Corbin,
through three stages of analyses: Open Coding, Axial Coding, and Selective Coding.
A results of the research shows that there are some factors that cause conflict
between traditional fishermen and modern fishermen, those are: (1) some trawls still in
operational though prohibited by the government; (2) violation on fishing route; (3) fishing
technology differences; (4) the lack of roles and function of government institution; (5) the
lack of law enforcement on fisheries regulation.
Conflicts between traditional and modern fishermen in the city of Bengkulu can be
resolved through: (1) prohibition of trawl boats activity in the traditional fishermen waters
area (0-3 mile), if there is still trawl boats operational in this area, the traditional fishermen
demand 5% of the modern fishermen catch; (2) clear establishment of each fishing route for
traditional fishermen and modern fishermen, so there is no more violation of fishing route;
(3) firm and just law enforcement from the city and province government of Bengkulu upon
any violation; (4) partnership between traditional and modern fishermen.
Government efforts in resolving social conflicts are: (1) incidental action, the
government takes an action after a physical clash occurs: attacks on boats at the waters,
attacks on the fishermen settlement, and so on, while there is no effort from the government
before the conflict occurs as an anticipation action; (2) After the conflict, the government
supervises the fishermen activities, mainly the modern fishermen, using a team formed by
the Fisheries and Marines Official Service of Bengkulu Province in coordination with the
local police and Navy so that there will be no more trawl used; (3) the government gather
representatives of traditional and modern fishermen to discuss and formulate resolution for
the prolonging conflict; (4) Aid in the form of motor boat for traditional fishermen to be
used as a mean of supervision towards modern fishermen’s fishing activity.

Keywords: fishermen, social conflicts.

352
WACANA Vol. 12 No. 2 April 2009 ISSN. 1411-0199

PENDAHULUAN juga tinggi. Dengan peralatan yang


demikian maka hasil yang ditangkap juga
Indonesia merupakan negara ke- menjadi lebih banyak, lebih-lebih jika
pulauan (lebih kurang 17.508 buah pulau konsentrasi tangkapan pada jenis ikan yang
besar dan kecil) yang memiliki wilayah memiliki nilai ekonomi tinggi. (Rokhmin,
laut seluas 5.866 juta km persegi, se- 2001)
dangkan wilayah daratan hanya seluas Konflik yang terjadi pada nelayan
2.027 juta km persegi atau sepertiga Bengkulu bukan hanya disebabkan oleh
wilayah laut Indonesia (Jawa Post, 4 penolakan nelayan tradisional terhadap alat
Nopember 1999). Dilihat dari data ter- tangkap trawl (pukat harimau), seperti
sebut, seyogyanya potensi kelautan mem- yang pernah terjadi pada nelayan di
punyai kontribusi besar dalam menyokong Muncar Banyuwangi yang diteliti oleh Don
penghasilan masyarakat pantai. Namun, Emmerson (1975). Peristiwa di Muncar
dalam kenyataannya tidak demikian. tersebut disebabkan oleh rasa “ketidak-
Penghasilan masyarakat maupun negara / adilan” dari pemerintah terhadap suatu
daerah sebagian besar berasal dari sektor- kelompok nelayan, dimana mereka meng-
sektor non perikanan. anggap tidak adanya “rasa kebersamaan”
Rendahnya penghasilan nelayan tra- dalam menikmati sumberdaya perikanan.
disional sebagai salah satu sub sistem Penelitian yang dilakukan oleh Don
masyarakat pedesaan pantai, karena tekno- Emmerson tersebut ada kaitannya juga
logi penangkapan ikan laut pada umumnya dengan yang dilakukan oleh peneliti yaitu
masih rendah atau masih menggunakan adanya “rasa memiliki bersama” dalam
peralatan tradisional (Soemardjan, 1992). kelompok nelayan dalam memanfaatkan
Akibatnya, nelayan tradisional sedikit sumberdaya perikanan. Konflik yang
sekali memiliki penyangga ekonomi untuk terjadi antara nelayan tradisional dengan
memenuhi kebutuhan yang mendesak. nelayan modern di Kota Bengkulu juga
Kehidupan mereka dari hari ke hari sangat dipicu oleh perebutan sumberdaya per-
fluktuatif karena pendapatan dari hasil ikanan, dimana terjadinya pelanggaran
menangkap ikan selain rata-rata kecil juga jalur penangkapan ikan oleh salah satu
bersifat tidak pasti, apalagi pada saat kelompok nelayan. Hal tersebut seperti
musim badai datang. Kadang-kadang yang telah diteliti oleh Kusnadi (2002)
hingga berhari-hari mereka tidak dapat terhadap nelayan di sepanjang Pesisir
melaut dikarenakan ombak dan angin yang Utara Jawa Timur, dimana diungkapkan
sangat besar dan kencang, sementara dapur olehnya bahwa sering terjadinya konflik
mereka menuntut untuk terus mengepul. antara nelayan karena adanya perebutan
Lain halnya dengan kehidupan ne- sumberdaya perikanan. Banyak nelayan
layan modern, dimana mereka rata-rata pendatang yang melakukan penangkapan
merupakan keluarga yang kaya, atau bisa ikan di luar wilayahnya sehingga membuat
dikatakan serba berkecukupan. Mereka marah para nelayan lokal. Hal tersebut
mempunyai kapal-kapal motor yang tidak terjadi pada nelayan di Kota
dilengkapi dengan alat tangkap ikan yang Bengkulu karena tidak ada nelayan luar
lumayan baik, dimana rata-rata dari daerah yang melakukan penangkapan ikan
mereka menggunakan alat tangkap jaring di wilayah Kota Bengkulu.
trawl atau jaring pukat harimau. Dengan Kota Bengkulu merupakan ibukota
menggunakan kapal bermotor yang Propinsi Bengkulu, yang terdiri dari 4
lumayan besar, nelayan modern dapat Kecamatan dan 82 kelurahan. Terletak di
menangkap ikan hingga ke tengah laut dan jalur lintas barat pesisir selatan yang
bermalam hingga berhari-hari karena kapal berbatasan di bagian utara dengan
mereka dilengkapi dengan alat pendingin Kabupaten Pesisir Selatan Propinsi
ikan. Dengan peralatan yang cukup Sumatera Barat dan di bagian Selatan
eksploitatif, maka hasil yang diperoleh sepanjang pesisir barat pulau Sumatera

353
WACANA Vol. 12 No. 2 April 2009 ISSN. 1411-0199

berbatasan dengan Kabupaten Liwa 3. Bagaimanakah upaya-upaya Pemerintah


Propinsi Lampung. Diantara beberapa Kota mengatasi konflik antara kedua
kelurahan yang ada di Kota Bengkulu, kelompok nelayan tersebut ?
Kelurahan Pasar Bengkulu merupakan
desa nelayan tradisional terbesar, dimana Mengacu pada latar belakang dan
di kelurahan tersebut dulunya merupakan perumusan masalah di atas, maka yang
pelabuhan lama bekas peninggalan Penja- menjadi tujuan penelitian adalah untuk
jahan Inggris, sehingga hampir 90 % “mendeskripsikan, menganalisis, dan
penduduknya merupakan nelayan tradisio- menginterpretasikan” tentang :
nal secara turun temurun. Sedangkan di 1. Faktor-faktor yang menyebabkan ter-
Kelurahan Kandang Kecamatan Selebar, jadinya konflik antara nelayan
merupakan daerah Pelabuhan Pulau Baai tradisional di Kelurahan Pasar Beng-
yang merupakan pelabuhan samudra satu- kulu dengan nelayan modern di Ke-
satunya yang ada di Propinsi Bengkulu. lurahan Kandang.
Kebanyakan nelayan di kelurahan ini 2. Bentuk penyelesaian konflik antara
merupakan nelayan pendatang yang nelayan tradisional dengan nelayan
berasal dari Bugis Makassar dan dari modern.
Medan Sumatera Utara tetapi telah hidup 3. Upaya-upaya Pemerintah Daerah un-
bertahun-tahun di Bengkulu. Hampir tuk mengatasi konflik antara kedua
sebagian besar dari mereka merupakan kelompok nelayan tersebut.
nelayan modern yang memiliki perahu
dengan dilengkapi dengan mesin dan alat
tangkap yang lebih maju dan canggih dari KERANGKA KONSEP
nelayan yang ada di Kelurahan Pasar
Bengkulu. Sehingga mereka disebut juga Don Emmerson (1975) meneliti ten-
sebagai kelompok nelayan modern. Kedua tang Konflik Sosial Nelayan Muncar,
kelompok nelayan di kedua kelurahan Banyuwangi, Jawa Timur, dalam ma-
tersebut sejak tahun 1990-an telah terlibat kalahnya yang berjudul Orders of Meaning
konflik yang telah menjurus kepada : Understanding Political Change in A
bentrokan fisik sehingga menimbulkan Fishing Community in Indonesia, menge-
kreugian kedua belah pihak yang tidak mukakan bahwa terjadinya konflik nelayan
sedikit. di Muncar, Kabupaten Banyuwangi, Jawa
Bertolak dari paparan singkat tentang Timur pada tanggal 30 September 1974
fenomena kondisi kehidupan masyarakat dikarenakan tidak adanya dimensi keadilan
nelayan di kedua kelurahan tersebut, melalui etika “menikmati bersama” dalam
peneliti berminat untuk mengetahui faktor- struktur masyarakat peguyuban yang
faktor penyebab terjadi konflik dan solusi inegalitarian.
pemecahan konflik kedua kelompok Bagong Suryanto (1992) meneliti
masyarakat nelayan tersebut. tentang “Modernisasi perikanan, kemis-
Berdasarkan latar belakang yang kinan, dan polarisasi sosial antara nelayan
dikemukakan di atas, permasalahan peneli- modern dan tradisional” di Kecamatan
tian dirumuskan sebagai berikut : Palang, kabupaten Tuban, Jawa Timur,
1. Apa yang menjadi faktor-faktor ditemukan bahwa nelayan tradisional di
penyebab terjadinya konflik antara Kecamatan Palang tergolong miskin,
nelayan tradisional di Kelurahan Pasar pendapatannya relatif pas-pasan. Untuk
Bengkulu dengan nelayan modern di mengatasi kekurangan, strategi yang
Kelurahan Kandang ? ditempuh adalah (1) menggadaikan barang
2. Bagaimanakah bentuk penyelesaian atau menjual barang miliknya yang
konflik antara nelayan tradisional dan sesungguhnya sudah sangat sedikit; (2)
nelayan modern tersebut ? melakukan remanajemen dalam alokasi
pengeluarannya atau terpaksa mengurangi

354
WACANA Vol. 12 No. 2 April 2009 ISSN. 1411-0199

frekuensi dan menu makanan sehari- Kondisi ekonomi masyarakat nelayan


harinya. Ary Wahyono, dkk (2001) tradisional, kecemburuan sosial dan kurang
meneliti tentang “Pemberdayaan Masya- jelasnya peraturan perundang-undangan di
rakat Nelayan” di Kabupaten Cilacap dan bidang perikanan serta kurang tegasnya
Kabupaten Cirebon, dikemukakan bahwa aparat birokrasi pemerintah.
upaya melakukan pemberdayaan masya-
rakat nelayan harus lebih dulu melakukan Bentuk penyelesaian konflik sosial.
identifikasi secara benar karakteristik yang Secara insidental;
melekat pada masyarakat nelayan, ter- Jangka panjang agar konflik tidak
utama menyangkut pola adaptasi sosial meluas dan berkembang.
ekonomi, jaringan sosial dan karakteristik Upaya-upaya Pemerintah Daerah
lingkungan sumberdaya yang menjadi untuk mengatasi konflik sosial.
tumpuan hidup mereka. a. Upaya-upaya yang bersifat insidental;
Kusnadi (2002), meneliti tentang b. Upaya-upaya yang bersifat preventif;
Konflik Sosial Nelayan di Pantai Pesisir c. Upaya-upaya yang bersifat repsesif.
Utara Jawa Timur, mengemukakan bahwa
banyak terjadinya konflik dalam Lokasi Penelitian
masyarakat nelayan khususnya yang terjadi Penelitian ini dilakukan di Kelurahan
di sepanjang Pantai Pesisir Utara Jawa Kandang Kecamatan Selebar dan di
Timur penyebab utamanya tentang ke- Kelurahan Pasar Bengkulu Kecamatan Te-
adaan sumber daya perikanan dan faktor- luk Segara Kota Bengkulu, yang ditetap-
faktor lain yang telah memicu terjadinya kan secara sengaja karena pertimbangan
konflik di kalangan masyarakat nelayan. keunikannya sebagai berikut :
Kelurahan Kandang Kecamatan Se-
lebar merupakan daerah/wilayah nelayan
METODE PENELITIAN modern, dimana hampir 80 % masyarakat
nelayannya merupakan nelayan Bugis /
Jenis Penelitian Makassar yang menggunakan kapal-kapal
Jenis penelitian ini adalah bersifat motor dalam melakukan kegiatan penang-
kualitatif dengan metode studi kasus, kapan ikan dan sebagian besar masih
karena peneliti ingin mengumpulkan menggunakan trawl atau pukat harimau
sejumlah informasi secara mendalam dan sebagai alat tangkap ikan walaupun kadang
mendetail pada kasus konflik/pertikaian penggunaannya dilakukan secara sem-
antara masyarakat nelayan tradisional bunyi-sembunyi. Selain itu di Kelurahan
dengan masyarakat nelayan modern di Kandang terdapat satu-satunya TPI yang
Kelurahan Kandang Kecamatan Selebar ada di Kota Bengkulu, sehingga setiap hari
dan di Kelurahan Pasar Bengkulu terjadi kegiatan baik penangkapan maupun
Kecamatan Teluk Segara Kota Bengkulu. pelelangan ikan.
Kelurahan Pasar Bengkulu Kecamatan
Fokus Penelitian Teluk Segara merupakan perkampungan
Berdasarkan latar belakang masalah nelayan tradisional, dimana hampir 80 %
dan tujuan penelitian, maka fokus pene- masyarakat nelayannya merupakan nelayan
litian ini adalah sebagai berikut : kecil yang pas-pasan hidupnya dan me-
nangkap ikan dengan menggunakan perahu
Faktor-faktor penyebab terjadinya kecil yang disebut sampan selodang tanpa
konflik sosial dalam masyarakat nelayan. menggunakan mesin.

Pengoperasian alat tangkap yang di- Sumber Data


larang; Yang menjadi sumber data dalam
Perebutan sumber daya perikanan; penelitian ini adalah :
Pelanggaran jalur penangkapan;

355
WACANA Vol. 12 No. 2 April 2009 ISSN. 1411-0199

Informan (orang), sebagai sumber data analisis data dari Strauss & Corbin (Basics
utama dipilih secara purposive sampling. of Qualitative Research). Alasannya,
Dokumen; sebagai sumber data, prosedur analisis data dari Strauss & Cor-
sifatnya hanya melengkapi data utama. bin dianggap peneliti mampu meng-
Tempat dan Peristiwa; sebagai sumber identifikasi data yang diperlukan dalam
data tambahan dilakukan melalui observasi kegiatan penelitian ini, langkah-lang-
langsung terhadap tempat dan peristiwa kahnya adalah :
yang berkaitan dengan fokus penelitian. Open Coding (Kode Pembuka), meli-
puti proses pengungkapan, memerinci,
Instrumen Penelitian memeriksa, memilah-milah, memban-
Di dalam penelitian kualitatif, peneliti dingkan, mengkonseptualisasikan dan
merupakan alat instrumen utama atau key mengkategorisasikan data.
instrument. Penelitilah yang mengadakan Axial Coding (Kode Analisis), ka-
observasi atau wawancara tak terstruktur tegori-kategori yang relevan dengan fokus
dengan hanya menggunakan buku catatan. penelitian dianalisis dan diorganisir kem-
Peneliti (manusia) sebagai instrumen yang bali sesuai dengan label kerangka model
mampu membaca seluruh gejala alam paradigma grounded theory.
sebagai obyek penelitian, yang dibantu Selective Coding (Pemilihan Kode)
seperangkat alat berupa pedoman obser- Pada tahap ini peneliti melakukan
vasi, pedoman wawancara dan sarana kegiatan memeriksa kategori inti secara
audio visual berupa kamera. sistematis, kemudian mencari kaitannya
dengan kategori yang lain. Kategori inti
Proses Pengumpulan Data yang ditemukan melalui perbandingan
Proses pengumpulan data dalam pene- hubungan antar kategori dengan meng-
litian ini dilakukan melalui tiga tahap, gunakan model paradigma, selanjutnya
yaitu : persiapan memasuki lokasi diambil kesimpulan dan akhirnya diangkat
penelitian (Getting In); ketika berada di menjadi general design (rancangan umum).
lokasi penelitian (Getting Along); dan
Pengumpulan Data (Logging Data).
Untuk mengumpulkan informasi dan HASIL DAN PEMBAHASAN
data yang diperlukan, maka peneliti
menggunakan tiga teknik pengumpulan Gambaran Umum Lokasi Pene-
data, yaitu : (1) observasi; (2) wawancara litian: Kelurahan Pasar Bengkulu
(interview), dan (3) dokumentasi, sehingga
dapat diperoleh thick description. Kelurahan Pasar Bengkulu termasuk
wilayah Kecamatan Teluk Segara Kota
Keabsahan Data Bengkulu, Propinsi Bengkulu. Kelurahan
Untuk memperoleh keabsahan data ini sangat mudah dicapai lewat jalan darat
dalam penelitian ini, penulis mengacu pada dengan kondisi jalan yang sangat baik.
pendapat Moleong (1997), yakni harus Waktu tempuh dari pusat kota hanya
memenuhi empat kriteria utama, sebagai sekitar 15 menit perjalanan dengan kenda-
berikut : raan pribadi.
1. Derajat Kepercayaan (credibility) Pasar Bengkulu adalah kelurahan
2. Ketergantungan (dependability) pantai yang terletak di sebelah Utara dan
3. Keteralihan (transferability). memiliki pantai terpanjang dibandingkan
4. Kepastian (confirmability) dengan kelurahan-kelurahan lain dalam
Kecamatan Teluk Segara. Sehingga seba-
Analisis Data gian besar wilayahnya berbatasan langsung
Unit analisis yang dipergunakan dalam dengan pantai. Adapun batas-batas wilayah
penelitian ini adalah kelompok. Sedangkan Kelurahan Pasar Bengkulu sebagai berikut
proses analisis data melalui tahap-tahap :

356
WACANA Vol. 12 No. 2 April 2009 ISSN. 1411-0199

Sebelah Utara : Kelurahan Beringin kelompok nelayan tersebut, Kelompok


Raya; Sebelah Selatan : Kelurahan Kam- Nelayan Mina Berkah telah memiliki
pung Bali; Sebelah Barat: Samudra Indo- koperasi nelayan, dimana melalui koperasi
nesia; Sebelah Timur: Kelurahan Rawa tersebut para nelayan yang tergabung
Makmur. sebagai anggotanya dapat meminjam uang
dan membeli kebutuhan untuk melaut.
Kelurahan Pasar Bengkulu seluruh
wilayahnya merupakan daratan dan tidak Kondisi Sosial Masyarakat Nelayan
merupakan daerah perbukitan atau pegu- Kelurahan Pasar Bengkulu
nungan. Tinggi tempat dari permukaan laut Nelayan tradisional yang dimaksud
3 m dengan curah hujan rata-rata 3000 mm dalam tulisan ini adalah nelayan yang
pertahun dan keadaan suhu rata-rata 37o C. menggunakan kapal motor dengan ukuran
Jumlah penduduk Kelurahan Pasar kurang dari 10 GT serta para buruh
Bengkulu 1.548 jiwa dengan 334 KK, nelayan (ABK) dari kapal motor dengan
terdiri dari 768 laki-laki dan 780 perem- ukuran lebih atau sama dengan 10 GT.
puan. Kepadatan penduduk rata-rata 33 Adapun yang dimaksud dengan nelayan
jiwa per km. Sebagian besar penduduknya tradisional yaitu nelayan yang masih
(> 90 %) adalah suku asli Bengkulu. menggunakan perahu layar dengan tenaga
Hanya sebagian kecil (< 10 %) penduduk dayung atau mereka yang telah meng-
yang berasal dari suku Jawa, Sunda dan gunakan kapal motor dengan kekuatan
lain-lain yang dikenal sebagai pendatang di mesin dibawah 10 GT dengan menggu-
wilayah tersebut. Keberadaan suku pen- nakan alat tangkap tradisional seperti :
datang berawal dari terbukanya peluang jaring, bubu dan pancing.
kerja sebagai ABK dan Kapten Kapal pada Mengamati jenis usaha nelayan yang
salah seorang pengusaha yang memiliki > ada di Kelurahan Pasar Bengkulu bisa
20 unit kapal motor di kelurahan tersebut. dikelompokkan dalam tiga jenis, yaitu :
Rata-rata tingkat pendidikan penduduk 1. Nelayan Jaring Hijau, yaitu
masih relatif rendah karena penduduk yang nelayan yang menggunakan kapal motor
dapat menamatkan SLTA, Akademi dan dengan wilayah penangkapan cukup jauh,
Perguruan Tinggi baru mencapai 20, 3 %. sehingga membutuhkan waktu 5 – 15 hari
Bahkan bila dihitung jumlah yang tamat melaut.
Akademi dan Perguruan Tinggi hanya 2. Nelayan Jaring Udang, yaitu
mencapai 1,9 %. Jumlah buta aksara dan nelayan yang menggunakan jaring khusus
angka mencapai 0,65 %. Menurut data untuk menangkap udang kelong dan udang
statistik kelurahan, jumlah penduduk usia karo (lobster) yang merupakan komoditi
kerja sebanyak 883 orang dan yang sudah ekspor. Nelayan Jaring Putih, yakni usaha
bekerja sebanyak 663 orang. nelayan yang khusus untuk menangkap
Karena merupakan kelurahan nelayan ikan. Lebih dari 50 % nelayan jaring
tradisonal, maka di Kelurahan Pasar udang, biasanya menggunakan jaring putih
Bengkulu terdapat 6 (enam) Kelompok pada saat tidak musim udang.
Nelayan Tradisional dimana seluruh ne- 3. Nelayan Pukat Pinggir/Pukat
layan di sana merupakan anggota dari Pantai, yaitu nelayan tradisional yang
masing-masing kelompok nelayan tersebut. merupakan ciri khas usaha nelayan yang
Melalui Kelompok Nelayan tersebut sudah ada sejak zaman dahulu. Nelayan
berbagai bantuan dari Pemerintah Kota pukat jumlahnya semakin berkurang dan
Bengkulu disalurkan baik berupa bantuan merupakan tradisi yang harus dilestarikan.
jaring, perahu maupun mesin boat. Ke- Jenis usaha ini memerlukan banyak tenaga
lompok-kelompok nelayan tradisional kerja untuk menarik pukat yaitu 15 – 20
tersebut antara lain : Mina Berkah, Bukit orang.
Segara, Kota Tuo, Sungai Serut. Jaya
Katawang dan BK 5. Dari keenam

357
WACANA Vol. 12 No. 2 April 2009 ISSN. 1411-0199

Kelurahan Kandang layaknya dipecah menjadi beberapa


Kelurahan Kandang terletak di kelurahan, agar pelayanan birokrasi pe-
Kecamatan Muara Bangkahulu Kota Beng- merintah dapat berjalan lebih efektif dan
kulu. Kelurahan ini merupakan kelurahan efisien.
yang paling luas di Kota Bengkulu dengan
luas mencapai 3.157, 48 Ha dan juga Keadaan Sosial Masyarakat Ne-
merupakan kelurahan yang mempunyai layan Kelurahan Kandang
jumlah penduduk yang terbesar di Kota Kehidupan sosial sebagian besar
Bengkulu, yaitu mencapai 14.980 jiwa masyarakat Kelurahan Kandang adalah
dengan 2100 Kepala Keluarga (KK). nelayan. Jika dilihat dari jenis usaha yang
Pada tahun 2004 ini, rencananya dijalankan dan penggunaan peralatan
Kelurahan Kandang akan dipecah menjadi tangkap yang digunakan, maka kehidupan
3 (tiga) kelurahan karena dianggap terlalu nelayan di Kelurahan Kandang dapat
luas dan jumlah penduduknya terlalu dikelompokkan sebagai berikut :
banyak sehingga pemberian pelayanan Nelayan Pukat Cincin, yaitu nelayan
pemerintah kepada mesyarakat dianggap yang menggunakan kapal dengan kekuatan
kurang efektif lagi. Keadaan geografis mesin 90 GT dan menggunakan jaring
Kelurahan Kandang merupakan dataran yang disebut jaring pukat cincin. Jaring ini
seluruhnya, tidak terdapat daerah per- panjangnya mencapai 400 meter dan lebar
bukitan / pegunungan dengan tinggi dari 100 meter, dengan wilayah penangkapan
permukaan laut 3 meter, dan curah hujan diatas 30 mil dari pantai. Disebut pukat
rata-rata per tahunnya 2000 mm serta suhu cincin, karena jaring ini beroperasi di
rata-rata 33 0 C. permukaan laut yang mempunyai
Sedangkan keadaan lahan kritis dan kedalaman 100 – 200 meter, dimana jaring
lahan terlantar di Kelurahan Kandang ini hanya berada dipermukaannya saja.
dibandingkan dengan luas wilayah secara Nelayan Purse Seine (Sleret), yaitu
keseluruhan termasuk kecil, yang paling jaring yang mempunyai ukuran 400x40 m
banyak terdapat di sana adalah daerah yang cara kerjanya hampir sama dengan
lahan gambut dan daerah rawa-rawa / jaring pukat cincin tapai ukurannya agak
tambak, sehingga banyak masyarakat lebih kecil dan mesin kapal yang
disana selain berprofesi sebagai nelayan membawanya juga berukuran antara 10-20
juga mempunyai tambak, baik tambak GT.
udang maupun tambak kepiting rajungan. Nelayan Cantrang (Mini Trawl), yaitu
Masyarakat Kelurahan Kandang terdiri nelayan yang menggunakan jaring seperti
dari berbagai macam suku, antara lain: jaring pukat harimau (trawl) tetapi
Suku Serawai, Suku Batak, Suku Bugis, ukurannya lebih kecil dan tidak dilengkapi
dan WNI Keturunan. Komposisi ketiga dengan papan dan besi pemberat. Ini
suku pertama hampir sama banyak, sedang merupakan modifikasi dari jaring pukat
WNI keturunan hanya beberapa orang harimau (trawl). Jalur penangkapan jaring
tetapi mereka yang sangat dominan sebagai cantrang sekitar 10 mil dari pantai dan
juragan atau pemilik kapal-kapal besar. waktu penangkapan berkisar antara 3-5
Kelurahan Kandang dapat dikatakan hari. Kapal yang digunakan hampir sama
sebagai Kelurahan Nelayan Modern dengan kapal purse seine yang berkekuatan
terbesar di Propinsi Bengkulu, karena ham- diatas 10 GT.
pir rata-rata nelayan di kelurahan tersebut Nelayan Bubu dan Pancing, yaitu
mempunyai kapal yang dilengkapi dengan nelayan yang menggunakan jaring bubu
motor mulai yang berkekuatan 90 PK dan pancing sebagai alat tangkap ikan.
hingga yang dibawah 10 PK. Dengan Kelompok nelayan ini dapat dikategorikan
jumlah penduduk sebanyak 14. 980 jiwa sebagai nelayan tradisional walapun
dengan jumlah KK sebanyak 2.100, mereka dalam menangkap ikan telah
Kelurahan Kandang memang sudah se- menggunakan kapal bermotor. Kekuatan

358
WACANA Vol. 12 No. 2 April 2009 ISSN. 1411-0199

kapal motor mereka dibawah 6 GT dan (Jumlah Tangkap yang Dibolehkan)


jaring bubu yang mereka gunakan ditetapkan sebesar 80 % dari potensi
berukuran kecil, 2x3 m dengan tinggi 1 m. tersebut atau sebesar 5,006 juta ton
Lamanya waktu penangkapan mereka pertahun, dengan rincian 3,519 juta ton
berkisar antara 4-7 hari. pertahun berasal dari perairan teritorial dan
Nelayan Trawl (pukat harimau), yaitu perairan wilayah serta 1,487 juta ton
mereka yang menggunakan jaring pukat pertahun dari perairan ZEEI. Ini
harimau yang penggunaannya telah menandakan bahwa pemanfaatan sumber
dilarang oleh pemerintah secara nasional. daya perikanan di Provinsi Bengkulu
Tujuan utama mereka adalah menangkap masih sangat kecil jika dibandingkan
udang kelong yang habitatnya pada 10-15 dengan potensi perikanan secara nasional.
mil laut dan kedalaman 30 meter. Sarana penangkapan ikan yang di-
Nelayan Bagan, yaitu nelayan yang miliki nelayan di Provinsi Bengkulu masih
menggunakan alat tangkap berukuran relatif kecil, bersifat perorangan dan belum
20x20 m, dengan sasaran tangkapan ikan terorganisir. Jumlah armada perikanan
teri, selain itu mereka juga menggunakan tradisional sebanyak 1.723 unit. Sedangkan
alat tangkap pancing selama berada di atas jumlah armada non tradisional/modern
kapal. Jumlah nelayan ini hanya sedikit, sebanyak 68 unit (BPS Provinsi Bengkulu,
kebanyakan nelayan bagan merangkap 1999).
sebagai nelayan bubu. Keterbatasan sarana penangkapan ter-
sebut merupakan salah satu penyebab
Gambaran Sektor Perikanan di rendahnya produktivitas nelayan tradi-
Kota Bengkulu sional karena usahanya masih sangat
Menurut laporan Dinas Perikanan tergantung dengan alam. Hal ini berakibat
Provinsi Bengkulu (1999) panjang pantai pada rendahnya tingkat pendapatan yang
Bengkulu lebih kurang 500 km, Bengkulu diperoleh nelayan dan pola pendapatannya
merupakan Provinsi yang memiliki pantai tidak teratur (Dinas Perikanan Provinsi
terpanjang di Pulau Sumatera dan diper Bengkulu, 1999).
kirakan memiliki potensi perikanan laut Terjadinya over fishing di beberapa
sebanyak 126.217 ton per tahun. Namun Wilayah Pengelolaan Perikanan telah
sampai dengan tahun 1988, peman mendorong nelayan yang biasa menangkap
faatannya baru mencapai 21.421 ton per ikan di perairan tersebut melakukan
tahun atau 16,97 %. Jika dibandingkan penangkapan ikan di daerah penangkapan
dengan potensi sumber daya perikanan (fishing ground) lain yang masih potensial,
secara nasional dapat dilihat dari hasil misalnya dari laut Jawa ke Laut Flores dan
kajian Komisi Nasional Pengkajian Stok Selat Malaka atau Laut Banda. Hal ini
Sumberdaya Ikan (SDI) pada tahun 1997, apabila tidak diantisipasi dapat menjadi
yang kemudian dikukuhkan oleh peme- faktor pendorong timbulnya konflik antara
rintah melalui Keputusan Menteri Perta- nelayan pendatang dengan nelayan lokal.
nian No. 995/Kpts/IK.21/99 Tentang Po- Tingkat kesejahteraan nelayan di Kota
tensi Sumberdaya Ikan dan Jumlah Bengkulu relatif rendah bila dibandingkan
Tangkap Yang Diperbolehkan (JTB), dengan sektor pekerjaan di luar nelayan.
potensi sumberdaya ikan di Perairan Rata-rata jumlah keluarga Pra Sejahtera
Indonesia adalah sebesar 6,258 juta ton dan Keluarga Sejahtera I pada tahun 1997
pertahun, dengan rincian 4,400 jutan ton di Kota Bengkulu 15 % dari jumlah
pertahun berasal dari perairan teritorial dan penduduk. Apabila diperhatikan, jumlah
perairan wilayah serta 1,858 juta ton Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga
pertahun berasal dari perairan ZEEI. Sejahtera I terbesar (27 % dari jumlah
Namun demikian, karena manajemen penduduk) berada di Kecamatan Teluk
perikanan menganut asas kehati-hatian Segara yang mayoritas penduduknya
(precautionary approach), maka JTB bermata pencaharian sebagai nelayan

359
WACANA Vol. 12 No. 2 April 2009 ISSN. 1411-0199

tradisional. Kehidupan masyarakat nelayan Penggunaan alat tangkap ikan oleh


tradisional yang selalu berada dibawah nelayan modern dianggap dapat merusak
garis kemiskinan tersebut tidak terlepas kelangsungan dan kelestarian lingkungan
dari kengganan mereka untuk me- hidup dalam laut oleh nelayan tradisional
modernisasi di bidang perikanan terutama sehingga menyebabkan hasil tangkapan
mengenai alat tangkap ikan yang mereka ikan mereka terus menurun setiap
gunakan. Selama bertahun-tahun mereka bulannya.
menggunakan alat tangkap tradisional
seperti : pancing, bubu dan jaring. Begitu Proposisi 4
juga dengan perahu yang digunakan, Kurang tegasnya peraturan di bidang
kebanyakan masih dibawah 10 GT atau perikanan dan kurang tanggapnya peme-
bahkan masih banyak yang menggunakan rintah daerah melalui aparat yang ber-
perahu tanpa motor alias dengan men- wenang dalam menyikapi dan menanggapi
dayung. setiap keluhan dan penyelesaian masalah
Lain halnya dengan nelayan modern, yang disampaikan oleh para nelayan
penggunaan alat tangkap trawl telah tradisional terhadap keberadaan alat
digunakan sejak tahun 1985 hingga seka- tangkap ikan yang dilarang oleh pe-
rang. Selain itu mereka juga menggunakan merintah.
alat tangkap pukat cincin, purse seine,
cantrang, bagan dan dogol yang kese- Analisis Data II
muanya merupakan alat tangkap yang lebih Bentuk penyelesaian konflik antara
baik dan lebih canggih dari alat tangkap nelayan tradisional di Kelurahan Pasar
tradisional. Bengkulu dengan nelayan modern di
Kelurahan Kandang.
Analisis Data
Analisis Data I Proposisi 5
Faktor-faktor yang menyebabkan Keinginan kelompok nelayan tra-
terjadinya konflik antara nelayan tradi- disional di Kelurahan Pasar Bengkulu dan
sional di Kelurahan Pasar Bengkulu nelayan modern di Kelurahan Kandang
dengan nelayan modern di Kelurahan untuk melakukan kegiatan penangkapan
Kandang ikan dengan tenang dan aman tanpa rasa
was-was kapalnya diserang kelompok
Proposisi 1 lawan menjadi pendorong untuk menye-
Beroperasinya kapal-kapal trawl yang lesaikan konflik antara kedua kelompok
menggunakan alat tangkap yang dilarang tersebut secara damai melalui musyawarah
penggunaannya oleh pemerintah menye- dan duduk bersama satu meja.
babkan keresahan dari para nelayan
tradisional karena hasil tangkapan ikan Proposisi 6
mereka menjadi jauh menurun setiap Ketegasan dari pihak Pemerintah Kota
bulannya. Bengkulu untuk melarang penggunaan alat
Proposisi 2 tangkap yang dilarang oleh pemerintah dan
Kapal-kapal bermotor milik nelayan memberi sanksi sesuai hukum yang
modern yang menggunakan alat tangkap berlaku bagi para nelayan modern yang
yang lebih canggih dan maju beroperasi di ketahuan menggunakan alat tangkap
wilayah perairan nelayan tradisional juga tersebut.
menyebabkan rasa kurang senang para
nelayan tradisional karena dianggap telah Proposisi 7
mengambil kaplingannya dalam mencari Adanya pembagian wilayah penang-
ikan. kapan ikan bagi nelayan tradisional dan
nelayan modern, sehingga masing-masing
Proposisi 3 kelompok nelayan dilarang untuk mela-

360
WACANA Vol. 12 No. 2 April 2009 ISSN. 1411-0199

kukan kegiatan penangkapan ikan di luar Kelurahan Pasar Bengkulu dengan


wilayahnya sendiri. Nelayan Modern di Kelurahan Kandang

Proposisi 8 Semenjak dikeluarkannya Keppres N0


Melakukan kerjasama antara nelayan 39 Tahun 1980 Tentang Penghapusan
tradisional dengan nelayan modern baik Jaring Trawl yang ditetapkan di Jakarta
berupa bantuan alat-alat penangkapan ikan pada tanggal 1 Juli 1980 sebagai salah satu
maupun semacam kontribusi hasil panang- akibat dari Peristiwa Muncar di Banyu-
kapan sehingga terjalin rasa persaudaraan wangi pada tahun 1980, dimana terjadi
dan saling memiliki antara kedua peristiwa besar dari kasus yang sederhana,
kelompok nelayan tersebut. maka jaring trawl dilarang penggunaannya
di seluruh Indonesia oleh pemerintah.
Analisis Data III Penggunaan jaring trawl oleh nelayan di
Upaya-upaya Pemerintah Daerah da- Kota Bengkulu telah dilakukan sejak tahun
lam penyelesaian konflik antara nelayan 1980-an hingga tahun 1995. Seiring
tradisional dengan nelayan modern. dengan penggunaan jaring trawl selama
lebih kurang 15 tahun itu, banyak keluhan
Proposisi 9 dari para nelayan tradisional yang dalam
Upaya yang dilakukan untuk menye- menangkap ikan hanya meng-andalkan alat
lesaikan konflik yang terjadi antara tangkap tradisional seperti jaring, pancing
nelayan tradisional di Kelurahan Pasar dan bubu. Mereka me-nganggap jaring
Bengkulu dengan nelayan modern di trawl sebagai penyebab utama
Kelurahan Kandang selama ini hanya berkurangnya ikan di laut. Hal inilah yang
sebatas jika terjadi konflik yang berbentuk memicu timbulnya konflik antara kedua
benturan fisik seperti penyerangan kapal kelompok nelayan tersebut. Tetapi bagi
dan rumah-rumah nelayan. pihak nelayan modern, mereka
menggunakan jaring trawl di luar wilayah
Proposisi 10 perairan nelayan tradisional sehingga pe-
Untuk mengantisipasi terjadinya nyebab utama berkurangnya hasil tang-
konflik susulan pasca konflik, Pemerintah kapan ikan nelayan tradisional dikarenakan
Kota secara intensif melakukan pembinaan alat tangkap nelayan tradisional yang
dan pengawasan terhadap kegiatan sudah tidak sesuai dengan kemajuan
penangkapan ikan oleh para nelayan baik teknologi sekarang.
nelayan tradisional maupun nelayan Masih beroperasinya kapal-kapal trawl
modern. di Kota Bengkulu merupakan salah satu
faktor penyebab timbulnya konflik, karena
Proposisi 11 kelompok nelayan tradisional keberatan
Pemerintah Kota berkoordinasi dengan dengan penggunaan jaring trawl.
Polairud dan Pangkalan Angkatan Laut Selain karena faktor penggunaan alat
(Lanal) Bengkulu serta Administrasi tangkap yang dilarang oleh pemerintah
Pelabuhan Pulau Baai (Adpel) melakukan seperti penggunaan jaring trawl, konflik
sweeping dan razia baik di laut maupun di yang terjadi antara kedua kelompok
tempat pembongkaran ikan para nelayan nelayan di Kota Bengkulu juga disebabkan
dalam rangka menertibkan alat tangkap oleh faktor ekonomi yaitu perebutan
ikan yang dilarang penggunaannya. sumber daya perikanan yang memang
terbatas. Seperti yang dikatakan oleh Abas
Pembahasan Umum (2002:46), bahwa berdasarkan pandangan
Weber mengatakan konflik diantara pihak-
Faktor-faktor Penyebab Timbulnya pihak dari kelompok kepentingan ekonomi
Konflik Nelayan Tradisional di yang berbeda dalam proses-proses
pelayanan publik, bisa tercipta lebih

361
WACANA Vol. 12 No. 2 April 2009 ISSN. 1411-0199

dikarenakan oleh perebutan sumberdaya masyarakat nelayan ter-utama nelayan


ekonomi. Dengan kata lain konflik sosial tradisional dengan nelayan modern yang
terjadi karena persaingan antar kelompok telah menerapkan penggu-naan teknologi
dalam masyarakat untuk memperebutkan tangkap yang lebih canggih dan modern.
sumberdaya ekonomi yang langka. Hal Mungkin ada benarnya jika dikatakan
senada juga diungkapkan oleh Kusnadi bahwa realitas masyarakat nelayan adalah
(2002), bahwa salah satu penyebab ter- masyarakat yang selalu kalah. Kekalahan
jadinya konflik dalam masyarakat nelayan, yang pertama adalah ketidakmampuannya
terutama antara nelayan tradisional dengan dalam mengatasi alam yang kadang tidak
nelayan modern selain disebabkan oleh selalu bersahabat. Kekalahan yang kedua
perbedaan persepsi mengenai alat tangkap adalah dalam realitas sosial mengalami
ikan, juga disebabkan oleh faktor lain : merginalisasi karena ketertinggalan
perebutan sumber daya perikanan. teknologi dan permasalahan yang begitu
Berdasarkan Keputusan Menteri kompleks. Hal ini diungkapkan oleh
Pertanian Republik Indonesia Nomor Panayatou (1982) yang dikutip oleh Syauta
392/Kpts/IK.120/4/99 Tentang Jalur-jalur (1990).
Penangkapan Ikan, ditetapkan dalam pasal Penggunaan motorisasi pada penang-
2 bahwa Wilayah Perikanan Republik kapan ikan sekitar tahun 1978 dengan
Indonesia dibagi menjadi 3 (tiga) Jalur menggunakan trawl ternyata mendatang-
Penangkapan Ikan, yaitu : kan konflik yang cukup hebat antara
nelayan tradisional dengan nelayan modern
Jalur I hingga saat ini. Di satu sisi peningkatan
Perairan pantai yang diukur dari teknologi penangkapan ini memberikan
permukaan air laut pada surut yang hasil yang cukup besar, akan tetapi
terendah sampai dengan 3 (tiga) mil laut; mengorbankan nelayan tradisional yang
Perairan pantai diluar 3 (tiga) mil laut tidak mempunyai penghasilan akibat
sampai dengan 6 (enam) mil laut. sumberdaya ikan yang dirusak oleh trawl.
Jalur II, meliputi perairan diluar Jalur Dihapusnya trawl pada tahun 1980 dan
Penangkapan Ikan I sampai dengan 12 digantikan oleh teknologi penangkapan
(dua belas) mil laut ke arah laut. yang lebih memperhatikan kelangsungan
Jalur III, meliputi perairan di luar Jalur sumberdaya tidak berarti masalah pene-
Penangkapan Ikan II sampai dengan batas rapan teknologi telah selesai di masyarakat
terluar Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia nelayan. Sebuah kecemburuan baru mun-
(ZEE). cul ketika masyarakat nelayan semakin
terdesak oleh wilayah penangkapan yang
Berdasarkan keputusan Menteri Per- semakin sempit dan persaingan ditentukan
tanian diatas, maka perairan laut Kota oleh teknologi penangkapan. Kusnadi
Bengkulu juga dibagi ke dalam 3 (tiga) (1997).
jalur penangkapan ikan. Kadangkala ne- Beberapa perbandingan dan pengujian
layan yang seharusnya menangkap di jalur yang dilakukan oleh para peneliti tentang
II malah melakukan kegiatan penangkapan penerapan teknologi penangkapan ikan
ikan di jalur I. Hal tersebut pernah terjadi memberikan hasil adanya penguasaan ak-
pada tahun 1999 yang lalu dimana kapal ses teknologi penangkapan yang cukup
bermotor nelayan modern yang seharusnya besar oleh suatu kelompok dalam masya-
menangkap ikan di jalur II malah mela- rakat nelayan baik dalam bentuk kepe-
kukan penangkapan ikan di wilayah per- milikan, modal serta usaha dalam bidang
airan nelayan tradisional. Akibatnya ter- tersebut. Pollnac (1998).
jadilah perselisihan yang memicu konflik. Apa yang disampaikan diatas, ke-
Faktor perbedaan teknologi penang- nyataannya memang terjadi di kehidupan
kapan ikan merupakan faktor lainnya yang masyarakat nelayan tradisional. Di satu
menyebabkan terjadinya konflik dalam pihak, mereka ingin memiliki teknologi

362
WACANA Vol. 12 No. 2 April 2009 ISSN. 1411-0199

perikanan yang lebih maju tetapi tidak aparat pemerintah sehingga menimbulkan
mempunyai modal untuk memilikinya. rasa tidak puas oleh sekelompok orang.
Faktor lain yang tidak memungkinkan para Ketidakpuasan itu kemudian terus menerus
nelayan tradisional untuk memiliki terjadi sehingga dalam waktu tertentu
teknologi perikanan yang maju adalah ketika ada momen yang tepat dengan
pendidikan. Hampir sebagian besar para mudah akan meledak menjadi pertikaian,
nelayan tradisional memiliki tingkat baik itu dalam bentuk vertikal berupa
pendidikan yang rendah. Dengan adanya perlawanan kepada negara atau simbol-
perbedaan teknologi perikanan antara simbol negara, maupun horizontal berupa
nelayan tradisional dengan nelayan modern pertikaian antara masyarakat yang
dalam bersaing memperoleh sumberdaya diuntungkan dan tidak beruntung tadi.
ikan yang wilayah penangkapannya sema- Sedangkan menurut kacamata Marx,
kin membuat terdesak nelayan tradisional, bahwa konflik terjadi karena terdapat dua
maka hal tersebut sangat membuka pe- kelas dalam masyarakat yang saling
luang untuk terjadinya konflik akibat rasa berhadapan secara antagonis, yaitu kelas
kecemburuan sosial yang tinggi, rasa stress pemilik modal dan kelas pekerja (buruh).
karena tangkapan yang setiap harinya Antagonis ini terjadi karena arogansi
menurun mengakibatkan nelayan tradi- pemilik modal dengan dukungan negara
sional sangat rentan untuk timbulnya yang begitu kuat dan semena-mena dimana
konflik Apalagi hal tersebut dipicu dengan buruh dianggap sebagai pekerja kasar yang
adanya nelayan luar daerah yang me- harus tunduk dan taat terhadap segala
nangkap ikan di wilayah perairan tersebut kebijakan dan aturan yang dikehendaki
dengan menggunakan teknologi penang- oleh mereka. Hal tersebut kemudian
kapan ikan yang lebih maju dari nelayan semakin mendorong derasnya ketimpangan
lokal. sosial dalam masyarakat yang setiap saat
Selain faktor-faktor diatas, ada hal lain sangat rawan bagi terjadinya benturan.
yang menjadi faktor penyebab terjadinya Ketimpangan tersebut menimbulkan
konflik antara kedua kelompok nelayan perbedaan sosial ekonomi yang sangat jauh
tersebut. Faktor lain itu disebut juga antara pemilik modal dan pekerja.
sebagai faktor laten konflik, antara lain : Sedangkan menurut Ralp Dahrendorf,
indikasi keberadaan sumber daya ikan seperti yang dikutip oleh Ritzer (1980:31),
yang terbatas, kurang optimalnya fungsi bahwa distribusi kekuasaan dan wewenang
dan peran kelembagaan atau institusi, secara tidak merata tanpa kecuali menjadi
belum tegasnya pelaksanaan hukum dan faktor yang menentukan konflik sosial
peraturan perikanan, perbedaan sosial secara sistematis. Perbedaan wewenang
ekonomi dan tidak berfungsinya sarana dan adalah suatu tanda dari adanya berbagai
prasarana perikanan, seperti Tempat posisi dalam masyarakat. Kekuasaan dan
Pelelangan Ikan (TPI). wewenang senantiasa menempatkan
Abas (2002) melihat dari kacamata individu pada posisi atas dan posisi bawah
teori konflik yang disampaikan oleh Weber dalam setiap struktur. Karena wewenang
bahwa konflik itu muncul sebagai bentuk itu adalah sah, maka setiap individu yang
dari kekecewaan (kecemburuan) oleh tidak tunduk terhadap wewenang yang ada
pihak tertentu karena ada kelompok dalam akan terkena sanksi. Dengan demikian
masyarakat yang merasa kurang beruntung masyarakat disebut oleh Dahrendorf
dalam pelayanan di sektor ekonomi, sebagai : persekutuan yang terkoordinasi
sementara ada kelompok masyarakat lain secara paksa (imperatively coordinated
yang mendapatkan pelayanan secara associations).
berlebihan dalam sektor ekonomi tersebut. Kurang optimalnya fungsi dan peran
Kondisi ini merupakan bentuk atau wujud kelembagaan atau institusi dari pemerintah
dari diskriminasi dalam pelayanan publik terlihat dari pembinaan dan pengawasan
atau ketidakadilan yang diperankan oleh yang berkelanjutan diberikan oleh Dinas

363
WACANA Vol. 12 No. 2 April 2009 ISSN. 1411-0199

Perikanan Kota Bengkulu maupun Propinsi Adanya pembagian jalur penang-


Bengkulu dirasakan oleh nelayan masih kapan ikan yang jelas antara
kurang (belum optimal), hanya kegiatan- nelayan tradisional dengan nelayan
kegiatan yang bersifat insidental. modern.
Dalam menyelesaikan konflik yang
terjadi antara nelayan tradisional di Pemerintah melalui Keputusan Men-
Kelurahan Pasar Bengkulu dengan nelayan teri Pertanian No 607 Tahun 1975 jo No
modern di Kelurahan Kandang dapat 392 Tahun 1999 Tentang Jalur-Jalur
ditempuh dengan cara sebagai berikut : Penangkapan Ikan telah berupaya agar
Melalui musyawarah mufakat antara konflik antar nelayan terutama konflik
nelayan tradisional dengan nelayan modern antara nelayan tradisional dengan nelayan
duduk satu meja dan dibicarakan masalah modern dapat dihindari. Kapal-kapal ne-
yang terjadi selama ini dengan pihak layan modern terutama kapal trawl
pemerintah sebagai mediatornya. seharusnya jangan melakukan penang-
Hal tersebut telah dilakukan oleh kapan di jalur I yang merupakan wilayah
masing-masing kedua kelompok nelayan perairan yang diperuntukkan bagi nelayan
pada tanggal 15 Juni 2003, kelompok tradisional, sehingga tidak membuat marah
nelayan tradisional mewakili 8 (delapan) nelayan tradisional karena merasa wilayah
kelurahan yang ada di Kota Bengkulu dan penangkapan ikannya diambil.
diwadahi oleh Himpunan Keluarga
Nelayan dan Pedagang Ikan (HKNPI) Sikap tegas dari Pemerintah Kota
sedang kelompok nelayan modern diwakili terhadap segala macam pelang-
oleh nelayan trawl yang memiliki kapal garan yang terjadi.
motor ditas 30 GT. Dalam musyawarah Pemerintah Kota Bengkulu harus ber-
tersebut tidak dihadiri oleh pihak dinas sikap tegas terhadap pelanggaran hukum
perikanan baik kota maupun provinsi. yang terjadi dalam masyarakat nelayan
Hasil yang dicapai oleh musyawarah itu termasuk pembinaan terhadap oknum apa-
menghasilkan beberapa kesepakatan, ratnya yang bertindak nakal. Jika memang
antara lain : (1) Pengoperasian jaring trawl terbukti adanya kapal milik nelayan yang
dilarang untuk dioperasikan di wilayah menggunakan alat tangkap yang telah
perairan Kota Bengkulu sepanjang 6 mil dilarang penggunaannya, pemerintah me-
laut ke arah laut (2) Pihak nelayan lalui aparat hukumnya seperti Polairud dan
tradisional meminta adanya kontribusi dari KP3 harus menindak dan memprosesnya
pihak nelayan modern/trawl sebagai sesuai dengan ketentuan hukum yang
hubungan patron-klient berupa penyisihan berlaku. Selain itu juga harus melakukan
penghasilan sebanyak 5 (lima) % yang pengawasan secara ketat dan berkala
pemanfaatannya akan digunakan untuk : 2 terhadap penggunaan alat tangkap yang
(dua) % diserahkan sebagai PAD kepada dioperasikan oleh nelayan baik di laut
pemerintah kota, sebesar 1,5 (satu maupun di darat, bukan hanya sekedar
setengah) % untuk membantu nelayan dan formalitas semata.
1,5 (satu setengah) % untuk membantu Kemitraan usaha antara nelayan
para pedagang kecil ikan (3) Apabila ada tradisional dengan nelayan modern
kapal trawl yang sampai merusak jaring Kemitraan usaha adalah salah satu
nelayan modern, maka pemilik kapal harus solusi untuk menghindari konflik yang
mengganti kerugian yang telah diderita terjadi, yaitu antara nelayan skala besar
nelayan tradisional tersebut. Hal tersebut dengan nelayan skala kecil. Dengan
ternyata cukup efektif, terbukti selama terjalinnya kemitraan maka masing-masing
kurun waktu 7 (bulan) tidak terjadi gejolak pihak saling tergantung dan saling
dalam kedua kelompok masyarakat memperoleh manfaat dari kegiatan usaha
nelayan tersebut. yang dilaksanakan. Kemitraan yang umum
diterapkan pada usaha perikanan adalah

364
WACANA Vol. 12 No. 2 April 2009 ISSN. 1411-0199

dalam bentuk Inti-Plasma, dimana peru- razia dan pengawasan tersebut dilakukan di
sahaan perikanan bertindak sebagai inti laut maupun didarat.
dan nelayan bertindak sebagai plasma. Dalam setiap memberikan Surat Izin
Berdasarkan kesepakatan, perusahaan Penangkapan Ikan (SPI) maupun Surat Izin
inti biasanya berkewajiban dalam penye- Kapal Penangkapan dan Pengangkut Ikan
diaan sarana produksi (kapal, alat tangkap, (SIKPPI) kepada nelayan kapal motor,
es, dll) dan menampung (membeli) hasil dilakukan pengawasan secara ketat baik
tangkapan nelayan plasma. Sedangka daerah pengoperasian kapal maupun alat
kewajiban nelayan adalah menangkap ikan tangkap yang digunakan.
dan menjual hasilnya kepada perusahaan Menindak dengan tegas kapal-kapal
inti, dengan harga yang disepakati ber- nelayan yang terbukti secara nyata
sama. melakukan kegiatan penangkapan ikan
dengan menggunakan alat tangkap yang
Upaya yang Dilakukan Pemerintah dilarang penggunaannya oleh pemerintah
Kota Bengkulu dalam Menye- dan alat tangkap yang dapat merusak
lesaikan Konflik yang Terjadi kelestarian lingkungan laut beserta isinya,
Dalam menyelesaikan konflik yang seperti jaring trawl, bahan peledak, bahan
terjadi antara nelayan tradisional di Kelu- racun dan sebagainya.
rahan Pasar Bengkulu dengan nelayan Membuat kebijaksanaan yang dapat
modern di Kelurahan Kandang, langkah- menunjang peningkatan kualitas kehidupan
langkah yang ditempuh oleh Pemerintah nelayan tradisional melalui Program Jaring
Kota Bengkulu yang berkoordinasi dengan Pengaman Sosial (JPS), IDT, Takesra,
Pemerintah Provinsi Bengkulu adalah Kukesra, PMTAS, UPPKS dan sebagainya.
sebagai berikut : Tetapi semua kebijakan yang telah
Masih bersifat insidentil, dalam artian dilakukan oleh pemerintah tersebut belum
bahwa Pemerintah Kota maupun Provinsi menampakkan hasil yang memuaskan,
turun tangan setelah terjadinya konflik kehidupan masyarakat nelayan tradisional
berupa bentrok fisik antara kedua tidak berubah malah sebagian besar
kelompok nelayan yang bertikai. Sedang- bantuan yang merupakan pinjaman secara
kan upaya yang ditempuh oleh pemerintah bergilir tersebut semuanya macet dan tidak
pasca konflik adalah mencegah agar berkembang.
konflik yang terjadi tidak berkembang dan Memberikan bantuan kapal motor
meluas dengan cara : kepada kelompok nelayan tradisional
Mengadakan pertemuan yang dihadiri sebanyak 5 (lima) unit yang digunakan
oleh perwakilan dari kelompok nelayan sebagai alat untuk melakukan kegiatan
tradisional dan kelompok nelayan modern pengawasan terhadap kapal-kapal nelayan
yang difasilisator langsung baik oleh modern dan kapal-kapal nelayan luar
Walikota Bengkulu maupun oleh Gubernur dalam melakukan kegiatan penangkapan
Bengkulu, mengenai akar permasalahan ikan.
terjadinya konflik dan bagaimana Berdasarkan hasil temuan dilapangan,
kehendak kedua kelompok nelayan agar keberadaan kapal-kapal motor tersebut
konflik tersebut dapat dihentikan dan tidak sudah tidak layak pakai lagi bahkan ada
berlanjut. beberapa yang sudah tidak dapat
Membentuk tim yang beranggotakan digunakan lagi.
unsur Dinas Perikanan dan Kelautan
Provinsi Bengkulu, Polairud Polda
Bengkulu, Lanal Bengkulu, yang bertugas KESIMPULAN DAN SARAN
untuk mengadakan razia mengenai
penggunaan alat tangkap ikan yang Kesimpulan
digunakan oleh para nelayan. Kegiatan Konflik yang terjadi antara nelayan
tradisional di Kelurahan Pasar Bengkulu

365
WACANA Vol. 12 No. 2 April 2009 ISSN. 1411-0199

dengan nelayan modern di Kelurahan pembinaan kepada para nelayan yang


Kandang disebabkan oleh beberapa faktor, terkesan masih bersifat formalitas semata
antara lain : dan setengah-setengah.
Masih beroperasinya kapal-kapal trawl Belum tegasnya pelaksanaan hukum
milik nelayan modern walaupun penggu- dan peraturan perikanan.
naan alat tangkap tersebut telah dilarang Berdasarkan Keppres No 39 tahun
oleh pemerintah. Keberatan nelayan 1980 Tentang Penghapusan Jaring Trawl,
tradisional akan penggunaan alat tangkap maka pengoperasian jaring trawl di seluruh
trawl tersebut, antara lain : (1) merusak Indonesia dinyatakan dilarang. Tetapi, di
kelestarian sumberdaya perikanan (2) Kota Bengkulu masih banyak kapal-kapal
merusak habitat dan daerah pemijahan nelayan modern yang menggunakannya,
udang (3) merusak jaring-jaring nelayan ini menjadi bukti nyata bahwa penegakan
tradisional yang dipasang di pinggir pantai, hukum oleh aparat yang berwenang belum
karena pengoperasian trawl sepanjang bibir berjalan sebagaimana mestinya. Ini ber-
pantai (4) hasil tangkapan sampingan kaitan juga dengan adanya kolusi antara
berupa ikan-ikan yang memiliki nilai niaga pemilik kapal trawl dengan aparat di
yang rendah lebih banyak dari hasil lapangan yaitu kepolisian. Dalam hal ini
tangkapan utama, yaitu udang kelong. polairud dan angkatan laut yang mem-
Pelanggaran jalur penangkapan oleh becking setiap kegiatan kapal trawl.
nelayan-nelayan modern, khususnya kapal- Bentuk penyelesaian konflik antara
kapal trawl ke wilayah perairan nelayan kedua kelompok nelayan tersebut
tradisional. Hal tersebut berkaitan dengan ditempuh dengan cara :
perebutan sumber daya perikanan yang Kapal-kapal trawl dilarang untuk
memang sangat terbatas. melakukan kegiatan penangkapan ikan di
perairan nelayan tradisional (0-3 mil laut),
Perbedaan teknologi penangkapan. jika memang tetap beroperasi, nelayan
Nelayan tradisional yang masih tradisional menghendaki adanya kontribusi
menggunakan alat tangkap ikan tradisional, kepada para nelayan tradisional berupa 5
seperti : pancing, jaring putih, jaring pukat % dari hasil tangkapan nelayan modern.
pantai dan lain-lain merasa jengkel dan Penetapan jalur penangkapan yang
frustasi terhadap kapal-kapal nelayan jelas bagi nelayan tradisional dan bagi
modern yang menggunakan alat tangkap nelayan modern, sehingga tidak terjadi lagi
yang lebih maju dan modern sehingga hasil pelanggaran jalur penangkapan;
tangkapannya pun lebih banyak dan Sikap tegas dari Pemerintah Provinsi
bernilai ekonomis tinggi, sementara dan Kota Bengkulu terhadap segala macam
nelayan tradisional hasil tangkapannya pelanggaran yang terjadi.
semakin hari cenderung semakin menurun. Kemitraan usaha antara nelayan
Hal ini menimbulkan rasa kecemburuan tradisional dengan nelayan modern.
sosial yang tinggi sehingga sangat rentan Hal ini pernah dilakukan pada tahun
untuk terjadinya konflik. 1999 pasca konflik, dengan cara nelayan
Kurang optimalnya fungsi dan peran tradisional ikut dilibatkan dalam peng-
kelembagaan atau institusi pemerintah. operasian jaring trawl yang hasil tangkapan
Hal ini terlihat dari fungsi dinas tersebut dikelola oleh koperasi nelayan
perikanan dan kelautan sebagai institusi tradisional. Selama lebih kurang 2 tahun
yang bertanggungjawab secara langsung tidak terjadi konflik antara kedua ke-
terhadap masyarakat nelayan, kurang peka lompok nelayan tersebut.
terhadap keluhan-keluhan yang disam- Upaya-upaya yang dilakukan oleh
paikan oleh masyarakat nelayan tradisional Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kota
berkaitan dengan penggunaan alat tangkap Bengkulu dalam menyelesaikan konflik
yang dilarang, pelangggaran jalur penang- yang terjadi antara lain :
kapan oleh nelayan modern hingga kepada

366
WACANA Vol. 12 No. 2 April 2009 ISSN. 1411-0199

Masih bersifat insidentil, dimana secara tegas setiap penambahan armada


pemerintah baru turun tangan jika konflik kapal trawl yang disertai dengan :
yang terjadi telah berbentuk benturan fisik penguatan fasilitas pengawasan; pember-
seperti : penyerangan kapal-kapal di tengah dayaan petugas penyidik di lapangan dan
laut, penyerangan rumah nelayan dan sosialisasi ketentuan yang telah ditetapkan.
sebagainya, sedang upaya pra konflik Jika mengambil alternatif kedua yaitu
terjadi dalam rangka mengantisipasinya melarang pengoperasian trawl, maka
belum ada yang dilakukan oleh peme- langkah yang ditempuh antara lain : (a)
rintah. melarang secara tegas penambahan armada
Pasca konflik terjadi, pemerintah me- dan alat tangkap trawl dengan menetapkan
lakukan pengawasan terhadap kegiatan Peraturan Daerah Tentang Penghapusan
para nelayan terutama nelayan modern, Trawl sebagai tindak lanjut dari Keppres
melalui tim yang dibentuk oleh Dinas No 39 tahun 1980 dan jika terbukti masih
Perikanan dan Kelautan Propvinsi Beng- ada nelayan yang mengoperasikannya
kulu berkoordinasi dengan Polresta dan AL harus ditindak dengan tegas (b) peng-
agar tidak ada lagi yang mengoperasikan hapusan/penghancuran terhadap seluruh
alat tangkap yang telah dilarang peng- alat tangkap trawl (c) pengenalan alat
gunaannya. tangkap alternatif skala kelompok nelayan
Memanggil para perwakilan nelayan dengan catatan ada perubahan konstruksi
tradisional dan perwakilan nelayan modern alat tangkap yang lama.
untuk berdamai dan bermusyawarah untuk Perlu koordinasi lintas sektoral untuk
menyelesaikan konflik yang telah terjadi mengatur tentang penggunaan alat tangkap
selama ini. (metode dan jenis), pengaturan jalur-jalur
Bantuan kapal motor kepada ke- penangkapan, perijinan kapal-kapal per-
lompok nelayan tradisional untuk digu- ikanan dan peraturan-peraturan lain yang
nakan sebagai tindakan pengawasan berkaitan dengan pengelolaan wilayah
terhadap kegiatan nelayan modern dalam pesisir dan laut secara terpadu sebagai
melakukan penangkapan ikan. implementasi dari kebijakan nasional dan
regional.
Saran-saran Pemberdayaan nelayan melalui ke-
Ada beberapa hal yang dapat dijadikan giatan yang benar-benar tepat sasaran
sebagai masukan dan bahan pertimbangan sehingga kegiatan pemberdayaan yang
bagi semua pihak yang berkepentingan. selama ini dilakukan oleh pemerintah
Saran atau masukan yang bisa disampaikan belum optimal hasilnya dapat benar-benar
antara lain : bermanfaat dan membantu masyarakat
Ada dua alternatif sebagai strategi nelayan tradisional. Untuk itu, sejak
dalam penyelesaian konflik penggunaan dibentuknya Departemen Kelautan dan
alat tangkap trawl : (1) memberikan ijin Perikanan, kegiatan pemberdayaan nelayan
pengoperasian alat tangkap trawl secara dilakukan secara lebih intensif terutama
terbatas; (2) melarang secara tegas peng- melalui Program Pemberdayaan Ekonomi
operasian alat tangkap trawl. Jika alternatif Masyarakat Pesisir (PEMP), dimana tujuan
pertama yang diambil maka langkah yang program tersebut antara lain : (1) me-
harus ditempuh : (a) melarang sementara reduksi pengaruh kenaikan BBM terhadap
penambahan alat tangkap trawl (b) peng- kondisi sosial ekonomi masyarakat pesisir
kajian stock assesment sumberdaya ikan melalui peningkatan dan penciptaan usaha
(c) penetapan daerah operasi dari masing- produktif secara berkesinambungan (2)
masing armada trawl yang telah menda- meningkatkan partisipasi masyarakat
patkan ijin (d) penetapan waktu peng- dalam perencanaan, pelaksanaan, penga-
operasian trawl (sebaiknya ditetapkan pada wasan dan pengembangan kegiatan eko-
siang hari) untuk memudahkan penga- nomi masyarakat (3) memperkuat kelem-
wasan (e) penetapan mata jaring trawl bagaan ekonomi masyarakat dalam men-

367
WACANA Vol. 12 No. 2 April 2009 ISSN. 1411-0199

dukung pembangunan daerah (4) memicu Abdul Wahab, S. 1988. Ekonomi Politik
bergeraknya usaha ekonomi produktif dan Bisnis Indonesia Era Orde Baru.
masyarakat di desa pesisir (5) mendorong Universitas Brawijaya, Malang.
bergeraknya mekanisme manajemen pem- Amstutz, M R. 1988. An Introduction to
bangunan masyarakat yang partisipatif dan Political Science. The Management
transparan (6) memberikan kesempatan of Conflict. Scott, Foreman and
kerja dan berusaha bagi masyarakat pesisir Company, Glenview, Illinois.
yang terkait dsengan sumberdaya laut dan Ary Wahyono. 2001. Pemberdayaan
pesisir. Masyarakat Nelayan. Media
Perlu dilakukan penyuluhan dan Pressindo, Yogyakarta.
pelatihan terhadap tokoh masyarakat, ula- Dwiyanto, A. 1999. Pembangunan Masya-
ma dalam hal manajemen konflik, se- rakat Madani, Tinjauan Birokratik
hingga dapat tercapai kemandirian masya- Pilitik. Jurnal Kebijakan Admi-
rakat dalam menyelesaikan konflik internal nistrasi Publik Vol-3 tahun 1999.
masyarakat. Gajahmada University Press,
Adanya kemitraan usaha antara ne- Yogyakarta.
layan tradisional dengan nelayan modern , Dwiyanto, A. 2003. Reformasi Tata
sehingga masing-masing pihak saling Pemerintahan dan Otonomi Daerah.
tergantung dan saling memperoleh manfaat Pusat Studi Kependudukan dan
dari kegiatan usaha yang dilaksanakan. Kebijakan Universitas Gadjah
Pemerintah dalam hal ini menjadi sebagai Mada.
mediator dalam mengatur kemitraan usaha Hamner, W. C and Dennis W. M. 1978.
antara kedua kelompok nelayan tersebut. Conflict and Defence, Business
Pemerintah perlu mengembangkan Publication Inc, Dallas.
usaha alternatif bagi nelayan tradisional, Hendricks, W. 2001. Bagaimana Menge-
misalnya dibidang budidaya ikan, pengo- lola Konflik, Bumi Aksara, Jakarta.
lahan ikan, perbengkelan dan lain sebagai- Ida, L. 2002. Kekacauan Implementasi
nya. Dengan adanya usaha alternatif Otonomi Daerah : Perebutan Kuasa
diharapkan nelayan akan memperoleh Politik dan Materi, dalam jurnal
penghasilan tambahan, sehingga ketergan- PSPK, Konflik Dalam Masa
tungan terhadap hasil tangkapan ikan dapat Transisi, PSPK, Jakarta.
dikurangi dan keinginan nelayan untuk Islamy, I. 1998. Agenda Kebijakan
menangkap ikan sebanyak-banyaknya juga Reformasi Administrasi Negara.
dapat ditekan. Disamping itu, upaya ini Pidato Pengukuhan Guru Besar
dapat juga mengurangi jumlah nelayan dalam Ilmu Kebijakan Publik, FIA
karena beralih profesi ke usaha alternatif Universitas Brawijaya, Malang.
yang lebih prospektif. Berkurangnya Kartasasmita, G. 1997. Administrasi
jumlah nelayan di daerah-daerah yang Pembangunan, Perkembangan Pe-
padat, juga merupakan solusi untuk mikiran dan Prakteknya, LP3ES,
menghindari konflik. Jakarta.
Korten, D. C dan Sjahrir. 1988. Pem-
bangunan Berdimensi Kerakyatan,
DAFTAR PUSTAKA Yayasan Indonesia, Jakarta.
Koswara, E. 2000. Pengaruh Format
Abas, M., 2002. Konflik Sosial : Ancaman Politik Nasional Terhadap De-
Pelayanan Publik di Era Otonomi mokrasi Lokal, dalam Juliantara,
Daerah, dalam jurnal PSPK, Konflik Dadang. 2000. Arus Bawah Demo-
Dalam Masa Transisi, PSPK, krasi, Otonomi dan Pemberdayaan
Jakarta. Desa. LAPERA, Pustaka Utama,
Yogyakarta.

368
WACANA Vol. 12 No. 2 April 2009 ISSN. 1411-0199

Kusnadi. 1997. Kemiskinan Nelayan dan Pranarka, A. M. W dan Prijono, O S. 1996.


Pembangunan Desa Pantai. Pusat Pemberdayaan, Konsep, Kebijakan
Studi Komunikasi Pantai Jember- dan Implementasi, CSIS, Jakarta.
Jatim, Seri Kertas Kerja Nomor 3 Sajogyo dan Sarman, M. 2000. Masalah
Yogyakarta. Penanggulangan Kemiskinan, Puspa
Kusnadi. HMA dan Bambang W. 2001. Swara, Jakarta.
Teori dan Manajemen Konflik (Tra- Satria, Arif. 2002. Acuan Singkat Menuju
disional, Kontemporer dan Islam), Desentralisasi Pengelolaan Sumber
Universitas Brawijaya Malang. daya Perikanan. Pusat Kajian Agra
Lofland, J & Lyn H. L. 1984. Analyzing ria IPB-Partnership for Governance
Social Setting : A Guide to Quali- Reform in Indonesia, Jakarta.
tative Observation and Analysis, Setyohadi, Tuk. 1998. Pemberdayaan Ne-
Belmont, Cal. Wadsworth Pu- layan dan Petani Ikan dalam
blishing Company. Kerangka Konsepsi Benua Maritim
Moenir, H.A.S. 1992. Manajemen Indonesia dalam, Prosiding Sim-
Pelayanan Umum di Indonesia, posium Perikanan Indonesia II,
Bumi Aksara, Jakarta. Ujung Pandang, 2-3 Desember
Mubyarto. 1984. Nelayan dan Kemiskinan, 1997.
CV. Rajawali, Jakarta. Soemardjan, S. 1992. Otonomi Desa
Murdjito, F.X. 1998. Keragaan dan Apakah Itu?. Jurnal Ilmu-Ilmu
Kebijaksanaan Pembangunan Per- Sosial Nomor 2/1992. PT.
ikanan Pelita VI dan Tinjauan Gramedia, Jakarta.
Menghadapi Era Globalisasi, dalam Suparlan, P. 1995. Kemiskinan di
Prosiding Simposium Perikanan Perkotaan, Yayasan Obor Indonesia,
Indonesia II, Ujung Pandang, 2-3 Jakarta.
Desember 1997. Supriatna, T. 1997. Birokrasi, Pember
Nadjib, M. 1998. Adaptasi Ekonomi dayaan dan Pengentasan Kemis-
Masyarakat Nelayan dalam Jurnal kinan. Humaniora Utama Press,
Ekonomi dan Pembangunan Nomor Bandung.
2/1998, PEP-LIPI, Jakarta. Susetiawan. 2001. Konflik Sosial, Pustaka
Nikijuluw, V.P.H. 2002 Rezim Penge- Pelajar, Yogyakarta.
lolaan Sumber Daya Perikanan. Suyanto, B. 1995. Kemiskinan dan
Pusat Pemberdayaan dan Pemba- Kebijakan Pembangunan. Aditya
ngunan Regional (P3R), Jakarta. Media, Yogyakarta.
Pelly, Usman. 1993. Pengukuran Intensitas Syauta, Jacob. B. 1990. Perikanan
Potensi Konflik dalam Masyarakat Tradisional di Maluku dan Peranan
Majemuk (Jurnal Analisis CSIS Kredit di Dalam Pengembangannya.
Tahun XXII No. 3 Mei-Juni). Tesis S-2 Program Studi Ekonomi
Centre For Strategic And Inter- UGM, Yogyakarta.
national Studies.
Pollnac, Richard. B. 1988. Karakter Sosial
dan Budaya dalam Pengembangan
Perikanan Berskala Kecil. Dalam
Mengutamakan Manusia di Dalam
Pembangunan. Editor Michael M.
Cernea. Penerbit Universitas Indo-
nesia, Jakarta.

369

Anda mungkin juga menyukai