Anda di halaman 1dari 18

SEJARAH PERKEMBANGAN KOPERASI DAN PERUNDANG-

UNDANGAN KOPERASI DI INDONESIA


(Paper Koperasi)

Oleh

Endang Kasihati
1714131043

JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2018
I. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Koperasi adalah sebuah organisasi kerjasama antar anggota yang bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan bagi para anggotanya. Koperasi pada awalnya
terbentuk karena adanya ketidak adilan dalam pelaksanaan sistem ekonomi. Pada
pertengahan abad ke-18 kemajuan teknologi dan pengetahuan telah mengubah
wajah dunia. Berbagai penemuan di bidang teknologi melahirkan tata dunia
ekonomi yang baru. Tatanan dunia ekonomi menjadi terpusat pada keuntungan
perseorangan, yaitu kaum pemilik modal ( kapitalisme) atau borjuis. Kaum
kapitalis atau pemilik modal memanfaatkan penemuan baru tersebut dengan
sebaik-baiknya untuk memperkaya dirinya dan memperkuat kedudukan
ekonominya. Hasrat serakah ini melahirkan persaingan bebas yang tidak terbatas.
Sistem ekonomi kapitalis/liberal memberikan keuntungan yang sebesar-besarnya
kepada pemilik modal dan melahirkan kemelaratan dan kemiskinan bagi
masyarakat ekonomi lemah.

Dalam kemiskinan dan kemelaratan ini, Beberapa orang yang penghidupannya


sederhana dengan kemampuan ekonomi terbatas, terdorong oleh penderitaan dan
beban ekonomi yang sama, secara sepontan mempersatukan diri untuk menolong
dirinya sendiri dan manusia sesamanya dengan mendirikan koperasi. Pertama kali
koperasi muncul di Eropa pada awal abad ke-19. Pada tahun 1844 lahirlah
koperasi pertama di Inggris yang terkenal dengan nama Koperasi Rochdale di
bawah pimpinan Charles Howart. Di Jerman, Frederich Willhelm Raiffeisen dan
Hermann Schulze memelopori Koperasi Simpan Pinjam. Di Perancis, muncul
tokoh-tokoh koperasi seperti Charles Fourier, Louis Blance, dan Ferdinand
Lassalle. Setelah keberhasilan koperasi Rochdale ini menimbulkan banyak
bermunculan koperasi-koperasi baru baik di Eropa maupun Asia.

2. Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan paper ini yaitu sebagai berikut :


1. Mengetahui sejarah dan perkembangan koperasi di dunia.
2. Mengetahui sejarah dan perkembangan koperasi di Indonesia.
3. Mengetahui perkembangan peraturan/perundangan koperasi di Indonesia.
II. ISI

A. Pengertian Koperasi

Biasanya koperasi dikaitkan dengan upaya kelompok-kelompok individu, yang


bermaksud mewujudkan tujuan-tujuan umum atau sasaran-sasaran kongkritnya
melalui kegiatan-kegiatan ekonomis, yang dilaksanakan secara bersama bagi
kemanfaatan bersama, pengertian koperasi juga dapat dilakukan dari pendekatan
asal yaitu kata koperasi berasal dari bahasa latin “coopere”, yang dalam bahasa
inggris disebut cooperation, Co berarti bersama dan Operation berarti bekerja,
jadi cooperation berarti bekerja sama. Dalam hal ini kerja sama tersebut dilakukan
oleh orang-orang yang mempunyai kepentingan dan tujuan yang sama. Ada juga
yang mengartikan koperasi dalam makna lain. Enriques memberikan pengertian
koperasi yaitu menolong satu sama lain (to help one another) atau saling
bergandengan tangan (hand in hand).
Selain pengertian koperasi diatas terdapat beberapa pengertian lain dari koperasi
yaitu sebagai berikut:

1. International Labour Office (ILO)


menurut definisi ILO, terdapat 6 elemen yang dikandung koperasi sebagai
berikut:
1) Koperasi adalah perkumpulan oranh-orang
2) Penggabungan orang-orang tersebut berdasar kesukarelaan
3) Terdapat tujuan ekonomi yang ingin dicapai
4) Koperasi yang dibentk adalah suatu organisasi bisnis (badan usaha)
5) Terdapat konstribusi yang adil terhadap modal yang dibutuhkan
6) Anggota koperasi menerima resiko dan manfaat secara seimbang.
2. Arinal Chaniago
Arifinal chaniago (1984) mendefinisikan koperasi sebagai suatu perkumpulan
yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum, yang memberikan
kebebasan kepada anggota untuk masuk dan keluar, dengan bekerja sama
secara kekeluargaan menjalanjankan usaha untuk mempertinggi kesejahteraan
jasmaniah para anggota.

3. P.J.V. Doreen
P.J.V. Dooren mengatakan bahwa, tidak ada satupun devinisi koperasi yang
diterima secara umum. Kendati demikian dooren masi tetap memberikan
definisi koperasi Yaitu, dimana koperasi tidaklah hanya kumpulan orang-
orang, akan tetapi dapat juga merupakan kumpulan dari badan-badan hukum
(coorporate).

4. Mohammad Hatta
Di dalam bukunya The Cooperative Movement in Indonesia” Mohammad
Hatta mengemukan bahwa koperasi adalah usaha bersama untuk
memperbaiki nasib penghidupan ekonomi berdasarkan tolong menolong.
Selanjutnya dikemukakan pula bahwa gerakan koperasi adalah perlambangan
harapan bagi kaum yang lemah ekonominya, berdasarkan self help dan tolong
menolong diantara para anggota-anggotanya, yang melahirkan diantara
mereka rasa percaya kepada diri sendiri dan persaudaraan.

5. UU No 25 Tahun 1992
Definisi Koperasi Indonesia menurut UU NO.25/1992 tentang perkoperasian
yaitu: Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seseorang
atau badan hukum koperasi, dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan
prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat, yang berdasar
atas asas kekeluargaan.

Berdasarkan batasan koperasi ini, Koperasi Indonesia mengandung beberapa


unsur sebagai berikut:
a) Koperasi Sebagai Badan Usaha.
Sebagai badan usaha. maka koperasi harus memperoleh laba. Laba
merupakan elemen kunci dalam suatu sistem usaha bisnis, dimana sistem
itu akan gagal bekerja tanpa memperoleh laba.

b) Koperasi adalah kumpulan orang-orang atau badan-badan hukum


koperasi.
Ini berarti bahwa, koperasi Indonesia bukan kumpulan moda. Dalam hal
ini, UU NO.25 Tahun 1992 memberikan jumlah minimal orang-orang
(anggota) yang ingin membentuk organisasi koperasi (minimal 20 orang),
untuk koperasi primer dan 3 Badan Hukum Koperasi untuk koperasi
sekunder. Syarat lain yang harus dipenuhi ialah bahwa anggota-anggota
tersebut mempunyai kepentingan ekonomi yang sama.

c) Koperasi Indonesia adalah koperasi yang bekerja berdasarkan “Prinsip-


prinsip Koperasi”
Menurut UU NO.25 Tahun 1992, ada 7 prinsip koperasi Indonesia dan
ini akan diuraikan pada tulisan berikutnya. Secara singkat, prinsip
koperasi ini pada dasarnya merupakan jati diri koperasi.

d) Koperasi Indonesia Adalah “Gerakan Ekonomi Rakyat”


Ini Berarti Bahwa, Koperasi Indonesia Merupakan Bagian Dari Sistem
Perekonomian Nasional. Dengan Demikian, Kegiatan Usaha Koperasi
Tidak Semata-Mata Ditujukan Hanya Kepada Anggota, Tetapi Juga
Kepada Masyarakat Umum.

B. Sejarah Perkembangan Koperasi Di Dunia


1. Perkembangan Koperasi di Inggris
Akibat penemuan mesin uap oleh James Watt, telah menjungkir balikkan
tatanan sosial yang ada pada waktu itu. Hampir seluruh tenaga buruh industri
diusahakan untuk diganti dengan mesin. Dalam keadaan seperti inilah, posisi
buruh Inggris menjadi sangat rentan untuk terkena pemecatan.
Di Rochdale, sebuah kota kecil di selatan London, Inggris, pada tahun 1844,
terjadi pemogokan besar, buruh tenun di kota tersebut menuntut kepada para
majikan agar tingkat gaji yang mereka potong dikembalikan ke tingkat gaji
yang telah disetujui semula. Pemogokan inilah yang kemudian melahirkan the
equitable pioneers of Rochdale, julukan yang diberikan kepada koperasi
Rochdale. Julukan lain bagi koperasi ini adalah the hungry fortier, yang
menunjukkan adanya kelaparan yang melanda buruh pabrik di Inggris pada
tahun 1840-an. Sejumlah 28 orang pekerja pabrik tekstil, pada 12 Desember
1844 sepakat bekerjasama dalam kemampuan mereka yang sangat terbatas,
dengan membentuk sebuah perkumpulan untuk meningkatkan kemakmuran
mereka atau menolong diri mereka sendiri melalui kerjasama. Mereka inilah
yang kini dikenal sebagai pelopor koperasi Rochdale (Rochdale Pioneers).
Pada tahun 1852, 8 tahun sesudah perkumpulan Rochdale berdiri, di Inggris
telah terdapat tidak kurang dari seratus buah perkumpulan koperasi. Pada
tahun 1862, koperasi-koperasi ini menyatukan diri menjadi Koperasi Pusat
Pembelian dengan nama: The Cooperative Wholesale Society, yang disingkat
dengan C.W.S.
Pada kongres koperasi nasional yang pertama yang diadakan oleh pemimpin-
pemimpin koperasi di Inggris dan dihadiri oleh wakil-wakil koperasi dari
negara-negara: Jerman, Denmark, Perancis dan Italia, terbentuklah sebuan
kantor koperasi di kota Manchester. Tugas kantor ini diawasi oleh sebuah
panitia atau komite yang disebut central board. Kemudian central board dan
kantornya itu digabungkan dengan nama cooperative union. Tugas badan ini
terutama memberikan petunjuk serta penyuluhan tentang persoalan-persoalan
yang dihadapi koperasi kepada perkumpulan koperasi.

Sejak berdirinya tahun 1844, dari kota industri yang kecil ini, koperasi
konsumen kemudian menyebar ke seluruh dunia. Selanjutnya, jenis koperasi
konsumen ini dapat membanggakan diri sebagai koperasi paling sejati,
koperasi paling tulen, baik karena kemurnian hubungan kerjanya yang
disebabkan oleh:

a. semua anggota koperasi kosumen adalah pemilik


b. semua pekerja (buruh) koperasi konsumen adalah anggota
koperasi, sehingga tidak mengenal hubungan majikan-buruh.

2. Perkembangan Koperasi di Perancis


Revolusi Perancis dan pembangunan-pembangunan yang mengikutinya,
mengakibatkan timbulnya kemiskinan dan penderitaan rakyat Perancis.
Tokoh-tokoh seperti Charles Fourier (1772-1837); Louis Blanc (1811-1882)
dan Ferdinand Lasalle memelopori perbaikan nasib rakyat kecil. Mereka
membangun koperasi produksi di antara para pengusaha kecil yang terbatas
kemampuannya. Koperasi ini jenis koperasi “productive cooperative” atau
“cooperative workshop” yang juga disebut sebagai “co-operatives”.
Kemudian di antara para pekarya, timbul koperasi kredit, yang kemudian
berkembang menjadi koperasi produksi dalam arti co-opertive workshop atau
koperasi di antara kaum pengusaha yang berasal dari kaum pekarya,
demikianlah pula koperasi yang timbul di Perancis adalah koperasi produksi
dalam bentuk co-operative workshop, yang juga berkembang menjadi
koperasi pengusaha, ketika mempekerjakan buruh.

3. Perkembangan Koperasi di Jerman

Sekitar tahun 1848, ketika Inggris dan Perancis telah mencapai kemajuan
dalam pembangunan industri mereka, hal sebaliknya terjadi di Jerman.
Perekonomian Jerman bersifat agraris. Barang-barang Inggris dan Perancis
yang diimpor ke Jerman menekan perkembangan industri Jerman. Rakyat
petani pedesaan mengalami penderitaan.

Walikota Flammersfield, Frederich Wilhelm Raiffesen, memelopori dengan


menganjurkan rakyat untuk bersatu dalam perkumpulan simpan pinjam.
Setelah melalui beberapa kegagalan dan rintangan, Raiffesen mendirikan
perkumpulan koperasi dengan pedoman kerja sebagai berikut:
1. Para petani anggota koperasi wajib menyimpan sejumlah uang, walaupun
dalam jumlah yang sangat kecil, sesuai dengan kemampuan masing-
masing.
2. Uang simpanan boleh dikeluarkan sebagai pinjaman bagi petani-petani
yang memerlukannya, dengan membayar bunga yang ringan. Penggunaan
uang itu diawasi, dan terutama untuk tujuan produktif.
3. Usaha koperasi, mula-mula dibatasi pada desa setempat, pada sekelompok
orang yang saling mengenal agar tercapai kerjasama yang erat.
4. Kepengurusan koperasi diselenggarakan dan dipegang sendiri oleh
anggota yang dipilih tanpa mendapat upah.
5. Keuntungan yang diperoleh dari perputaran uang simpanan merupakan
milik perkumpulan koperasi dan digunakan untuk membantu kesejahteraan
masyarakat setempat.

Di sini terlihat bahwa para petani bergabung dalam koperasi dengan tujuan
untuk saling membantu sesama mereka. Petani mendapatkan kredit dari
sejumlah uang yang dari waktu ke waktu terkumpul dari uang simpanan
mereka sendiri. Dari sinilah di Jerman tumbuh koperasi simpan pinjam yang
bergerak di bidang pertanian, yang kemudian terkenal dengan nama Koperasi
Kredit Pertanian model Reiffesen.

4. Perkembangan Koperasi di Swedia

Sejak semula koperasi di negeri ini terutama ditujukan untuk dapat


menyediakan barang dengan harga yang rendah tetapi dengan mutu yang
baik. Kuatnya kekuasaan monopoli di Swedialah yang telah menyebabkan
tumbuhnya koperasi untuk meniadakan kekuatan tersebut. Mereka
mempersatukan diri dalam koperasi dengan keyakinan bahwa dengan
menyatukan kaum konsumen mereka dapat menolong diri-sendiri dan
terhindar dari sistim kapitalis yang kuat memgang monopoli dagang. Berkat
kesadaran anggota dan upaya pengurus, koperasi-koperasi di Swedia pada
tahun 1911 berhasil merobohkan monopoli perseroan besar milik sekelompok
perusahaan yang semula sangat berkuasa dalam menentukan harga penjualan
margarine di degara itu.

Pada tahun 1926, koperasi berhasil menghancurkan monopoli penjualan


tepung terigu yang dimiliki perusahaan swasta. Pada tahun-tahun berikutnya
koperasi berhasil pula menyelenggarakan usaha pembuatan lampu pijar dan
sepatu untuk keperluan penduduk seluruh negeri dan mengalahkan
saingannya yang sudah bertehun-tahun berusaha di bidang itu. Sejak koperasi
berhasil mengambil peranan dalam usaha pembuatan barang-barang
keperluan rakyat, hasil dan jumlah produksinya semakin meningkat. Minyak
nabati, tepung terigu, barang-barang makanan dalam kaleng, sepatu, pipa
untuk salurang air ledeng, keramik, kertas, papan untuk dinding, fiber,
pakaian jadi, pupuk dan sarana pertanian merupakan barang-barang yang
termasuk dalam kegiatan koperasi. Semua itu dilaksanakan dengan
kepemilikan sebanyak lebih dari 90 buah pabrik dan tempat usaha. Toko-toko
eceran milik koperasi tersebar luas di seluruh negeri dan menduduki 20% dari
seluruh penjualan eceran di negeri itu. Dapat dikatakan satu dari dua orang
Swedia adalah anggota koperasi.

5. Perkembangan Koperasi di Denmark


Denmark merupakan salah satu negara di Eropa yang dapat menjadi contoh
baik dalam penyelenggaraan koperasi pertanian. Para petani Denmark yang
umumnya hanya memiliki tanah sempit serta dengan produksi yang kecil,
namun dengan koperasi mereka telah berhasil menyatukan usaha-usaha
pertanian skala kecil ini, sehingga baik dalam cara produksi maupun dalam
pengolahan hasil produksi dapat dilakukan pembakuan hasil.

Sampai dengan tahun 1952, jumlah anggota koperasi mencapai satu juta
orang atau merupakan 30% dari seluruh penduduk Denmark. Perkembangan
pesat koperasi merupakah hasil dari tingkat pendidikan masyarakat yang
sudah maju. Usaha pendidikan banyak diberikan kepada masyarakat melalui
Perguruan Tinggi Rakyat. Lembaga ini terkenal sebagai tempat bagi rakyat
untuk menambah pengetahuan mereka dengan cara praktis dan mudah.
Seperempat sampai sepertiga dari jumlah penduduk pedesaan yang berusia
anata 18-30 tahun rata-rata pernah duduk di Perguruan Tinggi ini. Berkat
sistem pendidikan inilah rakyat tani Denmark umumnya menjadi terpelajar.
Sehingga mereka mudah mennyatukan diri dalam koperasi, karena mereka
menyadari akan peran koperasi bagi perkembangan ekonomi mereka.
Dengan mendirikan koperasi penjualan bersama, mereka melihat langsung
manfaat koperasi. Harga penjualan melalui koperasi lebih baik, sehingga
pengadaan kebutuhan sarana pertanian juga diadakan bersama-sama melalui
koperasi. Selain koperasi pertanian, Denmarka juga mempunyai koperasi-
koperasi konsumsi yang didirikan oleh serikat-serikat pekerja, namun
perkembangannya kurang pesat.

6. Perkembangan Koperasi di Amerika Serikat

Semacam bentuk koperasi (Pra koperasi) pertama kali didirikan di Amerika


Serikat pada tahun 1752 oleh Benyamin Franklin. Ia mendirikan The
Philadelphia Contributionship For The Insurance Of The House Loss By Fire.
Pada waktu yang hampir bersamaan, kaum Mormon yang sampai ke negara
bagian Utah, menyatukan tenaga dan uangnya untuk bersama-sama membuat
sistim irigasi bersama untuk pertanian mereka.

Koperasi peternakan susu dibangun sekitar tahun 1847 di Connecticut.


Namun para pelopor koperasi di negeri ini tidak mengenal adanya para
pelopor Rochdale. Baru pada tahun 1860, mereka mendengar kegiatan
tentang Rochdale. Setelah itu, banyak koperasi konsumsi dibangun oleh
serikat-serikat pekerja dan penduduk daerah perkotaan. Pada waktu itu,
keadaan kehidupan sosial di Amerika hampir sama dengan keadaan di
Inggris. Upah kerja rendah dan jam kerja sangat panjang. Keadaan inilah
yang menumbuhkan banyak koperasi di daerah perkotaan. Sayangnya banyak
pemimpin koperasi yang kurang mentaati prinsip-prinsip seperti yang dianut
oleh Rochdale, banyak koperasi yang akhirnya gulung tikar.

Pada awal tahun 1880 an, perkumpulan-perkumpulan petani gandum,


persatuan petani sayur dan buah-buahan, persatuan peternak susu, produsen
wol dan lain-lain tumbuh pesat. Petani-petani telah lama menyadari bahwa
bekerja secara individual terutama dalam hal menjual hasil-hasil pertaniannya
akan sangat merugikan. Oleh karena itu mereka kemudian bergabung dalam
koperasi. Hal yang sama kemudian juga dilakukan oleh para konsumen yang
bergang ke dalam koperasi konsumsi. Dengan bergabung ke dalam koperasi
konsumsi, para konsumen dapat memperoleh barang dengan harga yang lebih
murah dan kualitas yang lebih terjamin bila dibandingkan dengan barang-
barang yang diperoleh dari para tengkulak. Lebih dari 2.600 perkumpulan
koperasi berdiri antara tahun 1863 dan tahun 1939. hampir 57% dari
koperasi-koperasi ini mengalami kegagalan, namun sisanya tetap bertahan
dan menjadi dasar yang kuat dari koperasi-koperasi yang ada sekarang.

C. Sejarah Perkembangan Koperasi di Indonesia


Sejarah perkembangan koperasi di Indonesia dapat dibagi menjadi 3 periode
yakni:
1. Koperasi Zaman Kolonial Belanda
Di zaman ini pembentukan koperasi diawali dari hasrat Raden Aria
Wiriaatmaja, Patih Purwokerto (1896) untuk mendirikan Hulp Spaarbank
yang berarti bank simpanan. Pendirian ini tidak terlepas dari peran dari salah
satu pejabat tinggi Belanda yang bernama E. Sieburgh. Namun pada awal
pendiriannya, bank itu hanya ditujukan untuk kaum priyayi atau pegawai
pemerintahan yang digunakan untuk membentengi mereka dari lintah darat
(renternir) yang banyak menyulitkan dan meresahkan. Setelah sitem ini
dibentuk dan membuahkan hasil pada akhirnya tujuan pendirian bank
simpanan ini semakin diperlebar agar bisa menyentuh kehidupan rakyat
pribumi yang memang tidak memiliki banyak pembela dalam bidang
ekonomi. Sejarah juga mengatakan bahwa pengembangan bank yang
berwatak dasar koperasi ini tidak lepas dari peran pejabat tinggi Belanda De
Wolff Van Westerrode yang pada saat itu menggantikan jabatan dari E.
Sieburgh.

Perkembangan koperasi berikutnya yang perlu dicatat adalah tatkala usaha


Budi Utomo (Organisasi kebangsaan yang sangat disegani di masanya)
dengan mendirikan Koperasi Rumah Tangga pada tahun 1908. Namun karena
kurangnya kesadaran dari pihak yang terkait atau masyarakat maka koperasi
ini tidak bertahan lama. Usaha serupa juga dilakukan oleh Organisasi Serikat
Islam meski konsep Toko Koperasinya juga harus bernasib sama dengan
milik Organisai Budi Utomo.

Mesikapi atas keadaan banyaknya pembentukan koperasi yang tidah bertahan


lama. Maka pada tahun 1920 dibentuklah Cooperative Commissie (Komisi
Koperasi) yang diketuai oleh Prof. Dr. J. H. Boeke, yang bertujuan untuk
mempermasyarakatkan program koperasi. Lima tahun sejak peluncuran
komisi ini jumlah koperasi mengalami peningkatan dan berkembang secara
pesat.

2. Koperasi Zaman Penjajahan Jepang

Berbeda dengan masa kolonial Belanda perkembangan koperasi di zaman


Jepang memang jauh dari kata maksimal. Legalitas pendirian koperasi di
masa itu harus datang dari pemerintahan yang diwakili oleh seorang pejabat
dengan pangkat serendah-rendahnya seorang Suchokan atau Residen. Hal ini
membuat koperasi sedikit banyak tidak bisa berkembang karena Jepang
menghapus seluruh peraturan yang selama ini sudah diberlakukan oleh
pemerintah Belanda untuk kehidupan koperasi.
Sebagai alternatif maka Jepang mendirikan Kumiai atau koperasi ala Jepang.
Rangsangan ini tersambut baik hingga ke desa sebab tugas Kumiai adalah
sebagai alat penyalur kebutuhan rakyat, namun kenyataannya malah
sebaliknya malah menjadikan Kumiai sebagai penyedot potensi rakyat. Ini
membuat atensi koperasi dikalangan rakyat menurun dan membuat masa-
masa berikutnya sebagai masa sulit bagi koperasi.
Di zaman Jepang juga muncul istilah-istilah lain, yaitu:
a. Shomin Kumiai Chuo Jimusho (Kantor Pusat Jawatan Koperasi)
b. Shomin Kumiai Syodansyo (Kantor Daerah Jawatan Koperasi)
c. Jumin Keizikyoku (Kantor Perekonomian Rakyat)
Semua itu adalah alat untuk Jepang dalam membentengi koperasi. Bukan
sebagai wahana untuk menghidupkan koperasi.

3. Perkembangan Koperasi Setelah Kemerdekaan


Perjuangan Kemerdekaan yang dilakukan oleh bangsa Indonesia berujung
pada saat di proklamasikannya Kemerdekaan Indonesia, tanggal 17 Agustus
1945. Kemerdekaan secara politis ini membawa dampak positif di segala
bidang kehidupan bangsa Indonesia, termasuk kehidupan perkoperasiaan.
Bahkan sejak diberlakukannya Undang-Undang Dasar Negara yang dikenal
dengan nama UUD 1945 pada tanggal 18 Agustus 1945, maka peranan
perkoperasian di Indonesia sangatlah diutamakan.

Keinginan dan semangat untuk berkoperasi yang semula hancur akibat politik
Devide et Impera (Pecah Belah) pada masa kolonial Belanda dan dilanjutkan
oleh sistem “Kumiai” pada zaman penjajahan Jepang, lambat laun kembali
hangat. Hal ini sejalan dengan semangatnya rakyat dan pemerintah untuk
saling bahu-membahu mengatasi permasalahan-permasalahan disemua sektor
kehidupan, trmasuk peranan koperasi di sektor ekonomi.

Dan mengenai peranan koperasi ini di tuangkan secara jelas didalam pasal 33
UUD 1945 yang pada dasarnya menetapkan koperasi sebagai soko guru
perekonomian Indonesia. Oleh karena itu, pada bulan Desember 1946
Pemerintah Republik Indonesia melakukan reorganisasi terhadap Jawatan
Koperasi dan Perdagangan. Jawatan yang disebut pertama bertugas mengurus
dan menangani pembinaan gerakan koperasi dan jawatan yang terakhir
bertugas menangani persoalan perdagangan.

Kongres Koperasi pertama, terlaksana pada tanggal 11-14 Juli 1947 di


Tasikmalaya, Jawa Barat. Dan menghasilkan beberapa keputusan antara lain:
a. Terwujudnya kesepakatan untuk mendirikan SOKRI (Sentral Organisasi
Koperasi Rakyat Indonesia)
b. Ditetapkannya asas koperasi, yaitu: berdasarkan atas kekeluargaan dan
gotong royong
c. Ditetapkannya tanggal 12 Juli sebagai “Hari Koperasi Indonesia”
d. Diperluasnya pengertian dan pendidikan tentang perkoperasian

Dan setelah berlangsungnya kongres koperasi pertama, perkembangan


koperasi di Indonesia berkembang dengan sangat pesat sampai sekarang.
Bahkan koperasi dijadikan sebagai alat untuk membantu dalam
perkembangan Perekonomian di Indonesia.

D. Undang-Undang Tentang Koperasi di Indonesia


Sejak awal kemerdekaan sampai sekarang terdapat 5 undang-undang yang
mengatur tentang koperasi di Indonesia yaitu sebagai berikut :
1. UU Nomor 79 Tahun 1958
UU ini merupakan UU pertama yang mengatur tentang perkoperasian
Indonesia. Dalam Undang-Undang ini diatur semua hal yang berhubungan
tentang koperasi. Undang-Undang Nomor 79 Tahun 1958 tentang
Perkumpulan Koperasi dipakai sampai tahun 1965. Di tahun 1958 ini tidak
hanya mengesahkan undang-undang yang mengatur tentang koperasi saja,
tapi ditahun tersebut Bapak Proklamator Moh. Hatta juga diangkat menjadi
Bapak Koperasi Indonesia. Beliau sangat berjasa dalam kemunculan koperasi
di Indonesia.

2. UU Nomor 14 Tahun 1965


Pada tahun 1965 UU Nomor 79 Tahun 1958 direvisi kembali menjadi UU
Nomor 14 Tahun 1965. Dalam UU tentang koperasi yang baru ini terdapat
banyak pembaharuan aturan mengenai koperasi. Walaupun banyak
pembaharuan namun dalam undang-undang ini secara garis besar aturan
perkoperasian tidak ada yang berubah. Perubahan-perubahan yang dilakukan
untuk lebih menyesuaikan koperasi sesuai dengan perkembangan zaman.

3. UU Nomor 12 Tahun 1967


UU Nomor 14 tahun 1965 tidak bertahan lama, setelah berlaku selama 2
tahun UU ini digantikan dengan UU Pokok-Pokok Perkoperasian. UU Nomor
12 Tahun 1967 tentang perkoperasian ini lebih jelas dan rinci dalam
menjabarkan mengenai aturan tertulis bagaimana pokok-pokok koperasi yang
ada di Indonesia.
4. UU Nomor 25 Tahun 1992
Setelah 25 tahun digunakan, UU Nomor 12 tahun 1967 tentang Pokok-Pokok
Perkoperasian digantikan dengan Undang-Undang Koperasi Nomor 25 tahun
1992. Dalam undang-undang ini terjadi beberapa perubahan kata yang kurang
detail menjadi lebih detail lagi. Namun secara garis besar tidak ada perubahan
yang sangat mencolok.

5. UU Nomor 17 Tahun 2012


Undang-Undang terbaru mengenai perkoperasian Indonesia adalah UU
Nomor 17 tahun 2012. Namun sayangnya, UU yang dikeluarkan tahun 2012
ini dibatalkan oleh Mahkamah Konstitusional. MK membatalkan UU ini
setelah anggota koperasi yang mengajukan banding. Para penggiat koperasi
memandang bahwa UU Nomor 17 tahun 2012 ini sudah melenceng dari
perkoperasian yang asli. Dalam UU ini, pengertian koperasi disamakan
dengan PT sehingga keluar dari kaidah koperasi yang sesungguhnya dalam
UUD 1945.

Dari kelima UU tentang koperasi diatas, semuanya dibuat dan direvisi untuk


memperbaiki aturan mengenai koperasi yang ada di Indonesia. Sekarang ini UU
koperasi yang digunakan di Indonesia adalah UU Nomor 25 Tahun 1992
mengenai Perkoperasian. Sampai saat ini pemerintah belum melakukan revisi
kembali Undang-Undang yang mengatur mengenai koperasi. Diharapkan ke
depannya, koperasi di Indonesia semakin maju dan bisa memberantas kemiskinan
yang ada di Indonesia.
III. KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini yaitu sebagai berikut :
1. Pada awalnya koperasi didirikan karena penderitaan masyarakat akibat sistem
kapitalisme hal ini menyebabkan munculnya ide tentang perkoperasian
koperasi pertama adalah koperasi Rochdale yang didirikan oleh 28 orang
pekerja pabrik tekstil di Rochdale sebuah kota kecil di London, Inggris. Pada
12 Desember 1844 28 orang tersebut sepakat bekerjasama dalam kemampuan
mereka yang sangat terbatas, dengan membentuk sebuah perkumpulan untuk
meningkatkan kemakmuran mereka atau menolong diri mereka sendiri
melalui kerjasama. Mereka inilah yang kini dikenal sebagai pelopor koperasi
Rochdale (Rochdale Pioneers).
2. Di Indonesia koperasi pertama kali diperkenalkan oleh Patih di Purwokerto,
Jawa Tengah, R. Aria Wiraatmadja pada tahun 1896 dengan mendirikan Hulp
Spaarbank yang berarti bank simpanan. Yang pada awal pendiriannya, bank
itu hanya ditujukan untuk kaum priyayi atau pegawai pemerintahan yang
digunakan untuk membentengi mereka dari lintah darat (renternir) yang
banyak menyulitkan dan meresahkan. Setelah sitem ini dibentuk dan
membuahkan hasil pada akhirnya tujuan pendirian bank simpanan ini
semakin diperlebar agar bisa menyentuh kehidupan rakyat pribumi yang
memang tidak memiliki banyak pembela dalam bidang ekonomi.
3. Koperasi merupakan asosiasi orang-orang yang bergabung dan melakukan
usaha bersama atas dasar prinsip-prinsip koperasi, sehingga mendapatkan
manfaat yang lebih besar dengan biaya rendah melalui perusahaan yang
dimiliki dan diawasi secara demokratis oleh anggotanya.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2017. 5 UU Tentang Koperasi di Indonesia dari Awal Sampai Sekarang.


https://uukoperasi.blogspot.com/2017/01/5-uu-tentang-koperasi-indonesia-
dari.html. Diakses pada tanggal 16 februari 2019 pukul 14.45 WIB.

Arifin Sitio. 2001. Koperasi: Teori dan Praktik. Erlangga. Jakarta.

Sudarsono. 2010. Koperasi Dalam Teori dan Praktek Rineka Cipta. Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai