Anda di halaman 1dari 42

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Teori

1. Filariasis

a. Definisi

Penyakit filariasis adalah penyakit menular menahun yang

disebabkan oleh cacing filaria yang menyerang saluran dan

kelenjar getah bening. Penyakit ini dapat merusak sistem limfe,

menimbulkan pembengkakan pada tangan, kaki, gandula mammae

dan scrotum, menimbulkan cacat seumur hidup dan stigma sosial

bagi penderita dan keluarganya. Secara tidak langsung, penyakit ini

dapat berdampak pada penurunan produktivitas kerja penderita,

menjadi beban bagi keluarga dan menimbulkan kerugian ekonomi

bagi negara (Depkes RI, 2009).

Filariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi parasit

nematode yang tersebar di indonesia. Walaupun penyakit ini jarang

menyebabkana kematian, tetapi dapat menurunkan produktivitas

penderitanya karena timbulnya gangguan fisik penyakit ini jarang

terjadi pada anak karena manifestasi klinisnya timbul timbul

bertahun-tahun kemudian setelah infeksi gejala pembengkakan

kaki muncul (Firdaus, 2012)

Penyakit filariasis (Lymphatic Filariasis) adalah penyakit

menular menahun yang disebabkan oleh cacing filaria yang

7
8

ditularkan oleh semua jenis nyamuk dengan masuknya cacing kecil

kedalam tubuh yang berkembang menjadi dewasa dan menyerang

kelenjar getah bening dengan gejala akut demam yang berulang

(Kemenkes RI, 2014)

b. Etiologi

Beberapa spesies filaria yang menyerang manusia diantaranya

adalah Wuchereria Bancrifti, Brugia malayi, Brugia timori, dan

Onchocerca volvulus. W. Bamcrofti dan B. Timori banyak

ditemukan di Asia Selatan, Asia Tenggara, dan Afrika, sedangkan

O. Vulvulus banyak terdapat di Afrika. Siklus hidup W. Bamcrofti

dan B. Timor dimulai dari saat filaria betina dewasa dalam

pembuluh limfe manusia, memproduksi sekitar 50.000 mikrofilaria

per hari ke dalam darah. Nyamuk kemudian menghisap

mikrofilaria pada saat menggigit manusia, selanjutnya larva

tersebut akan berkembang dalam tubuh nyamuk, dan ketika

nyamuk mengigit manusia, larva infektif akan masuk ke dala tubuh

manusia. Larva akan bermigrasi ke saluran limfe dan berkembang

menjadi bentuk dewasa. Mikrofilaria dapat ditemukan dalam darah

tepi setelah 6 bulan sampai 1 tahun setelah terinfeksi dan bisa

bertahan 5-10 tahun. Vektor utama filaria adalah nyamuk

Anopheles, Culex, Mansonia, dan Aedes. (Widoyono, 2011)

Penyakit filariasis ini disebabkan oleh 3 spesies cacing filaria,

yaitu Wuchereria banchrofti, Brugia malayi, dn Brugia timori.


9

Cacing ini menyerupai benang dan hidup dalam tubuh manusia

terutama dalam kelenjar getah bening dan darah. Cacing dapat

hidup dalam kelenjar getah bening manusia selama 4-6 tahun dan

dalam tubuh manusia cacing dewasa betina menghasilkan jutaan

anak cacing atau larva (microfilaria). Larva filaria memiliki

perilaku yang spesifik yaitu pada siang hari larva filaria berada di

paru-paru atau pembuluh darah besar sedangkan pada malam hari

larva tersebut pindah ke pembuluh darah arteri atas atau vena

perifer dekat kulit. Anak cacing (microfilaria) muncul diperedaran

darah enam bulan sampai satu tahun kemudian dan dapat bertahan

hidup hingga 5-20 tahun. Pada Wuchereria banchrofti (Akhsin,

2011).

c. Siklus hidup larva filariasis

Larva filaria memiliki perilaku yang spesifik yaitu pada siang

hari larva berada di paru-paru atau pembuluh darah besar

sedangkan pada malam hari larva ini berpindah ke pembuluh darah

arteri atau venaperifer dekat kulit (Akhsin, 2011)

Siklus hidup cacing filaria ialah mikrofilaria yang bermigrasi

ke darah perifer pada malam hari dan terambil oleh nyamuk yang

menggigit, kemudian dalam nyamuk tersebut mikrofilaria matang

menjadi larva infektif. Parasit dewasa hidup selama beberapa

tahun, mikrofilaria hidup selama 3 bulan sampai 3 tahun.

Kerusakan jaringan disebabkan oleh cacing dewasa yang hidup


10

dalam limfatik, menyebabkan inflamasi, fibrosis dan obstruksi

(Mandal, 2008).

Siklus hidup cacing filariasis yaitu serangga yang menularkan

larva infektif kepada manusia. Cacing dewasa hidup dalam sistem

limfe atau jaringan subkutan; anak cacing adalah mikrofilarie yang

memiliki panjang 200-250µm dan lebar 5-7 µm yang memasuki

darah atau bermigrasi melalui kulit. Bentuk subperiodik adalah

bentuk yang ditemukan dalam darah tepi pada sepanjang waktu

dan memuncak pada siang hari. Bentuk periodik nokturnal langkah

dijumpai dalam darah tepi menjelang siang hari dan meningkat

menjelang malam hari. Cacing dewasa hidup bertahun-tahun;

mikrofilarie dapat hidup selama 3-36 bulan. Suatu endosimbiont

yang mirip dengan rickettsia, yaitu wolcbachia ditemukan pada

semua stadium dari empat spesies filaria yang menyebabkan target

untuk kemoterapi antifilaria di masa mendatang (Horrison, 1999)

Siklus hidup W. Bamcrofti dan B. Timor dimulai dari saat

filaria betina dewasa dalam pembuluh limfe manusia,

memproduksi sekitar 50.000 mikrofilaria per hari ke dalam darah.

Nyamuk kemudian menghisap mikrofilaria pada saat menggigit

manusia, selanjutnya larva tersebut akan berkembang dalam tubuh

nyamuk, dan ketika nyamuk mengigit manusia, larva infektif akan

masuk ke dalaM tubuh manusia. Larva akan bermigrasi ke saluran

limfe dan berkembang menjadi bentuk dewasa. Mikrofilaria dapat


11

ditemukan dalam darah tepi setelah 6 bulan sampai 1 tahun setelah

terinfeksi dan bisa bertahan 5-10 tahun. Vektor utama filaria adalah

nyamuk Anopheles, Culex, Mansonia, dan Aedes. (Widoyono,

2011)

Menurut Gandahusada dalam (Akhsin,2011) siklus hidup

cacing filaria terdiri ini terdiri 2 fase :

1) Perkembangan dalam tubuh manusia sebagai hospes

Transmisi penyakit muncul melalui gigitan nyamuk genus

anopheles, aedes culex atau mansonia, yang telah menggigit

penderita filariasis dan mengandung larva filaria, larva

berkembang menjadi dewasa dan menghasilkan microfiaria

lagi.

2) Perkembangan dalam tubuh nyamuk sebagai vektor

Pertumbuhan parasit dalam tubuh nyamuk kurang lebih selama

2 minggu. Fase ini dimulai dari mikrofilaria atau larva (dari

penderita) dalam lambung nyamuk selanjutnya menuju usus,

migrasi ke thorax selanjutnya menuju proboscis, setelah

beberapa hari baru ditularkan lagi pada manusia. Mikrofilaria

melepaskan sarungnya dilambung lalu masuk ke usus nyamuk

kemudian migrasi diantara otot-otot thorax menuju proboscis

dan menggigit manusia.


12

d. Tanda dan gejala

Penderita filariasis bisa tidak menunjukkan gejala klinis

(asimtomatis) hal ini disebabkan oleh kadar mikrofilaria yang

terlalu sedikit dan tidak terdeteksi oleh pemeriksaan laboratorium

atau karena memang tidak terdapat mikrofilaria dalam darah.

Apabila menimbulkan gejala, maka yang sering ditemukan adalah

gejala akibat manifestasi perjalanan kronik penyakit. Gejala

penyakit pada tahap awal (fase akut) bersifat tidak khas seperti

demam selama 3-4 hari yang dapat hilang tanpa diobati, demam

berulang 1-2 bulan kemudian, atau gejala lebih sering timbul bila

pasien bekerja terlalu berat. Dapat timbul benjolan dan terasa nyeri

pada lipat paha atau ketiak dengan tidak ada terasa sakit dari

benjolan menuju ke arah ujung kaki atau tangan.

Gejala terjadi berbulan-bulan sampai bertahun-tahun, mulai

dari yang ringan sampai berat. Cacing akan menyebabkan fibrosis

dan penyumbatan pembuluh limfe. Penyumbatan ini akan

mengakibatkan pembengkakan pada daerah yang bersangkutan.

Tanda klinis yang sering ditemukan adalah pembengkakan skrotum

(hidrokel) dan pembengkakan anggota gerak terutama kaki

(elephantiasis). Diagnosis ditegakkan melalui pemeriksaan

laboratorium dengan ditemukannya mikrofilaria dalam darah.

Adapun gejala penyakit filariasis yang dapat dibagi dalam

beberapa stadium menurut (Sutanto, 2008):


13

1) Stadium mikrofilaremia

Pada penderita mikrofilaremia tanpa gejala klinis, pemeriksaan

dengan limfosintigrafi menunjukkan adanya kerusakan saluran

limfe. Cacing dewasa hidup dan dapat menyumbat saluran

limfe dan terjadi dilatasi pada saluran limfe disebut

lumphangiekstasia. Jika jumlah cacing dewasa banyak dan

lymphangiekstasia terjadi secara intensif akan menyebabkan

disfungsi sistem limfatik. Setelah itu, lumen tertutup dan

cacing mengalami klasifikasi. Sumbatan sirkulasi limfatik

terus berlanjut pada individu, sampai semua saluran limfatik

tertutup dan menyebabkan terjadinya limfedema didaerah yang

terkena.

2) Stadium akut

Stadium akut ditandai dengan peradangan pada saluran dan

kelenjar limfe berupa limfadenitis, disertai dengan demam dan

malaise. Gejala peradangan tersebut hilang timbul beberapa

kali dalam setahun dan berlangsung beberapa hari sampai satu

hingga dua minggu lamanya.

3) Stadium menahun

Pada stadium menahun paling sering dijumpai adalah hidrokel

dan dapat pula dijumpai gejala limfedema dan elephantiasis

yang mengenai saluran tungkai, payudara dan vulva. Dan dapat

terjadi kiluria yaitu urin yang berwarna putih susu yang terjadi
14

karena dilatasi pada pembuluh limfe pada sistem ekskretori

dan urinary.

e. Pengobatan

Pengobatan filariasis dapat diberikan Diethylcarbamazine

(DEC) dengan dosis 6mg/kg setiap hari selama 12 hari merupakan

regimen standar, tetapi satu dosisi mungkin sama efektifnya.

Terapi alternatif adalah albendazol (400 mg 2x sehari selama 21

hari), tetapi obat ini mungkin kurang efektif dibandingkan dengan

DEC (Horrison, 1999)

Menurut Firdaus (2012) obat filariasis yang biasa diberikan

adalah Dietilkarnamazin (DEC), Ivermectin (Mectizan),

Albendazol 400 mg dosis tunggal.

f. Pencegahan

Menurut Firdaus (2012), pencegahan dan pengobatan meliputi :

1) Pengobatan massal

Cara pencegahan penyakit yang paling efektif adalah

mencegah gigitan nyamuk pembawa microfilaria. Apabila

suatu daerah sebagian besar sudah terkena penyakit ini, maka

pengobatan massal dengan Diethylcarbamazine Citrate atau

albendazol dapat diberikan setahun sekali dan sebainya

dilakukan paling sedikit selama lima tahun.

Pengobatan massal diikuti seluruh penduduk di daerah

endemis yang berusia 2 tahun ke atas. Pengobatan dapat


15

ditunda pada orang yang sedang sakit, anak-anak di bawah usia

2 tahun, dan wanita hamil (Ditjen PP & PL Depkes RI, 2009)

2) Pengendalian vektor

Kegiatan pengendalian vektor adalah pemberantasan

tempat perkembanganbiakan nyamuk melalui pembersihan got

atau saluran pembuangan air, pengaliran air tergenang, dan

penebaran bibit ikan pemakan jentik. Kegiatan lainnya adalah

menghindari gigitan nyamuk dengan memasang kelambu

menggunakan obat nyamuk oles memasang kaca pada ventilasi

udara, dan menggunakan obat nyamuk semprot. Menurut Inge

Sutanto (2009) pengendalian vektor dibagi menjadi (1)

pengendalian secara alami dan (2) pengendalian secara buatan.

3) Peran serta masyarakat

Ketersediaan masyarakat dalam pemeriksaan survei darah

jari, bersedia meminum obat anti filariasis secara teratur sesuai

dengan ketentuan petugas, memberitahukan kepada petugas

kesehatan jika menemukan penderita filariasis, dan bersedia

membersihkan sarang nyamuk atau tempat perkembangan

nyamuk ( Widoyono, 2008 ).

2. Sikap

a. Definisi sikap

Sikap (attitude) adalah evaluasi kepercayaan (belief) atau

perasaan positif atau negatif dari seseorang jika harus melalukukan


16

perilaku yang akan ditentukan. Fishbein dan Ajzen (1975) dalam

(Hartono, 2008) mendefinisikan sikap (attitude) sebagai jumlah

dari afeksi (perasaan) yang dirasakan seseorang untuk menerima

atau menolak suatu obyek atau perilaku dan diukur dengan suatu

prosedur yang menempatkan individual pada skala evaluatif dua

kutub, misalnya baik atau jelek; setuju atau menolak, dan lainnya.

Menurut Notoatmodjo (2012), sikap adalah reaksi atau respons

seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek.

Sikap belum merupakan suatu tindakan ataupun aktivitas, namun

merupakan prediposisi tindakan atau perilaku. Menurut Allport,

seperti dikutip Notoatmodjo (2012), sikap mempunyai tiga

komponen pokok yaitu: kepercayaan (keyakinan), ide, konsep

terhadap suatu objek, kehidupan emosional atau evaluasi terhadap

suatu objek, kecenderungan untuk bertindak (tend to behave).

Ajzen & Fishbein (1980) dalam jurnal Al-Nahdi (2015)

mengemukakan, sikap didefinisikan sebagai kecenderungan

psikologis yang diekspresikan dengan mengevaluasi identitas

tertentu dengan beberapa derajat mendukung atau tidak disukai.

Sikap mengacu pada sejauh mana seorang individu memiliki

evaluasi yang menguntungkan atau tidak menguntungkan dari

perilaku tertentu.

Sikap merujuk pada evaluasi terhadap berbagai aspek dunia

sosial serta bagaimana evaluasi tersebut memunculkan rasa sosial


17

dan objek. Sikap pada awalnya diartikan sebagai suatu syarat untuk

munculnya suatu tindakan (Priyoto, 2014)

b. Pengukur sikap

Sikap terhadap suatu perilaku (attitude toward a behavior)

merupakan suatu evaluasi menyeluruh seseorang dalam melakukan

suatu perilaku. Penelitian empiris telah menunjukkan bahwa

evaluasi menyeluruh sering berisi dengan dua komponen yang

terpisah. Satu komponen adalah sifat dari instrumentalnya, yang

diwakili oleh semacam pasangan-pasangan kata sifat seperti

berguna-tidak berguna dan berbahaya-bermanfaat. Komponen

kedua lebih banyak ke kualitas pengalaman dan dihubungkan

dengan skala semacam meneyenangkan-tidak menyenangkan dan

suka-tidak suka. (Priyoto, 2014)

Menurut Azwar (2013) pengukuran sikap dapat dilakukan

dengan menilai pernyataan sikap seseorang. Pernyataan sikap

adalah rangkaian kalimat ayng mengatakan sesuatu mengenai

obyek sikap yang hendak diungkap.

c. Ciri-ciri sikap

Sikap mempunyai segi-segi perbedaan dengan pendorong lain

yang ada didalam diri manusia. Oleh karena itu membedakan yang

lain diuraikan mengenai ciri-ciri sikap menurut Heri Purwanto

(1998) dalam (Wawan 2010) mengemukakan sebagai berikut :


18

1) Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau

dipelajari sepanjang perkembangan itu dalam hubungan dengan

obyeknya. Sifat ini membedakan dengan sifat motif-motif

biogenis seperti, lapar, haus, kebutuhan akan istirahat.

2) Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan

sikap dapat berubah pada orang-orang bila terdapat keadaan-

keadaan dan syarat-syarat tertentu yang mempermudah sikap

pada orang itu.

3) Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai

hubungan tertentu terhadap suatu obyek dengan kata lain, sikap

itu terbentuk dan dipelajari berubah atau senantiasa berkenaan

dengan suatu obyek tertentu yang dapat dirumusan dengan

jelas.

4) Obyek sikap itu merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat juga

merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut.

5) Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan,

sifat alamiah yang membedakan sikap dan kecakapan-

kecakapan atau pengetahuan yang dimiliki orang.

d. Komponen-komponen sikap

Sikap merupakan salah satu aspek pikir yang akan membentuk

pola berpikir tertentu pada setiap individu. Pola pikir ini akan

mempengaruhi sikap kegiatan yang akan dilakukan dalam

kehidupan sehari-hari. Sikap akan menentukan perilaku seseorang


19

mengenai hubungannya dalam memberikan penilaian terhadap

obyek tertentu serta memberikan arah pada selanjutnya. Menurut

Baron, dkk dalam (Wawan & Dewi, 2010) sikap mengandung tiga

komponen yang membentuk struktur sikap yaitu :

1) Komponen kognitif (komponen perseptual) yaitu komponen

yang berkaitan dengan pengetahuan, pandangan keyakinan

yaitu hal-hal berhubugan dengan bagaimana seseorang

mempersepsi terhadap obyek sikap.

2) Komponen afektif (komponen emosional) yaitu komponen

yang berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang

terhdap obyek sikap. Rasa senang merupakan sikap positif,

sedangkan rasa tidak senang merupakan sikap negatif.

Komponen ini menunjukkan arah sikap yaitu positif dan

negatif.

3) Komponen konatif (komponen perilaku atau action component)

yaitu komponen yang berhubungan dengan kecenderungan

bertindak terhadap suatu obyek sikap. Komponen ini

menunjukkan intensitas sikap, yaitu menunjukkan besar

kecilnya kecenderungan bertindak atau berperilaku seseorang

terhadap obyek sikap.

Berdasarkan uraian diatas dapat diartikan bahwa sikap

mempunyai tiga komponen yaitu komponen kognitif, afektif

dan konatif. Komponen kognitif merupakan gejala sikap yang


20

terbentuk pandangan dan pengetahuan terhadap suatu obyek.

Komponen afektif adalah gejala sikap yang dicurahkan dengan

ungkapan rasa senang atau tidak senang terhadap suatu obyek.

Sedangkan komponen konatif merupakan gejala yang

menunjukkan intensitas sikap yang berupa besar kecilnya

tendensi seseorang dalam berperilaku terhadap suatu obyek.

e. Tingkatan sikap

Sikap terdiri dari beberapa tingkatan menurut Soekidjo,

Notoatmojo (1996) dalam (Wawan & Dewi, 2010) yaitu :

1) Merespon (responding)

Terdapat suatu interaksi jika ditanya akan menjawab serta

menyelesaikan tugas yang diberikan.

2) Menerima (receiving)

Hal yang dimaksud yaitu seseorang dapat menerima dan

memperhatikan stimulus (rangsangan) yang diberikan.

3) Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mendiskusikan terhadap suatu

masalah adalah suatu indikasi sikap dalam tingkat tiga.

4) Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilih dan

dikerjakan adalah resiko dan merupakan suatu sikap yang

paling tinggi.
21

Berdasarkan uraian diatas dapat dilihat bahwa tingkatan

sikap terdiri dari empat tingkatan yang paling tinggi adalah

bertanggung jawab karena sesorang yang telah diberi suatu

amanah dalam suatu keputusan tertentu barulah dapat bersikap

secara tanggungjawab atas apa yang dipilihnya dengan segala

resiko yang ada. Menurut Notoatmodjo (2012) membagi

tindakan menjadi beberapa tingkatan :

1) Respons terpimpin (Guided Respons) dapat melakukan sesuatu

sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh

merupakan indikator praktik tingkat pertama

2) Mekanisme (mecanism) apabila seseorang telah dapat

melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu

itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai

praktik tingkat kedua.

3) Adopsi (adoption) adalah suatu praktik atau tindakan yang

sudah berkembang dengan baik. Artinya, tindakan itu sudah

dimodifikasikannya tanpa mengurangi kebenaran tindakan

tersebut.

f. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap

Azwar (2013) menjelaskan faktor yang mempengaruhi sikap

adalah :
22

1) Pengalaman pribadi

Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap,

pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang

kuat.

2) Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Pada umumnya, individu cenderung memiliki sikap yang

konfirmis atau searah dengan sikap orang yang dianggap

penting.

3) Pengaruh kebudayaan

Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis

pengarah sikap kita terhadap berbagai masalah.

4) Media massa

Dalam pemberitauan surat kabar maupun media

komunikasi lainnya, berita yang seharusnya faktual di

sampaikan secara obyektif, cenderung dipengaruhi oleh

sikap penulisnya, akibatnya berpengaruh terhadap sikap

konsumennya.

5) Lembaga pendidikan dan lembaga agama

Konsep moral dan dan ajaran dari lembaga pendidikan dan

lembaga agama sangat menentukan sistem kepercayaan

tidaklah mengherankan jika kalau pada gilirannya konsep

tersebut mempengaruhi sikap.


23

6) Fakor emosional

Kadang kala suatu bentuk sikap merupakan pernyataan

yang didasari emosi yang berfungsi sebagai semacam

penyalran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme

pertahanan ego.

7) Faktor pengetahuan

8) Faktor Motivasi

3. Perilaku

a. Definisi perilaku

Perilaku (behavior) adalah apapun yang dikatakan dan

dilakukan seseorang. Secara teknis perilaku adalah apapun yang

dikatakan atau dilakukan aktivitas otot, kelenjar atau aktivitas

disebuah organisme. (Martin, 2015)

b. Karakteristik perilaku

Menurut Martin, Garry & Joseph Pear (2015). Karakteristik

perilaku yang dapat diukur disebut dimensi perilaku, ada 3 jenis

dimensi perilaku yaitu :

1) Durasi, sebuah perilaku merujuk panjangnya waktu yang

dibutuhkan perilaku melakukan aksinya,

2) Frekuensi, sebuah perilaku merujuk pada jumlah tindakan yang

muncul diperiode waktu tertentu.


24

3) Intensitas atau kekuatan, sebuah perilaku yang merujuk pada

upaya fisik atau energi yang dilibatkan untuk melakukan

perilaku.

c. Pengukur perilaku

Menurut Priyoto (2014) pengukuran perilaku dapat

dikategorikan 4 jenis, yaitu :

1) Pengukuran sikap berperilaku (Attitude Toward the Behavior)

Uji coba diperlukan untuk mengidentifikasi perilaku terbuka,

normatif dan kontrol perilaku. Responden diberikan deskripsi

dari sebuah perilaku dan diberi pertanyaan ilustrasi seperti

contoh di bawah. Tanggapan yang diperoleh digunakan untuk

mengidentifikasi keyakinan utama personal yaitu keyakinan

unik tertentu yang dimiliki masing-masing partisipan dalam

penelitian ini.

2) Pengukuran keyakinan terhadap perilaku (behavior belief)

Ada dua pertanyaan yang diajukan berkenaan dengan

masing-masing hasil yang timbul, baik apabila kita berhadapan

dengan keyakinan personal maupun keyakinan utama yang

paling umum (modal accessible belief). Kekuatan keyakinan

dan evaluasi hasil untuk keyakinan terbuka yang berbeda akan

menyediakan informasi sebenanrnya tentang pertimbangan

sikap yang menuntun orang dalam membuat keputusan apakah

mereka setuju atau tidak terhadap perilaku tersebut.


25

3) Pengukuran norma subyektif (subyektif norm)

Pengukuran dari kekuatan keyakinan normatif dan

motivasi untuk memenuhi keinginan orang yang berpengaruh

menghasilkan gambaran mengenai tekanan normatif pada

populasi tersebut. Gabungan keyakinan normatif secara

keseluruhan diperoleh dengan menerapkan rumus harapan nilai

(expectancy-value formula)

4) Pengukuran kontrol perilaku yang dapat diterima (perceived

behavioral control)

Menghitung kemampuan dan kekuatan rata-rata dari

keyakinan kendali yang berbeda-beda memberikan gambaran

mengenai faktor yang dilihat sebagai pendukung atau

penghalang kinerja perilaku.

Teori Health belief model (HBM) merupakan teori

perubahan perilaku kesehatan dan model psikologis yang

digunakan untuk memprediksi perilaku kesehatan dengan

berfokus pada persepsi dan kepercayaan individu terhadap

suatu penyakit (Rosenstock 1966 dalam Prityoto, 2014).

Menurut teori ini perilaku individu dipengaruhi oleh

persepsi dan kepercayaan individu itu sendiri tanpa

memandang apakah persepsi dan kepercayaan tersebut sesuai

atau tidak sesuai dengan realitas. Dalam hal ini penting sekali

untuk bisa membedakan penilaian kesehatan secara objektif


26

dan subjektif. Penilaian secara objektif artinya kesehatan dinilai

dari sudut pandang tenaga kesehatan, sedangkan penilaian

subjektif artinya kesehatan dinilai dari sudut pandang individu

berdasarkan keyakinan dan kepercayaan. Dalam kenyataan di

lapangan penilaian secara subjektif inilah yang sering dijumpai

di masyarakat. Teori Health Belief Model ( HBM ) didasarkan

atas 3 faktor esensial yaitu :

(a) Kesiapan individu untuk merubah perilaku dalam rangka

menghindari suatu penyakit atau memperkecil resiko

kesehatan.

(b) Adanya dorongan dalam lingkungan individu yang

membuatnya merubah perilaku

(c) Perilaku itu sendiri

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku

Menurut Green, dkk (1999) dalam (Priyoto,2015) membagi

faktor perilaku menjadi 3 faktor utama yaitu :

1) Faktor predisposisi

Faktor predisposisi merupakan faktor yang memotivasi suatu

perilaku untuk mempermudah terjadinya perilaku seseorang.

2) Faktor pemungkin

Faktor pemungkin merupakan faktor lanjutan dari faktor

predisposisi dimana motivasi untuk terjadinya perubahan

perilaku tersebut dapat terwujud.


27

3) Faktor penguat

Faktor penguat yaitu faktor motivasi yang diperoleh dari

seseorang terdekat dan adanya dukungan sosial yang diberikan

ke individu tersebut seperti keluarga, teman, guru maupun

petugas kesehatan yang dapat memperkuat perilaku.

4. Pendidikan kesehatan

Pendidikan kesehatan pada hakekatnya adalah membantu agar

orang mengambil sikap yang bijaksana terhadap kesehatan dan kualitas

hidup mereka, menurut World Health Organization (WHO, 1988)

dalam (Suiraoka, 2012). Upaya pembangunan kesehatan meliputi

upaya-upaya seperti upaya kuratif (pegobatan), rehabilitatif

(pemulihan), preventif (pencegahan), dan promotif (promosi). Upaya

promotif dalam bidang kesehatan ditekankan pada meningkatkan

kemampuan masyarakat untuk dapat melakukan upaya-upaya

kesehatan secara mandiri melalui pendidikan kesehatan. Jadi upaya

promotif pada hakekatnya merupakan salah satu bentuk proses

pembelajaran, karena upaya tersebut bertujuan untuk merubah perilaku

masyarakat menuju pola hidup sehat (Suiraoka, 2012).

Pemberdayaan masyarakat sebagai isu sentral dalam pembangunan

kesehatan perlu mendapatkan perhatian dan penanganan secara serius,

terutama dalam melibatkan masyarakat untukmikut serta dalam

melakukan pelayanan kesehatan (to serve), ikut serta dalam melakukan

advokasi kepada stakeholder (to advocate), dan aktif dalam mengkritik


28

pelaksanaan upaya kesehatan (to watch). Dalam perannya, masyarakat

jugalah yang aktif dari dulunya, dalam mempromosikan pola hidup

sehat dan terlibat dalam mempertahankan kesehatan lingkungan (Siti

fadilah S,. 2003 dalam Suiraoka, 2012).

5. Media dalam penyuluhan kesehatan

a. Media audio

Media audio adalah media yang berkaitan dengan indera

pendengaran. Pesan-pesan yang disampaikan dituangkan kedalam

lambang-lambang auditif baik verbal (kedalam kata-kata atau

bahasa lisan) maupun non verbal (Sadiman, 2003 dalam Suiraoka,

2012) yang termasuk dalam jenis audio yaitu: alat perekam pita

magnetik (magnetik tape recording) dan radio.

1) Alat perekam pita magnetic

Alat perekam pita magnetic (magnetic tape recording) atau

lazimnya orang menyebut tape recorder adalah salah satu

media yang tidak dapat diabaikan dalam penyampaian

informasi karena mudah menggunakannya. Pesan atau materi

dapat direkam pada tape magnetic sehingga hasil rekaman

dapat diputar kembali saat diinginkan atau dibutuhkan. Dalam

prakteknya pemutaran rekaman dimaksud untuk marangsang

pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan sasaran untuk

mendukung proses belajar.

Kekuatan media pita magnetic :


29

a) Mempunyai fungsi ganda yang efektif sekali untuk

merekam, menampilkan rekaman dan menghapusnya. Play

back dapat segera dilakukan setelah rekaman selesai pada

mesin yang sama.

b) Rekaman dapat diputar berulang-ulang tanpa

mempengaruhi volume

c) Rekaman dapat dihapus secara otomatis dan pitanya bisa

dipakai lagi

d) Dapat digunakan sesuai jadwal yang ada

e) Program kaset dapat menyajikan kegiatan-kegiatan atau

hal-hal lain (hasil wawancara atau rekaman kegiatan)

f) Program kaset bisa menimbukkan berbagai kegiatan

(diskusi, demonstrai dan lain-lain).

g) Program kaset dapat memberikan efisiensi dalam

pengajaran

Kelemahan pita magnetic :

a) Daya jangkauannya terbatas

b) Dari segi biaya pengadaannya bila untuk sasaran banyak

akan menajdi mahal

2) Radio

Radio adalah salah satu media audio yang penyampaian

pesannya dilakukan melalui pancaran gelombang

elektromagnetik dari radio pemancar. Pemberi pesan (penyiar)


30

secara langsung dapat menyampaikan informasi (pesan)

melalui suatu alat (mikrofon) yang kemudian diolah dan

dipancarkan ke segenap penjuru melalui gelombang

elektromagnetik.

Karakteristik radio antara lain (dodi mawardi) :

a) Theater of mind, media radio memiliki kemapuan untuk

mengembangkan imajinasi pendengaran

b) Personal, media radio mampu menyentuh pribadi

pendengar

c) Sound only, media radio hanya menggunakan suara dalam

meyajikan informasinnya

d) At once, media radio dapat diakses cepat dan seketika

e) Heard once, media radio didengar secara sepintas

f) Secondary medium half ears media, media radio menjadi

teman dalam beraktifitas

g) Mobile/portable, media radio mudah dibawa kemana saja

h) Local, media radio hanya bersifat lokal dan hanya didaerah

yang ada frekuensinya

i) Linear, media radio tersusun secara sistematis

b. Media visual

Secara umum media visual dapat dikelompokkan menjadi

media visual yang tidak diproyeksikan dan media visual yang

diproyeksikan.
31

1) Media visual yang tidak diproyeksikan

Yang termasuk dalam kelompok media visual tidak

diproyeksikn ini meliputi media grafis, media gambar diam,

dan media bahan cetak.

a) Grafik

Grafik adalah suatu penyajian data berupa angka-angka

melalui perpaduan antara angka, garis, dan simbol.

Fungsi media ini adalah untuk menggambarkan data

kuantitatif secara teliti, menerangkan perkembangan

atau perbandingan sautu obyek atau peristiwa yang

saling berhubungan secara singkat dan jelas.

Kekuatan grafik :

(1)Grafik sangat bermanfaat untuk mempelajari dan

mengingat data-data kuantitatif dan hubunga-

hubungannya.

(2)Penyajian data dengan grafik akan membuat data

divisualkan dengan jelas, ringkas, menarik dan logis.

(3)Dengan media grafik memungkinkan untuk

mengadakan analisis interprestasi dan perbandingan

antara data-data yang disajikan baik dala hal ukuran,

jumlah, pertumbuhan dan arah

Kelemahan grafik :

(1) Memerlukan penjelasan yang lebih detail.


32

b) Diagram

Diagram merupakan gambaran yang sederhana yang

dirancang untuk memperlihatkan hubungan timbal balik

yang biasanya disajikan melalui garis-garis simbol.

Diagram menyederhanakan pesan yang kompleks

sehingga dapat memperjelaskan penyajiannya

(Sadiman, 2003) menyatakan diagram yang baik

sebagai media pendidikan, hendaknya memenuhi syarat

sebagai berikut :

(1) Benar, diagram rapi, diberi titel, label dan penjelasan-

penjelasan yang perlu

(2) Cukup besar dan ditempatkan secara strategis

(3) Penyusunannya disesuaikan dengan pola membaca

yang umum yaitu dari kiri ke kanan dan dari atas ke

bawah.

c) Bagan

Bagan sebagai bagian dari media grafis yaitu

merupakan perpaduan sajian kata-kata, garis dan simbol

yang merupakan ringkasan suatu proses,

perkembangan, atau hubungan-hubungan penting.

Fungsinya yang pokok adalah menyajikan ide-ide atau

konsep-konsep yang sulit bila hanya disampaikan


33

secara tertulis atau lisan secara visual. Bagan juga bisa

memberikan ringkasan butir-butir penting dari suatu

presentasi.

d) Sketsa

Sketsa adalah gambar yang sederhana atau draft kasar

yang melukiskan bagian-bagian pokok dari suatu

bentuk gambar tanpa detail. Sketsa dapat dibuat pada

saat pendidik menyampaikan pesannya kepada sasaran

pendidikan. Dengan menggunakan sketsa dalam

memberikan penjelasan dapat mengurangi verbalisme

dan dapat memperjelas penyampaian pesan.

Kekuatan sketsa:

(1) Dapat dibuat secara cepat

(2) Lebih memberi penekanan terhadap materi

e) Foto

Sebagai media pendidikan kesehatan, foto haruslah

dipilih dan digunakan sesuai dengan tujuan

pembelajaran yang telah ditetapkan. Dengan demikian

foto dapat memenuhi fungsinya untuk membangkitkan

motivasi dan minat sasaran dan membantu sasaran

menafsirkan serta mengingat materi yang berkenaan

dengan foto-foto tersebut.

Kekuatan foto:
34

(1) Sifatnya konkrit

(2) Dapat mengatasi batasan ruang dan waktu

(3) Mengatasi keterbatasan pengamatan

(4) Mampu memperjelas suatu masalah

(5) Harganya relatif murah dan mudah diperoleh serta

digunakan tanpa peralatan khusus

Kelemahan foto:

(1)Hanya menekankan persepsi indera mata

(2)Foto yang terlalu kompleks kurang efektif untuk

pembelajaran

(3)Ukurannya sangat terbatas untuk kelompok besar

f) Poster

Poster adalah sajian kombinasi visual yang jelas,

menyolok dan menarik dengan maksud untuk menarik

perhatian orang pada sesuatu atau mempengaruhi agar

seseorang bertindak. Poster yang baik harus dinamis,

menonjolkan kualitas. Poster harus sederhana dan tidak

memerlukan pemikiran secara terperinci oleh

pengamat. Kesederhanaan desain dan sedikit kata-kata

yang dipergunakan mencirikan poster yang kuat. Poster

tidak dapat mengajar dengan sendirinya, karena

keterbatasan penggunaan kata-kata. Oleh karena itu

tidak cocok untuk orang-orang yang tidak kenal dengan


35

ide-ide yang dituliskan. Poster akan cocok jika dibuat

sebagai tindak lanjut daripada pesan-pesan yang sudah

disampaikan di waktu yang lalu. Jadi tujuan poster

adalah untuk mengarahkan pembaca ke arah tindakan

tertentu sesuai dengan apa yang diinginkan

komunikator. Pemasangan poster dapat dilakukan di

dalam ruangan maupun di luar ruangan terutama di

tempat-tempat umum yang sering dilalui orang.

Kekuatan poster:

(1) Dapat meningkatkan kesadaran terhadap kesehatan

dan merangsang kepercayaan, sikap dan perilaku

(2) Dapat menyampaikan informasi, mengarahkan

orang melihat sumber lain

(3) Dapat dibuat dengan biaya yang murah

Sedangkan, kelemahan poster:

(1) Untuk audiens terbatas, sangat lokal karena

pengaruhnya hanya di tempat pemasangan poster

(2) Umumnya hanya dibaca sekilas, sehingga

seringkali pesan tidak terbaca secara utuh

(3) Mudah rusak, dan diacuhkan

(4) Untuk materi yang berkualitas tinggi memerlukan

ahli grafis dan peralatan cetak yang baik sehingga

memerlukan biaya yang mahal.


36

g) Leaflet/Flyer

Leaflet adalah selembar kertas yang dilipat-lipat,

berisi tulisan cetak dan beberapa gambar tertentu

tentang suatu topik khusus untuk sasaran dan tujuan

tertentu. Ukuran umumnya 20x30 cm, dengan

jumlah tulisan umumnya 200-400 kata, secara umum

berisi garis-garis besar penyuluhan dan isi harus

dapat ditangkap dengan sekali baca. Leaflet biasanya

diberikan setelah pelajaran atau penyuluhan selesai

dilaksanakan atau dapat pula diberikan sewaktu

penyuluhan berlangsung untuk memperkuat ide yang

disampaikan. Flyer adalah media seperti leaflet

tetapi tidak dalam bentuk lipatan. Kekuatan media

leaflet/flyer adalah:

(1) Dapat disimpan lama

(2) Sasaran dapat menyesuaikan dan belajar

mandiri

(3) Pengguna dapat melihat isinya pada saat santai

(4) Jangkauan sasaran lebih luas

(5) Dapat membantu media lain

(6) Isi dapat dicetak kembali

Kelemahan leaflet/flyer:

(1) Menuntut kemampuan baca


37

(2) Bila kualitas leaflet/flyer kurang bagus, orang

enggan menyimpannya

(3) Menuntut kemauan baca sasaran, terlebih pada

masyarakat yang kebiasaan membacanya rendah

(4) Materi yang diproduksi massal dirancang untuk

sasaran umumnya tidak cocok untuk setiap

orang

(5) Pembuatan leaflet profesional biasanya sangat

mahal

h) Lembar balik (Flipchart)

Media penyimpanan pesan atau informasi kesehatan

dalam bentuk lembar balik. Biasanya dalam bentuk

buku, dimana tiap lembar (halaman) berisi gambar

peragaan dan dibaliknya berisi kalimat-kalimat sebagai

pesan atau informasi berkaitan dengan gambar tersebut.

Kekuatan lembar balik:

(1) Bagus untuk curah pendapat dan melibatkan

kelompok secara aktif dalam membuat ide

(2) Mudah dibawa

(3) Dapat dipakai dalam ruang yang tidak ada papan

tulisnya

(4) Murah
38

Kelemahannya:

(1) Terlalu kecil untuk sasaran lebih dari 25 orang

(2) Mudah robek

i) Booklet

Booklet ialah suatu media untuk menyampaikan pesan-

pesan kesehatan dalam bentuk buku yang berisi tulisan

dan gambar. Booklet merupakan sebuah buku kecil

yang terdiri dari tidak lebih dari 24 lembar. Isi booklet

harus jelas, tegas dan mudah dimengerti. Ukuran

booklet biasanya bervariasi mulai dari tinggi 8 cm

sampai dengan 13 cm.

Kekuatan booklet:

(1) Dapat disimpan lama

(2) Sasaran dapat menyesuaikan dan belajar mandiri

(3) Pengguna dapat melihat isinya pada saat santai

(4) Dapat membantu media lain

(5)Dapat memberikan detil (misalnya statistik) yang

tidak mungkin disampaikan secara lisan

(6) Mengurangi kegiatan mencatat

(7) Isi dapat dicetak kembali

Kelemahan booklet:

(1) Menuntut kemampuan baca


39

(2)Menuntut kemauan baca sasaran, terlebih pada

masyarakat yang kebiasaan membacanya rendah

j) Papan Flanel

Papan Flanel adalah papan yang berlapis kain flanel

untuk menyajikan gambar atau kata-kata yang mudah

ditempel dan mudah pula dilepas. Dalam

pemakaiannya, papan flanel tidak digunakan secara

tersendiri, namun menggunakan pula gambar atau

tulisan yang akan ditempel pada papan flanel tersebut.

Gambar-gambar yang disajikan dapat dipasang atau

dicopot dengan mudah sehingga dapat dipergunakan

berkali-kali.

Kekuatan papan flanel:

(1) Dapat dibuat sendiri

(2) Item-item dapat diatur sendiri

(3) Dapat dipersiapkan terlebih dahulu

(4)Memungkinkan penyesuaian dengan kebutuhan

sasaran

Kelemahan papan flanel:

(1) Umumnya terletak pada kurangnya persiapan

(2) Membutuhkan keterampilan pendidik/pengajar


40

k) Papan Bulletin (Bulletin Board)

Papan buletin adalah papan biasa tanpa dilapisi kain

flanel. Gambar-gambar atau tulisan-tulisan biasanya

langsung ditempelkan dengan menggunakan lem atau

alat penempel lainnya. Berbagai media grafis (seperti

gambar, poster, sketsa, diagram) dapat dipakai sebagai

bahan pembuatan papan buletin. Selain itu pesan-pesan

verbal tertulis seperti karangan, berita, feature, dan

sebagainya juga dapat dipasang pada papan buletin.

Papan buletin ini untuk pendidikan kesehatan bias

dipasang di ruang tunggu pasien di Puskesmas atau

Rumah Sakit, dimana penunggu pasien dapat

melihat/membaca informasi kesehatan yang dipasang

pada papan buletin tersebut.

Kekuatan buletin board:

(1) Dapat menarik perhatian sasaran

(2) Memperluas pengertian sasaran

(3) Mendorong kreativitas

(4) Menghemat waktu

(5) Membangkitkan rasa keindahan

(6) Memupuk rasa tanggung jawab


41

Kelemahan buletin board:

(1)Sulit memantau apakah semua sasaran

memperhatikan

(2)Membosankan jika terlalu lama dipasang

l) Papan Tulis

Papan berwarna hitam atau hijau atau putih dengan

ukuran umumnya 9x12cm. Penggunaannya

membutuhkan kapur tulis atau spidol serta penghapus.

Kekuatan papan tulis:

(1) Bagus untuk mengembangkan suatu topik dan

membangun informasi secara bertahap

(2) Biaya relatif murah

(3) Mudah dibersihkan dan digunakan berulangkali

Sedangkan, Kelemahan papan tulis:

(1) Terlalu kecil untuk sasaran lebih dari 25 orang

(2) Pengajar harus membelakangi sasaran bila menulis atau

kehilangan komunikasi.

c. Media audiovisual

Audio visual berasal dari kata audible dan visible, audible

yang artinya dapat didengar dan visible artinya dapat dilihat.

Dalam kamus besar Ilmu pengetahuan audio adalah ha;-hal yang

berhubungan dengan suara dan bunyi. Audio berkaitan dengan


42

indera pendengaran, pesan yang akan disampaikan ditunagkan

kedalam lambang-lambang auditif, baik verbak maupun nonverbal.

Visual adalah hal-hal yang berkaitan dengan penglihatan berfungsi

sebagai penglihatan diterima melalui indera penglihatan dihasilkan

atau terjadi sebagai gambaran dalam ingatan.

Audio visual adalah alat peraga yang bisa ditangkap dengan

indera mata dan indera pendengaran yakni yang mempunyai unsur

suara dan unsur gambar (STIT Muhammadiyah Berau, Kalimantan

timur 2016 ).

Audio visual merupakan media perantara atau penggunaan

materi dan penyerapannya melalui pandangan dan pendengaran

sehingga membangun kondisi yang dapat membuat mudah

memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap (Duludu, 2017)

Menurut Edgar Dale (1988) dalam sadiman (2004)

menyatakan bahwa dengan adanya teknologi pendidikan bahwa

cara belajar lebih cepat menerima melalui audiovisual memperoleh

persentase pencapaian serapan sebanyak 75% sehingga dapat

membantu manusia dalam menerima dan mengolah informasi yang

didapat agar mencapai tujuan kesejateraan kesehatan.

a. Media audiovisual tidak bergerak

Media audiovisual tidak bergerak adalah media yang

penyampaian pesannya dapat diterima oleh indera pendengaran

dan indera penglihatan akan tetapi gambar yang dihasilkannya


43

adalah gambar tidak bergerak atau sedikit memiliki unsur

gerak. Jenis media ini antara lain media sound slide (slide

suara) dan film strip bersuara

6. Sikap masyarakat terhadap filariasis

Menurut Ni Nyoman (2015) mengenai sikap menunjukkan bahwa

sebagian besar responden menyatakan setuju filariasis merupakan

penyakit yang berbahaya, bukan merupakan penyakit keturunan.

Responden pun tidak setuju bahwa penggunaan ajimat dapat

menghindari seseorang terkena filariasis. Selain itu mereka juga tidak

setuju apabila filariasis dapat diobati oleh dukun. Sikap positif lainnya

yaitu hampir semua responden bersedia untuk diambil sediaan

darahnya apabila diadakan kegiatan Survey Darah Jari. Mereka

bersedia mengikuti penyuluhan, dan setuju bila penderita filariasis

dibawa berobat ke tenaga kesehatan dan harus minum obat secara

teratur.

Sikap responden yang kurang yaitu adanya sikap responden yang

raguragu bahwa penyakit filariasis disebabkan karena gigitan nyamuk,

dan masih banyak yang bersikap tidak setuju dengan penggunaan

kelambu untuk mencegah filariasis

7. Perilaku masyarakat terhadap filariasis

Perilaku responden terhadap filariasis dalam kaitannya dengan

penularan filariasis masih kurang. Sebagian besar masyarakat


44

mempunyai kebiasaan keluar malam, tidur tidak menggunakan

kelambu dan tidak menggunakan anti nyamuk bakar.

Sikap dan perilaku tersebut perlu lebih ditingkatkan guna

menunjang program eliminasi filariasis limfatik agar dapat tercapai

dengan maksimal. Untuk itu perlu adanya intervensi strategis guna

meningkatkan pengetahuan masyarakat sesuai karakteristik masyarakat

setempat mengenai filariasis limfatik melalui KIE (Komunika

Informasi Dan Edukasi). Diharapkan dengan intervensi strategis

tersebut akan dapat lebih meningkatkan sikap dan perilaku positif

masyarakat terutama dalam mengurangi resiko penularan filariasis

yang lebih luas di masyarakat.

8. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap dan perilaku filariasis

Lewin dalam Notoadmojo (2010) mengemukakan bahwa pengambilan

tindakan tepat untuk perilaku sehat dipengaruhi oleh 3 variabel, yaitu :

a. Variabel Demografis yang terwujud dalam umur, jenis kelamin,

suku bangsa atau kelompok etnis. Dalam penelitian ini, peneliti

akan mengambil umur dan jenis kelamin sebagai faktor yang

mempengaruhi sikap dan perilaku. Umur atau usia adalah umur

individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang

tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan, dan kekuatan

sesorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja (Wawan,

2010). Dalam penelitian ini ditentukan usia dewasa yaitu umur 18

sampai 55 tahun.
45

b. Variabel Sosial Psikologis yang dapat dilihat dari Peer, reference

group, kepribadian, pengalaman sebelumnya. Dalam penelitian ini,

peneliti akan mengambil satu komponen pengalaman yaitu

pengetahuan atau pendidikan sebagai faktor yang berpengaruh

terhadap sikap dan perilaku. Pendidikan adalah upaya agar

masyarakat berperilaku kesehatan dengan cara persuasi, bujukan,

imbauan, memberi informasi, memberikan kesadaran, dan lain

sebagainya. Mengenai dampak yang timbul dari pendidikan

terhadap perubahan perilaku memakan waktu lama, tetapi bila

perilaku dapat diadopsi oleh masyarakat maka akan langgeng

bahkan seumur hidup (Notoadmodjo,2012). Karena pendidikan

yang semakin tinggi akan mudah menyerap informasi yang

diberikan. Pendidikan mempunyai hubungan dengan praktik

pencegahan

c. Variabel Struktur yang dapat dilihat dari kelas sosial ekonomi,

akses pelayanan kesehatan dan sebagainya. Pelayanan kesehatan

mempunyai pendekatan yang menetapkan sasaran ketersediaan,

keterjangkauan, dan ketepatan. Pelayanan kesehaatan meliputi

preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif untuk mencapai

kesehatan. Selain itu melibatkan pendidikan atau promosi pola

perilaku peningkatan kesehatan. Pelayanaan kesehatan

memberikan prioritas pada orang yang membutuhkan, memberikan


46

perhatian pada masalah kesehatan utama di suatu komunitas

(Eunike R. Rustiana, 2005).

9. Sikap dan Perilaku dalam Pencegahan Filariasis

a. Sikap dalam pencegahan filariasis

Adanya sikap dalam pencegahan filariasis yaitu dengan melakukan

penggunaan kelambu serta mengkonsumsi obat anti filariasis.

Sikap ini berpengaruh pada tindakan untuk meningkatkan derajat

kesehatan individu dan masyaraat (Notoadmodjo 2008)

b. Perilaku dalam pencegahan filariasis

Perilaku merupakan perwujudan dari sikap, namun untuk

mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata tetap

diperlukan faktor pendukung atau kondisi yang memungkinkan,

seperti fasilitas atau sarana kesehatan seperti puskesmas, obat-

obatan dan faktor dukungan (support) (Notoatmodjo, 2003).

Adanya perilaku dalam pencegahan filariasis yaitu dengan

melakukan pengendalian nyamuk vektor penularan dengan

memutuskan rantai penularan dan melakukan PHBS (Perilaku

Hidup Bersih dan Sehat) serta melakukan 3M (Menguras, menutup

dan mengubur) tempat yang berpotensi untuk perindukan nyamuk

adalah upaya untuk pencegahan penyakit filariasis (Dinkes,2008).

Berdasarkan jurnal Satri Mayu (2014) bahwa sikap dan

perilaku dapat di evaluasi setelah 7 hari setelah pemberian

pendidikan kesehatan media audiovisual agar dapat melihat


47

perubahan sikap dan perilaku masyarakat dalam mencegah

filariasis tersebut.

B. Keaslian Penelitian

No. Nama/Tahun Judul Metode Hasil

1. Ardias, Onny Faktor lingkungan Metode penelitian Terlihat bahwa terdapat 5


Setiani, dan perilaku ini menggunakan variabel yang berhubungan
Yusniar D, msyarakat yang penelitian dengan kejadian filariasis di
2012 berhubungan observasionl Kabupaten Sambas,
dengan kejadian dengan rancangan diantaranya: Habitat
filariasis di case control nyamuk , resting place,
Kabupaten kebiasaan keluar rumah,
Sambas penggunaan obat nyamuk
dan penggunaan kelambu.

2. Rudi Anshari, Analisis faktor Penelitian ini Berdasarkan hasil


Suhartono, resiko kejadian merupakan penelitian, analisis
2004 filariasis di dusun penelitian analitik multivariat maka
tanjung bayur observasional yang didapatkan hasil bahwa
desa sungai asam mengkaji kejadian filariasis terbukti
kecamatan sungai hubungan antara berisiko terhadap kejadian
raya kabupaten faktor resiko filariasis adalah keberadaan
pontianak terhadap kejadian parit atau selokan,
filariasis, dengan keberadaan tumbuhan air,
menggunakan keberadaan rawa-rawa, dan
desain kasus tempat tumbuhan air yang
kontrol atau dapat menjadi tempat
retrospective study. perkembangan vektor
nyamuk.

3. Satri Mayu Efektifitas Jenis penelitian ini Hasil penelitian ini rata-rata
Santi, pendidikan menggunakan pengetahuan responden
Febriana kesehatan desain Quasi menjadi 9.69. Dan
abrian, Darwin menggunakan Experiment dengan berdasarkan jenis kelamin
Karim, 2014 metode rancangan pre and didaptkan hasil sebanyak 21
audiovisual post test without orang ( 65,6%) responden
terhadap perilaku control ( kontrol berjenis kelamin
pencegahan diri sendiri). perempuan. Hasil penelitian
filariasis Teknik menunjukkan bahwa
pengambilan pendidikan membuktikan
sampel pada bahwa seseorang yang
penelitian ini berpendidikan tinggi dapat
dengan memahami informasi
menggunakan dengan lebih baik terhadap
cluster sampling. penjelasan yang diberikan
48

C. Kerangka Teori

Filariasis

Penularan melalui :
1. Faktor lingkungan (fisik,
biologik, dan sosial
ekonomi) Pendidikan
Sikap dan
2. Sumber penularan Perilaku Kesehatan
(manusia dan hewan) masyarakat AudioVisual

3. Parasit vektor

Pencegahan
filariasis

Skema 2.1 . Kerangka Teori


Sumber :
(Notoatmodjo 2010, Ni Nyoman 2015, DepKes RI 2009, Duludu 2017,
Firdaus 2012 )

Anda mungkin juga menyukai