Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH KIMIA FISIKA

KOLOID DAN KIMIA PERMUKAAN

DISUSUN OLEH :

1. YOVY YOLANDA PURBA (190140076)


2. IRFANSYAH SIREGAR (190140088)
3. AJENG SYAHFITRI (190140093)
4. ZIKRI HUSNI SIAGIAN ( 190140112)
5. RIZKI FITRI AULIA KHAIR (190140100)
6. RAHMAD HIDAYAT (190140099)
7. AZZAHRA (190140094)

UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
FAKULTAS TEKNIK

TEKNIK KIMIA

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga makalah ini dapat
tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih terhadap bantuan dari pihak
yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.

Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman untuk
para pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan
dalam kehidupan sehari-hari.

Kami yakin masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Lokhsemuawe,1 Mei 2020

i
DAFTAR ISI
Kata pengantar ........................................................................................................................... i

Daftar isi .................................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................1

1.1 Latar belakang .....................................................................................................................1


1.2 Rumusan masalah ................................................................................................................2
1.3 Tujuan makalah ...................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ...........................................................................................................3

1. Pengertian koloid ............................................................................................................3


2. Pengertian sistem koloid .................................................................................................4
3. Jenis – jenis koloid ..........................................................................................................5
4. Sifat – sifat koloid ..........................................................................................................6
5. Cara pembuatan koloid ...................................................................................................8
6. Manfaat koloid ...............................................................................................................11
7. Pengertian kimia permukaan .........................................................................................12
8. Pengertian tegangan permukaan ....................................................................................13
9. Sistem pengukuran pada tegangan permukaan ..............................................................14
10. Sistem antar muka pada tegamgan permukaan .............................................................15
11. Faktor yang mempengaruhi tegangan permukaan .........................................................18
12. Manfaat tegangan permukaan ........................................................................................19

BAB III PENUTUPAN ..............................................................................................................20

1. Kesimpulan .....................................................................................................................20

DAFTAKA PUSTAKA .................................................................................

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
A. KOLOID

Sistem koloid merupakan suatu bentuk campuran dua atau lebih zat yang bersifat
homogen namun memiliki ukuran partikel terdispersi yang cukup besar (1 - 100 nm),
sehingga terkena efek Tyndall. Bersifat homogen berarti partikel terdispersi tidak terpengaruh
oleh gaya gravitasi atau gaya lain yang dikenakan kepadanya; sehingga tidak terjadi
pengendapan, misalnya. Sifat homogen ini juga dimiliki oleh larutan, namun tidak dimiliki
oleh campuran biasa (suspensi).

Koloid mudah dijumpai di mana - mana seperti susu, agar-agar, tinta, sampo,


serta awan yang merupakan contoh-contoh koloid yang dpat dijumpai sehari-
hari. Sitoplasma dalam sel juga merupakan sistem koloid. Kimia koloid menjadi kajian
tersendiri dalam kimia industri karena kepentingannya.

B. KIMIA PERMUKAAN

Tegangan permukaan zat cair merupakan kecenderungan permukaan zat cair untuk
menegang, sehingga permukaannya seperti ditutupi oleh suatu lapisan elastic. Selain itu,
tegangan permukaan juga diartikan sebagai suatu kemampuan atau kecenderungan zat cair
untuk selalu menuju ke keadaan yang luas permukaannya lebih kecil yaitu permukaan datar
atau bulat seperti bola atau ringkasnya didefinisikan sebagai usaha yang membentuk luas
permukaan baru. Dengan sifat tersebut zat cair mampu untuk menahan benda-benda kecil di
permukaannya. Seperti silet, berat silet menyebabkan permukaan zat cair sedikit melengkung
ke bawah tampak silet itu berada. Lengkungan itu memperluas permukaan zat cair namun zat
cair dengan tegangan permukaannya berusaha mempertahankan luas permukaan-nya sekecil
mungkin. Tegangan permukaan merupakan fenomena menarik yang terjadi pada zat cair
(fluida) yang berada dalam keadaan diam (statis). Tegangan permukaan didefinisikan sebagai
gaya F persatuan panjang L yang bekerja tegak lurus pada setia garis di permukaan fluida.
Tegangan antar muka adalah gaya persatuan panjang yang terdapat pada antarmuka dua fase
cair yang tidak bercampur. Tegangan antar muka selalu lebih kecil dari pad tegangan
permukaan karena gaya adhesi antara dua cairan tidak bercampur lebih besar dari pada adhesi
antara cairan dan udara Tegangan permukaan terjadi karena permukaan zat cair cenderung

1
untuk menegang, sehingga permukaannya tampak seperti selaput tipis. Hal ini dipengaruhi
oleh adanya gaya kohesi antara molekul air. Pada zat cair yang adesiv berlaku bahwa besar
gaya kohesinya lebih kecil dari pada gaya adesinya dan pada zat yang non-adesiv berlaku
sebaliknya. Salah satu model peralatan yang sering digunakan untuk mengukur.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa  yang dimaksud dengan Koloid?
2. Apa yang dimaksud dengan Sistem Koloid?
3. Apa saja Jenis-Jenis Koloid?
4. Bagaimana Sifat-Sifat Koloid?
5. Bagaimana cara Pembuatan Sistem Koloid?
6. Apa manfaat dari koloid?
7. Apa yang dimaksud dengan kimia permukaan?
8. Apa yang dimaksud dengan tegangan permukaan?
9. Bagaimana sistem pengukuran pada tegangan permukaan ?
10. Bagaimana sistem antar muka pada tegangan permukaan tersebut?
11. Faktor apa saja yang mempengaruhi tegangan permukaan?
12. Apa manfaat dari tegangan permukaan tersebut?

1.3 TUJUAN MAKALAH


Tujuan makalah ini dibuat adalah :
a. Untuk memenuhi tugas kimia fisika
b. Untuk mengetahui pengertian koloid dan sistem koloid, jenis – jenis koloid, sifat
koloid, cara pembuatan sistem koloid dan manfaat dari koloid
c. Untuk mengetahui pemgertian tegangan permukaan, metode yang digunakan,
penyebab terjadinya tegangan, faktor yang mempengaruhi tegangan dan manfaat
tegangan permukaan.

2
BAB II

PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN KOLOID

Koloid adalah suatu campuran zat heterogen (dua fase) antara dua zat atau lebih di
mana partikel-partikel zat yang berukuran koloid (fase terdispersi/yang dipecah) tersebar
secara merata di dalam zat lain (medium pendispersi/ pemecah). Ukuran partikel koloid
berkisar antara 1-100 nm. Ukuran yang dimaksud dapat berupa diameter, panjang, lebar,
maupun tebal dari suatu partikel. Contoh lain dari sistem koloid adalah adalah tinta, yang
terdiri dari serbuk-serbuk warna (padat) dengan cairan (air). Selain tinta, masih terdapat
banyak sistem koloid yang lain, seperti mayones, hairspray, jelly, dll.  

Keadaan koloid atau sistem koloid atau suspensi koloid atau larutan koloid atau suatu
koloid adalah suatu campuran berfasa dua yaitu fasa terdispersi dan fasa pendispersi dengan
ukuran partikel terdispersi berkisar antara 10-7 sampai dengan 10-4 cm. Besaran partikel yang
terdispersi, tidak menjelaskan keadaan partikel tersebut. Partikel dapat terdiri atas atom,
molekul kecil atau molekul yang sangat besar. Koloid emas terdiri atas partikel-partikel
dengan bebagai ukuran, yang masing-masing mengandung jutaan atom emas atau lebih.
Koloid belerang terdiri atas partikel-partikel yang mengandung sekitar seribu molekul S8.
Suatu contoh molekul yang sangat besar (disebut juga molekul makro) ialah haemoglobin.
Berat molekul dari molekul ini 66800 s.m.a dan mempunyai diameter sekitar 6 x 10-7.

Perbedaaan larutan, koloid dan suspensi

Larutan Koloid Suspensi


Ukuran patikel < 10-7 cm Ukuran partikel antara 10-7 Ukuran partikel >10-5 cm
sampai 10-5 cm
Homogen Antara homogen dan Heterogen
heterogen
Satu fase Dua fase Dua fase
Tidak memisah jika Tidak memisah jiak Memisah jika didiankan
didiamkan didiamkan
Tidak dapat disaring Tidak dapat disaring dengan Dapat disaring dengan
dengan saringan biasa saringan biasa saringan biasa
Tidak dapat disaring dapat disaring dengan dapat disaring dengan
dengan membran membran perkamen. membran perkamen.

3
perkamen.
Jernih Keruh Keruh
Berbentuk ion, molekul Molekul besar, partikel Partikel besar
kecil

Dalam kehidupan sehari – hari, kita sering menemukan zat yang tergolong larutan,
koloid, dan suspensi.

Contoh larutan : larutan gula, larutan garam dapur, larutan cuka, larutan alcohol, dan udara.

Contoh koloid : susu, santan, busa sabun, salad krim, margarine, lateks dan asap.

Contoh suspensi : air sungai yang keruh, tanah liat dengan air, pasir dengan air, dan air kapur.

2. PENGERTIAN SISTEM KOLOID

Sistem koloid (selanjutnya disingkat "koloid" saja) merupakan suatu bentuk campuran
(sistem dispersi) dua atau lebih zat yang bersifat homogen namun memiliki ukuran partikel
terdispersi yang cukup besar (1 - 100 nm), sehingga terkena efek Tyndall. Bersifat homogen
berarti partikel terdispersi tidak terpengaruh oleh gaya gravitasiatau gaya lain yang dikenakan
kepadanya; sehingga tidak terjadi pengendapan, misalnya. Sifat homogen ini juga dimiliki
oleh larutan, namun tidak dimiliki oleh campuran biasa (suspensi).

Koloid mudah dijumpai di mana-mana: susu, agar-agar,tinta, sampo, serta awan


merupakan contoh-contoh koloid yang dapat dijumpai sehari-hari. Sitoplasma dalam sel juga
merupakan sistem koloid. Kimia koloid menjadi kajian tersendiri dalam kimia industri karena
kepentingannya.

Di dalam larutan koloid secara umum, ada 2 zat sebagai berikut:

a.       Zat terdispersi, yakni zat yang terlarut di dalam larutan koloid

b.      Zat pendispersi, yakni zat pelarut di dalam larutan koloid

3. JENIS – JENIS KOLOID

4
Seperti yang sudah diketahui bahwa wujud ( fase ) benda terdiri dari padat, cair dan
gas. Tiap wujud tersebut dapat menjadi medium pendispersi ataupun fase terdispersi, kecuali
untuk gas. Gas sebagai fase perdispensi pada medium pendispersi tidak membentuk koloid.
Gas dengan gas merupakan campuran yang homogen. Berdasarkan hal tersebut, sistem koloid
dapat dibagi menjadi beberapa jenis yaitu :

Fase Medium Fase koloid Nama koloid Contoh


terdispersi pendispersi
Gas Cair Cair Busa / buih Busa sabun
Gas Padat Padat Busa padat Karet busa
Cair Gas Gas Aerosol cair Embun
Cair Cair Cair Emulsi Susu
Cair Padat Padat Emulsi padat Mentega
Padat Gas Gas Aerosol padat Asap
Padat Cair Cair Sol Cat
Padat Padat Padat Sol padat Logam

a. Emulsi : sistem koloid yang fase terdispersi berupa zat cair dan medium pendispersinya
berupa zat cair. Bila medium pendispersinya berupa zat padat dikenal dengan emulsi padat.

b. Sol : sistem koloid yang fase terdispersinya berupa zat padat dan medium pendispersinya
berupa zat cair. Bila medium pendispersinya berupa zat padat, disebut sol padat.

c. Busa : sistem koloid yang fase terdispersinya berupa gas dan medium pendispersiya berupa
zat cair. Bila medium pendispersinya berupa zat padat disebut busa padat.

d. Aerosol : sistem koloid yang medium pendispersinya berwujud gas, sedangkan fase
terdispersinya berupa zat cair atau zat padat.

4. SIFAT – SIFAT KOLOID


a. Sifat Optik (Efek Tyndall) ditemukan oleh John Tyndall

Penampilan sistem koloid pada umumnya keruh, tapi beberapa koloid tampak bening
dan sukar dibedakan dengan larutan sejati. Salah satu cara yang sangat sederhana untuk
mengenali koloid yaitu dengan melewatkan seberkas sinar kepada obyek yang diamati.
Larutan sejati akan meneruskan cahaya (transparan), sedangkan koloid akan
menghamburkan cahaya tetapi partikel terdispersinya tidak tampak. Suspensi akan

5
menghamburkan cahaya, tetapi partikel terdispersinya tampak. Jadi, Efek Tyndall adalah
peristiwa penghamburan cahaya oleh partikel koloid.

b. Sifat Kinetik (Gerak Brown) ditemukan oleh Robert Brown

Apabila susu didiamkan untuk beberapa lama, kita tidak akan mendapatkan endapan
susu. Mengapa demikian? Hal ini dikarenakan adanya gerak Brown.

Gerak Brown adalah gerak acak (gerak tak beraturan; patah-patah; zig-zag) partikel
koloid dalam medium pendispersinya. Gerak Brown dapat diamati menggunakan
mikroskop ultra

Pada dasarnya, partikel-partikel dalam zat selalu bergerak. Gerak Brown terjadi
sebagai akibat adanya tumbukan dari molekul- molekul pendispersi terhadap partikel
terdispersi, sehingga partikel terdispersi akan terlontar. Lontaran tersebut akan
mengakibatkan partikel terdispersi menumbuk partikel terdispersi yang lain dan akibatnya
partikel yang tertumbuk akan terlontar. Peristiwa ini terjadi terus menerus yang
diakibatkan karena ukuran partikel yang terdispersi relatif besar dibandingkan medium
pendispersinya. Gerak Brown dipengaruh oleh ukuran partikel dan suhu.

Dalam suspensi tidak terjadi gerak Brown, karena ukuran partikel cukup besar
sehingga tumbukan yang dialaminya setimbang. Partikel zat terlarut juga mengalami
gerak Brown akan tetapi tidak dapat diamati. Gerak Brown merupakan salah satu faktor
yang menstabilkan koloid. Partikel-partikel koloid relatif stabil, karena partikelnya
bergerak terus-menerus, maka gaya gravitasi dapat diimbangi sehingga tidak terjadi
sedimentasi (pengendapan).

c. Sifat Elektrik (Muatan Koloid)

Muatan koloid merupakan salah satu sifat koloid yang terpenting. Muatan koloid juga
merupakan faktor yang menstabilkan koloid, di samping gerak Brown. Semua partikel
koloid mempunyai muatan sejenis (positif atau negatif). Oleh karena bermuatan sejenis
maka partikel-partikel koloid saling tolak-menolak, sehingga terhindar dari
pengelompokan antarsesama partikel koloid itu (jika partikel- partikel koloid saling
bertumbukan dan kemudian bersatu, maka lama- kelamaan dapat terbentuk partikel yang
cukup besar dan akhirnya mengendap).

6
Bagaimana partikel koloid memiliki muatan? Partikel koloid dapat memiliki muatan
karena adanya proses adsorpsi dan proses ionisasi gugus permukaan partikel koloid.
Beberapa sifat elektrik koloid antara lain:

1. Elektroforesis

Elektroforesis adalah pergerakan partikel koloid dalam medan listrik. Apabila ke


dalam sistem koloid dimasukkan dua batang elektrode, kemudian dihubungkan dengan
sumber arus searah, maka partikel koloid akan bergerak ke salah satu elektrode bergantung
pada jenis muatannya. Koloid bermuatan negatif akan bergerak ke anode (elektrode positif),
sedangkan koloid yang bermuatan positif bergerak ke katode (elektrode negatif). Dengan
demikian, elektroforesis dapat digunakan untuk menentukan jenis muatan koloid.

2. Adsorpsi

Bagaimanakah partikel koloid mendapatkan muatan listrik? Partikel koloid memiliki


kemampuan menyerap ion atau muatan listrik pada permukaannya. Oleh karena itu, partikel
koloid menjad i bermuatan listrik. Penyerapan pada permukaan ini disebut adsorpsi (jika
penyerapan sampai ke bawah permukaan disebut absorpsi).

Adsorpsi adalah proses penyerapan suatu zat di permukaan zat lain. Sebagai contoh,
penyerapan air oleh kapur tulis). Sol Fe(OH)3 dalam air mengadsorpsi ion positif sehingga
bermuatan positif, sedangkan sol As2S3 mengadsorpsi ion negatif sehingga bermuatan
negatif. Contoh pemanfaatan sifat adsorpsi koloid yaitu: proses pemurnian gula tebu, proses
penyembuhan sakit perut dengan obat norit, dan proses penjernihan air minum.

3. Koagulasi

Koagulasi atau penggumpalan adalah peristiwa pengendapan partikel-partikel koloid


sehingga fase terdispersi terpisah dari medium pendispersinya. Koagulasi disebabkan oleh
kestabilan untuk mempertahankan partikel-partikel agar tetap tersebar dalam medium
pendispersinya.

Koagulasi dapat diakukan dengan cara mekanik (misal pemanasan, pendinginan, dan
pengadukan) dan dengan cara kimiawi, misal penetralan silang (pencampuran dua jenis koloid
yang bermuatan berlawanan) atau penghilangan muatan elektrolisis, dan penambahan
elektrolit (pengkoagulasian karet alam/lateks dengan asam asetat).

7
Contoh proses-proses yang memanfaatkan sifat koagulasi: proses pengolahan karet,
penjernihan air dengan tawas, proses terjadinya delta pada muara, proses penggumpalan debu
atau asap pabrik dengan pesawat Cottrel.

d. Koloid Pelindung

Pada beberapa proses, suatu koloid harus dipecahkan. Misalnya, koagulasi lateks. Di
lain pihak, koloid perlu dijaga supaya tidak rusak. Suatu koloid dapat distabilkan dengan
menambahkan koloid lain yang disebut koloid pelindung. Koloid pelindung adalah koloid
yang berfungsi melindungi koloid lain supaya tidak terjadi koagulasi. Koloid pelindung
ini akan membungkus partikel zat terdispersi, sehingga tidak dapat lagi mengelompok.

1. Pada pembuatan es krim digunakan gelatin untuk mencegah pembentukan kristal


besar es atau gula.

2. Cat dan tinta dapat bertahan lama karena menggunakan suatu koloid pelindung.

3. Kasein dalam susu melindungi minyak atau lemak dalam medium cair.

4. Lesitin merupakan pelindung yang menstabilkan butiran-butiran halus air dalam


margarin.

5. Larutan gom digunakan untuk melindungi partikel-partikel karbon dalam tinta


gambar.

5. PEMBUATAN KOLOID

Ukuran partikel koloid terletak antara partikel larutan dan susupensi, sehingga sistem
partikel koloid dapat dibuat dengan pengelompokkan (agregasi) partikel larutan (cara ini
disebut cara kondensasi) atau dengan menghaluskan partikel-partikel kasar dari suspensi,
kemudian mendispersikannya ke dalam medium pendispersi (cara dispersi).

1. Cara Kondensasi

Dengan cara kondensasi, partikel larutan sejati (molekul atau ion) bergabung menjadi
partikel koloid. Cara ini dapat dilakukan dengan reaksi-reaksi kimia, seperti reaksi redoks,

8
hidrolisis, dan dekomposisi rangkap, atau dengan cara fisika: pengembunan uap dan
pergantian pelarut.

Cara Kimia

a. Reaksi Redoks (Reduksi-Oksidasi)

Reaksi redoks adalah reaksi yang disertai perubahan bilangan oksidasi.

Contoh 1:

Pembuatan sol belerang dari reaksi antara hidrogen sulfida (H2S) dengan belerang
dioksida (SO2), yaitu dengan mengalirkan gas H2S ke dalam larutan SO2.

2H2S(g) + SO2(aq) ⎯⎯→ 2 H2O(l) + 3 S (koloid)


Contoh 2:
Pembuatan sol emas dari reaksi antara larutan HAuCl4 dengan larutan K2CO3 dan
HCHO (formaldehida).
2 HAuCl4(aq) + 6 K2CO3(aq) + 3 HCHO(aq) ⎯⎯→ 2 Au(koloid) + 5 CO2(g) + 8 KCl(aq)
+ KHCO3(aq) + 2 H2O(l)
b. Reaksi Hidrolisis

Hidrolisis adalah reaksi suatu zat dengan air.

Contoh:

Pembuatan sol Fe(OH)3 dari hidrolisis FeCl3. Apabila ke dalam air mendidih
ditambahkan larutan FeCl3, maka akan terbentuk sol Fe(OH)3.

FeCl3(aq) + 3 H2O(l) ⎯⎯→ Fe(OH)3 (koloid) + 3 HCl(aq)

c. Reaksi Dekomposisi Rangkap

Contoh 1:

Sol As2S3 dapat dibuat dari reaksi antara larutan H3AsO3 dengan larutan H2S.

2 H3AsO3(aq) + 3 H2S(aq) ⎯⎯→ As2S3(koloid) + 6 H2O(l)

Contoh 2:

Sol AgCl dapat dibuat dengan mencampurkan larutan perak nitrat encer dengan
larutan HCl encer.

9
AgNO3(aq) + HCl(aq) ⎯⎯→ AgCl(koloid) + HNO3(aq)

Cara Fisika

d. Pengembunan uap

Uap raksa yang dialirkan melalui air dingin dapat membentuk sol raksa.

e. Penggantian Pelarut

Selain dengan cara-cara kimia seperti di atas, koloid juga dapat terjadi dengan penggantian
pelarut.

Contoh: Apabila larutan jenuh kalsium asetat dicampur dengan alkohol, maakan
terbentuk suatu koloid berupa gel.

2. Cara Dispersi

Dengan cara dispersi, partikel kasar dipecah menjadi partikel koloid. Cara dispersi
dapat dilakukan secara mekanik, peptisasi, atau dengan loncatan bunga listrik (cara busur
Bredig).

a. Cara Mekanik

Menurut cara ini, butir-butir kasar digerus dengan lumping atau penggiling koloid
sampai diperoleh tingkat kehalusan tertentu, kemudian diaduk dengan medium dispersi.

Contoh: Sol belerang dapat dibuat dengan menggerus serbuk belerang bersamasama
dengan suatu zat inert (seperti gula pasir), kemudian mencampur serbuk halus itu dengan air.

b. Cara Peptisasi

Peptisasi adalah cara pembuatan koloid dari butir-butir kasar atau dari suatu endapan
dengan bantuan suatu zat pemeptisasi (pemecah). Zat pemeptisasi memecahkan butir-butir
kasar menjadi butir-butir koloid.

Contoh: Agar-agar dipeptisasi oleh air, nitroselulosa oleh aseton, karet oleh bensin,
dan lain-lain. Endapan NiS dipeptisasi oleh H2S dan endapan Al(OH)3 oleh AlCl3.

c. Cara Busur Bredig (elektrodispersi)

Cara busur Bredig digunakan untuk membuat sol-sol logam. Logam yang akan
dijadikan koloid digunakan sebagai elektrode yang dicelupkan dalam medium dispersi,

10
kemudian diberi loncatan listrik di antara kedua ujungnya. Mula-mula atom-atom logam akan
terlempar ke dalam air, lalu atom-atom tersebut mengalami kondensasi, sehingga membentuk
partikel koloid. Jadi, cara busur ini merupakan gabungan cara dispersi dan cara kondensasi.

Contoh: Pembuatan sol emas dan sol platina.

6. MANFAAT KOLOID

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menggunakan bahan- bahan kimia berbentuk
koloid. Bahan-bahan kimia tersebut dibuat oleh industri. Mengapa harus koloid? Oleh karena
koloid merupakan satu- satunya cara untuk menyajikan suatu campuran dari zat-zat yang
tidak saling melarutkan secara “homogen” dan stabil (pada tingkat makroskopis atau tidak
mudah rusak).

 Industri Kosmetik Bahan kosmetik, seperti foundation, pembersih wajah, sampo, pelembap
badan, deodoran umumnya berbentuk koloid yaitu emulsi.

 Industri Tekstil Pewarna tekstil berbentuk koloid karena mempunyai daya serap yang
tinggi, sehingga dapat melekat pada tekstil.

 Industri Farmasi Banyak obat-obatan yang dikemas dalam bentuk koloid agar stabil atau
tidak mudah rusak.

 Industri Sabun dan Detergen Sabun dan detergen merupakan emulgator untuk membentuk
emulsi antara kotoran (minyak) dengan air, sehingga sabun dan detergen dapat membersihkan
kotoran, terutama kotoran dari minyak.

 Industri Makanan Banyak makanan dikemas dalam bentuk koloid untuk kestabilan dalam
jangka waktu cukup lama

7. PENGERTIAN KIMIA PERMUKAAN

Kimia permukaan adalah ilmu yang mempelajari fenomena yang terjadi pada
antarmuka dua fase zat, termasuk antarmuka padatan-cairan, padatan-gas, padatan-ruang
hampa, dan cairan-gas.

a. Daerah antar muka

Pada pembahasan termodinamika terdahulu, setiap fasa dari suatu sistem


termodinamika dianggap sangat homogen, dengan sifat – sifat intensif yang dianggap tetap.

11
Tetapi jika efek permukaan diperhitungkan, maka terlihat bahwa sifat – sifat molekul atau
atom pada permukaan tidak sama jika dibandingkan dengan molekul atau atom pada fasa
ruah. Daerah tiga dimensi yang membatasi dua fasa yang berbeda disebut sebagai daerah
antar muka (interphase / interface / interfacial region). Bila salah satu fasa yang terlibat adalah
fasa gas (udara), maka daerah antar muka dapat disebut permukaan (surface region).

Daerah antar muka adalah daerah terarsir antara kedua fasa ruah, dengan ketebalan
kurang lebih 3 molekul. Efek permukaan / daerah antar muka sangat berpengaruh untuk
sistem – sistem seperti koloid (dimana perbandingan permukaan terhadap volume tinggi) atau
sistem gas – padat (dimana sejumlah gas dapat teradsorpsi pada padatan). Pengetahuan
tentang efek permukaan sangat penting dalam dunia industri dan biologi. Banyak reaksi kimia
yang berlangsung dengan bantuan katalis heterogen, yang berfungsi sebagai permukaan
tempat terjadinya reaksi.

Antar permukaan dapat dibagi menjadi beberapa jenis tergantung pada fase yang
dipisahkan yaitu :

FASE ANTAR PERMUKAAN CONTOH


Gas – gas Tidak ada antar permukaan -
Gas – cair Permukaan cair Udara dalam gelas
Gas – padat Permukaan padat Permukaan meja
Cair – cair Antar permukaan cair – cair Emulsi
Cair – padat Antar permukaan cair – padat Suspensi
Padat – padat Antar permukaan padat – padat Paertikel serbuk
Emulsi = emulsi adalah campuran yang secara termodinamika tidak stabil, yang terdiri
dari dua cairan yang tidak tercampurkan.)

Suspensi= adalah suatu campuran fluida yang mengandung partikel padat. Atau
dengan kata lain campuran heterogen dari zat cair dan zat padat yang dilarutkan dalam zat cair
tersebut.)

Dari sekian banyak jenis antar permukaan, maka di bagi lagi atas 2 kategori :

1.Antar permukaan cair : antar permukaan cair-gas dan cair-cair

2.Antar permukaan padat : antar permukaan padat-gas, padat-cair

Sedangkan antar permukaan padat-padat sudah sering digunakan yaitu pada pembuatan tablet,
proses granulasi. Selain itu sangat sedikit data yang membicarakan ikatan antar partikel padat,
maka jarang dibicarakan.

12
8. PENGERTIAN TEGANGAN PERMUKAAN

Tegangan Permukaan (TP) adalah gaya per satuan panjang yang harus diberikan
sejajar pada permukaan untuk mengimbangi tarikan ke dalam. Tegangan Antar Permukaan
(TAP) adalah gaya persatuanpanjang yang terdapat pada antar permukaan dua fase cair yang
tidak bercampur.

TP atau TAP = γ = dyne/cm

 Pada suatu tetesa cairan , molekul-molekul yang berada pada permukaan memiliki
sifat yang berbeda dengan molekul pada bagian dalam tetesan.

 Molekul dalam cairan dikelilingi oleh molekul lain dari segala arah yang memiliki
daya tarik menarik yang sama.

 Sedangkan molekul pada permukaan (yakni pada antar permukaan cair- udara)
hanya dapat memiliki daya tarik menarik dengan molekul lain yang terletak di bawah atau
disampingya.

 Molekul ini dapat memiliki daya tarik menarik dengan molekul yang menyusun fase
lain yang terlibat dalam antar permukaan tersebut tapi pada antar permukaan cair-gas,
antaraksi ini kecil dan bisa diabaikan.

 Molekul pada permukaan tetesan tersebut akan mengalami gaya tarik ke arah dalam
sehingga akan menyusutnya permukaan.

TAP selalu lebih kecil dari TP karena gaya adhesi antara dua fase cair yang
membentuk suatu antar permukaan lebih besar dibandingkan antar cair-gas. Bila 2 cairan
bercampur sempurna maka tidak ada TAP yang terjadi.

Gaya (F) yang diperlukan untuk meregang film permukaan berbanding lurus dengan
panjang piston (l). Karena terdapat dua permukaan (depan dan belakang) pada film, maka

 = F/21 atau F =  (2l)

Dimana : γ = Tegangan Permukaan

F = Gaya

l = Panjang kawat

13
dimana γ adalah tegangan permukaan. Satuan tegangan permukaan adalah kerja
(energi) per satuan luas. Satuan SI untuk γ adalah adalah J/m2 atau N/m, sedangkan satuan
cgs untuk γ adalah erg/cm2 atau dyn/cm.

1 erg/cm2 = 1 dyn/cm = 10-3 J/m2 = 10-3 N/m = 1 mN/m = 1 mJ/m2

9. PENGUKURAN TEGANGAN ANTAR MUKA


9.1 METODE KAPILER

Apabila suatu pipa kapiler ditempatkan di dalam suatu cairan dalam gelas piala, cairan
ini biasanya naik ke atas pipa sampai suatu jarak tertentu. Hal ini terjadi bila gaya adhesi antar
molekul cairan dengan dinding kapiler lebih besar dari gaya kohesi antar molekul cairan.
Cairan ini dikatakan membasahi dinding kapiler, menyebar diatasnya dan naik dalam pipa.

𝛾 = 𝑟ℎ𝑝𝑔 / 2

Dimana : γ = Tegangan Permukaan

h = Tinggi kenaikan fluida

p = Massa jenis

g = percepatan gravitasi

9.2 METODE CINCIN

Metode Cincin Dikenal dengan nama Dunouy Tensiometer

Prinsip : Gaya yang diperlukan untuk melepaskan sebuah cincin paltinum iridium
yang dicelupkan pada permukaan cairan sebanding dengan tegangan permukaan cairan
tersebut.

𝛾 = 𝑝𝑒𝑚𝑏𝑎𝑐𝑎𝑎𝑛 𝑑𝑖𝑎𝑙 (𝑑𝑦𝑛𝑒) / 2𝑥𝑘𝑒𝑙𝑖𝑙𝑖𝑛𝑔 𝑐𝑖𝑛𝑐𝑖𝑛 𝑥𝑓𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑘𝑜𝑟𝑒𝑘𝑠𝑖

9.3 Metode Bobot Tetes

Prinsip : TP ditentukan oleh bobot jenis cairan yang menetes secara perlahan dari ujung pipa
yang berdiri tegak.

γ = m. g /2 𝛑 f

Dimana : γ = Tegangan Permukaan m = Massa

g = percepatan gravitasi f = factor koreksi

14
9.4 Metode Menghitung Jumlah Tetes

Prinsip : Menghitung jumlah tetes yang dikandung suatu volume tertentu yang akan
diukur TP nya. Dalam hal ini harus diadakan perbandingan dengan suatu cairan pembanding
yang TP nya kira-kira sama dengan cairan yang akan diukur.

cairan 1 : cairan yang diukur

cairan 2 : cairan pembanding

𝛾1 / 𝛾2 = 𝑁2 𝑝2 /𝑁2 𝑝2

Dimana : N = Jumlah tetes dari suatu volume cairan ρ = Bobot jenis cairan.

10. SISTEM ANTAR MUKA


A. Cair – cair
- Koefisien sebar

Bila suatu zat seperti asam oleat ditaruh pada pemukaan air, maka asam oleat dapat
menyebar pada permukaan sebagai lapisan film, bila harga koefisien sebarnya positif

S (+)  Wa > Wc
Dimana : Wa = Kerja Adhesi
Wc = Kerja Kohesi
Harga koefisien sebar sangat tergantung pada kerja adhesi dan kerja kohesi
- Kerja Adhesi (Wa)

Yaitu energi yang dibutuhkan untuk memisahkan /mematahkan gaya tarik menarik
antara molekul-molekul yang tidak sejenis atau kerja yang dibutuhkan untuk memisahkan
2 cairan yang tidak bercampur.

𝑊𝑎 = 𝛾1+ 𝛾2 − 𝛾12.

- Kerja Kohesi (Wc)

Adalah kerja yang dibutuhkan untuk memisahkan molekul cairan yang menyebar
sehingga ia dapat mengalir di atas lapisan bawah.

𝑊𝑐 = 2𝛾1

15
suatu cairan dapat menyebar diatas cairan lain bila gaya adhesi lebih besar dari gaya
kohesi Wa > Wc :

S = Wa – Wc

= (𝛾1+ 𝛾2 − 𝛾12. ) - 2𝛾1

= 𝛾2 - 𝛾1 − 𝛾12.

= 𝛾2- (𝛾1+𝛾12. )

B. Cair – padat
- Rumus Young

Rumus ini dikembangkan oleh Thomas Young Rumus ini mengukur tegangan
permukaan zat padat berdasarkan sudut kontak antara zat padat dengan suatu cairan

𝛾𝑝 = 𝛾 𝑝/𝑐 + 𝛾𝑐 𝐶𝑜𝑠 𝛳

- Rumus Dupress

Merupakan kombinasi antara rumus young dengan rumus kerja adhesi. Makin besar
kerja adhesi (Wa) maka cairan makin mudah menyebar.

𝑊𝑎𝑝𝑐 = 𝛾𝑐 + 𝛾𝑐 𝐶𝑜𝑠 𝛳

C. Padat – gas (Adsorbsi)

Adsorpsi adalah peristiwa penyerapan / pengayaan (enrichment) suatu komponen di


daerah antar fasa. Pada peristiwa adsorpsi, komponen akan berada di daerah antar muka,
tetapi tidak masuk ke dalam fasa ruah. Komponen yang terserap disebut adsorbat
(adsorbate), sedangkan daerah tempat terjadinya penyerapan disebut adsorben (adsorbent /
substrate). Berdasarkan sifatnya, adsorpsi dapat digolongkan menjadi adsorpsi fisika dan
kimia.

Perbedaan adsorbsi fisika dan kimia

Adsorbsi fisika Adsorbsi kimia


Molekul terikat pada adsorben oleh Molekul terikat pada adsorben oleh ikatan
gaya van der wark/ kimia.
Mempunyai entalpi reaksi 4-40 Kj/mol Mempunyai entalpi rekasi 40 – 800 kJ/mol
Dapat membentuk lapisan multilayer Membentuk lapisan monolayer
Adsorbsi hanya terjadi suhu dibawah Adsorbsi dapat terjadi pada suhu tinggi

16
titik didih adsorbat
Jumlah adsorbsi pada permukaan Jumlah adsorbsi pada permukaan merupakan
merupakan fungsi adsorbat karakteristik adsorben dan adsorbat
Tidak melibatkan energi aktifasi Melibatkan energi aktifasi tersebut
Bersifat tidak spesifik Bersifat sangat spesifik

Faktor yang mempengaruhi adsorbsi yaitu:

1. SUHU = makin tinggi suhu, derajat adsorbsi makin kecil

2. KONSENTRASI ADSORBAT = Makin besar konsentrasi adsorbat makin besar


derajat adsorbsinya

3. BM (Berat Moekul) = Makin besar BM, derajat adsorbsi makin besar

4. KELARUTAN = Makin kecil kelarutan suatu zat dalam pelarut maka makin kuat
Diabsorsinya

5. LUAS PERMUKAAN ADSORBSI = Serbuk yang halus dan berpori mempunyai


permukaan yang luas sehingga derajat adsorbsinya tinggi

11. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TEGANGAN PERMUKAAN

Faktor – faktor yang mempengaruhi tegangan permukaan yaitu :

11.1 Jenis cairan

Pada umumnya cairan yang memiliki gaya tarik antara molekulnya besar, seperti air,
maka tegangan permukaannyajuga besar. Sebaliknya pada cairan seperti bensin karena gaya
tarik antara molekulnya kecil, maka tegangan permukaannya juga kecil.

11.2 Suhu

Tegangan permukaan cairan turun apabila suhu naik, karena dengan bertambahnya
suhu molekul – molekul cairan bergerak lebih cepat dan pengaruh interaksi antara molekul
berkurang sehingga tegangan permukaan menurun.

11.3 Adanya zat terlarut

Adanya zat terlarut pada cairan dapat menaikkan tegangan permukaan. Unruk air
adanya elektrolit anorganik dan non elektrolit tertentu seperti sukrosa dan gliserin menaikkan

17
tegangan permukaan. Sedangkan, adanya zat – zat seperti sabun, detergen, dan alkohol adalah
efektif dalam menurunkan tegangan permukaan.

11.4 Surfaktan

Surfaktan adalah zat yang dapat mengaktifkan permukaan, karena cenderung untuk
terkonsentrasi pada permukaan atau antar muka. Surfaktan mempunyai orientasi yang jelas
sehhingga cenderung pada rantai lurus. Contoh darri surfaktan yaitu sabun.

11.5 Konsentrasi zat terlarut

Konsentrasi zat terlarut (solut) suatu larutan biner mempunyai pengaruh terhadap sifat
– sifat larutan termasuk tegangan muka dan adsorbsi pada permukaan larutan. Solut yang
ditambahkan kedalan larutan akan menurunkan tegangan muka karena mempunyai
konsentrasi dipermukaan yang lebih besar daripada didalam larutan. Sebaliknya solut yng
penambahannya kedalam larutan menaikkan tegangan muka mempunyai konsentrasi
dipermukaan yang lebih kecil daripada didalam larutan.

12. MANFAAT TEGANGAN PERMUKAAN


12.1 Sabun cuci sengaja dibuat untuk mengurangi tegangan permukaan air sehingga
dapat meningkatkan kemampuan air untk membersihkan kotoran yang melekat
pada pakaian.
12.2 Mencuci pakaian dengan air hangat atau air panas lebih bersih karena dengan
suhu yang tinggi tegangan permukaan akan semakin kecil dan kemampuan air
untk membasahi pakaian yang kotor lebih meningkat lagi
12.3 Alkohol dan antiseptik pada umumnya memiliki kemampuan untuk membunuh
kuman, dan mempunyai tegangan permukaan yang rendah sehingga dapat
membasahi seluruh permukaan kulit yang luka.

Dan masih banyak lagi manfaatnya.

18
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Kesimpulan dari makalah ini adalah :


a. Koloid adalah suatu bentuk campuran yang keadaannya terletak antara larutan dan
suspensi (+Campuran kasar).
b. Sistem koloid merupakan suatu bentuk campuran dua atau lebih zat yang bersifat
homogen namun memiliki ukuran partikel terdispersi yang cukup besar (1 - 100
nm), sehingga terkena efek Tyndall. Bersifat homogen berarti partikel terdispersi
tidak terpengaruh oleh gaya gravitasi atau gaya lain yang dikenakan kepadanya;
sehingga tidak terjadi pengendapan, misalnya. Sifat homogen ini juga dimiliki
oleh larutan, namun tidak dimiliki oleh campuran biasa (suspensi).
c. Jenis – jenis koloid yaitu aerosol,sol,emulsi,gel dan buih.
d. Sifat dari koloid yaitu : efek tyndall, gerak brown, muatan koloid, koagulasi
koloid, koloid pelindung, dialisis,dan adsorbsi.
e. Cara pembuatannya itu ada dua cara yaitu cara kondensasi dan cara dispersi
f. Kimia permukaan adalah ilmu yang mempelajari fenomena yang terjadi pada
antarmuka dua fase zat, termasuk antarmuka padatan-cairan, padatan-gas, padatan-
ruang hampa, dan cairan-gas.
g. Tegangan Permukaan (TP) adalah gaya per satuan panjang yang harus diberikan
sejajar pada permukaan untuk mengimbangi tarikan ke dalam. Tegangan Antar

19
Permukaan (TAP) adalah gaya persatuanpanjang yang terdapat pada antar
permukaan dua fase cair yang tidak bercampur.
h. Sistem pengukuran tegangan permukaan ada beberapa metode yaitu : metode
kapiler, metode cincin, metode bonot tes dan metode menghitung jumlah tetes.
i. Faktor yang mempengaruhi tegangan permukaan yaitu jenis cairan, suhu, adanya
zat terlarut, surfaktan dan konsentrasi zat terlarut.

DAFTAR PUSTAKA
Atkins,P.W.1994. Kimia Fisika Edisi Ke-4. Jakarta : Erlangga.
Anonim.2012.Adsorpsi. Diakses pada 3 November 2015.
www.scribd.com/kimia-koloidromdhoni.staff.gunadarma.ac.id/downloads/koloid.pdf
Bird,Tony.1987.kimia Fisika untuk Universitas.Erlangga: Jakarta

20

Anda mungkin juga menyukai