PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
1. Rencanakan semua eksperimen sebelumnya dan patuhi prosedur lembaga
tentang keselamatan dan keamanan selama perencanaan.
2. Selama memungkinkan, minimalkan operasi laboratorium kimia untuk
mengurangi bahaya dan limbah.
3. Asumsikan bahwa semua bahan kimia yang ada di laboratorium berpotensi
beracun.
4. Pertimbangkan tingkat kemudah-bakaran, korosivitas, dan daya ledak bahan
kimia dan kombinasinya jika melakukan operasi laboratorium.
5. Pelajari dan patuhi semua prosedur lembaga terkait keselamatan dan
keamanan.
3
1. Baca label bahan kimia sekurang-kurangnya dua kali untuk menghindari
kesalahan.
2. Pindahkan sesuai dengan jumlah yang diperlukan.
3. Jangan menggunakan bahan kimia secara berlebihan.
4. Jangan mengembalikan bahan kimia ke dalam botol semula untuk mencegah
kontaminasi.
4
Penyebab kecelakaan kerja dapat dibagi dalam kelompok :
1. Kondisi berbahaya (unsafe condition), yaitu yang tidak aman dari:
a. Mesin, peralatan, bahan dan lain-lain.
b. Lingkungan kerja.
c. Proses kerja.
d. Sifat pekerjaan.
e. Cara kerja.
2. Perbuatan berbahaya (unsafe act), yaitu perbuatan berbahaya dari manusia,
yang dapat terjadi antara lain karena:
a. Kurangnya pengetahuan dan keterampilan pelaksana.
b. Cacat tubuh yang tidak kentara (bodily defect).
c. Keletihanan dan kelemahan daya tahan tubuh.
d. Sikap dan perilaku kerja yang tidak baik.
Beberapa contoh kecelakaan yang banyak terjadi di laboratorium :
1. Terpeleset, biasanya karena lantai licin
Terpeleset dan terjatuh adalah bentuk kecelakaan kerja yang dapat terjadi di
laboratorium. Akibatnya :
a. Ringan: memar.
b. Berat: fraktura, dislokasi, memar otak, dll.
Pencegahannya :
a. Pakai sepatu anti slip.
b. Jangan pakai sepatu dengan hak tinggi, tali sepatu longgar.
c. Hati-hati bila berjalan pada lantai yang sedang dipel (basah dan licin) atau
tidak rata konstruksinya.
d. Pemeliharaan lantai dan tangga.
2. Mengangkat beban
Mengangkat beban merupakan pekerjaan yang cukup berat, terutama bila
mengabaikan kaidah ergonomi. Akibatnya:
cedera pada punggung.
5
Pencegahannya :
a. Beban jangan terlalu berat.
b. Jangan berdiri terlalu jauh dari beban.
c. Jangan mengangkat beban dengan posisi membungkuk tapi pergunakanlah
tungkai bawah sambil berjongkok.
d. Pakaian penggotong jangan terlalu ketat sehingga pergerakan terhambat.
3. Risiko terjadi kebakaran
Bahan desinfektan yang mungkin mudah menyala (flammable) dan
beracun.Kebakaran terjadi bila terdapat 3 unsur bersama sama yaitu: oksigen, bahan
yang mudah terbakar dan panas. Akibatnya :
a. Timbulnya kebakaran dengan akibat luka bakar dari ringan sampai berat
bahkan kematian.
b. Timbul keracunan akibat kurang hati-hati.
Pencegahannya :
a. Konstruksi bangunan yang tahan api.
b. Sistem penyimpanan yang baik terhadap bahan-bahan yang mudah terbakar.
c. Pengawasan terhadap kemungkinan timbulnya kebakaran.
d. Sistem tanda kebakaran.
e. Jalan untuk menyelamatkan diri.
f. Perlengkapan dan penanggulangan kebakaran.
g. Penyimpanan dan penanganan zat kimia yang benar dan aman.
6
2.5 Tujuan SMK3
Tujuan perenerapan SMK3 Menurut PP No. 50/2012 dikutip oleh Ramli (2013)
sebagai berikut:
a. Meningkatkan efektivitas perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja yang
terencana, terukur, terstruktur dan terintegrasi
b. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dengan
melibatkan unsur manajemen, pekerja, dan atau serikat pekerja, mencipatakan
tempat kerja yang aman, nyaman, dan efisien untuk mendorong produktivitas.
Peraturan Pemerintah RI Nomor 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3). Dalam pedoman penerapan
SMK3, setiap perusahaan wajib melaksanakan:
A. Perencanaan K3
Fungsi perencanaan adalah suatu usaha menentukan kegiatan yang akan
dilakukan di masa mendatang guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam hal
ini adalah keselamatan dan kesehatan kerja di laboratorium. Dalam perencanaan,
kegiatan yang ditentukan meliputi :
1. Apa yang dikerjakan
2. Bagaimana mengerjakannya
3. Mengapa mengerjakan
4. Siapa yang mengerjakan
5. Kapan harus dikerjakan
6. Dimana kegiatan itu harus dikerjakan
Kegiatan laboratorium sekarang tidak lagi hanya di bidang pelayanan, tetapi
sudah mencakup kegiatan-kegiatan di bidang pendidikan dan penelitian, juga metoda-
metoda yang dipakai makin banyak ragamnya; semuanya menyebabkan risiko bahaya
yang dapat terjadi dalam laboratorium makin besar. Oleh karena itu usaha-usaha
7
pengamanan kerja di laboratorium harus ditangani secara serius oleh organisasi
keselamatan kerja laboratorium.
B. Pelaksanaan Rencana K3
Fungsi pelaksanaan atau penggerakan adalah kegiatan mendorong semangat
kerja bawahan, mengerahkan aktivitas bawahan, mengkoordinasikan berbagai
aktivitas bawahan menjadi aktivitas yang kompak (sinkron), sehingga semua aktivitas
bawahan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya. Pelaksanaan
program kesehatan dan keselamatan kerja laboratorium sasarannya ialah tempat kerja
yang aman dan sehat. Untuk itu setiap individu yang bekerja dalam laboratorium
wajib mengetahui dan memahami semua hal yang diperkirakan akan dapat menjadi
sumber kecelakaan kerja dalam laboratorium, serta memiliki kemampuan dan
pengetahuan yang cukup untuk melaksanakan pencegahan dan penanggulangan
kecelakaan kerja tersebut. Kemudian mematuhi berbagai peraturan atau ketentuan
dalam menangani berbagai spesimen reagensia dan alat-alat. Jika dalam pelaksanaan
fungsi penggerakan ini timbul permasalahan, keragu-raguan atau pertentangan, maka
menjadi tugas manajer untuk mengambil keputusan penyelesaiannya.
8
bahaya yang bagaimanapun baiknya akan sia-sia bila peraturan diabaikan. Dalam
laboratorium perlu dibentuk pengawasan labora- torium yang tugasnya antara lain :
a. Memantau dan mengarahkan secara berkala praktek- praktek laboratorium yang
baik, benar dan aman
b. Memastikan semua petugas laboratorium memahami cara- cara menghindari
risiko bahaya dalam laboratorium
c. Melakukan penyelidikan / pengusutan segala peristiwa berbahaya atau
kecelakaan.
d. Mengembangkan sistem pencatatan dan pelaporan tentang keamanan kerja
laboratorium
e. Melakukan tindakan darurat untuk mengatasi peristiwa berbahaya dan mencegah
meluasnya bahaya tersebut
9
7. Surat Edaran Dirjen Binawas No.SE.05/BW/1997 tentang Penggunaan Alat
Pelindung Diri.
8. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No: PER.05/MEN/1996 tentang Sistem
Manajemen
Kesehatan dan Keselamatan Kerja.
9. Keputusan Presiden Nomor 22 tahun 1993 tentang Penyakit yang timbul
Akibat hubungan
Kerja.
10. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 876/Menkes/SK/IX/VIII/2001 tentang
Pedoman
teknis analisis dampak lingkungan.
11. Keputusan Menteri kesehatan Nomor 1217/Menkes/SK/IX/2001 tentang
pedoman
penanganan dampak radiasi.
12. Keputusan Menteri kesehatan Nomor 315/Menkes/SK/III/2003 tentang
1405/MENKES/SK/IX/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Kerja Perkantoran
dan Industri.
13. Keputusan Menteri kesehatan Nomor 315/Menkes/SK/III/2003 tentang
komite kesehatan
dan keselamatan kerja sektor kesehatan.
10
BAB III
PENUTUP
11
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/36566351/PEDOMAN_PROSEDUR_PENERAPAN_K3
_DI_LABORATORIUM_SISTEM_MANAJEMEN_MUTU_AIRLANGGA_IN
TEGRATED_MANAGEMENT_SYSTEM_at_rMS
https://btbrd.bppt.go.id/index.php/28-articles/226-sistem-manajemen-keselamatan-
dan-kesehatan-kerja-pada-laboratorium-kimia
https://www.safetyshoe.com/kebijakan-kesehatan-dan-keselamatan-kerja-
laboratorium/
https://id.wikipedia.org/wiki/Kesehatan_dan_keselamatan_kerja
12
Prihanto, Adhi Pamunkas; Studi Pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan 21 Kerja (SMK3) Pada Laboratorium Pendidikan Teknik Elekto
Fakultas Teknik UM
13