Disusun Oleh:
Program Studi Keperawatan Tingkat 3A
Sri Rahayu
(C1714201029)
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep penyakit dari keluarga yang mengalami
Hipertensi?
2. Apa saja data fokus keluarga yang mengalami Hipertensi?
3. Bagiaman diagnosa keperawatan keluarga yang mengalami
Hipertensi?
4. Bagaimana intervesni keluarga yang mengalami Hipertensi?
5. Bagaimana evaluasi keluarga yang mengalami Hipertensi?
1.3Tujuan
1. Untuk menegtahui bagaimana konsep penyakit keluarga yang
mengalami Hipertensi
2. Untuk mengetahui apa saja data fokus keluarga yang mengalami
Hipertensi
3. Untuk mengetahui bagiaman diagnosa keperawatan keluarga yang
mengalami Hipertensi
4. Untuk mengetahui bagaimana intervensi keluarga yang mengalami
Hipertensi
5. Untuk mengetahui bagaimana evaluasi pada keluarga yang mengalami
Hipertensi
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
darah sistolik dan diastolik, dengan tekanan darah sistolik lebih dari
140 mmHg dan diastolik lebih dari 90 mmHg, hipertensi juga
merupakan faktor resiko utama bagi penyakit gagal ginjal, gagal
jantung dan stroke.
2. Epidemiologi
Prevalensi penyakit Hipertensi, Diabetes Mellitus (DM) di Indonesia
berdasarkan diagnosis dokter pada penduduk umur ≥ 15 tahun
meningkat dari 1,5% pada tahun 2013 menjadi 2,0% pada tahun
2018. Provinsi dengan prevalensi tertinggi yaitu DKI Jakarta. Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta menempati posisi ke tiga tertinggi di
Indonesia (RISKESDAS, 2018).
3. Manifestasi Klinis
Manisfestasi klinikmenurut Ardiansyah (2012) muncul setelah
penderita mengalami hipertensi selama bertahun-tahun, gejalanya
antara lain :
a. Terjadi kerusakan susunan saraf pusat yang menyebabkan ayunan
langkah tidak mantap.
b. Nyeri kepala oksipital yang terjadi saat bangun dipagi hari karena
peningkatan tekanan intrakranial yang disertai mual dan muntah.
c. Epistaksis karena kelainan vaskuler akibat hipertensi yang
diderita.
d. Sakit kepala, pusing dan keletihan disebabkan oleh penurunan
perfusi darah akibat vasokonstriksi pembuluh darah.
e. Penglihatan kabur akibat kerusakan pada retina sebagai dampak
hipertensi.
f. Nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari) akibat dari
peningkatan aliran darah ke ginjal dan peningkatan filtrasi oleh
glomerulus.
Hipertensi sering ditemukan tanpa gejala (asimptomatik), namun
tanda-tanda klinis seperti tekanan darah yang menunjukkan kenaikan
pada dua kali pengukuran tekanan darah secara berturutan dan bruits
(bising pembuluh darah yang terdengar di daerah aorta abdominalis
atau arteri karotis, arteri renalis dan femoralis disebabkan oleh
stenosis atau aneurisma) dapat terjadi. Jika terjadi hipertensi
sekunder, tanda maupun gejalanya dapat berhubungan dengan
keadaan yang menyebabkannya. Salah satu contoh penyebab adalah
sindrom cushing yang menyebabkan obesitas batang tubuh dan striae
berwarna kebiruan, sedangkan pasien feokromositoma mengalami
sakit kepala,
3
mual, muntah, palpitasi, pucat dan perspirasi yang sangat
banyak(Kowalak, Weish, & Mayer, 2011).
4
hipertensi memiliki daya pompa jantung dan sirkulasi
volume darah yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan
penderita yang memiliki berat badan normal (Triyanto,
2014)
d) Rokok
Kandungan rokok yaitu nikotin dapat menstimulus
pelepasan katekolamin. Katekolamin yang mengalami
peningkatan dapat menyebabkan peningkatan denyut
jantung, iritabilitas miokardial serta terjadi vasokontriksi
yang dapat meningkatkan tekanan darah (Ardiansyah,
2012).
e) Kopi
Substansi yang terkandung dalam kopi adalah kafein.
Kafein sebagai anti-adenosine (adenosine berperan untuk
mengurangi kontraksi otot jantung dan relaksasi pembuluh
darah sehingga menyebabkan tekanan darah turun dan
memberikan efek rileks) menghambat reseptor untuk
berikatan dengan adenosine sehingga menstimulus sistem
saraf simpatis dan menyebabkan pembuluh darah
mengalami konstriksi disusul dengan terjadinya
peningkatan tekanan darah(Blush, 2014).
2) Faktor resiko yang tidak bisa dirubah
a) Genetik
Faktor genetik ternyata juga memiliki peran terhadap
angka kejadian hipertensi. Penderita hipertensi esensial
sekitar 70-80 % lebih banyak pada kembar monozigot (satu
telur) dari pada heterozigot (beda telur). Riwayat keluarga
yang menderita hipertensi juga menjadi pemicu seseorang
menderita hipertensi, oleh sebab itu hipertensi disebut
penyakit turunan (Triyanto, 2014).
b) Ras
Orang berkulit hitam memiliki resiko yang lebih besar
untuk menderita hipertensi primer ketika predisposisi
kadar renin plasma yang rendah mengurangi kemampuan
ginjal untuk mengekskresikan kadar natrium yang berlebih
(Kowalak, Weish, & Mayer, 2011).
2.2 Data Fokus
5
1. Tipe Keluarga
Hasil penilitian yang dilakukan M. Isra. K. Hi. Bisnu (2017) di
Puskesmas Ranomuut Kota Manado didapatkan bahwa usia
responden berada pada usia >65 tahun dengan jumlah 26 (34,7%).
Diikuti dengan rentang usia 56-65 tahun sebanyak 12 responden
(16%), 45-55 tahun sebanyak 20 responden (26,7%), dan 36-45 tahun
sebanyak 13 responden (17,3%). Sisanya pada rentang usia 26-35
tahun dan 17-25 tahun masing-masing sebanyak 2 responden (2,7%).
Kepekaan terhadap hipertensi akan meningkat seiring dengan
bertambahnya umur seseorang. Individu yang berumur di atas 60
tahun, 50 – 60 mempunyai tekanan darah lebih besar atau sama
dengan 140/90 mmHg. Hal ini merupakan pengaruh degenerasi yang
terjadi pada orang yang bertambah usianya (Susilo & Wulandari
2011).
2. Tahap Perkembangan Keluargan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan Sri Ayu Wulandhani
(et.al 2015) menunjukkan bahwa mayoritas berjenis kelamin
perempuan dengan jumlah 74 responden (81,3%). Hal ini disebabkan
responden perempuan lebih banyak dijumpai daripada laki-laki,
sehingga kesempatan lansia perempuan untuk dijadikan sebagai
responden lebih besar dibandingkan lansia laki-laki. Menurut Tesfaye
(2007) prevalensi hipertensi pada wanita (25%) lebih besar dari pada
pria (24%). Hipertensi cenderung lebih tinggi pada perempuan
dibandingkan dengan laki-laki. Wood (2010) mengatakan wanita lebih
cenderung terjadi hipertensi setelah menopause karena pengaruh
hormon wanita pada usia premenopause (Anggraini, Waren et. al,
2008).
3. Fungsi Perawatan
a. Kemampuan keluarga dalam mengenal masalah
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas kemampuan
keluarga tentang pelaksanaan tugas kesehatan keluarga yang
memiliki lansia dengan penyakit hipertensi adalah tinggi sebanyak
49 responden (70%). Bila dilihat dari tugas kesehatan keluarga
berdasarkan mengenal masalah kesehatan mayoritas adalah
kategori tinggi yaitu sebesar 65 responden (92,9%). Kemampuan
seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain
pendidikan yang diterima, semakin tinggi tingkat pendidikan
seseorang maka semakin baik pula tingkat pengetahuannya. Hal
6
ini juga didukung oleh Notoatmodjo (2005) yang mengemukakan
bahwa pendidikan merupakan perubahan pada diri manusia
sehingga pendidikan merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi persepsi seseorang lebih mudah dalam mengambil
keputusan dan bertindak. Menurut Setiadi (2008) mengenal
masalah kesehatan keluarga yaitu sejauh mana keluarga, mengenal
fakta-fakta dari masalah kesehatan keluarga yang meliputi
pengertian, tanda dan gejala, penyebab dan yang mempengaruhi
serta persepsi keluarga terhadap masalah. Pelaksanaan tugas
kesehatan keluarga terhadap lansia dengan hipertensi,
menunjukkan kemampuan keluarga dalam mengenal gejala
hipertensi yang sering dialami lansia seperti sakit kepala, gelisah,
nyeri tengkuk, mual, dan muntah, sesak nafas, dan pandangan
menjadi kabur. Keluarga mengetahui faktor-faktor penyebab
hipertensi seperti merokok dan mengkonsumsi garam yang
berlebihan. Kemampuan keluarga dalam mengenal masalah
hipertensi pada lansia sangat berperan penting dalam upaya
peningkatan kesehatan lansia, sehingga beban keluarga dalam
mengurus lansia dapat berkurang.
b. Kemapuan keluarga dalam mengambil keputusan
Berdasarkan tugas kesehatan keluarga yang kedua yaitu
mengambil keputusan didapatkan hasil bahwa mayoritas
kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan adalah tinggi
sebanyak 69 responden (98,6%). Keluarga merupakan kunci
utama bagi kesehatan serta perilaku sehat sakit, oleh karena itu
keluarga terlibat lansung dalam mengambil keputusan dan
terapeutik pada setiap tahap sehat-sakit anggota keluarga (Setiadi,
2008). Mengambil sebuah keputusan kesehatan keluarga
merupakan langkah sejauh mana keluarga mengerti mengenai
sifat dan luasnya masalah, apakah masalah dirasakan, menyerah
terhadap masalah yang dihadapi, takut akan akibat tindakan
penyakit, mempunyai sikap negatif terhadap masalah kesehatan.
Kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan terhadap
lansia dengan hipertensi mengerti akan dampak dari hipertensi
seperti stroke, kerusakan ginjal, penyakit jantung, dan gangguan
penglihatan. Keluarga memberi saran kepada lansia untuk segara
memberi tahu keluarga jika gejala hipertensi muncul/ dialami oleh
lansia.
4. Fungsi Keluarga
7
Fungsi utama keluarga salah satu diantaranya adalah fungsi
perawatan keluarga, dimana keluarga memberikan perawatan
kesehatan yang bersifat preventif dan secara bersama-sama merawat
anggota keluarga yang sakit. Kesanggupan keluarga melaksanakan
perawatan atau pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari tugas
kesehatan keluarga yang dilaksanakan (Mubarak, Chayatin, & Santoso,
2010).
8
9
2.4 Intervensi Keperawatan Keluarga
10
kondisi, dan program 4. Diskusikan dengan keluarga cara merawat anggota
pengobatan. 5. keluarga yang sakit.
Pasien dan keluarga 6. Jelaskan makanan yang harus dikonsumsi dan dihindari
mampu melaksanakan penderita hipertensi.
prosedur yang 7. Diskusikan dengan keluarga tentang lingkungan yang
dijelaskan secara menunjang kesehatan.
benar. Pasien dan Diskusikan bersama keluarga tentang pemanfaatan fasilitas
keluarga mampu kesehatan.
2. menjelaskan kembali
3. apa yang dijelaskan
perawat.
Klien dan keluarga mengetahui
4. komplikasi hipertensi
11
D. Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan Keluarga
Hari Hari
Diagnosa Evaluasi
Tanggal Implementasi Paraf Tanggal Paraf
keperawatan SOAP
Jam Jam
Nyeri akut b.d Senin 1. Mengkaji nyeri secara Selasa Subjektif :
ketidakmampuan 28/5/18 2. komprehensif. 29/5/18 - Klien mengatakan nyeri masih
keluarga merawat 16.00 Hasil : 15.55 dirasakan namun sudah sedikit
anggota keluarga P: Ny.A mengatakan berkurang (skala nyeri 4).
sakit. timbulnya keluhan karena - Klien mengatakan mampu
tekanan darahnya yang mengontrol nyeri dengan teknik
kembali naik. relaksasi dan distraksi (klien
Q: Ny.A melakukan teknik distraksi nyeri
mengatakan dengan membaca Al-Quran).
keluhan yang - Klien menyebutkan penyebab
dirasakan seperti terjadinya dan nyeri.
tertekan benda - Klien mengatakan nyeri sedikit
berat berkurang setelah melakukan
R: Ny.A mengatakan teknik menejeman nyeri yang
keluhan dirasakan pada diajarkan.
daerah kepala dan leher - Klien mengatakan merasa lebih
S: Skala nyeri 6 nyaman dan nyeri berkurang
(sedang) T: Ny.A setelah melakukan kompres
mengatakan hangat pada kepala bagian
keluhan timbul secara belakang.
tibatiba, sakit kepala yang Objektif :
dirasakan hilang timbul - Klien mampu
Mengobservasi tanda-tanda
vital. mendemonstrasikan teknik
Hasil : relaksasi, distraksi dan kompres
TD:180/110
12
N: 96x/m
RR: 18x/m
15
4. Puskesmas untuk - Diskusikan dengan
5. mengobati Ny.A keluarga tentang
DO : Keluarga kooperatif hipertensi dengan
Mendiskusikan dengan menggunakan
keluarga cara merawat leaflet/lembar balik
(program pengobatan) meliputi pengertian
anggota keluarga yang sakit. hipertensi, penyebab,
DS : Keluarga mengatakan tanda dan gejalah, proses
bersedia diajarkan - penyakit, komplikasi,
tentang cara merawat perawatan dan
Ny.A. pencegahan hipertensi.
6. DO : Keluarga Diskusikan dengan
kooperatif. keluarga cara merawat
Menjelaskan (program pengobatan)
makanan yang anggota keluarga sakit.
harus dikonsumsi
dan dihindari
penderita hipertensi.
DS : Klien menyebutkan diet
makanan yang baik
untuk hipertensi.
DO : Klien mampu
mengulang informasi yang
disampaikan. Mendiskusikan
dengan keluarga tentang
lingkungan yang menunjang
kesehatan.
DS : Keluarga
menyebutkan
lingkungan yang baik
untuk menunjang
16
kesehatan.
DO : Keluarga mampu
mengulang informasi
yang disampaikan.
7. Mendiskusikan bersama
keluarga tentang
pemanfaatan fasilitas
kesehatan.
Hasil :
DS : Keluarga menyebutkan
manfaat faskes untuk
kesembuhan anggota
keluarga sakit.
DO : Keluarga mampu
mengulang informasi
yang disampaikan.
Nyeri akut b.d Selasa 1 Mengkaji skala nyeri. Rabu Subjektif :
ketidakmampuan 29/5/18 . Hasil : Ny.A mengatakan 30/5/18 - Ny.A mengatakan nyeri sudah
keluarga 16.15 2 skala nyeri yang dirasakan 16.25 sedikit berkurang daripada
merawat anggota . adalah 4 (nyeri sedang). kemarin (skala nyeri 3).
keluarga sakit. Mengobservasi tanda- - Klien mengatakan mampu
tanda vital. mengontrol nyeri dengan teknik
Hasil : relaksasi dan distraksi (klien
TD : 150/100. melakukan teknik distraksi nyeri
N : 90 x/m dengan membaca Al-Quran).
RR : 18 x/m - Klien menyebutkan penyebab
3 S : 36,8 ̊ C terjadinya dan nyeri.
. Menganjurkan melakukan - Klien mengatakan nyeri
teknik manajemen nyeri berkurang setelah melakukan
(teknik relaksasi).
17
4. Hasil : teknik menejeman nyeri yang
5. Ny.A mendemonstrasikan diajarkan.
teknik relaksasi. - Klien mengatakan merasa
Menganjurkan klien lebih nyaman dan nyeri
melakukan teknik berkurang setelah melakukan
manajemen nyeri kompres hangat pada kepala
(distraksi) sesuai kebiasaan bagian belakang.
6. klien. Objektif :
Hasil : klien mengatakan - Ny.A mampu
melakukan teknik distraksi mendemonstrasikan teknik
dengan membaca kitab suci relaksasi, distraksi dan kompres
Al-Quran. hangat pada kepala bagian
Menganjurkan pada klien belakang.
dan keluarga kompres - Ny.A tidak lagi terlihat gelisah
hangat pada kepala bagian dan meringis.
belakang. - Tanda-tanda vital :
Hasil : Klien dan keluarga
kooperatif. TD : 140/90.
Menganjurkan klien untuk N : 84 x/m
meningkatkan istrahat. RR : 18 x/m
Hasil : S : 37 ̊ C
DS : Klien mengatakan A : Masalah teratasi sebagian
paham dengan Planning :
instruksi yang - Kaji skala nyeri
disampaikan. - Observasi TTV
DO : Klien kooperatif. - Anjurkan melakukan teknik
Tampak menyimak relaksasi.
dengan baik instruksi - Anjurkan melakukan teknik
yang disampaikan. distraksi.
18
- Anjurkan memberi kompres
hangat pada kepala bagian
belakang.
- Anjurkan klien meningkatkan
istrahat.
19
3. DO : Keluarga kooperatif. menggunakan leaflet/lembar
Mendiskusikan dengan balik meliputi pengertian
keluarga cara merawat hipertensi, penyebab, tanda dan
(program pengobatan) gejalah, proses penyakit,
anggota keluarga yang sakit. komplikasi, perawatan dan
DS : Keluarga mengatakan pencegahan hipertensi.
melaksanakan program - Diskusikan dengan keluarga cara
pengobatan sesuai merawat (program pengobatan)
dengan yang dijelaskan anggota keluarga sakit.
perawat.
DO : Keluarga kooperatif.
Nyeri akut b.d Rabu 1 Mengkaji skala nyeri. Kamis Subjektif :
ketidakmampuan 30/5/18 . Hasil : Ny.A mengatakan 31/5/18 - Klien mengatakan nyeri sudah
keluarga merawat 16.45 2 skala nyeri yang dirasakan 16.10 tidak dirasakan.
anggota keluarga . adalah 3 (nyeri ringan). - Klien mengatakan mampu
sakit. Mengobservasi tanda- mengontrol nyeri dengan teknik
tanda vital. menejemen nyeri.
Hasil : - Klien mengatakan nyeri
TD : 140/90. berkurang dengan manajemen
N : 84 x/m nyeri.
RR : 18 x/m - Klien mengatakan sudah
3 S : 37 ̊ C merasa nyaman karena nyeri
. Menganjurkan melakukan yang dirasakan sudah hilang.
teknik manajemen nyeri Objektif :
(teknik relaksasi). - Klien menyatakan rasa nyaman
Hasil : setelah nyeri berkurang.
Ny.A mendemonstrasikan - Klien mampu
teknik relaksasi.
mendemonstrasikan teknik
relaksasi, distraksi dan kompres
20
4. Menganjurkan klien hangat pada kepala bagian
5. melakukan teknik belakang.
manajemen nyeri - Klien mampu menyebutkan
(distraksi) sesuai kebiasaan penyebab terjadinya nyeri.
klien. - Ny.A tidak terlihat gelisah dan
Hasil : klien mengatakan meringis.
melakukan teknik distraksi - Tanda-tanda vital :
6. dengan membaca kitab suci
Al-Quran. TD : 130/90.
Menganjurkan pada klien N : 78 x/m
dan keluarga kompres RR : 18 x/m
hangat pada kepala bagian S : 36,6 ̊ C
belakang. A : Masalah teratasi
Hasil : Klien dan keluarga Planning :
kooperatif. Intervensi dipertahankan klien dan
Menganjurkan klien untuk keluarga.
meningkatkan istrahat.
Hasil :
DS : Klien mengatakan
paham dengan
instruksi yang
disampaikan.
DO : Klien kooperatif.
Tampak menyimak
dengan baik instruksi
yang disampaikan.
21
Defisiensi Rabu 1. Mengkaji pengetahuan klien Kamis Subjektif :
pengetahuan b.d 30/5/18 2. dan keluarga tentang 31/5/18 - Keluarga mengatakan paham
ketidakmampuan 16.55 hipertensi. 16.20 tentang penyakit, kondisi, dan
keluarga Hasil : program pengobatan yang
mengenal DS : klien dan keluarga diberikan pada Ny.A.
masalah. menyebutkan tentang - Keluarga mengatakan
hipertensi dengan melaksanakan program
bahasa sendiri. pengobatan sesuai dengan yang
DO : Klien dan keluarga
dijelaskan perawat.
mampu menyebutkan
- Keluarga menyebutkan
tentang hipertensi meski
pengertian hipertensi,
masih sering lupa.
penyebabnya, tanda dan gejalah,
Mendiskusikan dengan
perawatan dan pencegahan
keluarga tentang hipertensi
penyakit hipertensi dengan
dengan menggunakan
bahasa sendiri.
3. leaflet/lembar balik - Klien dan keluarga
meliputi pengertian
menyebutkan komplikasi
hipertensi, penyebab, tanda
hipertensi Objektif :
dan gejalah, proses
- Klien dan keluarga mampu
penyakit, komplikasi,
melaksanakan prosedur yang
perawatan dan pencegahan
dijelaskan secara benar.
hipertensi.
DS : Keluarga mengatakan - Klien dan keluarga mampu
bersedia mendengarkan menjelaskan kembali apa yang
informasi. dijelaskan perawat tentang
DO : Keluarga hipertensi.
kooperatif. - Klien dan keluarga
Mendiskusikan mengetahui komplikasi
dengan keluarga cara hipertensi A : Masalah teratasi.
merawat
22
(program pengobatan) Planning : Intervensi dipertahankan
anggota keluarga yang sakit. keluarga.
DS : Keluarga mengatakan
melaksanakan program
pengobatan sesuai
dengan yang dijelaskan
perawat.
DO : Keluarga kooperatif.
23
Komplementer
Berdasarkan hasil literature review Elly Trisnawati, dkk (2019) diketahui bahwa 6 jenis
terapi komplementer seperti Aromaterapy,Meditasi & yoga , akupresure, bekam, akupuntur
pada thaicong acupoint efektif dalam menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi.
literature review ini menunjukan bahwa terapi komplementer memiliki peranan penting
dalam pengobatan traditional sebagai terapi non farmakologi. Terapi komplementer memiliki
efek samping yang aman dibandingkan dengan efek samping dari reaksi obat kimia.
Pengobatan dengan menggunakan terapi komplementer juga mempunyai manfaat selain
dapat meningkatkan kesehatan secara lebih menyeluruh juga lebih murah karena biaya
pengeluaran biaya yang rendah.
.5 Evaluasi
1. Formatif (Tujuan Khusus/Jangka Pendek)
Evaluasi keperawata merupakan salah satu langkah dalam menilai
hasil asuhan yang dilakukan dengan membandingkan hasil yang
dicapai berupa respon keluarga terhadap tindakan yang dilakukan
dengan indikator yang diterapkan. Hasil asuhan keperawatan dapat
diukur melalui: Keadaan fisik, Sikap/psikologis, Pengetahuan atau
kelakuan belajar, dan Perilaku kesehatan.
3.2Saran
Agar terhindar dari penyakit hipertensi yang mematikan ini sebaiknya
kita menerapkan pola hidup sehat seperti mengkonsumsi makanan yang
sehat dan bergizi, mengatur pola makan, mengatur pola aktivitas dan
mengatur pola istrahat. Jika sudah terkena penyakit hipertensi sebaiknya
kita menghindari berbagai macam makanan dan minuman seperti
Makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi (otak, ginjal, paru, minyak
kelapa,gajih), Makanan yang diolah dengan menggunakan garam natrium
(biscuit, crackers, keripikdan makanan keringyangasin), Makanan dan
minuman dalam kaleng (sarden, sosis, korned, sayuran serta buah-
buahan dalam kaleng, soft drink), Makanan yang diawetkan (dendeng,
asinan sayur/buah, abon, ikan asin, pindang, udang kering, telur asin,
selai kacang), Susu full cream, mentega, margarine, keju mayonnaise,
serta sumber protein hewani yang tinggi kolesterol seperti daging merah
(sapi/kambing), kuning telur, kulit ayam), Bumbu-bumbu seperti kecap,
maggi, terasi, saus tomat, saus sambal, tauco serta bumbu penyedap lain
yang pada umumnya mengandunggaram natrium dan Alkohol serta
makanan yang mengandung alkohol seperti durian, tape.
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, A., D., Annes Waren, A., Situmorang, E., Asputra, H., dan Siahaan, S.,
S. 2008. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Hipertensi
pada Pasien yang Berobat di Poliklinik Dewasa Puskesmas Bankinang
Periode Januari sampai Juni 2008. Pekanbaru: Fakultas Kedokteran
Universitas Riau.
Buss, J. S., & Labus, D. (2013). Buku saku patofisiologi menjadi sangat mudah
edisi 2. Diterjemahkan oleh Huriawati Hartanto. Jakarta: EGC