Anda di halaman 1dari 11

PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK

LAPORAN HASIL PERCOBAAN III

REAKSI SUBSTITUSI ELEKTROFILIK

OLEH:

Ida Ayu Fanny Kharisma Gupta / NIM 1713031022 / KELOMPOK 2

KELAS: VI A

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

2020
I. Judul : Reaksi Substitusi Elektrofilik
II. Tujuan :
Menentukan titik leleh dan bentuk kristal 4-bromonitrobenzena.
III.Dasar Teori :
Salah satu jenis reaksi organik adalah reaksi substitusi. Reaksi substitusi merupakan suatu
reaksi dimana terjadi pergantian satu atom atau gugus atom dalam suatu senyawa oleh atom
atau gugus lain. Jika reaksi subtitusi melibatkan nukleofil maka reaksi disebut reaksi
substitusi nukleofilik. Selain reaksi substitusi nukleofilik, terdapat juga reaksi substitusi
elektrofilik. Suatu Awan elektron pada cincin benzena merupakan sumber elekron, namun
terdapat kestabilan pada struktur cincinnya sehingga benzena hanya dapat mengalami reaksi
substitusi oleh elktrofilik.
Substitusi aromatik elektrofilik meliputi jenis reaksi nitrasi, halogenasi, sulfonasi, reaksi
Friedel-Crafts, dan lainnya. Atom-atom halogen yang terikat pada gugus benzena merupakan
gugus pengarah orto dan para, dimana merupakan satu-satunya perkecualian penting
terhadap perampatan dan memberikan kerangkapan menarik dalam dampaknya pada
substitusi aromatik elektrofilik. Mekanisme nitrasi adalah mereaksikan benzena ataupun
turunan benzena dengan gugus nitro. Pertama, akan terjadi pembentukan gugus nitro dimana
HNO3 direaksikan dengan H2SO4.
Selanjutnya, gugus nitro akan bereaksi dengan bromobenzena karena dalam
bromobenzena terdapat banyak elektron sehingga dapat menyerang gugus nitro dimana
produk yang terbentuk adalah sebagai berikut.

Dalam mekanisme yang berlangsung, dimana Benzena sangat mudah mendapatkan


serangan elektrofilik karena benzene kaya akan electron π. Di sini benzene berlaku sebagai
donor electron (suatu basa lewis atau sebagai nukleofilik, sehingga akan mudah bereaksi
dengan menerima electron (asam Lewis atau elektrofil). Sekilas, benzena sangat menyerupai
alkena yang juga memiliki electron π di dalamnya. Akan tetapi, perbedaan benzene dengan
alkena sangat jelas, karena keenam electron π dalam benzene selain terkonjugasi juga
mempunyai jarak yang lebih dekat dibandingkan dengan alkena. Hal ini menjadikan benzene
lebih stabil. Oleh karena itu, meskipun benzene mudah diserang oleh elektrofilik, benzene
akan lebih mudah mengalami reaksi substitusi daripada reaksi adisi. Bukti adanya serangan
elektrofilik pada sistem electron π benzena adalah terbentuknya suatu karbokation
nonaromatic yaitu ion arenium (kadang disebut sebagai kompleks -σ). Selain itu, energi pada
reaksi yang terjadi di substitusi elektrofilik yaitu Dislokalisasi sempurna terputus sementara
saat X menggantikan H pada cincin dan ini membutuhkan energi. Namun energi tersebut
terbayar saat dislokalisasi kembali terbentuk. Energi awal yang diperlukan menjadi energi
aktivasi dari reaksi (sekitar 150 kJ mol-1), dan ini berarti reaksi benzen memiliki kecepatan
reaksi yang lambat.
IV. Prosedur Kerja dan Hasil Pengamatan

No Prosedur Kerja Hasil Pengamatan


1. Dibuat campuran 5 mL asam nitrat pekat  Larutan asam nitrat berwarna bening.
dan 5 mL asam sulfat pekat dalam labu  Larutan asam sulfat pekat berwarna bening.
bulat dan dinginkan dalam penangas air  kedua larutan tersebut dicampurkan,
dicampur es. larutan tidak berwarna, berbau, dan
permukaan labu bulat menjadi panas ketika
disentuh.
2. Dihubungkan labu dengan adapter claiser, Alat dirangkai seperti gambar berikut.
thermometer, dan pendingin. Pergunakan
statif dan klem tiga jari.

Gambar Rangkaian Alat.


3. Ditambahkan 0,025 mol bromobenzena Penambahan bromobenzena pertama yaitu
melalui mulut bagian atas pendingin, pada suhu 51oC, dan belum terjadi perubahan
penambahan dilakukan sedikit demi sedikit warna.
(1-2 mL) selama kurun waktu 15 menit
sambil dikocok.
4. Selama ditambahkannya bromobenzena Penambahan bromobenzena selama 15 menit
suhu reaksi dijaga antara 50 oC - 55 oC. yang dijaga suhu antara 50 oC - 55 oC
menyebabkan larutan menjadi coklat
kekuningan hingga coklat kemerahan.

Gambar Perubahan Larutan Setelah


ditambahkan Bromobenzena Setetes Demi
Tetes Selama 15 menit

5. Setelah adisi sempurna, dibiarkan campuran Terbentuk gumpalan berwarna kuning pada
pada suhu dibawah 50oC selama kurang suhu 45 oC.
lebih 30 menit.
6. Dinginkan labu pada suhu kamar, Berwarna bening keruh dan terdapat
dituangkan campuran tersebut ke dalam gumpalan berwarna kuning muda.
gelas kimia 100 mL yang berisi 50 mL air
es.
7. Disaring nitro-bromobenzena yang  Kristal berwarna kuning muda.
terbentuk, dicuci kristal dengan air dingin  Filtrat berwarna bening kekuningan.
dan dibiarkan kristal sampai kering pada
kertas saring.
Gambar Filtrat Berwarna Bening
Kekuningan.

Gambar Kristal Berwarna Kuning Muda.


8. Dipindahkan kristal ke dalam labu Berwarna bening kekuningan.
Erlenmeyer 100 mL menggunakan etanol
98% sebanyak 20 mL.
9. Dipanaskan campuran ini sampai semua Larutan berwarna kuning dan kristal larut.
kristal larut.

Gambar Larutan ketika Dipanaskan.


10. Dibiarkan dingin secara perlahan-lahan Tidak ada perubahan warna (tetap berwarna
sampai temperature kamar. kuning dan kristal larut.
11. Dipindahkan kristal 4-bromonitrobenzena  Kristal 4-bromonitrobenzena berwarna
dengan disaring, dan filtrate ditampung. kuning muda.
 Filtrat berwarna kuning.
12. Dicuci kristal I dengan sedikit alkohol  Kristal I berwarna kuning muda.
dingin, filtrate ditampung (induk cairan),  Filtrat berwarna kuning.
kristal I dikeringkan.
13. Kedua induk cairan dicampur, kemudian Larutan induk berwarna kuning.
diuapkan dalam penangas air sampai
volume filtrat tinggal sepertiganya,
dibiarkan dingin pada suhu kamar.
14. Bila terbentuk endapan 4-  Warna kristal : Kuning Muda
bromonitrobenzena, kristal II dicuci alkohol  Berat kristal : 3,16 gram
dingin dan dikeringkan, dicampur dengan  Titik leleh : 126oC
kristal I, ditimbang dan diperiksa ttik leleh
dan bentuk kristal 4-bromonitrobenzena.

Gambar Kristal 4-bromonitrobenzena

V. Analisis Data
Persamaan reaksi sederhana untuk reaksi substitusi elektrofilik yaitu sebagai berikut.
C6H5Br + HNO3 → C6H4NO2Br
Berdasarkan persamaan reaksi, perbandingan mol dari bromobenzena dan
bromonitrobenzena adalah 1 : 1 sehingga dapat diartikan jumlah mol bromobenzena yang
diperlukan sama dengan jumlah mol bromonitrobenzena yang dihasilkan.
mol bromobenzena = 0,025 mol
mol bromonitrobenzena = 0,025 mol
massa bromonitrobenzena = mol x massa molar
massa bromonitrobenzena = 0,025 mol x 203 g/mol = 5,076 g
Karena berdasarkan teori, massa 4-bromonitrobenzena adalah sebesar 62%, maka massa 4-
bromonitrobenzena sebesar 5,076 g.
Pengubahan produk sampingan menjadi p-bromonitrobenzena adalah sebanyak 38%,
sehingga massa 4-bromonitrobenzena diharapkan sama dengan massa bromonitrobenzena
yakni 5,076 g.
Berdasarkan percobaan, massa 4-bromonitrobenzena yang diperoleh adalah 3,16 g, sehingga
perhitungan rendemen yang diperoleh adalah sebagai berikut.
massa 4−bromonitrobenzena yang diperoleh
Rendemen = x 100%
massa 4−bromonitrobenzena secara teoritis
3,16 gram
Rendemen = x 100%
5,076 gram
Rendemen = 62,25%
Presentase kesalahan relatifnya sebesar 37,75%
Untuk kesalahan relatif pada pengukuran titik leleh adalah sebagai berikut.
Titik Leleh Teoritis−Titik Leleh Eksperimen
KR = x 100%
Titik LelehTeoritis
KR = 1270C -1260C
1270C
KR = 0,78%

VI. Pembahasan
Pada percobaan yang telah dilakukan bertujuan untuk mengidentifikasi hasil substitusi
elektrofilik bromobenzene yaitu menghasilkan produk 4-bromo-nitrobenzena. Senyawa ini
diperoleh dengan cara bromobenzena direaksikan dengan gugus elektrofil NO 2+ yang
dihasilkan dari reaksi antara HNO3 pekat dan H2SO4 pekat. Tujuannya adalah membentuk
NO2+ sebagai hasil dari oksidasi asam nitrat pekat oleh H 2SO4 pekat (oksidator).
Pencampuran H2SO4 pekat dan HNO3 pekat ini harus didinginkan agar tetap dalam fase
cairan karena sifatnya yang mudah menguap. Adapun mekanisme reaksi yang terjadi dalam
proses pembentukan gugus elektrofil NO2+ (ion nitronium) sebagai berikut.

Atom oksigen yang mengandung pasangan bebas dari HNO 3 menyerang H+ yang berasal
dari H2SO4 sehingga HNO3 terprotonkan.Kemudian, terjadi pelepasan molekul H2O sehingga
dihasilkan ion nitronium atau elektrofil (+NO2). Kemudian, gugus elektrofil akan diserang
bromobenzena sehingga menghasilkan tiga produk yaitu 4-Bromo-nitrobenzena (substitusi
para), 2-Bromo-nitrobenzena (substitusi orto), dan 3-Bromo-nitrobenzena (substitusi meta).
Major product Minor product Trace Amount
Br Br Br Br Br

HNO3
O 2N CH3
H2SO4
O2 N NO2 NO2
NO2

3-Bromo-nitrobenzene Multiple reaction


4-Bromo-nitrobenzene 2-Bromo-nitrobenzene (meta subtitution)
(para subtitution) (ortho subtitution)

Gugus halogen pada reaksi diatas yaitu Br merupakan gugus penarik elektron, yang mana
secara umum gugus penarik elektron adalah pengarah meta. Namun gugus halogen
mengalami penyimpangan karena gugus halogen memiliki pasangan elektron bebas sehingga
kecenderungan berubah menjadi pengarah orto dan para. Adapun mekanisme reaksi
elektrofilik yang disertai dengan terjadinya resonansi yaitu sebegai berikut.
Br Br O Br O
O Br
O
N
N
+ + N N
O O Posisi orto
+ O
+
+
O

Br Br
Br Br
O
+
+ N O
+ O +
+ N
O Posisi meta
O N N
O
O O

Br Br Br Br
O
+
+ +
+ N
+ Posisi para
O
N N N
O O O O O O

Pada mekanisme reaksi tersebut dapat dilihat proses resonansi yang terjadi pada posisi
orto dan para, ion nitronium atau elektrofil yang terbentuk dapat terstabilkan ketika ion
nitronium mengikat gugus Br. Sedangkan, pada posisi meta, ion nitronium tidak pernah
mengikat gugus Br selama terjadi resonansi sehingga kurang dapat distabilkan. Berdasarkan
hal ini, maka penyimpangan pengarah gugus oleh gugus Br dapat menjadi pengarah orto dan
para.
Penambahan bromobenzena dilakukan sedikit demi sedikit agar tumbukan partikel antara
bromobenzena dengan gugus +NO2 lebih efektif, sehingga lebih cepat bereaksi.Suhu dijaga
konstan 300C agar terbentuk padatan bromonitrobenzena yang berwarna kekuningan.
Selanjutnya penambahan etanol 95% sebanyak 20 mL pada endapan dan yang dipanaskan,
penambahan etanol panas ini bertujuan untuk melarutkan padatan kuning secara merata.
Kemudian padatan kuning ditambahkan sedikit demi sedikit hingga semua padatan kuning
dapat larut dan terbentuk larutan yang berwarna kuning. Larutan tersebut disaring
menggunakan kertas saring, dibilas mengunakan etanol panas sehingga mulai terbentuk
kristal. Filtrat yang beirisi kristal didiamkan selama satu minggu, agar kristal terbentuk
dengan sempurna. Setelah mendapatkan kristal yang diinginkan, kristal disaring
menggunakan corong dan kertas saring sambil diangin-anginkan hingga kering, lalu kristal
tersebut ditimbang, dan diperoleh massa kristal sebesar 3,16 gram.
Berdasarkan percobaan, diperoleh massa dari kristal p-bromonitrobenzena yaitu sebesar
3,16g dengan titik leleh sebesar 126oC. Dalam hal ini rendemen yang diperoleh dalam
percobaan adalah sebesar 62,25 % dengan persentase kesalahan sebesar 37,75%. Untuk titik
leleh didapatkan kesalahan relatif sebesar 0,78%. Kesalahan ini disebabkan oleh beberapa
faktor yaitu pertama, pada saat dilakukan pengocokan kurang maksimal,sehingga campuran
tidak bereaksi secara maksimal. Kedua, kurangnya ketelitian dalam mejaga rentang suhu
pada saat penambahan bromobenzena selama 15 menit tersebut, sehingga tumbukan antara
elektrofil dengan bromobenzena kurang optimal. Dan yang ketiga, kemungkinan saat
pratikum tidak semua produk minor (posisi orto dan meta) dapat berubah menjadi produk
mayor (posisi para) melalui penambahan etanol sehingga rendemen menjadi kurang dari
100%.
VII. Simpulan
1. Dalam mengidentifikasi hasil reaksi yakni 4-bromonitrobenzena dari substitusi
elektrofilik dapat dilakukan dengan pengukuran titik leleh dari padatan tersebut yang
mana titik leleh yang di dapat sebesar 126oC, dan berat kristal 3,16 gram.
2. Rendemen yang diperoleh dari reaksi substitusi elektrofilik adalah 4- bromonitrobenzena
sebesar 62,25% dengan tingkat kesalahan sebesar 37,75% .
VIII. Daftar Pustaka
Anwar, Chairil,dkk.1994.Pengantar Praktikum Kimia Organik.Yogyakarta: Universitas
Gadjah Mada.
Muderawan, I Wayan dan I Wayan Suja. 2008. Praktikum Kimia Organik.
Singaraja:Universitas Pendidikan Ganesha.
Nurlita,Frieda dan I Wayan Suja.2004.Buku Ajar Praktikum Kimia Organik. Singaraja: IKIP
Negeri Singaraja.
Riswiyanto. 2009. Kimia Organik. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai