112 206 1 PB
112 206 1 PB
1411-0199
ANTONY WIJAYA
Mahasiswa Program Magister IAP, PPSUB
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini antara lain untuk mengetahui penyebab terjadinya konflik
antara nelayan tradisional dengan nelayan modern di Kota Bengkulu serta bagaimana
konflik kedua kelompok nelayan tersebut diselesaikan oleh Pemerintah Kota dan
Pemerintah Propinsi Bengkulu.
Penelitian dilakukan di dua kelurahan, yaitu Kelurahan Pasar Bengkulu yang
merupakan kelurahan terbanyak masyarakat nelayan tradisionalnya dan Kelurahan
Kandang yang merupakan kelurahan terbanyak kelompok nelayan modernnya, dan konflik
yang terjadi sejak tahun 1985 hingga tahun 1999 selalu melibatkan masyarakat nelayan di
kedua kelurahan tersebut. Metode penelitian dilakukan dengan menggunakan analisis data
dari Strauss-Corbin melalui 3 tahapan analisis yaitu : Kode Pembuka (Open Coding), Kode
Analisis (Axial Coding) dan Pemilihan Kode (Selective Coding).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyebab terjadinya konflik antara nelayan
tradisional dengan nelayan modern disebabkan oleh beberapa faktor : (1) masih
beroperasinya alat tangkap trawl (jaring pukat harimau) yang dilarang penggunaannya oleh
pemerintah; (2) pelanggaran jalur penangkapan; (3) perbedaan teknologi penangkapan; (4)
kurang optimalnya fungsi dan peran kelembagaan atau institusi pemerintah; dan (5) belum
tegasnya pelaksanaan hukum dan peraturan perikanan.
Konflik yang terjadi antara nelayan tradisional dengan nelayan modern di Kota
Bengkulu dapat diselesaikan melalui upaya-upaya : (1) Kapal-kapal trawl dilarang untuk
melakukan kegiatan penangkapan ikan di perairan nelayan tradisional (0-3 mil laut), jika
memang tetap beroperasi, nelayan tradisional menghendaki adanya kontribusi kepada para
nelayan tradisional berupa 5 % dari hasil tangkapan nelayan modern: (2) Penetapan jalur
penangkapan yang jelas bagi nelayan tradisional dan bagi nelayan modern, sehingga tidak
terjadi lagi pelanggaran jalur penangkapan; (3) Sikap tegas dari Pemerintah Provinsi dan
Kota Bengkulu terhadap segala macam pelanggaran yang terjadi; (4) Kemitraan usaha
antara nelayan tradisional dengan nelayan modern.
Upaya-upaya yang dilakukan Pemerintah Kota maupun Pemerintah Propinsi
Bengkulu dalam menyelesaikan konflik yang terjadi tersebut adalah melalui upaya-upaya
sebagai berikut : (1) Masih bersifat insidentil, dimana pemerintah baru turun tangan jika
konflik yang terjadi telah berbentuk benturan fisik seperti : penyerangan kapal-kapal di
tengah laut, penyerangan rumah nelayan dan sebagainya, sedang upaya pra konflik terjadi
dalam rangka mengantisipasinya belum ada yang dilakukan oleh pemerintah; (2) Pasca
konflik terjadi, pemerintah melakukan pengawasan terhadap kegiatan para nelayan
terutama nelayan modern, melalui tim yang dibentuk oleh Dinas Perikanan dan Kelautan
351
WACANA Vol. 12 No. 2 April 2009 ISSN. 1411-0199
Propvinsi Bengkulu berkoordinasi dengan Polresta dan AL agar tidak ada lagi yang
mengoperasikan alat tangkap yang telah dilarang penggunaannya; (3) Memanggil para
perwakilan nelayan tradisional dan perwakilan nelayan modern untuk berdamai dan
bermusyawarah untuk menyelesaikan konflik yang telah terjadi selama ini; (4) Bantuan
kapal motor kepada kelompok nelayan tradisional untuk digunakan sebagai tindakan
pengawasan terhadap kegiatan nelayan modern dalam melakukan penangkapan ikan.
ABSTRACT
352
WACANA Vol. 12 No. 2 April 2009 ISSN. 1411-0199
353
WACANA Vol. 12 No. 2 April 2009 ISSN. 1411-0199
354
WACANA Vol. 12 No. 2 April 2009 ISSN. 1411-0199
355
WACANA Vol. 12 No. 2 April 2009 ISSN. 1411-0199
Informan (orang), sebagai sumber data analisis data dari Strauss & Corbin (Basics
utama dipilih secara purposive sampling. of Qualitative Research). Alasannya,
Dokumen; sebagai sumber data, prosedur analisis data dari Strauss & Cor-
sifatnya hanya melengkapi data utama. bin dianggap peneliti mampu meng-
Tempat dan Peristiwa; sebagai sumber identifikasi data yang diperlukan dalam
data tambahan dilakukan melalui observasi kegiatan penelitian ini, langkah-lang-
langsung terhadap tempat dan peristiwa kahnya adalah :
yang berkaitan dengan fokus penelitian. Open Coding (Kode Pembuka), meli-
puti proses pengungkapan, memerinci,
Instrumen Penelitian memeriksa, memilah-milah, memban-
Di dalam penelitian kualitatif, peneliti dingkan, mengkonseptualisasikan dan
merupakan alat instrumen utama atau key mengkategorisasikan data.
instrument. Penelitilah yang mengadakan Axial Coding (Kode Analisis), ka-
observasi atau wawancara tak terstruktur tegori-kategori yang relevan dengan fokus
dengan hanya menggunakan buku catatan. penelitian dianalisis dan diorganisir kem-
Peneliti (manusia) sebagai instrumen yang bali sesuai dengan label kerangka model
mampu membaca seluruh gejala alam paradigma grounded theory.
sebagai obyek penelitian, yang dibantu Selective Coding (Pemilihan Kode)
seperangkat alat berupa pedoman obser- Pada tahap ini peneliti melakukan
vasi, pedoman wawancara dan sarana kegiatan memeriksa kategori inti secara
audio visual berupa kamera. sistematis, kemudian mencari kaitannya
dengan kategori yang lain. Kategori inti
Proses Pengumpulan Data yang ditemukan melalui perbandingan
Proses pengumpulan data dalam pene- hubungan antar kategori dengan meng-
litian ini dilakukan melalui tiga tahap, gunakan model paradigma, selanjutnya
yaitu : persiapan memasuki lokasi diambil kesimpulan dan akhirnya diangkat
penelitian (Getting In); ketika berada di menjadi general design (rancangan umum).
lokasi penelitian (Getting Along); dan
Pengumpulan Data (Logging Data).
Untuk mengumpulkan informasi dan HASIL DAN PEMBAHASAN
data yang diperlukan, maka peneliti
menggunakan tiga teknik pengumpulan Gambaran Umum Lokasi Pene-
data, yaitu : (1) observasi; (2) wawancara litian: Kelurahan Pasar Bengkulu
(interview), dan (3) dokumentasi, sehingga
dapat diperoleh thick description. Kelurahan Pasar Bengkulu termasuk
wilayah Kecamatan Teluk Segara Kota
Keabsahan Data Bengkulu, Propinsi Bengkulu. Kelurahan
Untuk memperoleh keabsahan data ini sangat mudah dicapai lewat jalan darat
dalam penelitian ini, penulis mengacu pada dengan kondisi jalan yang sangat baik.
pendapat Moleong (1997), yakni harus Waktu tempuh dari pusat kota hanya
memenuhi empat kriteria utama, sebagai sekitar 15 menit perjalanan dengan kenda-
berikut : raan pribadi.
1. Derajat Kepercayaan (credibility) Pasar Bengkulu adalah kelurahan
2. Ketergantungan (dependability) pantai yang terletak di sebelah Utara dan
3. Keteralihan (transferability). memiliki pantai terpanjang dibandingkan
4. Kepastian (confirmability) dengan kelurahan-kelurahan lain dalam
Kecamatan Teluk Segara. Sehingga seba-
Analisis Data gian besar wilayahnya berbatasan langsung
Unit analisis yang dipergunakan dalam dengan pantai. Adapun batas-batas wilayah
penelitian ini adalah kelompok. Sedangkan Kelurahan Pasar Bengkulu sebagai berikut
proses analisis data melalui tahap-tahap :
356
WACANA Vol. 12 No. 2 April 2009 ISSN. 1411-0199
357
WACANA Vol. 12 No. 2 April 2009 ISSN. 1411-0199
358
WACANA Vol. 12 No. 2 April 2009 ISSN. 1411-0199
359
WACANA Vol. 12 No. 2 April 2009 ISSN. 1411-0199
360
WACANA Vol. 12 No. 2 April 2009 ISSN. 1411-0199
361
WACANA Vol. 12 No. 2 April 2009 ISSN. 1411-0199
362
WACANA Vol. 12 No. 2 April 2009 ISSN. 1411-0199
perikanan yang lebih maju tetapi tidak aparat pemerintah sehingga menimbulkan
mempunyai modal untuk memilikinya. rasa tidak puas oleh sekelompok orang.
Faktor lain yang tidak memungkinkan para Ketidakpuasan itu kemudian terus menerus
nelayan tradisional untuk memiliki terjadi sehingga dalam waktu tertentu
teknologi perikanan yang maju adalah ketika ada momen yang tepat dengan
pendidikan. Hampir sebagian besar para mudah akan meledak menjadi pertikaian,
nelayan tradisional memiliki tingkat baik itu dalam bentuk vertikal berupa
pendidikan yang rendah. Dengan adanya perlawanan kepada negara atau simbol-
perbedaan teknologi perikanan antara simbol negara, maupun horizontal berupa
nelayan tradisional dengan nelayan modern pertikaian antara masyarakat yang
dalam bersaing memperoleh sumberdaya diuntungkan dan tidak beruntung tadi.
ikan yang wilayah penangkapannya sema- Sedangkan menurut kacamata Marx,
kin membuat terdesak nelayan tradisional, bahwa konflik terjadi karena terdapat dua
maka hal tersebut sangat membuka pe- kelas dalam masyarakat yang saling
luang untuk terjadinya konflik akibat rasa berhadapan secara antagonis, yaitu kelas
kecemburuan sosial yang tinggi, rasa stress pemilik modal dan kelas pekerja (buruh).
karena tangkapan yang setiap harinya Antagonis ini terjadi karena arogansi
menurun mengakibatkan nelayan tradi- pemilik modal dengan dukungan negara
sional sangat rentan untuk timbulnya yang begitu kuat dan semena-mena dimana
konflik Apalagi hal tersebut dipicu dengan buruh dianggap sebagai pekerja kasar yang
adanya nelayan luar daerah yang me- harus tunduk dan taat terhadap segala
nangkap ikan di wilayah perairan tersebut kebijakan dan aturan yang dikehendaki
dengan menggunakan teknologi penang- oleh mereka. Hal tersebut kemudian
kapan ikan yang lebih maju dari nelayan semakin mendorong derasnya ketimpangan
lokal. sosial dalam masyarakat yang setiap saat
Selain faktor-faktor diatas, ada hal lain sangat rawan bagi terjadinya benturan.
yang menjadi faktor penyebab terjadinya Ketimpangan tersebut menimbulkan
konflik antara kedua kelompok nelayan perbedaan sosial ekonomi yang sangat jauh
tersebut. Faktor lain itu disebut juga antara pemilik modal dan pekerja.
sebagai faktor laten konflik, antara lain : Sedangkan menurut Ralp Dahrendorf,
indikasi keberadaan sumber daya ikan seperti yang dikutip oleh Ritzer (1980:31),
yang terbatas, kurang optimalnya fungsi bahwa distribusi kekuasaan dan wewenang
dan peran kelembagaan atau institusi, secara tidak merata tanpa kecuali menjadi
belum tegasnya pelaksanaan hukum dan faktor yang menentukan konflik sosial
peraturan perikanan, perbedaan sosial secara sistematis. Perbedaan wewenang
ekonomi dan tidak berfungsinya sarana dan adalah suatu tanda dari adanya berbagai
prasarana perikanan, seperti Tempat posisi dalam masyarakat. Kekuasaan dan
Pelelangan Ikan (TPI). wewenang senantiasa menempatkan
Abas (2002) melihat dari kacamata individu pada posisi atas dan posisi bawah
teori konflik yang disampaikan oleh Weber dalam setiap struktur. Karena wewenang
bahwa konflik itu muncul sebagai bentuk itu adalah sah, maka setiap individu yang
dari kekecewaan (kecemburuan) oleh tidak tunduk terhadap wewenang yang ada
pihak tertentu karena ada kelompok dalam akan terkena sanksi. Dengan demikian
masyarakat yang merasa kurang beruntung masyarakat disebut oleh Dahrendorf
dalam pelayanan di sektor ekonomi, sebagai : persekutuan yang terkoordinasi
sementara ada kelompok masyarakat lain secara paksa (imperatively coordinated
yang mendapatkan pelayanan secara associations).
berlebihan dalam sektor ekonomi tersebut. Kurang optimalnya fungsi dan peran
Kondisi ini merupakan bentuk atau wujud kelembagaan atau institusi dari pemerintah
dari diskriminasi dalam pelayanan publik terlihat dari pembinaan dan pengawasan
atau ketidakadilan yang diperankan oleh yang berkelanjutan diberikan oleh Dinas
363
WACANA Vol. 12 No. 2 April 2009 ISSN. 1411-0199
364
WACANA Vol. 12 No. 2 April 2009 ISSN. 1411-0199
dalam bentuk Inti-Plasma, dimana peru- razia dan pengawasan tersebut dilakukan di
sahaan perikanan bertindak sebagai inti laut maupun didarat.
dan nelayan bertindak sebagai plasma. Dalam setiap memberikan Surat Izin
Berdasarkan kesepakatan, perusahaan Penangkapan Ikan (SPI) maupun Surat Izin
inti biasanya berkewajiban dalam penye- Kapal Penangkapan dan Pengangkut Ikan
diaan sarana produksi (kapal, alat tangkap, (SIKPPI) kepada nelayan kapal motor,
es, dll) dan menampung (membeli) hasil dilakukan pengawasan secara ketat baik
tangkapan nelayan plasma. Sedangka daerah pengoperasian kapal maupun alat
kewajiban nelayan adalah menangkap ikan tangkap yang digunakan.
dan menjual hasilnya kepada perusahaan Menindak dengan tegas kapal-kapal
inti, dengan harga yang disepakati ber- nelayan yang terbukti secara nyata
sama. melakukan kegiatan penangkapan ikan
dengan menggunakan alat tangkap yang
Upaya yang Dilakukan Pemerintah dilarang penggunaannya oleh pemerintah
Kota Bengkulu dalam Menye- dan alat tangkap yang dapat merusak
lesaikan Konflik yang Terjadi kelestarian lingkungan laut beserta isinya,
Dalam menyelesaikan konflik yang seperti jaring trawl, bahan peledak, bahan
terjadi antara nelayan tradisional di Kelu- racun dan sebagainya.
rahan Pasar Bengkulu dengan nelayan Membuat kebijaksanaan yang dapat
modern di Kelurahan Kandang, langkah- menunjang peningkatan kualitas kehidupan
langkah yang ditempuh oleh Pemerintah nelayan tradisional melalui Program Jaring
Kota Bengkulu yang berkoordinasi dengan Pengaman Sosial (JPS), IDT, Takesra,
Pemerintah Provinsi Bengkulu adalah Kukesra, PMTAS, UPPKS dan sebagainya.
sebagai berikut : Tetapi semua kebijakan yang telah
Masih bersifat insidentil, dalam artian dilakukan oleh pemerintah tersebut belum
bahwa Pemerintah Kota maupun Provinsi menampakkan hasil yang memuaskan,
turun tangan setelah terjadinya konflik kehidupan masyarakat nelayan tradisional
berupa bentrok fisik antara kedua tidak berubah malah sebagian besar
kelompok nelayan yang bertikai. Sedang- bantuan yang merupakan pinjaman secara
kan upaya yang ditempuh oleh pemerintah bergilir tersebut semuanya macet dan tidak
pasca konflik adalah mencegah agar berkembang.
konflik yang terjadi tidak berkembang dan Memberikan bantuan kapal motor
meluas dengan cara : kepada kelompok nelayan tradisional
Mengadakan pertemuan yang dihadiri sebanyak 5 (lima) unit yang digunakan
oleh perwakilan dari kelompok nelayan sebagai alat untuk melakukan kegiatan
tradisional dan kelompok nelayan modern pengawasan terhadap kapal-kapal nelayan
yang difasilisator langsung baik oleh modern dan kapal-kapal nelayan luar
Walikota Bengkulu maupun oleh Gubernur dalam melakukan kegiatan penangkapan
Bengkulu, mengenai akar permasalahan ikan.
terjadinya konflik dan bagaimana Berdasarkan hasil temuan dilapangan,
kehendak kedua kelompok nelayan agar keberadaan kapal-kapal motor tersebut
konflik tersebut dapat dihentikan dan tidak sudah tidak layak pakai lagi bahkan ada
berlanjut. beberapa yang sudah tidak dapat
Membentuk tim yang beranggotakan digunakan lagi.
unsur Dinas Perikanan dan Kelautan
Provinsi Bengkulu, Polairud Polda
Bengkulu, Lanal Bengkulu, yang bertugas KESIMPULAN DAN SARAN
untuk mengadakan razia mengenai
penggunaan alat tangkap ikan yang Kesimpulan
digunakan oleh para nelayan. Kegiatan Konflik yang terjadi antara nelayan
tradisional di Kelurahan Pasar Bengkulu
365
WACANA Vol. 12 No. 2 April 2009 ISSN. 1411-0199
366
WACANA Vol. 12 No. 2 April 2009 ISSN. 1411-0199
367
WACANA Vol. 12 No. 2 April 2009 ISSN. 1411-0199
dukung pembangunan daerah (4) memicu Abdul Wahab, S. 1988. Ekonomi Politik
bergeraknya usaha ekonomi produktif dan Bisnis Indonesia Era Orde Baru.
masyarakat di desa pesisir (5) mendorong Universitas Brawijaya, Malang.
bergeraknya mekanisme manajemen pem- Amstutz, M R. 1988. An Introduction to
bangunan masyarakat yang partisipatif dan Political Science. The Management
transparan (6) memberikan kesempatan of Conflict. Scott, Foreman and
kerja dan berusaha bagi masyarakat pesisir Company, Glenview, Illinois.
yang terkait dsengan sumberdaya laut dan Ary Wahyono. 2001. Pemberdayaan
pesisir. Masyarakat Nelayan. Media
Perlu dilakukan penyuluhan dan Pressindo, Yogyakarta.
pelatihan terhadap tokoh masyarakat, ula- Dwiyanto, A. 1999. Pembangunan Masya-
ma dalam hal manajemen konflik, se- rakat Madani, Tinjauan Birokratik
hingga dapat tercapai kemandirian masya- Pilitik. Jurnal Kebijakan Admi-
rakat dalam menyelesaikan konflik internal nistrasi Publik Vol-3 tahun 1999.
masyarakat. Gajahmada University Press,
Adanya kemitraan usaha antara ne- Yogyakarta.
layan tradisional dengan nelayan modern , Dwiyanto, A. 2003. Reformasi Tata
sehingga masing-masing pihak saling Pemerintahan dan Otonomi Daerah.
tergantung dan saling memperoleh manfaat Pusat Studi Kependudukan dan
dari kegiatan usaha yang dilaksanakan. Kebijakan Universitas Gadjah
Pemerintah dalam hal ini menjadi sebagai Mada.
mediator dalam mengatur kemitraan usaha Hamner, W. C and Dennis W. M. 1978.
antara kedua kelompok nelayan tersebut. Conflict and Defence, Business
Pemerintah perlu mengembangkan Publication Inc, Dallas.
usaha alternatif bagi nelayan tradisional, Hendricks, W. 2001. Bagaimana Menge-
misalnya dibidang budidaya ikan, pengo- lola Konflik, Bumi Aksara, Jakarta.
lahan ikan, perbengkelan dan lain sebagai- Ida, L. 2002. Kekacauan Implementasi
nya. Dengan adanya usaha alternatif Otonomi Daerah : Perebutan Kuasa
diharapkan nelayan akan memperoleh Politik dan Materi, dalam jurnal
penghasilan tambahan, sehingga ketergan- PSPK, Konflik Dalam Masa
tungan terhadap hasil tangkapan ikan dapat Transisi, PSPK, Jakarta.
dikurangi dan keinginan nelayan untuk Islamy, I. 1998. Agenda Kebijakan
menangkap ikan sebanyak-banyaknya juga Reformasi Administrasi Negara.
dapat ditekan. Disamping itu, upaya ini Pidato Pengukuhan Guru Besar
dapat juga mengurangi jumlah nelayan dalam Ilmu Kebijakan Publik, FIA
karena beralih profesi ke usaha alternatif Universitas Brawijaya, Malang.
yang lebih prospektif. Berkurangnya Kartasasmita, G. 1997. Administrasi
jumlah nelayan di daerah-daerah yang Pembangunan, Perkembangan Pe-
padat, juga merupakan solusi untuk mikiran dan Prakteknya, LP3ES,
menghindari konflik. Jakarta.
Korten, D. C dan Sjahrir. 1988. Pem-
bangunan Berdimensi Kerakyatan,
DAFTAR PUSTAKA Yayasan Indonesia, Jakarta.
Koswara, E. 2000. Pengaruh Format
Abas, M., 2002. Konflik Sosial : Ancaman Politik Nasional Terhadap De-
Pelayanan Publik di Era Otonomi mokrasi Lokal, dalam Juliantara,
Daerah, dalam jurnal PSPK, Konflik Dadang. 2000. Arus Bawah Demo-
Dalam Masa Transisi, PSPK, krasi, Otonomi dan Pemberdayaan
Jakarta. Desa. LAPERA, Pustaka Utama,
Yogyakarta.
368
WACANA Vol. 12 No. 2 April 2009 ISSN. 1411-0199
369