Anda di halaman 1dari 6

PENERAPAN LATIHAN ROM (RANGE OF MOTION) PASIF UNTUK

MEMENUHI KEBUTUHAN MOBILISASI PADA PASIEN DENGAN


HEMIPARESE DI PUSKESMAS MALAMSIMSA TAHUN 2020

NAMA : NIRWANA
NIM : 31440117038

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN
SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN SORONG
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN
TAHUN 2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Stroke merupakan penyakit yang paling sering menyebabkan cacat berupa kelemahan
wajah, lengan dan kaki pada sisi yang sama (hemiparese) disamping kecacatan-kecacatan
lainnya. Angka kejadian hemiparese semakin meningkat seiring dengan meningkatnya
angka kejadian stroke. Jumlah penderita stroke cenderung meningkat setiap tahun, bukan
hanya menyerang penduduk usia tua, tetapi juga dialami oleh mereka yang berusia muda dan
produktif (Yastroki, 2010).

Hemiparese atau yang disebut juga stroke non hemoragik adalah sindroma klinis yang
awalnya timbul mendadak, progresi cepat berupa deficit neurologis fokal atau global yang
berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung menimbulkan kematian yang disebabkan oleh
gangguan peredaran darah otak non straumatik (Arif Mansjoer, 2000).

Hemiparese atau stroke non hemoragik merupakan proses terjadinya iskemia akibat
emboli dan trombosis serebral biasanya terjadi perdarahan. Namun terjadi iskemia yang
menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema sekunder (Arif Muttaqin, 2008).

Salah satu intervensi yang bisa dilakukan untuk mengatasi masalah hemiparese pada
ekstremitas atas pasien stroke adalah dengan melakukan latihan range of motion (ROM)
baik aktif maupun pasif. Penelitian oleh (Lynch, 2005) menyimpulkan bahwa latihan ROM
dapat meningkatkan fleksibilitas sendi. Begitu juga penelitian (Astrid 2008) mendapatkan
hasil bahwa kekuatan otot meningkat dan kemampuan fungsional meningkat secara
signifikan setelah diberikan latihan.

Latihan Rom Of Motion (ROM) merupakan salah satu bentuk latihan dalam proses
rehabilitas yang dinilai masih cukup efektif untuk mencegah terjadinya kecacatan pada
pasien dengan stroke. Latihan ROM merupakan sekumpulan gerakan yang dilakukan pada
bagian sendi yang bertujuan untuk meningkatkan fleksibelitas dan kekuatan otot (Potter dan
Perry, 2010).
Menurut WHO (2010) dalam jurnal Aini (2013) jumlah penderita stroke di Indonesia
berdasarkan sensus kependudukan dan demografi Indonesia (SKDI) tahun 2010 sebanyak
3.600.000 setiap tahun dengan prevalensi 8,3 per 1000 penduduk. Tahun 2020 diperkirakan
7,6 juta orang akan meninggal karena stroke. Pada penderita stroke 60,7% disebabkan oleh
stroke non hemoragik, sedangkan 36,6% disebabkan oleh stroke hemoragik. Setiap tahunnya
diperkirakan 500 ribu penduduk di Indonesia terkena serangan stroke (Yastroki, 2010).

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 mendata kasus stroke diwilayah
perkotaana di 33 provinsi dan 440 kabupaten mengumpulkan sebanyak 258.366 sampel
rumah tangga perkotaan dan 987.205 sampel anggota rumah tangga.

World Stroke Organization menyatakan dalam kampanye stroke dunia adalah 1 diantara
5 untuk wanita dan 1 diantara 6 untuk laki-laki. Setiap 2 detik 1 orang terserang didunia
terserang stroke. Setiap 6 detik, kehidupan dan kualitas seseorang akan berubah akibat
stroke. Data menunjukan bahwa stroke menempati urutan pertama sebagai penyebab
kematian utama semua umur di Indonesia. Stroke bersama-sama dengan hipertensi dan
penyakit jantung iskemik dan penyakit jantung lain merupakan penyakit tidak menular
utama penyebab kematian di Indonesia (Kemenkes, 2011). Prevalensi stroke meningkat dari
tahun 2007 hasilnya 8,3 per 1000 menjadi 12,1 per 1000 pada tahun 2013 (Riskesdas, 2013).

Penyakit stroke erat kaitannya dengan gangguan pembuluh darah. Stroke terjadi karena
ada gangguan aliran darah ke otak. Faktor-faktor resiko stroke terbagi atas dua hal yaitu
faktor mayor dan faktor minor. Faktor mayor merupakan faktor dominan yang biasanya
merupakan penyakit dan gangguan lain misalnya hipertensi, penyakit jantung, diabetes
militus, pernah terserang stroke, gangguan pembuluh darah, penyakit katub jantung dan
tinggi sel darah merah. Sedangkan faktor minor adalah faktor yang biasanya terjadi karena
faktor gaya hidup dan pola makan misalnya kadar lemak tinggi dalam darah, merokok,
obesitas, kadar asam urat tinggi, kurang olahraga, jenis kelamin, usia (Wiwit, 2010).

Kelemahan otot merupakan dampak terbesar pada pasien stroke untuk itu diperlukan
latihan ROM pasif dengan tujuan untuk mempertahankan atau memelihara kekuatan otot,
memelihara mobilitas persendian dan mestimulasi sirkulasi. Dengan adanya peningkatan
angka kejadian stroke dan kecacatan tersebut, apabila latihan gerak sendi (ROM) tidak
dilaksanakan sedini mungkin maka akan terjadi penurunan kekuatan otot, atropi otot,
kontraktur dan luka dukubitus. Dalam kenyataanya dirumah sakit kejadian seperti ini sering
terjadi meski telah mendapat kontrol dari tenaga kesehatan rumah sakit (Alimul, 2006).

B. Rumusan Masalah

Di Indonesia stroke merupakan penyebab kematian utama pada semua umur.


Hemiparese merupakan salah satu komplikasi yang akan dialami penderita stroke, dimana
penderita stroke tidak mampu melakukan aktivitas mandiri. Berdasarkan uraian diatas
peneliti tertarik untuk mengetahui pengaruh latihan ROM pasif terhadap peningkatan
kekuatan otot pada pasien stroke dengan hemiparese untuk dapat memenuhi kebutuhan
mobilisasi pasien stroke hemiparese.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mampu menerapkan latihan ROM pasif
untuk memenuhi kebutuhan mobilisasi pada pasien dengan hemiparese.
2. Tujuan Khusus
a. Pembaca dapat memahami mengenai konsep hemiparese.
b. Peneliti mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan hemiparese.
c. Peneliti mampu merumuskan diagnose keperawatan pada pasien dengan hemiparese.
d. Peneliti mampu menyusun intervensi pada pasien dengan hemiparese.
e. Peneliti mampu malakukan implementasi pada pasien dengan hemiparese.
f. Peneliti mampu melakukan evaluasi pada pasien dengan hemiparese.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti
Sebagai pengalaman penulisan karya tulis ilmiah, menambah pengetahuan dan wawasan
dalam bidang kesehatan, serta sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan Diploma
III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Sorong.
2. Bagi Institusi Pelayanan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada pelayanan kesehatan
untuk meningkatkan mutu dan pelayanan kesehatan terkait latihan range of motion pasif
pada pasien dengan hemiparese.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan masukan bagi institusi untuk masukan penelitian selanjutnya tentang studi
kasus penerapan range of motion pasif untuk memenuhi kebutuhan mobilisasi pada
pasien dengan hemiparese. Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat
khususnya untuk dapat menambah referensi perpustakaan bagi pembaca serta sebagai
acuan untuk penelitian yang akan datang.

Anda mungkin juga menyukai