Anda di halaman 1dari 9

FATWA

MAJELIS ULAMA INDONESIA KOTA DEPOK


Nomor : 04 Tahun 2020
Tentang
KEGIATAN KEAGAMAAN DI RUMAH IBADAH
PADA MASA ADAPTASI KEBIASAAN BARU (AKB)
DALAM SITUASI PANDEMI COVID-19
DI KOTA DEPOK

Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Depok, setelah :

Menimbang : a. Perkembangan terkini status Kota Depok terkait covid-19 setelah


melalui usaha bersama selama tiga bulan dengan program
PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) dan penerapan
physical distancing (pembatasan fisik) yang berimplikasi pada
pembatasan kerumunan termasuk di dalamnya himbauan untuk
tidak melaksanakan shalat berjama’ah di masjid yang meliputi
shalat jum’at dan shalat idul fitri, yang mana saat ini status Kota
Depok masuk pada zona kuning;

b. Bahwa potensi bahaya gelombang kedua tetap ada sehingga


kewaspadaan tidak boleh berkurang, dikarenakan usaha untuk
steril dari pandemi Covid-19 belum selesai secara menyeluruh.
Sehingga masih harus dilanjutkan sampai Kota Depok berstatus
hijau tanpa pasien baru;

c. Bahwa masyarakat di Kota Depok harus memiliki tekad yang


kuat dan usaha yang nyata agar Kota Depok tidak kembali lagi
ke zona merah;

d. Bahwa kebijakan pemerintah pusat dengan menetapkan situasi


pada masa new normal atau tatanan hidup yang baru di tengah
pandemi Covid-19. Untuk memasuki masa new normal tersebut
Pemerintah Provinsi Jawa Barat memilih menggunakan istilah
Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) dengan persyaratan penularan
pandemic Covid-19 tersebut di bawah angka 1 (satu);

e. Bahwa untuk mencapai tujuan tersebut, kerjasama semua pihak


dari berbagai pemangku kepentingan, juga keterlibatan seluruh
komponen masyarakat adalah sebuah keniscayaan;

1
Mengingat : 1. Bahwa ibadah sholat jum’at tersebut hukumnya adalah fardlu „ain
berdasarkan firman Allah Subhanahu Wata‟ala:

‫صالَةِ ِم ْن ٌَ ْو ِم ْال ُج ُمعَ ِة فَا ْسعَ ْـوا ِإلَى ِذ ْك ِر‬ َّ ‫ِي ِلل‬ َ ‫ٌَآأٌَُّ َها الَّذٌِنَ آ َمنُواْ ِإذَا نُ ْود‬
َ‫ّٰللا َوذَ ُروا الْبَ ٌْ َع َٰذَ ِل ُك ْم َخٌ ٌْر لَّ ُك ْم إِ ْن ُكـنْـت ُ ْم تَعْلَ ُم ْون‬
ِ‫ه‬
“Hai orang orang yang beriman,apabila diseur untuk menunaikan
shalat jum‟at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah
dan tinggalkan jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika
kamu mengetahui.” QS: al-Jum’ah ayat: 9;

2. Bahwa kewajiban ibadah tersebut adalah bagi seluruh muslim


yang sudah baligh, berakal, sehat, merdeka, dan tidak sedang
bepergian (musafir)
Dari Thariq bin Syihab, sesungguhnya Nabi Muhammad
Shallallahu „Alaihi Wasallam bersabda:

‫ " ْال ُج ُمعَةُ َح ٌّك‬:َ‫ لَال‬- ‫ ملسو هيلع هللا ىلص‬- ‫ّٰللا‬ ُ ‫ب; أ َ َّن َر‬
ِ َّ َ ‫سو َل‬ ٍ ‫ق ب ِْن ِش َها‬ ِ ‫ار‬
ِ ‫ط‬ َ ‫ع ْن‬َ ‫َو‬
,ً َ
َ ‫ َو‬,ٌ‫ َواِ ْم َرأة‬,‫ون‬
ٌّ ‫ص ِب‬ ُ ً َ
ٌ ‫ َم ْمل‬:‫ع ٍة ِإ ََّّل أ ْربَعَة‬ َ ‫علَى كُ ِّل ُم ْس ِل ٍم فًِ َج َما‬
َ ‫ب‬ ٌ ‫اج‬
ِ ‫َو‬
‫ٌض‬
ٌ ‫َو َم ِر‬
“Shalat jum‟at dengan berjama‟ah wajib bagi setiap muslim
kecuali empat : Hamba sahaya, wanita, anak-anak, atau orang
sakit” HR. Abu Daud/ 942,(Sunan Abi Daud);

3. Bahwa shalat berjama’ah pada sarana ibadah masyarakat,


hukumnya adalah fardlu kifayah atau sunnah mu‟akkadah.
Rasulullah Muhammad Shallallahu „Alaihi Wasallam bersabda:

‫َما ِم ْن ثَالثة فً لرٌة وَّل بد ٍو َّل تُمام فٌهم الصالة إَّل ولد استحوذ‬
‫علٌهم الشٌطان فعلٌن بالجماعة‬
“Tiada tiga orang yang berada di desa atau hutan yang tidak
mendirikan shalat jama‟ah, kecuali mereka telah dikalahkan oleh
syetan. Maka kerjakanlah dengan berjamaah. HR. Ahmad, Abu
Dawud dan Nasa’i;

4. Semua kegiatan masyarakat termasuk diantaranya shalat jum’at


dan shalat jama’ah harus mengikuti seluruh petunjuk protokoler
medis. Al-Qodhi Zainuddin Abu Yahya Zakaria di dalam kitab
Asna al- Matholib menyampaikan:

‫ان‬ ِ ‫وف هو أ َ ْم ََّل ُر‬


َ ‫وج َع فٌه‬
ِ َ‫طبٌِب‬ ٌ ‫اض فلم ٌُ ْد َر أ َ َم ُخ‬
ِ ‫وما أ َ ْش َك َل من ْاْل َ ْم َر‬
َّ ‫من أ َ ْه ِل ال‬
ِ‫ش َها َدة‬
“Penyakit-penyakit yang masih diragukan apakah menakutkan
atau tidak, maka dikembalikan kepada pemaparan dari dua
dokter ahli syahadah.”;
2
5. Shalat jum’at boleh dikerjakan secara bergantian dalam satu
tempat atau dengan memanfaatkan musholla dan majelis ta’lim.
Hal ini karena situasi di Kota Depok belum seratus persen aman
dari pandemi Covid-19.

‫ دار الفكر‬97 : ‫بغٌة المسترشدٌن ص‬

‫ضبطوه بالمشمة وهذا الحصر إما من الحصر المجازى َّل الحمٌمى‬


‫إذ هو اْلكثر فى كالمهم أو من باب حصر اْلمثلة فالضٌك لكل‬
‫عسر نشؤ عن المحل والبعد لكل عسر نشؤ عن الطرٌك والتماتل‬
‫لغٌرهما كالخوف على النفس والمال والحر الشدٌد والعداوة ونحوها‬
‫من كل ما فٌه مشمة اهـ‬
“Para ulama‟ memberi batasan boleh ta‟addud al jum‟at sebab
mengalami kesulitan. Penyebutan secara teringkas ini adakala
nya dari ringkasan secara majazi tidak secara haqiqi. Karena
hal itulah yang paling banyak disampaikan dalam keterangan
para ulama‟. Atau dari bab peringkasan contoh. Maka
sempitnya sarana menjadi contoh untuk kesulitan yang muncul
dari perihal tempat. Jauhnya lokasi menjadi contoh untuk
kesulitan yang muncul dari perihal jalan. Adanya pertikaian
untuk kesulitan selain kedua perihal di atas. Contoh khawatir
akan keselamatan jiwa, keselamatan harta, cuaca sangat
panas, permusuhan, dan sejenisnya dari setiap gangguan yang
menyulitkan pelakasanaan shalat jum‟at secara normal.”;

6. Menurut ketentuan sebagian ulama, jama’ah shalat jum’at diikuti


oleh sekurang-kurangnya 12 (dua belas) orang.

‫ولد رجحه أٌضا أبو بكر بن المنذر فً اْلشراف كما نمله النووي‬
‫فً شرح المهذب ثانً المولٌن اثنا عشر وهل ٌجوز تملٌد هذٌن‬
‫المولٌن؟ الجواب نعم فإنه لول لإلمام نصره بعض أصحابه ورجحه‬
‫ دار‬87 -85 :‫) فتح المعٌن مع حاشٌة إعانة الطالبٌن الجزء الثانى ص‬
(‫الفكر‬
“Dan telah ditarjih oleh Abu Bakar bin Mundzir di dalam kitab
al-Asyraf sebagaimana yang telah disadur oleh Imam Nawawi di
dalam kitab syarh al-Muhadzab, yang menjadi pendapat ke dua
dari dua pendapat Imam Syafi‟i, tentang batas minimal 12
orang. Apakah boleh mengikuti dua qoul qodim imam Syafi‟i
ini?. Jawab, boleh. Karena sesungguhnya keterangan tersebut
merupakan penjelasan imam Syafi‟i yang dibantu oleh sebagian
para ashhabnya dan mentarjihnya;

3
7. Shalat jum’at tidak harus dikerjakan di dalam masjid. Shalat
jum’at boleh diselenggarakan di mushalla, majelis ta’lim, atau
bangunan lainnya. Syekh Hasan bin Bisyr bin Yahya al-Amudi
menjelaskan:

)10 ‫ ص‬/ 1 ‫ (ج‬- ‫جمع النمول الواردة‬

‫واختلف فً اشتراط إلامة الجمعة فً المسجد فعند اْلئمة الثالثة‬


‫السادة الحنفٌة والشافعٌة والحنابلة رحمهم هللا تعالى َّل ٌشترط إلامتها‬
“‫فً المسجد‬
“Ada perbedaan ulama terkait pensyaratan mendirikan shalat
jum‟at di dalam masjid. Maka menurut ketiga imam madzhab
Hanafiyah, Syafi‟iyah, dan Hanabilah Rahimahumullah tidak
disyaratkan dalam mendirikan shalat jum‟at harus di masjid.”;

Memperhatikan : 1. Kaidah Fiqh berbunyi :


‫المشمة تجلب التٌسٌر‬
“Keadaan yang sulit mendatangkan kemudahan hukum fiqh”;

‫الرخص َّل تناط بالشن بل بالٌمٌن أو بغلبة الظن‬


“Keringanan – keringanan hukum fiqh tidak bisa dikaitkan dengan
keraguan terjadinya suatu sebab, melainkan harus dengan yakin
atau dugaan akan terjadinya suatu sebab”

‫صـلَ َحـ ِة‬ ْ ِ‫الر ِعـٌَّــ ِة َمـنُ ْـوطٌ ب‬


ْ ‫ـالـ َمـ‬ َّ ‫عـلَى‬
َ ‫ـام‬
ِ ‫ف اإل َم‬
ُ ‫ــر‬
ُّ ‫ص‬َ ‫تَـ‬
Kebijakan pemimpin (pemegang otoritas) terhadap rakyat harus
mengikuti kemaslahatan;

2. Imam Syafi’i menyampaikan dalam kitab Raudhah at Thalibin :

َ ‫وف َحتَّى ٌَ ْذه‬


‫َب‬ ٌ ‫ون َم ُخ‬
ُ ‫ع‬ َّ ‫َو‬
ُ ‫الطا‬
“Thoun adalah peristiwa yang ditakuti hingga hilang wabahnya”;

3. Al-Imam Ibnu Hajar al-Haitami menjelaskan di dalam kitab Al-


Fatawi al-Kubra:

‫اض الْ َم ُخوفَ ِة ِع ْن َدنَا بَ ْل أ َ ْه ُل َم َحلَّتِ ِه كلهم فً ُح ْك ِم‬


ِ ‫ون من ْاْل َ ْم َر‬ ُ ‫ع‬ َّ ‫َو‬
ُ ‫الطا‬
‫ضا َم ُخوفًا‬ ِ ‫ْال َم ِر‬
ً ‫ٌض َم َر‬

4
“Menurut saya, thoun merupakan jenis penyakit yang sangat
menakutkan, Bahkan seluruh penduduk dalam satu kawasan
negara semuanya diberlakukan hukum selayaknya hukum
syariat bagi orang yang sakit dalam kondisi mengkhawatirkan.”;

4. Maklumat Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia (MUI)


Pusat, Nomor : Kep-1188 / DP-MUI / V / 2020, tanggal 5 Syawal
1441 H bertepatan dengan tanggal 28 Mei 2020 M, tentang
Rencana Pemberlakuan Kehidupan Normal Baru (New Normal
Life) di tengah pandemi Covid-19;

5. Surat Edaran Menteri Agama Republik Indonesia Nomor : SE.15


Tahun 2020. Tentang Panduan Penyelenggaraan Kegiatan
Keagamaan di Rumah Ibadah dalam mewujudkan masyarakat
produktif dan aman Covid-19 di masa pandemi;

6. Hasil keputusan rapat koordinasi antara Gugus Tugas


Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Depok dengan Dewan
Pimpinan MUI Kota Depok, Kepala Kantor Kementerian Agama
Kota Depok dan Dewan Masjid Indonesaia (DMI) Kota Depok,
pada hari Sabtu, tanggal 30 Mei 2020;

7. Data tertulis yang disampaikan oleh Gugus Tugas Percepatan


Penanganan Covid-19 Kota Depok, yaitu uraian data terakhir
pada tanggal 31 Mei 2020, tentang Evaluasi Pandemi Covid-19
di Kota Depok yang sudah berada pada zona kuning;

8. Hasil keputusan Rapat Komisi Fatwa yang di ikuti oleh Pimpinan


Harian MUI Kota Depok dan dihadiri pula oleh Gugus Tugas
Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Depok pada hari Senin
tanggal 9 Syawal 1441 H bertepatan dengan 1 Juni 2020 M.

Dengan bertawakkal kepada Allah Subhanahu Wata‟ala

MEMUTUSKAN

MENETAPKAN : FATWA TENTANG KEGIATAN KEAGAMAAN DI RUMAH


IBADAH PADA MASA ADAPTASI KEBIASAAN BARU (AKB)
DALAM SITUASI PANDEMI COVID-19 DI KOTA DEPOK

PERTAMA : Shalat jum’at di Kota Depok dimungkinkan untuk kembali


diselenggarakan, dengan mengikuti protokol kesehatan pandemi
Covid-19.

KEDUA : Shalat jum’at dilaksanakan dengan waktu seefisien mungkin,


maksimal 15 menit.

KETIGA : Shalat jum’at dapat diselenggarakan di masjid, dan/atau


mushala, majelis ta’lim dan bangunan lainnya.

5
KEEMPAT : Bagi orang yang sedang sakit dan anak-anak yang belum baligh,
tidak diperkenankan mengikuti shalat jum’at.

KELIMA : Jamaah shalat jum’at adalah warga masyarakat yang berdomisili


di sekitar masjid, mushalla, majelis ta’lim dan bangunan lainnya.

KEENAM : Pengurus masjid, mushalla, majelis ta’lim dan pengelola


bangunan lainnya yang menyelenggarakan shalat jum’at, harus
berkoordinasi dengan gugus tugas Covid-19 di wilayah masing-
masing.

KETUJUH : Fatwa ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan, dan dapat
ditinjau kembali jika ada perubahan status di kemudian hari.

Ditetapkan di : Depok
Pada tanggal : 9 Syawal 1441 H
1 Juni 2020 M

MAJELIS ULAMA INDONESIA KOTA DEPOK


KOMISI FATWA

Ketua Sekretaris

KH. M. ASNAWI RIDWAN H. ACENG TOHA ABDUL QODIR, Lc

Mengetahui :

DEWAN PIMPINAN
MAJELIS ULAMA INDONESIA (MUI) KOTA DEPOK

Ketua Umum Sekretaris Umum

Dr. KH. AHMAD DIMYATHI BZ, MA Dr. KH. NURWAHIDIN, MA

6
Lampiran : FATWA MUI KOTA DEPOK
Nomor : 04 Tahun 2020
Tanggal : 9 Syawal 1441 H / 1 Juni 2020 M
Tentang : Kegiatan Keagamaan di Rumah Ibadah
Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB)
Dalam Situasi Pandemi Covid-19 di Kota Depok

TEKNIS PELAKSANAAN KEGIATAN SHALAT JUM’AT PADA MASA AKB


PANDEMI COVID-19 KOTA DEPOK, DI RUMAH IBADAH ( MASJID,
MUSHALLA, MAJELIS TA’LIM DAN BANGUNAN LAINNYA )

A. Persiapan Jama’ah Shalat Jum’at dari Rumah :

1. Jama’ah sholat jum’at terlebih dahulu mandi dan berwudhu di rumah masing-
masing;
2. Memakai pakaian yang bersih dan memakai masker serta menggunakan alas kaki
yang bersih/suci;
3. Membawa peralatan shalat sendiri (antara lain sajadah) yang bersih dan suci;
4. Menuju rumah ibadah agar tidak menggunakan transportasi umum yang banyak
penumpang;
5. Menggunakan transportasi pribadi atau berjalan kaki mengikuti protokol kesehatan
pandemi Covid -19.

B. Saat tiba di Rumah Ibadah (Masjid/Mushalla/Majelis Ta’lim atau Bangunan lainnya) :


1. Mencuci kaki dan tangan terlebih dahulu sebelum memasuki ruang Rumah Ibadah;
2. Menjalani sterilisasi melalui pintu masuk yang disediakan oleh Pengurus dan/atau
Pengelola Rumah Ibadah;
3. Tidak bersentuhan fisik sesama jama’ah menjelang dan setelah shalat jum’at dan
pada saat masuk atau keluar Rumah Ibadah;
4. Disiplin menjaga dan mengatur jarak antar sesama jama’ah dalam shaf/barisan
shalat jum’at minimal 1,5 meter sesuai protokol pandemi Covid-19;
5. Tetap menggunakan masker pada saat berada di dalam ruangan Rumah Ibadah;
6. Pelaksanaan ibadah shalat jum’at :
6.1. Shalat jum’at waktunya dilaksanakan seefisien mungkin, maksimal 15 menit;
6.2. Khatib menyampaikan khutbah di mimbar secara ringkas maksimal 10 menit;
6.3. Imam shalat jum’at membaca surat-surat yang pendek di dalam al-Qur’an;
6.4. Petugas dan pengisi kegiatan shalat jum’at adalah warga dekat sekitar Rumah
Ibadah dalam kondisi fiisik dan psikis yang sehat serta tidak termasuk dalam
ODP, PDP atau OTG;

7
C. Persiapan teknis Pengurus/Pengelola Rumah Ibadah :
1. Memastikan area di lingkungan Rumah Ibadah aman dari penyebaran Covid-19;
2. Membuat batas jarak dalam shaf/barisan jama’ah shalat jum’at minimal 1,5 meter;
3. Membersihkan lantai/ruang Rumah Ibadah dari debu dan sejenisnya sebelum dan
setelah pelaksanaan shalat jum’at antara lain dengan cairan desinfektan;
4. Membersihkan segala peralatan dan utilitas lain di dalam ruang Rumah Ibadah;
5. Menyiapkan dan menyediakan alat pengatur suhu tubuh dan hand sanitizer yang
memadai sesuai dengan estimasi jumlah jama’ah;
6. Menyiapkan dan menyediakan tempat untuk cuci tangan di halaman/bagian luar
bangunan Rumah Ibadah yang memadai;
7. Menyediakan cadangan masker untuk jama’ah yang lupa tidak membawa masker;
8. Menata sirkulasi udara di dalam ruang utama Rumah Ibadah yang memadai sesuai
daya dukung yang dimiliki;
9. Menyiapkan petugas (sumber daya manusia) Rumah Ibadah yang sehat, bugar,
prima dan energik;
10. Menyediakan dan memberikan pelayanan yang optimal kepada para jama’ah
shalat jum’at (sesuai dengan daya dukung dan kemampuan yang dimiliki);
11. Membersihkan bagian teras dan halaman, taman serta area lainnya di sekitar
Rumah Ibadah dengan menggunakan peralatan kebersihan yang memadai sesuai
standar kesehatan pencegahan pandemi Covid-19;
12. Menyiapkan dan menyediakan ruangan khusus isolasi apabila ada jama’ah yang
tiba-tiba sakit, dilanjutkan koordinasi dengan tenaga medis terdekat, apabila
keadaan jama’ah yang sakit harus melakukan penanganan cepat dan pertolongan
pertama sebelum dibawa ke instalasi kesehatan;
13. Melakukan konsultasi dan koordinasi dengan Gugus Tugas Covid-19 di wilayah
masing-masing.

D. Teknis Koordinasi antara Pengurus/Pengelola Rumah Ibadah :


1. Membuat perencanaan estimasi jumlah jama’ah yang akan hadir di Rumah Ibadah
pada pelaksanaan shalat jum’at dengan tujuan untuk menjaga jarak sehat serta
mengurai kerumunan orang banyak;
2. Menentukan dan menyepakati serta menginformasikan lokasi-lokasi yang akan
dijadikan pusat pelaksanaan shalat jum’at agar jama’ah mengetahui secara pasti;
3. Mengatur jadwal waktu dan orang yang ditugaskan dalam setiap kegiatan shalat
jum’at seperti imam, khatib, muazzin dan sebagainya dengan prioritas utama
warga sekitar atau berdekatan dengan Rumah Ibadah;
4. Melaporkan setiap kegiatan keagamaan kepada aparatur sipil setempat dan/atau
Gugus Tugas Covid-19 di wilayah masing-masing baik secara lisan atau tertulis;

8
5. Melakukan koordinasi terlebih dahulu dengan petugas kesehatan, tenaga medis,
dan/atau pihak instansi kesehatan terdekat dalam hal kerjasama jika sewaktu-
waktu dibutuhkan secara tiba-tiba dan mendesak.
6. Demikian teknis pelaksanaan kegiatan shalat jum’at pada masa AKB (Adaptasi
Kebiasaan Baru) ditengah-tengah pandemi Covid-19 di Kota Depok ini kami buat
untuk dapat dijadikan bahan pegangan umat Islam di Kota Depok.

Depok, 9 Syawal 1441 H


1 Juni 2020

DEWAN PIMPINAN
MAJELIS ULAMA INDONESIA
KOTA DEPOK
Sekretaris Umum

Dr. KH. NURWAHIDIN, MA

Anda mungkin juga menyukai