A. Pendahuluan
Saat ini penyebaran Novel Coronavirus Disease 2019 atau disebut
COVID-19 ini luar biasa cepat dan belum ada yang mampu memprediksi kapan
berakhirnya sehingga berdampak pada aspek politik, ekonomi, sosial, budaya,
pertahanan dan keamanan serta kesejahteraan masyarakat. Jumlah kasus positif di
Indonesia kini telah mencapai 3.512 jiwa, sembuh 282 jiwa, dan meninggal 306
pertanggal 11 April 2020. (www.covid19.go.id)
Angka tersebut semakin hari semakin meningkat, dan terkhusus wilayah
Jabodetabek merupakan daerah penyumbang kasus terbesar pada angka nasional.
Tingkat kasus terbesar terjadi di Ibukota DKI Jakarta dengan jumlah positif 1810
jiwa, sembuh 82 jiwa, meninggal 156 jiwa. (www.corona.jakarta.go.id)
Tingginya jumlah kasus tersebut membuat banyak pihak mencari cara dan
solusi jalan keluar dalam penanganan COVID-19, salah satunya kini Pemerintah
Indonesia telah mengeluarkan kebijakan tentang Pembatasan Sosial Berskala
Besar dalam Upaya Penanganan COVID-19 yang diatur dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 21 Tahun 2020 dan Peraturan Menteri Kesehatan No. 9 Tahun
2020 tentang Pedoman Pembatasan Sosial Berskala Besar dalam Rangka
Percepatan Penanganan COVID-19.
Jika kita tinjau dari syarat tersebut, maka sudah tepat untuk DKI Jakarta
yang memiliki fatality rate yang tinggi melakukan penerapan PSBB yang dimulai
pada tanggal 10 April 2020. Lalu bagaimana dengan kondisi pada wilayah
penyangga Ibukota, dalam hal ini salah satunya Kabupaten Tangerang. Apakah
perlu penerapan PSBB? Jika memang perlu, bagaimana dampak aspek politik,
ekonomi, sosial budaya dan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Tangerang?