Joko Yunianto*
Ipan Gian R **
“Tolong lihat aku, dan jawab pertanyaanku, mau dibawa kemana hubungan kita, jika
kau terus menunda-nunda dan tak pernah menyatakan cinta”. Demikian penggalan
lirik lagu yang dirilis oleh sebuah grup band terkenal di Indonesia pada sekitar tahun
2009. Mungkin kalau sedikit dirubah lirik di atas apabila dikaitkan dengan Barang
Milik Negara (BMN) adalah kurang lebih seperti ini : “Tolong lihat aset BMN Satker
dan jawab pertanyaan auditor, mau dibawa kemana aset BMN satker yang idle, jika
Kuasa Pengguna Barang (KPB) terus menunda-nunda pemanfaatannya dan tak
pernah dinyatakan sebagai BMN Idle”. Inilah topik menarik yang akan coba dikupas
oleh penulis terkait BMN yang tidak dimanfaatkan untuk mendukung tugas dan
fungsi satuan kerja atau dikenal dengan istilah BMN idle. Potret gambaran BMN
terindikasi idle diperoleh dari hasil evaluasi BMN yang beberapa waktu lalu
dilaksanakan oleh Inspektorat Jenderal.
Pendahuluan
Ada 2 kata kunci penting terkait optimalisasi pemanfaatan BMN yaitu BMN
terindikasi idle dan BMN idle. Sebelum predikat dilekatkan pada BMN yang dikelola
satuan kerja ada opsi untuk optimalisasi BMN dengan menyusun rencana
pemanfaatan BMN sebelum berakhirnya tahun kedua; atau BMN telah
direncanakan untuk dimanfaatkan dalam waktu 1 (satu) tahun sejak BMN teridikasi
idle.
Simpulan
Dengan adanya potensi permasalahan yang timbul dari pengelolaan BMN idle
tersebut, perlu langkah preventif untuk meminimalisir risiko potensi permasalahan
dimaksud dengan menempuh hal-hal sebagai berikut.
1. Penyusunan anggaran terpadu harus dilakukan dengan mengintegrasikan
seluruh proses perencanaan khususnya yang berkaitan dengan Rencana
Kebutuhan BMN (RKBMN) dan penganggaran K/L.
2. Diperlukan keterlibatan APIP dalam melakukan reviu terhadap kebenaran dan
kelengkapan usulan RKBMN serta kepatuhan terhadap penerapan ketentuan
perencanaan kebutuhan BMN. Penelitian tersebut diutamakan untuk memastikan
kebenaran data masukan (input) penyusunan RKBMN yang sekurang kurangnya
mempertimbangkan kesesuaian program, kegiatan dan keluaran (output) berupa
BMN dengan Renstra Kementerian/Lembaga. Hal ini bisa ditempuh pada saat
melakukan reviu RKA-KL salah satunya dengan memperhatikan antara RKBMN
dengan kesesuaian program, kegiatan dan keluaran (output); sehingga jawaban
atas judul tulisan di atas "Mau Dibawa Kemana BMN Kita" akan jelas apabila ada
keterlibatan peran aktif APIP untuk melakukan reviu.
3. Hasil penelaahan RKBMN oleh APIP digunakan sebagai dasar pengusulan
penyediaan angka dasar (baseline) serta penyusunan rencana kerja dan
anggaran.
4. Mengoptimakan peran kepala satker bahwa yang bersangkutan tidak hanya
sekedar Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) tapi juga melekat peran sebagai
Kuasa Pengguna Barang (KPB) untuk selalu melakukan pengawasan dan
pengendalian BMN secara periodik dan apabila ditemukan BMN yang terindikasi
idle untuk segera disusun rencana pemanfaatannya. Termasuk
mempertimbangkan kemungkinan untuk mengubah atau menambah fasilitas
yang sudah ada sehingga memiliki nilai jual atau sewa yang lebih baik.
Diperlukan metode pemasaran yang lebih baik sesuai dengan perkembangan
jaman, salah satunya dengan memanfaatkan social media marketing. Target
yang dapat dicapai dari optimalisasi eks BMN idle ini adalah bagaimana
pemanfaatan secara maksimal sehingga menciptakan PNBP atau pemasukan
uang ke negara.
Datar Pustaka
--;2014. Peraturan Pemerintah Nomor Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan
Barang Milik Negara/Daerah (BMN/D)
--;2014 PMK Nomor 150/PMK.06/2014 tentang Perencanaan Kebutuhan Barang
Milik Negara
--;2016 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 52/PMK.06/2016 tentang Perubahan
atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 244/PMK.06/2012 tentang Tata
Cara Pelaksanaan Pengawasan dan Pengendalian BMN
--;2016 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 71/PMK.06/2016 tentang Tata Cara
Pengelolaan BMN yang Tidak Digunakan untuk Menyelenggarakan Tugas
dan Fungsi K/L