PEMBELAJARAN INOVATIF
Disusun untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Kebijakan Pendidikan.
Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A.
Dr. Yayah Nurmaliah, M.A
Oleh:
Ahmad Aji Jauhari Ma’mun (21180181000011)
i
DAFTAR ISI
COVER......................................................................................................................i
DAFTAR ISI .............................................................................................................ii
I. PENDAHULUAN .........................................................................................1
II. PEMBAHASAN ...........................................................................................2
A. Inovasi Pembelajaran...................................................................................2
B. Inovasi Pembelajaran PAI Menuju Pembelajaran Inovatif..........................5
C. Inovasi Pembelajaran dalam Pendekatan Konstruktivisme.........................8
III. PENUTUP......................................................................................................14
A. Kesimpulan...............................................................................................14
Daftar Pustaka
ii
I. PENDAHULUAN
Baik buruknya, dan berdaya saing atau tidaknya sumberdaya manusia, termasuk di
Indonesia, sangat tergantung pada keseriusan penyelenggaraan pendidikan mereka, sejak
jenjang pendidikan dasar, menengah sampai pendidikan tinggi. Mereka harus dipersiapkan
untuk hidup dan berkolaborasi dengan mitra-mitra kerja mereka dari lintas negara, bangsa,
etnik, budaya, bahasa dan agama.1 Proses pembelajaran disekolah menjadi cerminan
pelaksanaan pendidikan. kegiatan belajar dilaksanakan dalam usaha pembentukan
kompetensi peserta didik, permasalah dalam pembelajaran berkembang luas bersamaan
dengan kebutuhan dan tantangan kehidupan. Perkembangan teknologi, globalisasi dan arus
informasi menghadirkan masalah masalah baru dalam menyiapkan peserta didik untuk
mampu menghadapi lingkungan dan keadaan yang secara signifikan terus berubah.
Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu mata pelajaran dalam kurikkulum
pendidikan, PP No 55 tahun 2007 pasal 5 ayat 1 menyebutkan bahwa “ Kurikulum
pendidikan agama dilaksanakan sesuai standar nasional pendidikan. Pasal 3 ayat 1 “setiap
satuan pendididkan pada semua jalur, jenjang dan jenis pendidikan wajib menyelenggarakan
pendidikan agama”.2 Pendidikan Agama Islam mengalami berbagai permasalah dalam
pembelajaran, masalah-masalah yang muncul dalam pembelajaran diantaranya kualitas
profesional guru, kurikulum, sarana prasarana, dan menejerial. Badan Litbang dan Diklat
Departemen Agama, telah beberapa kali melakukan penelitian tentang pendidikan agama di
sekolah. Hasil pembelajaran pendidikan agama Islam pada sekolah adalah sangat bervariasi,
dari hasil pembelajaran yang kurang berkualitas hingga sampai yang sangat bermutu.
Dari permasalahan diatas, maka perlu adanya inovasi yang dapat diterapkan dengan
baik, agar dapat menunjang kualitas dan memberikan hasil output yang lebih baik, pada
makalah ini panulis akan membahas tentang inovasi dalam pembelajaran, usaha pemerintah
dalam inovasi pembelajaran dalam mengembangkan pembelajaran yang inovatif.
1
Dede Rosyada, Menjadi Guru di Abad 21. Copyright 2014 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. All
Rights Reserved
2
PP No 55 tahun 2007
1
II. PEMBAHASAN
A. Inovasi Pembelajaran
Inovasi menurut Rogers adalah sebuah ide, tindakan atau objek yang dipersepsikan
baru oleh individu atau kelompok.3. inovasi memiliki unsur perberbedaan (different) dari
sebelumnya atau dengan lainnya. Hal berbeda inilah yang kemudian menjadi nilai tambah
(value added) bagi suatu inovasi.4
Diperlukan suatu pemahaman yang baik tentang substansi inovasi agar inovasi dapat
benar-benar memberi nilai tambah bagi kehidupan. Inovasi muncul berdasarkan keresahan
dari permasalahan permasalahan yang muncul, permasalahan melahirkan ide ide dan gagasan
baru dalam pemecahannya sebagai sebuah inovasi, tak terkecuali dalam bidang pembelajaran.
Wina Sanjaya mendefinisikan Inovasi pembelajaran sebagai suatu ide, gagasan atau tindakan
tindakan tertentu dalam bidang kurikulum dan pembelajaran yang dianggap baru untuk
memecahkan masalah pendidikan.5
Dari pendapat di atas, dapat disimpulan bahwa inovasi pembelajaran adalah sesuatu
yang baru dalam dunia pendidikan yang digunakan untuk menjawab atau memecahkan suatu
permasalahan pembelajaran. sesuatu yang baru tersebut dapat berupa ide, gagasan, benda atau
mungkin tindakan.
Inovasi pembelajaran dilakukan untuk mengatasi masalah masalah pembelajaran,
selain itu juga untuk menemukan pembelejaran yang inovatif dan efektif bagi peserta didik,
pembelajaran inovatif yang dimaksudkan dalam hal ini adalah proses pembelajaran yang
dirancang sedemikian rupa sehingga berbeda dengan pembelajaraan pada umumnya yang
dilakukan oleh guru konvensional. pembelajaran inovatif berpusat pada siswa proses
pembelajaran dirancang, disusun dan dikondisikan untuk siswa agar belajar.6
Ciri pembelajaran yang inovatif adalah proses pemebelajaran yang menggunakan
paradigma Konstruktifisme yaitu (1) mengaktifkan pengetahuan awal, (2) belajar diarahkan
pada pengkontruksian/ pembangunan pengetahuan, (3) mengajar adalah membelajarkan
orang yang belajar, (4) siswa diharapkan dapat memahami pengetahuan untuk materi yang
3
M. Rogers Everett, Diffusions of Innovations, 3rd edition (New York: The Free Press Macmillan
Publishing Co., Inc, 1983), 11.
4
Suryana, Kewirausahaan Pedoman Praktis: Kiat dan Proses Menuju Sukses (Jakarta: Penerbit
Salemba Empat, 2009), 2.
5
Wina Sanjaya,Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat
SatuanPendidikan (KTSP), (Jakarta: Kencana, 2010), h. 317-318
6
Hamzah B. Uno & Nurdin Mohamad, Belajar dengan pendekatan PAIKEM, Pembelajaran Aktif,
inofatif, lingkungan, kreatif, efektif, meneraik, (Jakarta : Bumi Aksara , 2013)106
2
dipelajari, (5) tujuan pembelajaran menekankan pada penggunaan pengetahuan, dan (6)
pembelajaran ditekankan pada proses belajar.7
Secara umum, penerapan paradigma konstruktivisme dalam pembelajaran tampak
dalam usaha pemberian peran yang lebih besar kepada peserta didik dalam proses
pembelajaran. Pemberian peran ini menempatkan guru sebagai fasilitator agar peserta didik
mampu belajar dan membangun pengetahuannya secara konstruktif dan memanfaatkannya
dalam praktek kehidupan sehari hari.
Ada 6 prinsip yang digunakan sebagai landasan dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran inofatif yaitu: (1) pembelajaran harus berpusat pada peserta didik, (2)
pembelajaran harus dapat mengembangkan kreativitas peserta didik, (3) para peserta didik
harus dikondisikan agar senang dan tertantang dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran,
(4) peserta didik harus dapat mengembangkan beragam kemampuan yang bermuatan nilai,
(5) pembelajaran yang dilaksanakan harus dapat menyediakan pengalaman belajar yang
bervariasi, dan (6) belajar sambil melakukan (hands-on activities). 8 Keenam prinsip-prinsip
tersebut dapat digunakan sebagai landasan dalam mengembangkan inovasi pembelajaran
yang sesuai dengan paradigma konstruktivisme.
Dalam penerapannya, pembelajaran inovatif mengalami beberapa hambatan, menurut
Nasution terdapat beberapa kesulitan yang dihadapi dalam proses menuju pembelajaran yang
inovatif antara lain:
1) Sejarah menunjukkan bahwa sekolah sukar menerima pembaruan. Ide baru tentang
pendidikan memerlukan waktu sekitar 75 tahun sebelum dipraktikan secara umum di
sekolah.
2) Manusia itu pada umumnya bersifat konsvatif, guru lebih senang mengikuti cara
lama. Mengadakan pembaharuan memerlukan pemikiran dan tenaga yang lebih
banyak. Tak semua orang suka bekerja lebih banyak daripada yang diperlukan. Akan
tetapi ada pula kalanya, bahwa guru-guru tidak mendapat kesempatan mengadakan
perubahan karena peraturan-peraturan asministratif dimana diharapkan mengikuti
instruksi atasan saja.
3) Pembaharuan pembelajaran kadang-kadang terikat pada tokoh yang mencetuskannya.
Dengan meninggalkannya tokoh itu lenyap pula pembaruan yang telah dimulainya itu.
4) Dalam pembaharuan pembelajaran mencetuskan ide-ide baru lebih “mudah” daripada
menerapkannya dalam praktik. sekalipun telah dilaksanakan sebagai percobaan, masih
7
Trianto,2010. Model Pembelajaran Inovatif Progresif Konsep, Landasan dan Implementasi Pada
KTSP, Jakarta : Kencana.
8
Triantono.(2007). Model-model Pembelajarn Inovatif.Jakarta.Prestasi Pustaka
3
banyak mengalami rintangan dalam penyebarluasannya, oleh sebab itu harus
melibatkan banyak orang dan mungkin memerlukan perubahan struktur organasisasi
dan administrasi sistem pendidikan.
5) Pembaharuan pembelajaran sering pula memerlukan biaya yang lebih banyak untuk
fasilitas dan alat-alat pendidikan baru, yang tidak selalu dapat dipenuhi.
6) Tak jarang pula pembaharuan ditentang oleh mereka yang ingin berpegang pada yang
sudah lazim sebelum terbukti kelebihannya. Bersifat kritis terhadap pembaharuan
pembelajaran adalah sifat yang sehat, karena pembaharuan itu jangan hanya sekedar
mode yang timbul pada suatu saat kemudian lenyap lagi dalam waktu yang tidak
lama.9
Dalam pembelajaran inovatif guru yang inovatif menjadi syarat mutlak agar
pembelajaran dapat diaplikasikan dengan baik, karena hal tersebut maka perlu didefinisikan
apa saja kriteria guru inovatif, kriteria guru inovatif diantaranya (a) Kemauan Terus Belajar,
pembelajaran inovatif diterapkan menggunakan paradigma konstruktifisme dimana siswa
menemukan pengetahuannya sendiri dan menempatkan guru sebagai fasilitator, tentunya guru
juga harus terus mengkonstruk pengetahuannya sendiri melalui belajar agar mampu
memfasilitasi siswa. (b) Kompeten dan Profesional, pembelajaran inovatif mengarahkan
siswa untuk menemukan pengetahuannya sendiri, keahlian guru dalam mengamas
pembelajaran, menerapkan metode, menghubungkan materi dengan realitas, menentukan
pendekatan kepada peserta didik sampai merefleksi dan tindak lanjut menjadikan guru
haruslah seorang agen pengajaran yang benar benar memiliki kualifikasi kompetensi dan
profesionalitas yang baik. (c) Berkomitmen dan Totalitas, penghayatan terhadap tugas secara
penuh terhadap profesi harus dimiliki guru, bagaiman inovasi akan terbentuk jika
penghayatan terhadap tugas yang menumbuhkan kepekaan terhadap masalah kurang atau
tidak ada.
Dalam pandangan pembelajaran kata kreatif dan inovatif tidak lah memiliki makna
yang sama, Kreatifitas guru merupakan kemampuan guru untuk menciptakan proses
pembelajaran yang berbeda, namun kretifitas tersebut akan menjadi inovasi jika dan hanya
jika mampu memecahkan masalah, meningkatkan efektifitas dan kualitas dalam
pembelajaran.
9
Nasution,Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, Cetke 12,(Jakarta: Bumi Aksara,
2008), h. 255-266
4
Pada saat ini hampir semua bahan ajar tersedia dalam bentuk digital, akses internet
semakin mudah dan semakin murah, namun bidang pendidikan banyak tertinggal dari bidang
lain, inovasi dalam bidang pendidikan dilakukan, meskipun kontribusinya pada pemahaman
teoritis tidak banyak, hal ini karena sebagian besar keputusan inovasi bersifat kolektif dan
berdasarkan otoritas dan kurang dilakukan secara individual 10
Perkembangan
dunia teknologi yang begitu
cepat menuntut adaptasi dari
semua bidang termasuk bidang
pendidikan. Dalam situs
5
IndoSchool: akses internet untuk konten edukasi. (8) IndiLearning, Bagimu Guru
Kupersembahkan : Pelatihan TIK bagi berbagai komunitas di Indonesia, salah satunya adalah
komunitas guru.11
Selain inovasi dalam bidang digital pemerintah melakukan inovasi pemebelajaran
secara terstruktur dengan memberlakukan Kurikulum 2013, langkah inovatif yang dilakukan
pemerintah ini ditujukan untuk mengatasi berbagai permasalahan pendidikan yang muncul
seperti kemajuan teknologi, laju eksplorasi penduduk, meningkatnya aspirasi masyarakat
dibidang pendidikan, dan kualitas kompetensi lulusan menghadapi globalisasi.
Pendidikan Agama Islam sebagai bagian tak terpisahkan dari pendidikan nasional
melakukan upaya sinergis sesuai dengan kurikulum 2013. Salah satu komponen yang
diperbaharui dalam kurikulum 2013 adalah pada proses pembelajaran, pemebelajaran yang
sebelumnya menggunakan pendekatan behaviorisme diubah menggunakan pendekatan
Konstruktivisme, sejalan dengan hal ini karena pembelajaran yang inovatif merupakan
pembelajaran dengan paradigma konstuktifisme maka kurikulum 2013 dalam proses
pembelajaran ditujukan agar tercipta pembelajaran yang inovatif. dimana pemebelajaran
bersifat student oriented dan integratif learning, pembelajaran menggunakan pendekatan
saintific dan menghubungkan pembelajaran dengan pengalaman dalam kehidupan nyata.
Pembelajaran yang inovatif perlu diterapkan dalam Pendidikan Agama Islam, hal ini
dikarenakan Pendidikan Agama Islam merupakan upaya yang dilakukan secara sadar untuk
membantu seseorang atau sekelompok orang dalam mengembangkan pandangan hidup dan
kehidupannya, sikap hidup, dan keterampilan hidup, baik yang bersifat manual (petunjuk
praktis) maupun mental dan sosial yang bernafaskan atau dijiwai oleh ajaran dan nilai-nilai
Islam (Hanafi, 2014).12 Sehingga upaya inovatif dalam pembelajaran merupakan keharusan.
Membahas tentang pembelajaran PAI di sekolah muhaimin (2016) berpendapat
bahwa Pembelajaran PAI selama ini kurang memperhatikan persoalan bagaimana mengubah
pengetahuan agama yang bersifat kognitif menjadi “makna” dan “nilai” yang perlu
diinternalisasikan dalam diri siswa13. Menurut Soedijarto (2008) pada umumnya tujuan
pendidikan yang telah dijabarkan dan demikian ideal, selama ini tidak pernah dengan sunguh-
sungguh diterjemahkan secara operasional.14
11
https://www.goodnewsfromindonesia.id/2016/04/12/7-inovasi-pendidikan-indonesia-di-era-digital
12
Hanafi, M. (2014). Pengembangan kurikulum perguruan tinggi agama islam. Islamuna,1(2), 255–296
13
Muhaimin. (2016). Bunga Rampai Penelitian dalam Pendidikan Agama Islam. Retrieved from
https://books.google.co.id/books?id=NiDnCwAAQBAJ
14
Soedijarto. (2008). Landasan dan arah pendidikan nasional kita.
6
Struktur kurikulum pendidikan agama Islam diatur secara khusus dalam Keputusan
Menteri Agama No 165 tahun 2014 termuat disana KI dan KD yang dijabarkan dalam
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.15 Dan dalam implementasi pembelajaran mengikuti
ketentuan standar proses yang terbaru dan berlaku sesuai Permendikbud no. 22, 2014 yang
memprasyaratkan adanya pengintegrasian 4C (Creative, Critical hinking, Communicative,
dan Collaborative); Mengintegrasikan HOTS (Higher Order Thinking Skill); Gerakan literasi
sekolah.16
Inovasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam kurikulum 2013 melalui
pendekatan saintifik adalah angin segar bagi pendidikan yang diharapkan dapat menghasilkan
kualitas peserta didik yang lebih baik dan islami, namun dalam pelaksanaannya masih banyak
sekali permasalahan yang muncul diantaranya : kurangnya pemahaman guru tentang
kurikkulum 2013, kesiapan guru yang masih kurang dalam penerapan scientific approach
(mengamatai, menanya, mengeksplorasi, menalar,mengkomunikasikan), metode penilaian
yang telalu rumit,kemampuan merangsang siswa agar aktif dalam pembelajaran, budaya
membaca masih rendah.
Dalam mengatasi beberapa masalah diatas pemerintah telah melakukan berapa
program diantaranya : (1) Program Pengembangan keprofesian Berkelanjutan Guru PAI
(PPKB GPAI), Dirjen Pendidikan Islam mengatakan bahwa pemerintah menuangkan PPKB
sebagai program prioritas dalam Rencana Pengembangan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN),17 tujuan program ini agar nantinya kebutuhan akan guru yang inovatif, kompeten
dan profesional dapat terpenuhi. (2) Program peningkatan kualitas S1 bagi guru PAI MI. (3)
Sertifikasi Guru, program ini merupakan upaya peningkatan mutu guru yang disertai
peningkatan kesejahteraan, sehingga diharapkan dapat meningkatkan mutu pembelajaran dan
pendidikan di tanah air secara berkesinambungan. (4) Memresmikan LPTK lembaga
pendidikan dan tenaga kependidikan, (5) Pengalokasian 20 % anggaran BOS untuk
memenuhi kebuthan Buku siswa,18
Dalam tingkat satuan pendidikan secara mendiri sekolah meningkatkann inovasi
pembelajaran dengan program program sekolah yang dibiayai dari dalam dan dari luar
anggaran pemerintah, seperti pemenuhan sarana pembelajaran berupa proyektor,
laboratorium bahasa, pengadaan laptop, program workshop peningkatan kompetensi guru dan
program supervisi kurikulum.
15
Keputusan Menteri Agama No 165 tahun 2014
16
Permendikbud no. 22, 2014
17
https://kemenag.go.id/berita/read/508098/kemenag-siapkan-instruktur-nasional-ppkb-guru-pai
18
Permendikbud no 3 tahun 2019
7
Tidak hanya dalam tingkat lembaga inovasi pembelajaran juga dilakukan oleh
individu guru dalam proses mengajar dengan pembuatan berbagai media dan bahan ajar yang
terbaru seseuai dengan konteks perkembangan yang katual, sampai saat ini inovasi
pembelajaran menjadi satu tema yang menarik yang dikaji baik oleh dosen maupun
mahasiswa, berikut diantarnya penelitian telah dilakukan mengenai inovasi pembelajaran
dalam pendidikan agama Islam Khususnya. Titin Nurhidayati (2015) Inovasi Pembelajaran
PAI Berbasis Multiple Intelegences.19 Ghafiqi Faroek Abadi (2015) Inovasi Pembelajaran
PAI bebasis E Learning.20 Siti Aminah (2016) Efektivitas Penggunaan Fun Card sebagai
Media Pembelajaran dalam Meningkatkan Motivasi Belajar, Keaktifan Diri, dan Hasil
Belajar Peserta Didik. Ada banyak peneiltian yang telah dilakukan dalam konteks inovasi
pembelajaran namun sudahkah penelitian penelitian, usaha setiap lembaga dan pemerintah
telah dapat mewujudkan pembelajaran yang inovatif di Indonesia ?.
19
Titin Nurhidayati, Inovasi Pembelajaran PAI berbasis Multiple Intelegnce, Jurnal Pendidikan Agama
Islam Volum 3 no 1 2015
20
Ghafiqi Faroek Abadi (2015) Inovasi Pembelajaran PAI bebasis E Learning. Tasyri’ Vol 22 No. 2.
21
Fariza Hildayani.2013. Inovasi Pembelajaran. Diunduh dari http://farizahildayani.
blogspot.com/2013/05/inovasi-dalam-pendidikan.html
8
modern dan bersifat subjektif bukan objektif,pengetahuan tidak pernah tunggal pengetahuan
merupakan realitas plural,kemudian hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas.
2. Bentuk Pembelajaran dalam Pendekatan Konstruktivisme.
a) Pembelajaran Kooperatif dan Pembelajaran Kolaboratif
Konstruktifisme merupakan kolaborasi dari pemebelajaran kooperatif dan
pembelajaran kolaboratif, pembelajaran Kooperatif adalah Pembelajaran dengan setting
kelopok-kelompok kecil dengan memperhatikan keberagaman anggota kelompok sebagai
wadah siswa bekerja sama atau memecahkan masalah melalui interaksi sosial dengan teman
sebayanya. Pembelajaran Kolaboratif adalah pembelajaran yang memudahkan para siswa
bekerja sama. Saling membina, belajar dan berubah bersama serta maju bersama pula.22
b) Problem-based Learning.
Problem based learning adalah model pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran
siswa pada masalah autentik sehingga siswa dapat menyusun pengetahuannya sendiri,
menumbuhkembangkan keterampilan yang lebih tinggi dan inkuiri, memandirikan siswa dan
meningkatkan kepercayaan diri siswa.23
c) Konsept Mapping dalam Pembelajaran
Peta konsep adalah suatu alat skematis untuk merepresentasikan suatu rangkaian
konsep yang digambarkan dalam suatu kerangka proposisi yang mengungkapkan hubungan-
hubungan yang berarti antara konsep-konsep dan menekankan gagasan-gagasan pokok.
Peta konsep dalam pembelajaran digunakan untuk :
1. Menunjukkan hubungan antara ide-ide dan membantu memahami lebih baik apa
yang dipelajari. (Nur, 2006).
2. Dimaksudkan agar siswa lebih terampil untuk menggali pengetahuan awal yang
sudah dimiliki dan memperoleh pengetahuan baru sesuai dengan pengalaman
belajar.
Ciri-ciri peta konsep
Dahar (1989) mengemukakan ciri-ciri peta konsep sebagai berikut:
1. Peta konsep merupakan gambar yang menunjukkan hubungan konsep-konsep dari
suatu topik pada bidang studi.
2. Dengan membuat sendiri peta konsep siswa “melihat” bidang studi itu lebih jelas,
dan mempelajari bidang studi itu lebih bermakna.
22
Fitri maizani . 2013. Pembelajaran kooperatif dan kolaboratif . Diunduh dari
http://fitrimaiziani.blogspot.com/2013/04/pembelajaran-kolaboratif-dan-kooperatif.html
23
Abbas, Nurhayati.2000. Penerapan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah, dalam pembelajaran
Matematika di SMU.
9
3. Hirarki. Artinya bila dua atau lebih konsep digambarkan dibawah suatu konsep
yang lebih inklusif, terbentuklah suatu hirarki pada peta konsep tersebut.
Jenis-jenis peta konsep
Menurut Nur (2000) dalam Erman (2003:24) macam peta konsep yaitu:
Peta konsep yang ide-ide pokoknya dibuat dalam bentuk persegi empat, sedangkan
beberapa kata lain dihubungkan oleh garis penghubung. Peta konsep pohon jaringan
menempatkan ide-ide atau konsep-konsep dalam suatu susunan dari umum ke
khusus.Digunakan untuk memberikan suatu urutan kejadian, langkah-langkah dalam suatu
prosedur, atau tahap-tahap dalam suatu proses. Misalnya dalam eksperimen Dalam peta
konsep sikluk, rangkaian kejadian tidak menghasilkan suatu hasil akhir. Kejadian akhir itu
menghubungkan kembali ke kejadian awal siklus itu berulang dengan sendirinya dan tidak
ada akhirnya.Digunakan untuk curah pendapat, dalam melakukan curah pendapat ide-ide
berasal dari suatu ide sentral, sehingga dapat memperoleh sejumlah besar ide yang bercampur
aduk.24
d) Teknik Bertanya dalam Eksplorasi dan Konstruktivisme
1. Teknik bertanya dalam eksplorasi
Eksplorasi adalah upaya awal membangun pengetahuan melalui peningkatan
pemahaman atas suatu fenomena. Strategi yang digunakan memperluas dan memperdalam
pengetahuan dengan menerapkan strategi belajar aktif.
Teknik bertanya dalam eksplorasi, antara lain :
a. Guru memberikan pertanyaan kepada siswa
b. Siswa diberi waktu untuk mencari jawaban
c. Siswa mengangkat tangan untuk menyampaikan jawaban
d. Siswa lain menanggapi
e. Guru memebrikan kesimpulan
2. Teknik bertanya dalam konstrukstivisme
Teknik bertanya dalam konstrukstivisme antara lain :
a. Siswa X mengajukan pertanyaan
b. Siswa A menjawab
c. Siswa B menjawab
d. Siswa C menjawab
24
Suherman, Erman. Dkk. 2003 Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung : PT
Remaja Rosdakarya
10
e. Guru hanya mengarahkan dan memberikan kesimpulan25
25
Rodajaman.2013. Contoh model pembelajaran kooperatif bagi guru. Diunduh dari
http://www.rodajaman.net/2013/10/25-contoh-model-pembelajaran-kooperatif.html
11
dengan kurikulum. Oleh sebab itu, pengajar dapat membantu siswa melalui pertanyaan-
pertanyaan pengarah agar peserta didik dapat mengembangkan alur pikir pemecahan masalah
d) Ciptakan interaksi antar pebelajar yang menumbuhkan sikap positif untuk belajar.
Dalam pandangan konstruktivistik, interaksi antar pebelajar dan pebelajar-pengajar
harus dapat menciptakan sikap positif belajar yang ditandai dengan: (a) adanya rasa saling
simpati dan saling pengertian dalam bekerja bersama. Siswa dapat saling membantu,
mempunyai peran, dan saling menghargai hasil pekerjaan yang dilakukan, (b) adanya
keriangan dan kegembiraan dalam menyelesaikan tugas dan tanggung jawab bersama. Tugas
yang dikerjakan dilakukan dengan tulus dan tanpa beban atau tekanan dari teman-teman
sekelompoknya, (c) adanya pengambilan risiko bersama. Misalnya tugas yang harus
dikerjakan memerlukan peserta didik mencari referensi ke perpustakaan atau memerlukan
data yang ada di kantor tertentu maka mereka mempunyai kesepakatan untuk menanggung
risiko atau bertanggung jawab atas pekerjaan tersebut, (d) adanya rasa saling memiliki
menyelesaikan tugas bersama. Masing-masing peserta didik merasakan bahwa tugas yang
mereka kerjakan bersama itu adalah milik mereka bukan ketua kelompoknya atau perorangan
yang ada di sana. Hal ini akan dapat mendorong mereka memberikan kontribusi kepada
kelompoknya untuk menyelesaikan tugas secara bersamasama, dan (e) adanya saling
keteladanan antar peserta didik. Peserta didik yang rajin, datang tepat waktu, bekerja dengan
sungguh-sungguh akan menjadi teladan bagi peserta didik yang lainnya. Hal ini penting
untuk membentuk karakter peserta didik agar mereka dapat berinteraksi dengan baik antar
temannya dan dapat mengambil hikmah yang baik dari interaksi tersebut.26
12
berbagai alternatif pemecahan atau suatu masalah. 28 Dengan menggunakan model pembelajaran
diskusi ini proses dan hasil pembelajaran cepat selesai dan lebih baik. Namun hal ini tidak
memungkiri bahwa tenaga pendidik sekarang ini susah untuk berinovasi dalam gaya mengajar
yang sudah menjadi kebiasaan dari dulu, seperti ceramah kemudian memberikan penugasan
kepada peserta didik. Tenaga pendidik harus bia memahami dan menerapkan perubahan
paradigma pembelajaran dari yang berpusat pada guru menjadi pelajran yang berpusat pada
peserta didik.29
Perubahan paradigma ini dapat diartikan sebagai perubahan pola pikir terhadap proses
pembelajaran. Menurut Ida Putu Arnyana, perubahan paradigma terjadi diantara lain :
1. Dari peran guru sebagai pentransfer ke fasilitator, pembimbing dan konsultan,
2. Dari peran guru sebagai sumber belajar menjadi kawan belajar.
3. Dari belajar dijadwal ketat menjadi terbuka fleksibel sesuai keperluan.
4. Dari belajar berdasarkan fakta menuju berbasis masalah dan proyak.
5. Dari belajar berbasis teori menuju dunia tindakan nyata serta refleksi
Setiap metode pembelajaran yang membantu siswa melakukan kegiatan dan akhirnya
siswa dapat mengkonstruksi pengetahuan yang mereka pelajari dengan baik dan dapat dikatakan
sebagai metode yang aktif dan konstruktivistik. Namun lebih baik apabila menggunakan beberapa
metode atau kombinasi metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi, peserta
didik dan sarana yang tersedia.30
III. PENUTUP
28
Tukiran Taniredja dan Efi Miftah Faridli dan Sri Harmianto, Model-model Pembelajaran
Inovatif,Alfabeta, Bandung, 2011,23
29
Nurdyansyah dan Andiek Widodo, Inovasi Teknologi Pembelajaran, Nizamia Learning Center,
2015,30
30
Nurdyansyah.N. dan Andiek Widodo, Inovasi Teknologi Pembelajaran, (Sidoarjo: Nizamia Learning
Center, 2015),32
13
Pendidikan di era teknologi memiliki tantangan yang besar dalam penerapan
pembelaja, siswadan guru memiliki kesempatan akses yang sama terhadap sumber dan bahan
ajar, aktifitas pembelajaran disekolah bukan lagi berorientasi pada pengetahuan yang
diberikan guru tapi bagaimana siswa dapat menemukan tapi juga mengkonstruk pengetahuan
yang ia dapat agar berguna dalam kehidupan.
Dalam mengatasi permasalahan dan perubahan yang muncul dalam pendidikan
pemerintah melakukan inovasi dengan mengeluarkan kurikulum nasional 2013 yang
menggunakan pendekatan konstruktifisme, melalui inovasi ini diharapkan terwujudlah
pembelajaran yang inovatif di sekolah.
Struktur kurikulum PAI termuat dalam KI dan KD yang dijabarkan dalam Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran. Dan dalam implementasi pembelajaran PAI mengikuti ketentuan
standar proses sesuai Permendikbud no. 22 tahun 2014. Dalam implementasi pembelajaran
PAI dalam kurikulum 13 masih mengalami berbagai kendala seperti kesiapan guru,
pemenuhan buku kebutuhan siswa dan pemerataan sarana prasarana penunjang pembelajaran.
Dalam menanggulangi permasalah implementasi K13 dalam pembelajaran PAI
sebagai inovasi dalam menciptakan pembelajaran inovatif`, pemerintah telah melakukan
berbagai usaha seperti program sertifikasi Guru, PPKB GPAI dan alokasi anggaran BOS
sebesar 20 persen untuk pembelian buku siswa. meski begitu evaluasi dan pengkajian
kembali terhadap kebijakan kebijakan yang ada harus terus dilakukan secara serius, penelitian
tentang inovasi pembelajaran yang bersifat makro mesti dijamurkan agar para peserta didik
lebih siap dalam menghadapi persaingan dan perubahan yang terjadi di kemudian hari.
14
DAFTAR PUSTAKA
Abadi, Ghafiqi Faroek . 2015. Inovasi Pembelajaran PAI bebasis E Learning. Tasyri’ Vol 22.
Abbas, Nurhayati. 2000. Penerapan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah, dalam
pembelajaran Matematika di SMU.
Dasna, Iwayan, Hakikat Pembelajaran Inovatif dan Interaktif, MPDR5203/MODUL 1
Everett, M. Rogers. 1983 Diffusions of Innovations, 3rd edition (New York: The Free Press
Macmillan Publishing Co., Inc).
Hanafi, M. 2014. Pengembangan kurikulum perguruan tinggi agama islam. Islamuna.
Hildayani, Fariza. 2013. Inovasi Pembelajaran. Diunduh dari http://farizahildayani.
blogspot.com/2013/05/inovasi-dalam-pendidikan.html
https://kemenag.go.id/berita/read/508098/kemenag-siapkan-instruktur-nasional-ppkb-guru-pai
https://www.goodnewsfromindonesia.id/2016/04/12/7-inovasi-pendidikan-indonesia-di-era-
digital
Keputusan Menteri Agama No 165 tahun 2014
Maizani, Fitri . 2013. Pembelajaran kooperatif dan kolaboratif . Diunduh dari
http://fitrimaiziani.blogspot.com/2013/04/pembelajaran-kolaboratif-dankooperatif.html
Muhaimin. 2016. Bunga Rampai Penelitian dalam Pendidikan Agama Islam. Retrieved from
https://books.google.co.id/books?id=NiDnCwAAQBAJ
Nasution, 2008. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, Cetke 12, Jakarta:
Bumi Aksara.
Nurdyansyah. N. dan Andiek Widodo, 2015. Inovasi Teknologi Pembelajaran, Sidoarjo:
Nizamia Learning Center.
Nurhidayati, Titin. Inovasi Pembelajaran PAI berbasis Multiple Intelegnce, Jurnal Pendidikan
Agama Islam Volum 3 no. 1, 2015.
Permendikbud no 3 tahun 2019
Permendikbud no. 22 Tahun 2014
PP No 55 tahun 2007
Rodajaman. 2013. Contoh model pembelajaran kooperatif bagi guru. Diunduh dari
http://www.rodajaman.net/2013/10/25-contoh-model-pembelajaran-kooperatif.html
Roger, Everett M. 1983. Diffusions of Innovations, New York: The Fre Perss.
Rosyada, Dede. Menjadi Guru di Abad 21. Copyright 2014 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
All Rights Reserved
15
Sanjaya, Wina. 2010. Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan
Kurikulum Tingkat SatuanPendidikan (KTSP), Jakarta: Kencana.
Soedijarto. 2008. Landasan dan arah pendidikan nasional kita.
Suherman, Erman. Dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung :
PT Remaja Rosdakarya.
Suryana. 2009. Kewirausahaan Pedoman Praktis: Kiat dan Proses Menuju Sukses. Jakarta:
Penerbit Salemba Empat.
Taniredja, Tukiran dan Efi Miftah Faridli dan Sri Harmianto. 2011. Model-model
Pembelajaran Inovatif,Alfabeta, Bandung.
Trianto. 2010. Model Pembelajaran Inovatif Progresif Konsep, Landasan dan Implementasi
Pada KTSP, Jakarta : Kencana.
Triantono. 2007. Model-model Pembelajarn Inovatif.Jakarta : Prestasi Pustaka.
Uno, Hamzah B. & Nurdin Mohamad. 2013. Belajar dengan pendekatan PAIKEM,
Pembelajaran Aktif, inofatif, lingkungan, kreatif, efektif, meneraik, Jakarta : Bumi
Aksara.
16