Anda di halaman 1dari 19

STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI DENGAN BBLR

A. Pengertian
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bila berat badannya kurang dari 2500 gram (sampai
dengan 2499 gram). Bayi yang dilahirkan dengan BBLR umumnya kurang mampu meredam tekanan
lingkungan yang baru sehingga dapat mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan,
bahkan dapat menggangu kelangsungan hidupnya (Prawirohardjo, 2006).
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurangdari 2500 gram tanpa
memandang usia gestasi. BBLR dapat terjadi pada bayi kurang bulan (< 37 minggu) atau pada bayi
cukup bulan (intrauterinegrowth restriction) (Pudjiadi, dkk., 2010).

B. Faktor Risiko
Beberapa faktor risiko dari bayi dengan berat badan lahir rendah (Proverawati dan
Ismawati, 2010).
a. Faktor ibu
1. Penyakit
 Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia, perdarahanan
antepartum, preekelamsi berat, eklamsia, infeksi kandung kemih.
 Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual, hipertensi,
HIV/AIDS, TORCH, penyakit jantung.
 Penyalahgunaan obat, merokok, konsumsi alkohol.
2. Ibu
 Angka kejadian prematitas tertinggi adalah kehamilan pada usia < 20 tahun
atau lebih dari 35 tahun.
 Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1 tahun).
 Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya
3. Keadaan sosial ekonomi
 Kejadian tertinggi pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal ini
dikarenakan keadaan gizi dan pengawasan antenatal yang kurang.
 Aktivitas fisik yang berlebihan
 Perkawinan yang tidak sah
b. Faktor Janin
Faktor janin meliputi : kelainan kromosom, infeksi janin kronik (inklusi sitomegali,
rubella bawaan), gawat janin, dan kehamilan kembar.
c. Faktor Plasenta
Faktor plasenta disebabkan oleh : hidramnion, plasenta previa, solutioplasenta,
sindrom tranfusi bayi kembar (sindrom parabiotik), ketuban pecah dini.
d. Faktor Lingkungan
Lingkungan yang berpengaruh antara lain : tempat tinggal di dataran tinggi, terkena
radiasi, serta terpapar zat beracun
C. Jenis/ Klasifikasi
Ada beberapa cara dalam mengelompokkan BBLR (Proverawati danIsmawati, 2010):
a. Menurut harapan hidupnya
1. Bayi berat lahir rendah (BBLR) dengan berat lahir 1500-2500gram.
2. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) dengan berat lahir 1000-1500 gram.
3. Bayi berat lahir ekstrim rendah (BBLER) dengan berat lahir kurang dari 1000
gram.
b. Menurut masa gestasinya
1. Prematuritas Murni
Prematuritas Murni adalah bayi dengan usia kehamilan < 37 minggu dan
mempunyai berat badan sesuai masa gestasi/usia kehamilan atau disebut juga
Neonatus Kurang Bulan - Sesuai Masa Kehamilan (NKB-SMK) Karakteristik
yang dapat ditemukan pada prematur murni adalah :
 Berat badan kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang dari 45 cm,
lingkar kepala kurang dari 33 cm lingkar dada kurang dari 30 cm.
 Gerakan kurang aktif otot masih hipotonis
 Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
 Kepala lebih besar dari badan, rambut tipis dan halus
 Tulang-tulang tengkorak lunak, fontanela besar dan sutura besar
 Telinga sedikit tulang rawannya dan berbentuk sederhana
 Jaringan payudara tidak ada dan puting susu kecil
 Pernapasan belum teratur dan sering mengalami serangan apneu
 Kulit tipis dan transparan, lanugo (bulu halus) banyak terutama pada dahi
dan pelipis dahi dan lengan 
 Lemak subkutan kurang
  Genetalia belum sempurna, pada wanita labia minora belum tertutup oleh
labia mayora
 Reflek menghisap dan menelan serta reflek batuk masih lemah
 Bayi prematur mudah sekali mengalami infeksi karena daya tahan tubuh
masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang dan pembentukan antibodi
belum sempurna . Oleh karena itu tindakan prefentif sudah dilakukan sejak
antenatal sehingga tidak terjadi persalinan dengan prematuritas (BBLR)
2. Retardasi Pertumbuhan Janin Intra Uterin (IUGR) / Dismaturitas IUGR
Bayi yang lahir dengan berat badan rendah dan tidak sesuai dengan usia
kehamilan, serta menunjukkan bayi mengalami retardasi. Dismatur dapat terjadi
preterm, term, dan post term.
Dismatur Preterm disebut juga Neonatus Kurang Bulan – Kecil untuk Masa
Kehamilan (NKB-KMK), Dismatur Term disebut juga Neonatus Cukup Bulan-
Sesuai Masa Kehamilan (NCB-SMK), Dismatur Posterm disebut juga Neonatus
Kurang Bulan – Sesuai Masa Kehamilan (NKB-SMK).Dismatur (IUGR) adalah
bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa
kehamilan dikarenakan mengalami gangguan pertumbuhan dalam kandungan.
Menurut Renfield (2005) IUGR dibedakan menjadi dua yaitu:
a) Proportionate
IUGR Janin yang menderita distres yang lama dimana gangguan
pertumbuhan terjadi berminggu-minggu sampai berbulan bulan sebelum
bayi lahir sehingga berat, panjang dada lingkaran kepala dalam proporsi
yang seimbang akan tetapi keseluruhannya masih dibawah masa gestasi
yang sebenarnya.Bayi ini tidak menunjukkan adanya Wasted oleh karena
retardasi pada janin terjadi sebelum terbentuknya adipose tissue.
b) Disporpotionate IUGR
Terjadi karena distres sub akut gangguan terjadi beberapa minggu sampai
beberapa hari sampai janin lahir. Pada keadaan ini panjang dan lingkar
kepala normal akan tetapi berat tidak sesuai dengan masa gestasi. Bayi
tampak Wasted dengan tanda tanda sedikitnya jaringan lemak di bawah
kulit, kulit kering keriput dan mudah diangkat bayi kelihatan kurus dan lebih
panjang

D. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis yang dapat ditemukan dengan bayi berat lahir rendah (Mitayani, 2009):
a. Berat badan kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang dari 45 cm, lingkar dada
kurang dari 30 cm, dan lingkar kepala kurang dari 33cm. 12
b. Masa gestasi kurang dari 37 minggu.
c. Kulit tipis, transparan, lanugo banyak, dan lemak subkutan amat sedikit.
d. Osofikasi tengkorak sedikit serta ubun-ubun dan sutura lebar.
e. Genitalia imatur, labia minora belum tertutup dengan labia miyora.
f. Pergerakan kurang dan lemah, tangis lemah, pernafasan belum teratur dan sering
mendapatkan serangan apnea.
g. Lebih banyak tidur dari pada bangun, reflek menghisap dan menelan belum
sempurna

E. Patofisiologi
Semakin kecil dan semakin premature bayi itu maka akan semakin tinggi resiko gizinya.
Beberapa faktor yang memberikan efek pada masalah gizi.
a. Menurunnya simpanan zat gizi padahal cadangan makanan di dalam tubuh sedikit,
hamper semua lemak, glikogen dan mineral seperti zat besi, kalsium, fosfor dan seng
di deposit selama 8 minggu terakhir kehamilan. Dengan demikian bayi preterm
mempunyai potensi terhadap peningkatan hipoglikemia, anemia dll. Hipoglikemia
menyebabkan bayi kejang terutama pada bayi BBLR Prematur.
b. Kurangnya kemampuan untuk mencerna makanan. Bayi preterm mempunyai lebih
sedikit simpanan garam empedu, yang diperlukan untuk mencerna dan mengabsorpsi
lemak dibandingkan dengan bayi aterm.
c. Belum matangnya fungsi mekanis dari saluran pencernaan, koordinasi antara refleks
hisap dan menelan belum berkembang dengan baik sampai kehamilan 32-34
minggu, padahal bayi BBLR kebutuhan nutrisinya lebih tinggi karena target
pencapaian BB nya lebih besar. Penundaan pengosongan lambung dan buruknya
motilitas usus terjadi pada bayi preterm.
d. Paru yang belum matang dengan peningkatan kerja napas dan kebutuhan kalori yang
meningkat.
e. Potensial untuk kehilangan panas akibat luas permukaan tubuh tidak sebanding
dengan BB dan sedikitnya lemak pada jaringan di bawah kulit. Kehilangan panas ini
akan meningkatkan kebutuhan kalori.

F. Pathway
G. Komplikasi
1. Sindrom aspirasi mekonium, asfiksia neonatorum, sindrom distresrespirasi, penyakit
membran hialin
2. Dismatur preterm terutama bila masa gestasinya kurang dari 35 minggu
3. Hiperbilirubinemia, patent ductus arteriosus, perdarahan ventrikel otak
4. Hipotermia, Hipoglikemia, Hipokalsemia, Anemi, gangguan pembekuandarah
5. Infeksi, retrolental fibroplasia, necrotizing enterocolitis (NEC)
6. Bronchopulmonary dysplasia, malformasi konginetal

H. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostik pada bayi BBLR (Mitayani, 2009) :
a. Jumlah darah lengkap: penurunan pada Hb (normal: 12- 24gr/dL), Ht (normal: 33
-38% ) mungkin dibutuhkan.
b. Dektrosik: menyatakan hipoglikemi (normal: 40 mg/dL).
c. Analisis Gas Darah (AGD): menentukan derajat keparahan distres pernafasan bila
ada. Rentang nilai normal:
1. pH : 7,35-7,45
2. TCO2 : 23-27 mmol/L
3. PCO2 : 35-45 mmHg
4. PO2 : 80-100 mmHg
5. Saturasi O2 : 95 % atau lebih
d. Elektrolit serum: mengkaji adanya hipokalsemia.
e. Bilirubin: mungkin meningkat pada polisitemia.
Bilirubin normal:
1. Bilirubin indirek 0,3 – 1,1 mg/dl.
2. Bilirubin direk 0,1 – 0,4 mg/dl.
f. Urinalisis: mengkaji homeostatis.
g. Jumlah trombosit (normal: 200000 - 475000 mikroliter
h. Trombositopenia mungkin menyertai sepsis.
i. EKG, EEG, USG, angiografi: defek kongenital atau komplikasi.

I. Diagnosa Keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan maturitas pusat pernafasan,
keterbatasan perkembangan otot, penurunan energi/kelelahan, ketidakseimbangan
metabolik.
2. Thermoregulasi tidak efektif berhubungan dengan kontrol suhu yang imatur dan
penurunan lemak tubuh subkutan.
3. Gangguan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidak mampuan mencerna nutrisi karena imaturitas.
4. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan imunologis yang kurang.
f. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional


Keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif Tujuan: 1. Letakan bayi 1. Memberi rasa nyaman
berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan terlentang dengan alas dan mengantisipasi
maturitas pusat keperawatan selama 3x24 jam yang datar, kepala fleksi leher yang dapat
pernafasan, keterbatasan diharapkan, pasien mampu: lurus, dan leher sedikit mengurangi
perkembangan otot, 1. Status Pernapasan: tengadah/ekstensi kelancaran jalan nafas
penurunan Kepatenan jalan napas. dengan meletakan
energi/kelelahan, 2. Status Pernapasan: bantal atau selimut
ketidakseimbangan Ventilasi. diatas bahu bayi
metabolic 3. Status tanda-tanda vital sehingga bahu
normal. terangkat 2-3cm
2. Bersihkan jalan nafas, 2. Jalan nafas harus tetap
Dengan kriteria hasil: mulut, hidung bila dipertahankan bebas
1. Pernafasan normal 40- perlu dan lender untuk
60x/menit menjamin pertukaran
2. Pernafasan teratur gas yang sempurna
3. Tidak sianosis 3. Observasi gejala 3. Deteksi dini adanya
4. Wajah dan seluruh tubuh kardinat dan tanda- kelainan
berwarna kemerahan (pink tanda cyanosis tiap 4
variable) jam
5. Gas darah normal 4. Kolaborasi dengan 4. Mencegah terjadinya
- pH : 7,35-7,45 team medis dalam hipoglikemi
- TCO2 : 23-27 mmol/L pemberian oksigen
- PCO2 : 35-45 mmHg dan pemeriksaan kadar
- PO2 : 80-100 mmHg gas darah arteri
- Saturasi O2 : 95 %
atau lebih
2. Thermogulasi tidak Tujuan : 1. Letakan bayi 1. Mengurangi
efektif berhubungan Setelah dilakukan tindakan terlentang diatas kehilangan panas pada
dengan control suhu keperawatan selama 3x24 jam pemancar panas suhu lingkungan
yang imatur dan diharapkan tidak terjadi (infant warmer) sehingga meletakan
penurunan lemak tubuh hipotermia 2. Singkirkan kain yang bayi menjadi hangat
subkutan sudah dipakai untuk 2. Mencegah kehilangan
Kriteria: mengeringkan tubuh, tubuh melalui
1. Suhu tubuh 36.5 – 37.5°C letakan bayi diatas konduksi
2. Akral hangat tubuh, letakan bayi
3. Warna seluruh tubuh diatas handuk/kain
kemerahan yang kering dan
hangat
3. Observasi suhu bayi 3. Perubahan suhu tubuh
tiap 6 jam bayi dapat menentukan
tingkat hipotermia
4. Kolaborasi dengan 4. Mencegah terjadinya
team medis untuk hipoglikemia
pemberian infus
glukosa 5% bila ASI
tidak mungkin
diberikan
3. Gangguan kebutuhan Tujuan : 1. Lakukan observasi 1. Defeksi adanya
nutrisi kurang dari Setelah dilakukan tindakan BAB dan BAK kelainan pada
kebutuhan tubuh keperawatan selama 3x24 jam jumlah dan frekuensi eliminasi bayi dan
berhubungan dengan diharapkan kebutuhan nutrisi serta konsistensi segera mendapat
ketidak mampuan terpenuhi tindakan/perawatan
mencerna nutrisi karena yang tepat
imaturitas Kriteria: 2. Monitor tugor dan 2. Menentukan derajat
1. Bayi dapat minum mukosa mulut dehidrasi dan tugor
pespoon/personde dengan dan mukosa mulut
baik 3. Monitor intake dan 3. Mengetahui
2. Berat badan tidak turun output keseimbangan cairan
lebih dari 10% tubuh (balance)
3. Retensi tidak ada 4. Beri ASI/PASI sesuai 4. Kebutuhan nutrisi
kebutuhan terpenuhi secara
adekuat
5. Lakukan control berat 5. Penambahan dan
badan setiap hari penurunan berat badan
dapat di monitor

6. Lakukan control berat 6. Penambahan dan


badan setiap hari penurunan berat badan
dapat di monitor
4. Resiko infeksi Tujuan : 1. Lakukan teknik 1. Pada bayi baru lahir
berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan aseptic dan antiseptic daya tahan tubuhnya
pertahanan imunologis keperawatan selama 3x24 jam dalam memberikan kurang/rendah
yang kurang diharapkan selama perawatan asuhan keperawatan
tidak terjadi komplikasi 2. Cuci tangan sebelum 2. Mencegah penyebaran
(infeksi) dan sesudah infeksi nosokomial
melakukan tindakan
Kriteria : 3. Pakai baju 3. Mencegah masuknya
1. Tidak ada tanda-tanda khusus/short waktu bakteri dari baju
infeksi masuk ruang isolasi petugas ke bayi
2. Tidak ada gangguan fungsi (kamar bayi)
tubuh 4. Lakukan perawatan 4. Mencegah terjadinya
tali pusat dengan triple infeksi dan
day 2x sehari mempercepat
pengeringan tali pusat
karena mengandung
antibiotic, antijamur,
desifektan
5. Jaga kebersihan 5. Mengurangi media
(badan, pakaian) dan untuk pertumbuhan
lingkungan bayi kuman
6. Observasi tanda-tanda 6. Deteksi dini adanya
infeksi dan gejala kelainan
kardinat
7. Hindarkan bayi 7. Mencegah terjadinya
kontrak dengan sakit penularan infeksi
8. Kolaborasi dengan 8. Mencegah infeksi dan
team medis untuk pneumonia
pemberian antibiotic

9. Sisipkan pemeriksaan 9. Sebagai pemeriksaan


laboratorium sesuai penunjang
advis dokter yaitu
pemeriksaan DL, CRP

DAFTAR PUSTAKA
Betz, L C dan Sowden, L A. 2002. Keperawatan Pediatri Edisi 3. Jakarta : EGC.
Garna, Heri.dkk. 2000. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak Edisi Kedua. Bandung : FKU Padjadjaran.
Markum. 1998. Ilmu Kesehatan Anak, Buku Ajar Jilid 1, Bagian Kesehatan Anak. FakultasUI, Jakarta.
Proverawati, Atikah, SKM MPh dan Cahyo Ismawati S, S Berat Badan lahir Rendah DLkpi : Asuhan pada BBLR.
Jakarta: Pustaka Tarbiyah Baru
Pudjiadi Antonius, H., Hegar Badriul, dkk. 2010. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Jakarta: IDAI.
Shelov, Steven P dan Hannemann, Robert E. 2004. Panduan Lengkap Perawatan Bayi DanBalita.
The American Academy Of Pediatrics.Jakarta : ARCAN.
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak. 2002. Ilmu Kesehatan Anak 1. Jakarta : FKUI.
Supartini, Yupi, S.Kep, MSc. 2004. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta :EGC
Supartini,Asrining. 2003. Perawatan Bayi Risiko Tinggi. Jakarta : Penerbit EGC
STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI DENGAN
ASFIKSIA

A. Pengertian
Asfiksia Neonatorum merupakan kegagalan bayi baru lahir untuk memulai dan
melanjutkan pernafasan secara spontan dan teratur. Keadaan inibiasanya disertai dengan
keadaan hipoksia, hiperkarbia dan asidosis. Asfiksia dapat terjadi karena kurangnya
kemampuan organ pernapasan bayi dalam menjalankan fungsinya, seperti
mengembangkan paru (Sudarti dan fauzizah, 2013).

B. Faktor Risiko
Asfiksia terjadi karena beberapa faktor :
1. Faktor Ibu
Terdapat gangguan pada aliran darah uterus sehingga menyebabkan berkurangnya
aliran oksigen ke plasenta dan janin. Hal ini sering dijumpai pada gangguan
kontraksi uterus misalnya preeklamsia dan eklamsi, perdarahan abnormal (plasenta
previa dan solusio plasenta), partus lama atau partus macet, demam selama
persalinan, infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV), kehamilan postmatur (setelah
usia kehamilan 42 minggu), penyakit ibu.
2. Faktor Plasenta
Faktor yang dapat menyebabkan penurunan pasokan oksigen ke bayi sehingga dapat
menyebabkan asfiksia pada bayi baru lahir antara lain lilitan tali pusat, tali pusat
pendek, simpul tali pusat, prolapsus tali pusat.
3. Faktor Fetus
Gangguan ini dapat ditemukan pada keadaan tali pusat menumbang, tali pusat melilit
leher, meconium kental, prematuritas, persalinan ganda.
4. Faktor Neonatus
Depresi pusat pernapasan pada bayi baru lahir dapat terjadi dikarenakan oleh
pemakaian obat seperti anestesi atau analgetika yang berebihan pada ibu yang secara
langsung dapat menimbulkan depresi pada pusat pernapasan janin. Asfiksia yang
dapat terjadi tanpa didahului dengan tanda gejala gawat janin antara lain bayi
prematur (sebelum 37 minggu kehamilan), persalinan dengan tindakan (sungsang,
bayi kembar, distoria bahu), kelainan kongenital, air ketuban bercampur mekonium.

C. Jenis/klasifikasi
1. Asfiksia Berat (nilai APGAR 0–3)
Didapatkan frekuensi jantung <100 kali/menit, tonus otot buruk, sianosis, keadaan
pada bayi dengan asfiksia berat memerlukan resusitasi segera secara tepat dan
pemberian oksigen secara terkendali, apabila bayi dengan asfiksia berat maka
berikan terapi oksigen 2–4 ml per kg berat badan karena pada bayi asfiksia berat
dapat disertai asidosis.
2. Asfiksia Sedang (nilai APGAR 4–6)
Pada bayi dengan asfiksia sedang memerlukan resusitasi dan pemberian oksigen
sampai bayi dapat kembali bernafas normal.
3. Bayi normal atau asfiksia ringan (nilai APGAR 7– 9)
4. Bayi normal dengan nilai APGAR 10

Asfiksia biasanya merupakan akibat dari hipoksia janin yang menimbulkan tanda :

a. Denyut jantung janin lebih dari 100x/menit atau dari 100 menit tidak teratur
b. Mekonium dalam air ketuban pada janin letak kepala
c. Apnea
d. Pucat
e. Sianosis
f. Penurunan terhadap stimulus
Sedangkan penanganan dan penatalaksanaan yang dapat dilakukan dalam merawat klien
Asfiksia adalah dengan cara resusitasi. Resusitasi adalah tindakan untuk memulihkan
kembali kesadaran seseorang yang tampak mati akibat berhentinya fungsi jantung dan
paru yang berorientasi pada otak.

D. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala pada bayi baru lahir dengan asfiksia menurut Sukarni & Sudarti (2012).
antara lain :
1. Tidak bernafas atau napas megap-megap atau pernapasan cepat, pernapasan cuping
hidung.
2. Pernapasan tidak teratur atau adanya retraksi dinding dada
3. Tangisan lemah atau merintih
4. Warna kulit pucat atau biru
5. Tonus otot lemas atau ekstremitas terkulai
6. Denyut jantung tidak ada atau lambat (bradikardia) kurang dari 100 kali per menit.
Sedangkan, tanda dan gejala bayi baru lahir dengan asfiksia (Sudarti dan Fauziah 2012)
antara lain :
1. Pernapasan cuping hidung
2. Pernapasan cepat
3. Nadi cepat
4. Sianosis
5. Nilai APGAR kurang dari 6

E. Patofisiologi
Pada awal proses kelahiran setiap bayi akan mengalami hipoksia relatif dan akan
terjadi adaptasi akibat aktivitas bernapas dan menangis. Apabila proses adaptasi
terganggu, maka bayi bisa dikatakan mengalami asfiksia yang akan berefek pada
gangguan sistem organ vital seperti jantung, paru-paru, ginjal dan otak yang
mengakibatkan kematian (Manuaba, 2008).
Asfiksia terjadi karena janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah, timbul
rangsangan terhadap nervus vagus sehingga DJJ (denyut jantung janin) menjadi lambat.
Jika kekurangan O2 terus berlangsung maka nervus vagus tidak dapat dipengaruhi lagi.
Maka timbul rangsangan dari nervus sispatikus sehingga DJJ menjadi lebih cepat
akhirnya ireguler dan menghilang. Janin akan mengadakan pernafasan intrauteri dan bila
kita periksa kemudian banyak air ketuban dan mekonium dalam paru, bronkus tersumbat
dan dapat terjadi atelektasis. Bila janin lahir, alveoli tidak berkembang (Manuaba, 2008).
Apabila asfiksia berlanjut, gerakan pernafasan akan ganti dan denyut jantung
mulai menurun sedangkan tonus neuromuskuler berkembang secara berangsur-angsur
dan bayi memasuki periode apneu primer. Jika berlanjut, bayi akan menunjukan
pernafasan yang dalam, denyut jantung menurun terus menerus, tekanan darah bayi juga
mulai menurun, dan bayi akan terlihat lemas. Pernafasan makin lama makin lemah
sampai bayi memasuki periode apneu sekuner. Selama apneu sekunder denyut jantung,
tekanan darang dan kadar O2 dalam darah (PaO2) terus menurun. Bayi sekarang tidak
bereaksi terhadap rangsangan dan tidak akan menunjukan upaya pernafasan secara
spontan. Kematian akan terjadi jika resusitasi dengan pernafasan buatan tidak di mulai
segera (Manuaba, 2008).
F. Pathway
Martenal Uterus Plasenta Tali Pusat Janin

Asfiksia (sedang, berat)

Janin Kekurangan O2 Paru-paru terisis cairan


dan kadar CO2 (misal: aspirasi
meningkat meconium, air ketuban)

Bersihan jalan nafas Gangguan metabolism


tidakefektif dan perubahan asam
basa

Nafas Cepat Suplai O2 Suplai O2 Asidosis respiratorik


dalam darah ke paru

Apneu Gangguan perfusi


Hipoksia Kerusakan
organ otak Napas cuping hidung,
DJJ dan TD
(jantung sianosis, hipoksia
otak paru)
Kematian
Pola nafas
bayi Gangguan pertukaran
tidakefektif
Sianosis gas

Proses
keluarga
Akral dingin tehenti

Risiko Risiko
ketidakseim cidera
bangansuhu
tubuh
G. Komplikasi
Dampak yang akan terjadi jika bayi baru lahir dengan asfiksia tidak di tangani
dengan cepat maka akan terjadi hal-hal sebagai berikut antara lain: perdarahan otak,
anuragia, dan onoksia, hyperbilirubinemia, kejang sampai koma. Komplikasi tersebut
akan mengakibatkan gangguan pertumbuhan bahkan kematian pada bayi (Surasmi, 2013)

H. Pemeriksaan penunjang
Beberapa pemeriksaan diagnostik adanya asfiksia pada bayi (Sudarti dan Fauziah, 2013 )
yaitu :
1. Pemeriksaan analisa gas darah
2. Pemeriksaan elektrolit darah
3. Berat badan bayi
4. Penilaiaan APGAR Score
5. Pemeriksaan EGC dan CT-Scan

I. Diagnosis keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan produksi mukus banyak.
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hipoventilasi/ hiperventilasi
3. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi ventilasi.
4. Risiko cedera berhubungan dengan anomali kongenital tidak terdeteksi atau tidak
teratasi pemajanan pada agen-agen infeksius.
5. Risiko ketidakseimbangan suhu tubuh berhubungan dengan kurangnya suplai O2
dalam darah.
6. Proses keluarga terhenti berhubungan dengan pergantian dalam status kesehatan
anggota keluarga
J. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional


1. Bersihan jalan nafas tidak Tujuan: 1. Tentukan kebutuhan 1. Pengumpulan data
efektif berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan oral/ suction tracheal. untuk perawatan
produksi mukus banyak. keperawatan selama …. jam optimal
diharapkan jalan nafas 2. Auskultasi suara nafas 2. Membantu
efektif. sebelum dan sesudah mengevaluasi
suction keefektifan upaya batuk
Dengan kriteria hasil : klien
1. Tidak menunjukkan 3. Bersihkan daerah bagian 3. Meminimaliasi
demam. tracheal setelah suction penyebaran
2. Tidak menunjukkan selesai dilakukan. mikroorganisme
cemas. 4. Monitor status oksigen
3. Rata-rata repirasi dalam pasien, status 4. Untuk mengetahui
batas normal. hemodinamik segera efektifitas dari suction.
4. Pengeluaran sputum sebelum, selama dan
melalui jalan nafas sesudah suction
5. Tidak ada suara nafas
bantuan
2. Pola nafas tidak efektif Tujuan: 1. Pertahankan kepatenan 1. Untuk membersihkan
berhubungan dengan jalan nafas dengan jalan nafas
Setelah dilakukan tindakan
hipoventilasi. melakukan pengisapan
keperawatan selama .... lendir.
2. Pantau status pernafasan 2. Guna meningkatkan
proses keperawatan
dan oksigenasi sesuai kadar oksigen yang
diharapkan pola nafas dengan kebutuhan. bersirkulasi dan
memperbaiki status
menjadi efektif.
kesehatan
3. Auskultasi jalan nafas 3. Membantu
untuk mengetahui mengevaluasi
Kriteria hasil :
adanya penurunan keefektifan upaya batuk
ventilasi. klien
1. Pasien menunjukkan
pola nafas yang efektif
4. Kolaborasi dengan 4. Perubahan AGD dapat
2. Ekspansi dada simetris
dokter untuk mencetuskan disritmia
3. Tidak ada bunyi nafas pemeriksaan AGD dan jantung.
pemakaian alat bantu
tambahan
nafas
4. Kecepatan dan irama 5. Berikan oksigenasi 5. Terapi oksigen dapat
sesuai kebutuhan membantu mencegah
respirasi dalam batas
gelisah bila klien
normal. menjadi dispneu, dan
ini juga membantu
mencegahedema paru.
3. Kerusakan pertukaran gas Tujuan : 1. Kaji bunyi paru, 1. Membantu
berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan frekuensi nafas, mengevaluasi
ketidakseimbangan perfusi keperawatan selama .... kedalaman nafas dan keefektifan upaya batuk
ventilasi. proses keperawatan produksi sputum. klien
diharapkan pertukaran gas 2. Auskultasi bunyi nafas, 2. Membantu
teratasi. catat area penurunan mengevaluasi
aliran udara dan / bunyi keefektifan upaya batuk
Kriteria hasil : tambahan. klien
1. Tidak sesak nafas 3. Pantau hasil Analisa Gas 3. Perubahan AGD dapat
2. Fungsi paru dalam batas Darah mencetuskan disritmia
normal jantung.
4. Risiko cedera berhubungan Tujuan : 1. Cuci tangan setiap 1. Untuk mencegah
dengan anomali kongenital Setelah dilakukan tindakan sebelum dan sesudah infeksi nosocomial
tidak terdeteksi atau tidak keperawatan selama .... merawat bayi.
teratasi pemajanan pada proses keperawatan 2. Pakai sarung tangan 2. Untuk mencegah
agen-agen infeksius diharapkan risiko cidera steril. infeksi nosocomial
dapat dicegah. 3. Lakukan pengkajian 3. Untuk mencegah
fisik secara rutin keadaan yang kebih
Kriteria hasil : terhadap bayi baru lahir, buruk.
1. Bebas dari cidera/ perhatikan pembuluh
komplikasi. darah tali pusat dan
2. Mendeskripsikan adanya anomali.
aktivitas yang tepat dari 4. Ajarkan keluarga 4. Untuk meningkatkan
level perkembangan tentang tanda dan gejala pengetahuan keluarga
anak. infeksi dan dalam deteksi awal
3. Mendeskripsikan teknik melaporkannya pada suatu penyakit.
pertolongan pertama pemberi pelayanan
kesehatan.
5. Berikan agen imunisasi 5. Meningkatkan daya
sesuai indikasi tahan tubuh
(imunoglobulin hepatitis
B dari vaksin hepatitis
5. Risiko ketidakseimbangan Tujuan : 1. Hindarkan pasien dari 1. Untuk menjaga suhu
suhu tubuh berhubungan Setelah dilakukan tindakan kedinginan dan tubuh agar stabil.
dengan kurangnya suplai O2 keperawatan selama .... tempatkan pada
dalam darah. proses keperawatan lingkungan yang hangat.
diharapkan suhu tubuh 2. Monitor gejala yang 2. Untuk mendeteksi lebih
normal. berhubungan dengan awal perubahan yang
hipotermi, misal fatigue, terjadi guna mencegah
Kriteria Hasil : apatis, perubahan warna komplikasi
1. Temperatur badan kulit dll.
dalam batas normal 3. Monitor TTV. 3. Peningkatan suhu dapat
2. Tidak terjadi distress menunjukkan adanya
pernafasan tanda-tanda infeksi
3. Tidak gelisah 4. Monitor adanya 4. Penurunan frekuensi
4. Perubahan warna kulit bradikardi dan status nadi menunjukan
5. Bilirubin dalam batas pernafasan terjadinya asidosis
normal < 11 resporatori karena
kelebihan retensi CO2
6. Proses keluarga terhenti Tujuan : 1. Tentukan tipe proses 1. Untuk mengetahui
berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keluarga. tindakan yang tepat
pergantian dalam status keperawatan selama ... untuk diberikan
kesehatan anggota keluarga. proses keperawatan
diharapkan koping keluarga
adekuat. 2. Identifikasi efek 2. Untuk mempersiapkan
pertukaran peran dalam psikologi keluarga
Kriteria Hasil : proses keluarga.
1. Percaya dapat mengatasi 3. Bantu anggota keluarga 3. Untuk memanfaatkan
masalah untuk menggunakan dukungan yang ada dari
2. Kestabilan prioritas mekanisme support keluarga.
3. Mempunyai rencana yang ada.
darurat 4. Bantu anggota keluarga 4. Untuk mengatasi situasi
4. Mengatur ulang cara untuk merencanakan yang tidak terduga.
perawatan. strategi normal dalam
segala situasi.

DAFTAR PUSTAKA
Carpenito. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8. Jakarta: EGC
Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta: EGC
Mansjoer,A. 2007. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid II. Jakarta: Media Aesculapius
Manuaba, Ida Bagus Gde. 2008. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC
Nurarif, Amir Huda & Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-
NOC Jilid 1&2.Yogyakarta : Mediaction Publishing
Sarwono, Wiknjosastro Hanifa. 2010. Pengantar Ilmu Kebidanan. Ed 3. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Sarwono, Wiknjosastro Hanifa. 2011. Pengantar Ilmu Kandungan. Ed 4. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Sofian, Amru. 2012. Rustam Mochtar Sinopsis Obstetri : Obstetri Operatif, Obstetri Sosial Ed 3 Jilid 1 & 2. Jakarta : EGC
Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Buku Acuan Nasional Maternal dan Neonatal. Jakarta: JPNKR-POGI

Anda mungkin juga menyukai