Makalah-PKN
Makalah-PKN
PENDAHULUAN
Terkait tentang hakikat hak asasi manusia, maka sangat penting sebagai
makhluk ciptaan Tuhan harus saling menjaga dan menghormati hak asasi masing-
masing individu. Namun pada kenyataannya, kita melihat perkembangan HAM di
Negara ini masih banyak bentuk pelanggaran HAM yang sering kita temui.
Rule of Law adalah suatu doktrin yang mulai muncul pada abad ke 19,
bersamaan dengan kelahiran Negara konstitusi dan demokrasi. Rule of Law
merupakan konsep tentang common law dimana segenap lapisan masyarakat dan
Negara beserta seluruh kelembagaannya menjungjung tinggi supremasi hukum yang
dibangun diatas prinsip keadilan dan egalitarian. Ada tidaknya Rule of Law dalam
suatu Negara ditentukan oleh kenyataan apakah rakyatnya benar-benar menikmati
keadilan, dalam arti perlakuan yang adil baik sesama warga Negara maupun
pemerintah
1
1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah yang akan dibahas sebagai
berikut:
a. Apa pengertian dan ruang lingkup Hak Asasi Manusia dan Rule of Law ?
b. Bagaimana perkembangan Hak Asasi Manusia di Indonesia ?
c. Apa saja pelanggaran Hak Asasi Manusia ?
2
BAB II
PEMBAHASAN
Hak asasi manusia dalam pengertian umum adalah hak-hak dasar yang dimiliki
setiap pribadi manusia sebagai anugerah Tuhan yang dibawa sejak lahir. Ini berarti
bahwa sebagai anugerah dari Tuhan kepada makhluknya, hak asasi tidak dapat
dipisahkan dari eksistensi pribadi manusia itu sendiri. Hak asasi tidak dapat dicabut
oleh suatu kekuasaan atau oleh sebab-sebab lainnya, karena jika hal itu terjadi maka
manusia kehilangan martabat yang sebenarnya menjadi inti nilai kemanusiaan.
Walau demikian, bukan berarti bahwa perwujudan hak asasi manusia dapat
dilaksanakan secara mutlak karena dapat melanggar hak asasi orang lain.
Memperjuangkan hak sendiri sampai-sampai mengabaikan hak orang lain, ini
merupakan tindakan yang tidak manusiawi. Kita wajib menyadari bahwa hak-hak
asasi kita selalu berbatasan dengan hak-hak asasi orang lain.
3
b. Hak asasi politik (Political Rights) yaitu hak untuk diakui sebagai warga negara.
Misalnya : memilih dan dipilih, hak berserikat dan hak berkumpul.
c. Hak asasi ekonomi (Property Rights)
Misalnya : hak memiliki sesuatu, hak mengarahkan perjanjian, hak bekerja dan
hak mendapat hidup layak.
d. Hak asasi sosial dan kebuadayaan (Sosial & Cultural Rights).
Misalnya : mendapatkan pendidikan, hak mendapatkan santunan, hak pensiun, hak
mengembangkan kebudayaan dan hak berkspresi.
e. Hak untuk mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan Pemerintah
(Rights Of Legal Equality)
f. Hak untuk mendapatkan perlakuan yang sama dalam hokum
4
Pencantuman pasal-pasal tentang Hak-hak Asasi Manusia dalam tiga UUD tersebut
berbeda satu sama lain. Dalam UUD 1945 butir-butir Hak Asasi Manusia hanya
tercantum beberapa saja. Sementara Konstitusi RIS 1949 dan UUDS 1950 hampir
bula-bulat mencantumkan isi Deklarasi HAM dari PBB. Hal demikian ini karna
memang situasinya sangat dekat dengan Deklarasi HAM PBB yang masih aktual. Di
samping itu terdapat pula harapan masyarakat dunia agar deklarasi HAM PBB
dimasukkan ke dalam Undang-Undang Dasar atau perundangan lainnya di negara-
negara anggota PBB, agar secara yuridis formal HAM dapat berlaku di negara
masing-masing.
Ketika UUD 1945 berlaku kembali sejak 5 Juli 1959, secara yuridis formal, hak-
hak asasi manusia tidak lagi lengkap seperti Deklarasi HAM PBB, karena yang
terdapat di dalam UUD 1945 hanya berisi beberapa pasal saja, khususnya pasal 27,
28, 29, 30 dan 31. Pada awal Orde baru saja tujuan Pemerintah adalah Melaksanakan
hak asasi manusia yang tercantum dalam UUD 1945 serta berupaya melengkapinya.
Tugas untuk melengkapi HAM ini ditanda tangani oleh sebuahh panitia MPRS yang
kemudian menyusun Rancangan Piagam Hak-hak Asasi Manusia serta hak-hak dan
Kewajiban warganegara yang dibahas dalam sidang MPRS tahun 1968. Dalam
pembahasan ini sidang MPRS menemui jalan buntu, sehingga akhirnya dihentikan.
Begitu pila setelah MPR terbentuk hasil pemilihan umum 1971 persoalan HAM tidak
lagi diagendakan, bahkan dipeti-eskan sampai tumbangnya Orde Baru di tahun 1998
yang berganti dengan era Reformasi. Pada awal Reformasi itu pula diselenggarakan
sidang istimewa MPR tahun 1998 yang salah satu ketetapannya berisi Piagam HAM.
5
kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Tidak seorangpun berhak untuk melanggar
hak asasi yang dimiliki oleh manusia dengan alasan apapun.
6
Penindakan terhadap pelanggaran HAM dilakukan melalui proses peradilan HAM
mulai dari penyelidikan, penyidikan, penuntutan, dan persidangan terhadap
pelanggaran yang terjadi harus bersifat nondiskriminatif dan berkeadilan. Pengadilan
HAM merupakan pengadilan khusus yang berada di lingkungan Pengadilan Umum.
Pengadilan HAM berkedudukan di daerah kabupaten atau daerah kota yang daerah
hukumnya meliputi daerah hokum Pengadilan Negeri yang bersangkutan. Pengadilan
HAM bertugas memeriksa dan memutus perkara pelanggaran hak asasi manusia yang
berat. Pengadilan HAM berwewenang juga memeriksa dan memutuskan perkara
pelanggaran hak asasi manusia yang berada dan dilakukan diluar batas territorial
wilayah Negara Republik Indonesia oleh warga Negara Indonesia.
Negara hukum merupakan terjemahan dari istilah Rechsstaat atau Rule Of Law.
Rechsstaat atau Rule Of Law itu sendiri dapat dikatakan sebagai bentuk perumusan
yuridis dari gagasan konstitusionalisme. Oleh karena itu, konstitusi dan negara
hukum merupakan dua lembaga yang tidak terpisahkan.
1
7
Friedman (1959) membedakan rule of law menjadi dua, yaitu pengertian secara
formal (in the formal sense) dan pengertian secara hakiki/materill (ideological sense).
Secara formal, rule of law diartikan sebagai kekuasaan umum yang
terorganisasi( organized public power), misalnya Negara. Sementara itu secara
hakiki, rule of law terkait dengan penegakan rule of law karena menyangkut ukuran
hukum yang baik dan buruk (just and unjust law). Rule of law terkait dengan keadilan
sehingga rule of law harus menjamin keadilan yang dirasakan oleh
masyarakat/bangsa.
Menurut Albert Venn Dicey dalam “Introduction to the Law of the Constitution”
memperkenalkan istilah the rule of law yang secara sederhana diartikan suatu
keteraturan hukum. Menurut Dicey, terdapat tiga unsur yang fundamental dalam rule
of law yaitu :
1. Supremasi aturan-aturan hukum, tidak adanya kekuasaan yang sewenang- wenang
dalam arti seseorang Hanya boleh dihukum jikalau memangmelanggar hokum.
2. Kedudukan yang sama di muka hukum, hal ini berlaku baik bagi masyarakat biasa
maupun pejabat Negara
3. Terjaminnya hak-hak asasi manusia oleh UU serta keputusan-keputusan UU
8
jikalau memang melanggar hukum; (2) kedudukanmya yang sama dimuka hukum.
Hala ini berlaku baik bagi masyarakat biasa maupun pejabat negara; dan (3)
terjaminnya hak-hak asasi manusia oleh Undang-Undang serta keputusan pengadilan.
Suatu hal yang harus diperhatikan bahwa jikalau dalam hubungan dengan
negara hanya berdasarkan prinsip tersebut, maka negara terbatas dalam pengertian
negara hukum formal, yaitu negara tidak bersifat proaktif melainkan pasif. Sikap
negara yang demikian ini dikarenakan negara hanya menjalankan dan taat pada apa
yang termaktub dalam konstitusi semata. Dengan kata lain negara tidak hanya sebagai
“penjaga malam” (nachtwachterstaat). Dalam pengertian seperti ini seakan-akan
negara tidak berurusan dengan kesejahteraan rakyat. Setelah pertengahan abad ke-20
mulai bergeser, bahawa negara harus bertanggung jawab terhadap kesejahteraan
rakyatnya. Untuk itu negara tidak hanya sebagai “penjaga malam” saja, melainkan
harus aktif melaksanakan upaya-upaya untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat
dengan cara mengatur kehidupan sosial ekonomi.
9
the mark of it. ICJ dalam kapasitasnya sebagai forum intelektual, juga menyadari
bahwa yang terpenting lagi adalah bagaiman konsep rule of law dapat
diimplementasikan sesuai perkembangan kehidupan dalam masyarakat.
10
mengisi. Dalam prinsip negara ini unsur penting pengakuan adanya pembatasan
kekuasaan yang dilakukan secara konstitusional. Oleh karena itu, terlepas dari adanya
pemikiran dan praktek konsep negara hukum yang berbeda, konsep negar hukum dan
rule of law adalah suatu realitas dari cita-cita sebuah negara bangsa, termasuk negara
Indonesia.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan isi dari pembahasan diatas, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Hak Asasi Manusia adalah hak yang melekat pada diri manusia yang bersifat
kodrati dan fundamental sebagai anugrah dari Tuhan yang harus dihormati,
dijaga dan dilindungi oleh setiap individu
2. Rule of Law adalah gerakan masyarakat yang menghendaki bahwa kekuasaan
raja maupun penyelenggara negara harus dibatasi dan diatur melalui suatu
peraturan perundang-undangan dan pelaksanaan dalam hubungannya dengan
segala peraturan perundang-undangan
3. Dalam peraturan perundang undangan RI paling tidak terdapat empat bentuk
hokum tertulis yang memuat aturan tentang HAM. Pertama, dalam konstitusi
(Undang-undang Dasar Negara). Kedua, dalam ketetapan MPR (TAP MPR).
Ketiga, dalam Undang-undang. Keempat, dalam peraturan pelaksanaan
perundang-undangan seperti peraturan pemerintah, keputusan presiden dan
peraturan pelaksanaan lainnya.
4. Pelanggaran Hak Asasi Manusia adalah setiap perbuatan seseorang atau
kelompok orang termasuk aparat negara, baik disengaja maupun tidak disengaja
atau kelalaian yang secara hukum mengurangi, menghalangi, membatasi dan
atau mencabut hak asasi manusia seseorang atau kelompok orang yang dijamin
oleh undang-undang dan tidak mendapatkan atau dikhawatirkan tidak akan
memperoleh penyesalan hukum yang adil dan benar berdasarkan mekanisme
hukum yang berlaku.
3.2 Saran
Kepada para pembaca agar lebih banyak mencari informasi tentang HAM dan
Rule of Law untuk memahami kedua aspek pembahasan tersebut.
12
DAFTAR PUSTAKA
13